Anda di halaman 1dari 27

Cover

Lembar pengesahan
Kata pengantar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
1.2.2 Tujuan khusus
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Kehamilan
2.2 Konsep Dasar Persalinan
2.2.1
Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau hampir cukup bulan dan dapat hidup
diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lahir lain dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba,1998 : 157).
Partus normal adalah proses lahirnya bayi dengan letak belakang
kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai
ibu dan bayi yang umumnya berlangsung 24 jam (Mochtar, 1998:91)
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Prawirohardjo,
2002:100)
Persalina adalah proses yang dimulai (inpartu) sejak uterus
berkontraksi sehingga menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan

menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Asuhan


Persalinan Normal, 2007)
Persalinan adalah serangkaian proses yang berakhir pengeluaran hasil
konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati,
yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan
pelahiran plasenta (Varney, 2007)
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit
(JNPK-KR Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal, 2008)
Persalinan adalah klimaks dari kehamilan dimana berbagai sistem
yang nampaknya tidak saling berhubungan bekerja dalam keharmonisan
untuk melahirkan bayi. (Manuaba, 2008).
Persalinan adalah suatu proses saat janin dan produk konsepsi
dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat
(Barbara, 2009).
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung selama 18 jam produk konsepsi dikeluarkan
sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat yang nampaknya
tidak saling berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk melahirkan
bayi.
2.2.2
Istilah yang berhubungan dengan persalinan
1. Menurut cara persalinan
a. Partus biasa (normal) atau disebut juga partus spontan adalah proses
lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri
tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi, umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam. Dianggap normal jika prosesnya
terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa
disertai adanya penyulit.

b. Partus luar biasa (abnormal) adalah persalinan per vaginam dengan


bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi section
caesaria (SC)
2. Menurut usia kehamilan
a. Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin
dapat hidup (viable), berat janin dibawah 1.000 gram, atau usia
kehamilan di bawah 28 minggu.
b. Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada
kehamilan usia 28-36 minggu, janin dapat hidup tetapi premature,
berat janin antara 1000-2500 gram.
c. Partus maturus atau aterm (cukup bulan) adalah partus pada
kehamilan 37-40 minggu, janin matur dan berat badan diatas 2500
gram.
d. Partus postmaturus atau serotinus (lebih bulan) adalah persalinan
yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus yang ditaksir,
janin disebut post matur.
e. Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung cepat, mungkin di
kamar mandi, di atas kendaraan, dan sebagainya.
f. Parts percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk
memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya Cephalo Pelvix
Disproportion (CPD)
3. Gravida dan Para
a. Gravida dalah wanita yang sedang hamil
b. Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama
kalinya
c. Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang daoat
hidup (viable)
d. Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi
viable
e. Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup
untuk pertama kalinya
f. Multipara atau pleuripara adalah wanita yang pernah melahirkan
bayi viable beberapa kali (sampai 5 kali)
g. Grandemultipara adalah wanita yang perenah melahirkan bayi 6 kali
atau lebih, hidup atau mati.

2.2.3
Bentuk-bentuk persalinan
1. Persalinan spontan, yaitu bila persalinan berlangsung dengan tenaga
sendiri.
2. Persalinan buatan, yaitu proses persalinan dengan rangsangan atau
bantuan tenaga dari luar sehingga terdapat kekuatan untuk persalinan.
3. Persalinan anjuran, yaitu persalinan yang tidak di mulai dengan
sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,
pemberian pitocin atau prostaglandin.
2.2.4

Etiologi
Perlu diketahui bahwa selama kehamilan, di dalam tubuh wanita

terdapat dua hormon yang dominan yaitu hormon estrogen dan progesteron.
Hormon estrogen berfungsi meningkatkan sensitivitas otot rahim serta
mempermudah penerimaan rangsangan dari luar seperti

rangsangan

oksitosin, prostaglandin dan mekanis. Sedangkan hormon progrsteron


berfungsi menurunkan sensitivitas otot Rahim, menghambat rangsangan
dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan mekanis, serta
menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
Estrogen dan progesterone harus dalam komposisi seimbang,
sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan antara
estrogen dan progesterone memicu hipofisis anterior mengeluarkan
oksitosin, hal tersebut memicu kontraksi yang disebut dengan

Braxton

Hicks. Kontraksi Braxton Hicks akan menjadi kekuatan dominan saat


mulainya proses persalinan sesungguhnya, oleh sebab itu makin matang usia
kehamilan maka frekuensi kontraksi ini akan semakin sering.
Oksitosin diuga bekerjasama dengan prostaglandin , yang kadarnya
meningkat mulai dari usia kehamilan minggu ke-15. Disamping itu faktor
ststus gizi wanita hamil dan keregangan otot rahim juga penting untuk
mempengaruhi mulainya kontraksi.
Penyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar yang ada
hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain diketemukan

faktor-faktor hormonal. Struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan


pada syaraf, dan nutrisi.
Berikut adalah beberapa teori yang menerangkan sebab-sebab
mulainya proses persalinan:
1. Teori penurunan hormone
Saat 1-2 minggu sebelum proses melahirkan dimulai, terjadi penurunan
kadar estrogen dan progesterone. Progesterone bekerja sebagai
penenang otot-otot polos rahim, jika kadar progesterone turun akan
menyebabkan tegangnya pembuluh darah dan menimbulkan his.
2. Teori plasenta menjadi tua
Seiring matangnya usia kehamilan, villi chorialis dalam plasenta
mengalami beberapa perubahan, hal ini menyebabkan turunnya kadar
estrogen dan progesterone yang mengakibatkan tegangnya pembuluh
darah sehingga akan menimbulkan kontraksi uterus.
3. Teori distensi rahim
Otot rahim memiliki kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas tersebut, akhirnya terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai. Contohnya pada persalinan gemeli, sering
terjadi kontraksi karena uterus teregang oleh ukuran janin ganda,
sehingga kadang kehamilan gemeli mengalami persalinan lebih dini.
4. Teori iritasi mekanis
Dibelakang serviks terdapat ganglion servikalis (fleksus frankenhauser),
bila ganglion ini digeser dan ditekan (misalnya oleh kepala janin) maka
akan timbul kontraksi uterus.
5. Teori oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas
otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks (kontraksi
palsu). Menurunnya konsentrasi progesteronkarena matangnya usia
kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitasnya dalam
merangsang otot rahim untuk berkontraksi, dan akhirnya persalinan
dimulai.
6. Teori prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua disangka sebagai salah satu


penyebab permulaan persalinan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena menimbulkan
kontraksi myometrium pada setiap usia kehamilan. Hal ini juga
disokong oleh adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam ait
ketuban maupun daerah perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan atau
selama proses persalinan.
7. Induksi persalinan
Persalinan dapat juga ditimbulkan dengan jalan sebagai berikut:
a. Gagang laminaria: dengan cara laminaria dimasukkan dalam
kanalis

servikalis

dengan

tujuan

merangsang

fleksus

frankenhauser.
b. Amniotomi: pemecahan ketuban
c. Oksitosin drip: pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
2.2.5

Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan


Persalinan dapat berjalan normal (Eutocia) apabila ketiga factor fisik

3P yakni, Power, Passage dan Passanger dapat bekerjasama dengan baik.


Selain itu terdapat 2P yang merupakan factor lain yang secara tidak
langsung dapat mempengaruhi jalannya persalinan, terdiri atas psikologi
dan penolong. Dengan mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi
jalannya persalinan, kita dapat memutuskan intervensi persalinan untuk
mencapai kelahiran bayi dan ibu yang sehat.
1. Power (tenaga/kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament.
Kekuatan primer yang diperlikan dalam persalinan adalah his,
sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran ibu.
a. His (kontraksi uterus)
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding
uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri dimana tuba falopi
memasuki dinding uterus, awal gelombbang tersebut didapat dari
pacemaker yang terdapat pada dinding uterus daerah tersebut.

Pada saat berkontraksi, otot-otot rahim menguncup sehingga


menjadi menebal dan lebih pendek. Cavum uteri menjadi lebih
kecil serta mendorong janin dan kantong amnion kea rah segmen
bawah rahim dan serviks.
His memiliki beberapa sifat yakni, involuntir (tak dapat
dikendalikan), Intermitten, terasa sakit, terkoordinasi, serta
terkadang dipengaruhi oleh fisik, kimia dan psikis.
1) Perubahan-perubahan akibat his
a) Pada uterus: uterus teraba keras/padat karena kontraksi.
Rahim terdiri atas 2 segmen, yaitu segmen atas dan bawah.
segmen atas dibentuk oleh korpus uteri dan segmen bawah
dibentuk oleh istmus uteri. Saat kontraksi segmen atas
memegang peranan aktif dimana dindingnya menebaldan
mendorong janin untuk keluar. Sedangkan segmen bawah
memegang peranan pasif yaitu mengadakan relaksasi dan
dilatasi sehingga menjadi saluran tipis dan teregang karena
akan dilaui oleh bayi. Karena segmen atas makin tebal dan
segmen bawah makin tipis maka batas antara segmen atas
dan bawah

menjadi jelas. Batas ini disebut dengan

lingkaran retraksi fisiologis.


b) Pada serviks: Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan
intrauteri naik menyebabkan servik menjadi mendatar
(Effecement) dan terbuka (dilatasi)
c) Pada Janin: pertukaran O2 pada sirkulasi uteroplasenta
kurang, maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin
melambat kurang jelas didengar karena adanya iskemia
fisiologis, jika benar-benar terjadi hipoksia janin yang agak
lama, misalnya pada kontraksi tetanik, maka dapat terjadi
gawat janin.
2) Pembagian his dan sifatnya

a) His pendahuluan: His tidak kuat, datangnya tidak teratur,


menyebabkan keluarnya lendir darah (Bloody Show) dan
dilatasi servik tidak terjadi.
b) His pembukaan (Kala I): menyebabkan pembukaan servik
hingga terjadi pembukaan lengkap 10, semakin kuat, teratur
dan sakit.
c) His pengeluaran (kala II): untuk mengeluarkan janin, sangat
kuat, teratur, simetris, terkoordinasi bersama antara otot
perut, kontrasi diafragma dan ligament serta lama.
d) His pelepasan plasenta (kala III): kontraksi sedang untuk
melepaskan plasenta
e) His pengiring (kala IV): kontraksi lemah, masih sedikit
nyeri (meriang), terjadi pengecilan rahim dalam beberapa
jam atau hari
3) Hal hal yang harus diperhatikan saat melakukan observasi his.
a) Frekuensi his: jumlah his dalam waktu tertentu, biasanya
per menit per 10 menit.
b) Intensitas his: kekuatan his (adekuat/lemah)
c) Durasi (lama his) lamanya setiap his berlangsung dan
ditentukan dalam detik.
d) Interval his: jarak antara his yang satu dengan his
berikutnya, his datang tiap 2-3 menit.
(Asrinah, 2010:10)
b. Tenaga mengejan
Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah atau
dipecahkan, serta sebagian presentasi sudah berada di dasar
panggul, sifat kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong keluar
dibantu dengan keinginan ibu untuk mengedan atau volunteer.
Keinginan mengejan ini disebabkan karena:
1) Kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan
peninggian tekanan intra abdominal dan tekanan ini menekan
uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan untuk
mendorong keluar.
2) Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan sewaktu buang air
besar (BAB), tapi jauh lebih kuat.

3) Saat kepala sampai ke dasar panggul, timbul reflex yang


mengakibatkan ibu menutup glotisnya, mengkontraksikan otototot perut dan menekan diafragmanya kebawah.
4) Tenaga mengejan ini hanya akan berhasil bila pembukaan
sudah lengkap dan paling efektif sewaktu ada his
5) Tanpa tenaga mengejan bayi tidak akan lahir.
Yang memegang kendali atau yang paling menentukan dalam
tahapan ini adalah proses mengejan ibu yang dilakukan dengan
benar, baik dari segi kekuatan maupun keteraturan. Ibu harus
mengejan sekuat mungkin seirama dengan instruksi yang
diberikan. Bila ibu mengikuti instruksi dengan baik, pecahnya
pembuluh darah di sekitar mata dan wajah bisa dihindari. Begitu
juga resiko berkurangnya suplai oksigen ke janin.
2. Passage
Passage atau jalan lahir terbagi menjadi 2, yaitu Bagian keras
( tulang panggul) dan bagian lunak (otot-otot dan ligament-ligament).
a.

Bagian

keras

panggul
1) Tulang
panggul
Tulang panggul teridiri atas empat buah tulang, yaitu:
a) Dua os coxae (tulang pangkal paha)
Os ilium (tulang usus) terdiri dari:
Crista iliaca
Spina iliaca anterior superior (SIAS)

Spina iliaca posterior superior (SIPS)


Spina iliaca posterior inferior (SIPI)
Spina iliaca anterior inferior (SIAI)
Incisura ischiadica mayor
Linea inominata
Corpus os ilii
Os ischium (tulang duduk) terdiri dari:
Spina ischiadica
Inchisura ischiadica minor
Tuber ischiadicum
Acetabulum
Ramus superior ossis ischii
Ramus inferior ossis ischia
Corpus os ischii.
Os pubis (tulang kemaluan terdiri dari:
Foramen obturatorium
Ramus superior ossis pubis
Ramus inferior ossis pubis
Linea illiopectinea
Corpus pubis
Tuber culum pubicum
Arcus pubis
Simfisis pubis
b) Os sacrum (tulang kelangkang)
Promotorium
Foramen sacralia anterior
Crista sacralis
Vertebra sacralis
Ala sacralis
Vertebra lumbalis
c) Os coccygeus (tulang tungging)
Vertebra cocccyges
2) Ruang panggul
Ruang panggul terdiri dari:
a) Pelvis mayor (false pelvis): adalah bagian pelvis yang terletak
diatas linea terminalis, diatas pintu atas panggul dan tidak
berkaitan dengan persalinan.
b) Pelvis minor (true pelvis) terdiri dari

Pintu atas panggul (PAP) atau disebut pelvic inlet.


Batasan PAP adalah promotorium, sayap sacrum, linea
inominta, ramus superior osis pubis dan pinggir atas
syimphysis pubis. Ukuran PAP adalah sebagai berikut:
Ukuran muka belakang (conjugata vera)
Jaraknya dari promotorium ke pinggir atas symphysis
normalnya 11 cm. conjugate vera tidak dapat diukur
langsung, tapi dapat diperhitungkan dengan mengurangi
conjugata diagonalis (dari promotorium ke pinggir bawah
symphisis) sejumlah 1,5-2 cm (CV = CD - 1,5)
Ukuran melintang (diameter transversa)
Merupakan ukuran terbesar antara linea innominate
diambil tegak lurus pada conjugate vera normalnya 12,5
cm - 13,5 cm.
Ukuran serong (diameter obloqua)
Dari artilulatio sakroiliaka ketuberculum pubicum dari

belahan panggul yang bertentangan, ukurannya 13 cm.


Bidang tengah panggul
Terdiri atas bidang luas dan bidang sempit. Bidang luas
panggul

terbentang

antara

symphysis,

pertengahan

acetabulum dan pertemuan antara ruas sacral II dan III.


Ukuran muka belakang 12,75 cm dan ukuran melintang 12,5
cm. karena tidak ada ukuran yang kecil, bidang ini tidak
menimbulkan kesulitan dalam persalinan dan biasanya tidak
diukur.
Bidang sempit panggul terdapat di setinggi pinggir
bawah symphisis, kedua spina ischiadica, dan memotong
sacrum 1 2 cm di atas ujung sacrum. Ukuran muka
belakang 11,5 cm, ukuran melintang 10 cm dan diameter
sagitalis posterior ialah dari sacrum ke pertengahan antara

spina ischiadica 5 cm.


Pintu bawah panggul (PBP)

Pintu bawah panggul atau disebut juga dengan pelvik


outlet bukanlah suatu bidang, tetapi terdiri dari 2 segitiga
dengan dasar yang sama, ialah garis yang menghubungkan
kedua tuber ischiadicum kiri dan kanan. Pintu bawah panggul
biasanya ditentuka 3 ukuran:
Ukuran muka belakang: dari pinggir bawah symphisis ke
ujung sacrum (11,5 cm)
Ukuran melintang: antara tuberischiadicum kiri dan
kanan sebelah dalam (10,5 cm)
Diameter sagitalis posterior: dari ujung sacrum ke
pertengahan ukuran melintang (7,5 cm)
3) Bidang hodge
Untuk menentukan berapa jauhnya bagian depan janin turun
ke dalam rongga panggul, maka hodge telah menentukan
beberapa bidang khayalan dalam panggul:
a) Bidang Hodge I : adalah bidang pintu atas panggul, dengan
batas tepi atas simfisis
b) Bidang Hodge II : adalah bidang sejajar H-I setinggi tepi
bawah simfisis.
c) Bidang Hodge III : adalah bidang sejajar H-I setinggi spima
ischiadica.
d) Bidang Hodge IV : adalah bidang sejajar H-I setinggi ujung
bawah os. Coccyges.
4) Ukuran-ukuran panggul
a) Ukuran panggul dapat diperoleh dengan cara:
Pengukuran secara klinis pintu atas panggul dengan 2 jari
yakni telinjuk dan jari tengah, melalui konkavitas dari sacrum,
jari tengah digerakkan ke atas sampai dapat meraba
promotorium. Sisi radial dari jari telunjuk ditempelkan pada
pinggir bawah symphisis dan tempat ini ditandai dengan kuku
jari telunjuk tangan kiri. Promotorium hanya bisa tercapai oleh
jari kita dengan pemeriksaan dalam pada panggul yang
sempit.pada panggul dengan ukuran normal, promotorium

tidak tercapai. Ini menandakan bahwa CV cukup besar. Hal ini


dapat diketahui dengan:
Pemeriksaan luar
Jika kepala dengan ukuran terbesarnya sudah melewati
PAP maka hanya sebagian kecil saja dari kepala yang
dapat diraba dari luar symphysis. Kedua tangan yang
diletakkan pada pinggir bagian kepala ini divergent (tidak
bertemu).
Pemeriksaan dalam
Bagian terendah kepala sampai spina ischiadica atau lebih

b)

rendah.
Pelvimetri rontenologis
Pita meter
Jangka panggul
Ukuran panggul luar
Distansia spinarum, yaitu jarak antara spina iliaca anterior

superior 24 26 cm
Distansia Cristarum, jarak antara kedua crista illiaca kanan dan

kiri 28 30 cm.
Conjugata eksterna (Boudeloque), jarak antara pinggir atas
symphisis dan ujung prosesus spinosus ruas lumbal ke-V 18

c)

20 cm
Lingkar panggul 80 100 cm
Conjugate diagonalis 12,5 cm
Distansia tuberum 10,5 cm
Bentuk panggul
Ginekoid (normal): paling ideal, bentuk hamper bulat, panjang
diameter anteroposterior kira-kira sama dengan diameter

tranversa.
Android: bentuk hampir segitiga. Umumnya adalah panggul
laki-laki, panjang diameter anteroposterior

hamper sama

dengan diameter transversa, akan tetapi jauh lebih mendekati


sacrum.

Anthropoid: bentuknya agak panjang seperti telur, panjang


diameter anteroposterior lebih besar dari pada diameter

transversa
Platipeloid (panggul kera): jenis ginekoid yang menyempit
pada arah muka belakang.

b. Bagian lunak
Bagian lunak panggul terdiri dari otot-otot dan ligamentum
yang meliputi uterus, otot dasar panggul dan perineum.
1) Uterus
Uterus terbagi atas 3 bagian, yaitu:
a) Segmen atas uterus
Terdiri atas fundus dan bagian uterus yang terletak di atas
refleksi lipatan vesika uterine peritoneum. Selama persalinan,
segmen

ini

memberikan

kontraksi

yang

kuat

untuk

mendorong janin keluar.


b) Segmen bawah uterus
Terletak antara lipatan vesika uterine peritoneum sebelah atas
dan serviks di bawah. Pada saat kontraksi segmen bawah
uterus berkembang lebih cepat dan teregang secara radikal
untuk memungkinkan turunnya bagian presentasi janin
c) Serviks uteri
Pada kehamilan lanjut, serviks uteri menjadi lebih lunak dan
menjadi lebih pendek karena tergabung dalam segmen bawah
uterus. Pada saat persalinan karena adanya kontraksi uterus,
maka serviks mengalami penipisan dan pembukaan
2) Otot dasar panggul
Terdiri atas otot-otot dan ligament yaitu dinding panggul sebelah
dalam dan yang menutupi panggul bawah, yang menutupi
panggul bawah membentuk dasar panggul disebut pelvis.
Jaringan lunak yang terdiri atas segmen bawah uterus yang
dapat meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina dan
introitus.
3) Perineum

Perineum adalah jaringan yang terletak di sebelah distal


diafragma

pelvis.

Perineum

mengandung

sejumlah

otot

superfisial, sangat vaskuler dan berisi jaringan lemak. Saat


persalinan otot ini sering mengalami kerusakan ketika janin
dilahirkan.
3. Passanger
Passanger (janin, plasenta, air ketuban) bergerak sepanjang jalan
lahir merupakan akibat interaksi beberapa factor, yakni kepala janin,
presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.
a. Janin
Pembahasan mengenai kepala janin sebagai passanger sebagian
besar adalah mengenai ukuran kepala janin, karena kepala adalah
bagian terbesar dari janin dan paling sulit untuk dilahirkan. Tulangtulang penyusun kepala janin terdiri dari:
1) Dua buah os parietalis
2) Satu buah os oksipitalis
3) Dua buah os frontalis
Antara tulang satu dan tulang yang lainnya berhubungan dengan
membran yang kelak setelah hidup di luar uterus akan berkembang
menjadi tulang. Batas antara dua tulang disebut sutura dan diantara
sudut-sudut tulang terdapat ruang yang ditutupi oleh membrane yang
disebut fontanel. Terdapat dua fontanel (ubun-ubun) antara lain:
1) Fontanel minor (ubun-ubun kecil)
Berbentuk segitiga. Terdapat di sutura sagitalis superior bersilang
dengan sutura lambdoidea. Berperan sebagai penyebut (penunjuk
presentasi kepala) dalam persalinan, yang diketahui melalui
pemeriksaan dalam (vaginal touch). Pada saat tangan pemeriksa
meraba kepala janin, ketika terasa adanya cekungan yang
berbentuk segitiga, itulah ubun-ubun kecil.
2) Fontanel mayor (ubun-ubun besar/bregma)
Berbentuk segi empat panjang. Terdapat di sutura sagitalis
superior dan sutura frontalis bersilang dengan sutura koronaria.

Pada tulang tengkorak janin dikenal beberapa sutura, antara lain:


1) Sutura sagitalis superior, menghubungkan kedua os parietalis
kanan dan kiri
2) Sutura koronaria, menghubungkan os parietalis dengan os
frontalis.
3) Sutura lambdoidea, menghubungkan os parietalis dengan os
oksipitalis
4) Sutura frontalis, menghubungkan kedua os frontalis kanan dan
kiri.
Adanya

celah

antara

bagian-bagian

tulang

kepala

janin

memungkinkan adanya penyisipan antar bagian tulang (overlapping)


sehingga kepala janin dapat mengalami perubahan bentuk dan ukuran.
Proses ini disebut moulage
b. Plasenta dan tali pusat
1) Plasenta
Berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20
cm dan tebal 2 2,5 cm. berat rata-rata 500 gram. Letak plasenta
umumnya di dinding depan atau belakang uterus, agak ke atas
kearah fundus. Terdiri atas 2 bagian antara lain:
a) Pars maternal, bagian plasenta yang menempel pada desidua,
terdapat kotiledon (rata-rata 20 kotiledon). Pada bagian ini
adalah tempat terjadinya pertukaran darah ibu dan janin.
b) Pars fetal terdapat tali pusat (insersio/ penanaman tali pusat):
Insersio sentralis: penanaman tali pusat di tengah plasenta
Insersio marginalis, penanaman tali pusat di pinggir plasenta
Insersio velamentosa, penanaman tali pusat di selaput janin/
selaput amnion.
Plasenta memiliki fungsi yang berperan penting terhadap
kelangsungan tumbuh kembang janin dalam kandungan. Beberapa
fungsi plasenta diantaranya antara lain:
a) Memberi makan bayi
b) Ekskresi hormone
c) Respirasi janin

d) Membentuk hormone estrogen


e) Menyalurkan berbagai antibody dari ibu
f) Sebagai barrier (penghalang) terhadap janin dari kemungkinan
masuknya mikroorganisme/kuman.
2) Tali pusat
Tali pusat merupakan bagian yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup janin meskipun tidak menutup kemungkinan
bahwa tali pusat juga dapat menyebabkan penyulit persalinan.
Struktur dari tali pusat yani terdiri dari dua arteri umbilikalis
dan satu vena umbilikalis. Bagian luar dari tali pusat berasal dari
lapisan amnion. Di dalamnya terdapat jaringan yang lembek yang
dinamakan jelly warthon, yang berfungsi melindungi dua arteri dan
satu vena umbilikalis yang berada dalam tali pusat. Panjang ratarata tali pusat adalah 50 cm, dengan diameter rata-rata 1 1,5 cm.
c. Amnion (air ketuban)
Air ketuban merupakan elemen penting dari proses persalinan. Air
ketuban dapat dijadikan acuan dalam menentukan diagnosa
kesejahteraan janin. Berikut beberapa hal yang perlu diketahui
mengenai air ketuban:
1) Struktur amnion
Komposisinya terdiri atas 98% air, dan sisanya albumin urea,
asam urik, kreatinin, sel-sel epitel, lanugo, verniks kaseosa, dan
garam anorganik. Cairan ketuban memiliki kadar protein 2,6%
gram/liter. Volumenya pada kehamilan cukup bulan kira-kira 500
1000 cc. memiliki warna putih keruh, berbau amis dan terasa
manis. Reaksinya agak alkalis sampai netral dengan berat jenis
1,008.
2) Fungsi amnion
a) Melindungi janin dari trauma/benturan
b) Memungkinkan janin bergerak bebas
c) Menstabilkan suhu tubuh janin agar tetap hangat
d) Menahan tekanan uterus
e) Pembersih jalan lahir
4. Psikologis
Psikologis ibu, keadaan psikologis ibu mempengaruhi proses
persalinan. Ibu bersalin yang didampingi oleh suami dan orang-orang

yang dicintainya cenderung mengalami proses persalinan yang lebih


lancar dibandingkan dengan ibu bersalin yang tanpa didampingi suami
atau orang-orang yang dicintainya. Ini menunjukkan bahawa dukungan
mental berdampak positif bagi keadaan psikis ibu, yang berpengaruh
pada kelancaran proses persalinan.
Perubahan psikologis dan perilaku ibu, terutama yang terjadi
selama fase laten, aktif dan transisi pada kala I persalinan memiliki
karakteristik masing-masing. Sebagian besar ibu hamil yang memasuki
masa persalinan akan merasa takut. Apalagi untuk seorang primigravida
yang pertama kali beradaptasi dengan ruang bersalin. Hal ini harus
disadari dan tidak boleh diremehkan oleh petugas kesehatan yang akan
memberikan pertolongan persalinan.
Kondisi psikologis ibu bersalin dapat juga dipengaruhi oleh
dukungan dari pasangannya, orang terdekat, keluarga, penolong,
fasilitas dan lingkungan tempat bersalin.
5. Pysician (Penolong)
Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk
memperlancar proses persalinan dan mencegah kematian maternal
neonatal. Denga pengetahuan dan kompetensi yang baik diharapkan
kesalahan dan malpraktek dalam memberikan asuhan tidak terjadi.
Tidak hanya aspek tindakan yang diberikan, tetapi aspek konseling
dan pemberian informasi yang jelas dibutuhkan oleh ibu bersalin untuk
mengurangi tingkat kecemasan ibu dan keluarga.
Bidan memiliki tanggungjawab yang besar dalam proses
persalinan. Langkah utama yang harus dikerjakan adalah mengkaji
perkembangan persalinan, membeeritahu perkembangannya baik
fisiologis maupun patologis pada ibu dan keluarga dengan bahasa yang
mudah dimengerti.
2.2.6
Tanda-tanda persalinan
1. Tanda-tanda persalinan sudah dekat

Sebelum terjadi persalinan, beberapa minggu sebelumnya wanita


memasuki kala pendahuluan (preparatory stage of labor), dengan tandatanda sebagai berikut:
a. Terjadi lightening
Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan
fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul
(PAP) yang disebabkan oleh kontraksi braxton hicks, ketegangan
otot perut, ketegangan ligamentum rotundum dan gaya berat janin
kea rah bawah.pada multigravida tanda ini tidak begitu kelihatan.
Mulai menurunnya bagian terbawah janin ke pelvis terjadi
sekitar 2 minggu menjelang persalinan. Bila bagian terbawah bayi
telah turun, maka ibu akan merasa tidak nyaman. Ketidaknyamanan
disebabkan karena adanya tekanan bagian terbawah pada struktur
daerah pelvis, secara spesifik akan mengalami hal berikut:
1) Kandung kemih tertekan sedikit, menyebabkan peluang untuk
melakukan ekspansi berkurang, sehingga frekuensi berkemih
meningkat
2) Meningkatnya tekanan oleh sebagian besar bagian janin pada
syaraf yang melewati foramen obturator yang menuju kaki,
menyebabkan sering terjadi keram kaki.
3) Meningkatnya tekanan pada pembuluh darah vena menyebabkan
terjadinya edema karena bagian terbesar dari janin menghambat
darah yang kembali dari bagian bawah tubuh.
b. Terjadinya his permulaan
Makin tua usia kehamilan, pengeluaran progesterone dan
estrogen semakin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan
kontraksi, yang lebih sering disebut his palsu. Sifat dari his palsu
adalah sebagi berikut:
1) Rasa nyeri ringan di bagian bawah
2) Datangnya tidak teratur
3) Tidak ada perubahan pada servik
4) Durasinya pendek
5) Tidak bertambah jika beraktivitas
c. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun

d. Perasaan sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terawah janin.
e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah,
kadang bercampur darah (bloody show). Dengan mendekatnya
persalinan, maka serviks menjadi matang dan lembut, serta terjadi
obliterasi serviks dan kemungkinan sedikit dilatasi.
Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis), berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Pada ibu yang belum inpartu,
kontraksi uterus tidak menyebabkan perubahan pada serviks.
2. Tanda dan gejala inpartu
a. Timbul rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur. His persalinan memiliki sifat;
1) Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan
2) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin
besar
3) Mempunyai pengaruh terhadap pembukaan serviks
4) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan makin bertambah.
b. Keluar lendir bercampur darah (bloody show)
Dengan his permulaan terjadi perubahann pada serviks yang
menimbulkan pendataran da pembukaan. Lendir yang terdapat di
kanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh darah pecah dan
menjadikan serikit pendarahan.
c. Pengeluaran cairan
Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban yang
robekk. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan
lengkap tetapi terkadap pecah pada pembukaan kecil.
d. Pada pemeriksaan dalam dapat dijumpai serviks melunak, mendatar
dan pembukaan telah ada.
Berikut ini adalah perbedaan penipisan dan dilatasi serviks
antara nulipara dan multipara:
1) Nulipara
Biasanya sebelum persalinan, serviks menipis sekitar 5060% dan pembukaan sampai 1 cm. dan dengan dimulainya

persalinan, biasanya ibu nulipara mengalami penipisan servik 50100% kemudian mulai terjadi pembukaan
2) Multipara
Pada multipara sering kali serviks tidak menipis pada awal
persalinan, tetapi hanya membuka 1-2 cm. biasanya pada
multipara serviks akan membuka , kemudian diteruskan dengan
penipisan.
e. Adanya kontraksi berulang yang sifatnya hilang timbul. Kontraksi
uterus mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2
f.
g.
h.
i.

kali dalam 10 menit setiap kontraksi sedikitnya 40 detik.


Timbul dorongan ibu untuk mengejan
Ibu terlihat gelisah
Nyeri pinggang bagian bawah
Ketidaknyamanan pelvis ketika terjadi penurunan kepala.

Karakteristik persalinan sesungguhnya dan persalinan palsu


No
1
2
3

Persalinan sesungguhnya
Serviks menipis dan membuka
Rasa nyeri dengan interval teratur
Interval antara rasa nyeri perlahan

Persalina semu
Tidak ada perubahan pada serviks
Rasa nyeri tidak teratur
Tidak ada perubahan interval antara

semakin pendek

rasa nyeri yang satu dengan yang

Waktu dan kekuatan kontraksi

lain
Tidak ada perubahan pada waktu

semakin bertambah
Rasa nyeri terasa di bagian

dan kekuatan kontraksi


Kebanyakan rasa nyeri di bagian

belakang dan menyebar ke depan


Intensitas bertambah dengan

depan
Tidak ada perubahan rasa nyeri

adanya aktivitas
Tingkat kekuatan kontraksi uterus

dengan berjalannya waktu


Tingkat kekuatan kontraksi uterus

berhubungan dengan intensitas

tidak berhubungan dengan

nyeri
Lender darah sering muncul
Ada penurunan bagian kepala bayi

intensitas nyeri
Tidak ada lender darah
Tidak ada kemajuan penurunan

8
9

bagian terendah bayi

10

Kepala bayi sudah terfiksasi di

Kepala belum masuk PAP

11

PAP diantara kontraksi


Pemberian obat penenang tidak

walaupun sudah ada kontraksi


Pemberian obat penenang yang

menghentikan proses persalinan

efisien menghentikan rasa nyeri

sesungguhnya.

pada persalinan semu.

2.2.7

Tahapan proses persalinan


Pada tahapan proses persalinan terbagi menjadi 4 kala yaitu sebagai

berikut:
1. Kala I
Kala I persalina dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur
dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka
lengkap (10 cm). kala I persalinan terdiri atas 2 fase, yaitu:
a. Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan serviks secara bertahap.. berlangsung hingga serviks
membuka kurang dari 4 cm. pada umumnya fase laten berlangsung
hampir atau hingga 8 jam.
b. Fase aktif
Pada fase ini frekuensi dan lama kontraksi uterus akan
meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/ memadai
jika terjadi 3 kali atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama
40 detik atau lebih). Dari pembukaan 4 cm hingga pembukaan
lengkap 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam
(nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm
(multipara). Kemudian terjadi penurunan bagian bawah janin.
Berdasarkan kurva friedman pada fase aktif terbagi menjadi 3 periode:
1) Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi
4 cm.
2) Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
3) Periode deselerasi, berlangsung lambat dalam 2 jam pembukaan
menjadi 10 cm atau lengkap.

2. Kala II
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II persalinan mimiliki
ciri khas yaitu:
a. His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit
sekali
b. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris
menimbulkan rasa ingin mengejan.
c. Tekanan pada rectum
d. Anus membuka.
Lama Kala II persalinan pada primipara dan multipara berbeda,
yakni:
a. Primipara kala II berlangsung 1,5 jam 2 jam
b. Multipara kala II berlangsung 0,5 jam 1 jam
3. Kala III
Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Kala III persalinan terdiri
atas 2 fase, yaitu:
a. Fase pelepasan uri
Mekanisme pelepasan uri terdiri atas:
1) Schultze
a. Pelepasan uri dimulai dari tengah / sentral.
b. Sedikit pendarahan.
c. Pada waktu plasenta lahir terlihat pars fetalis lebih dahulu
baru disusul pars maternatis.
2) Dunchan
a. Pelepasan uri dimulai dari pinggir.
b. Akan terjadi pendarahan serempak dari tengah dan pinggir
uri.
c. Pada waktu plasenta lahir terlihat pars maternalis dan
kemudian pars fetalis.
3) Serempak dari tengah dan pinggir plasenta
b. Fase pengeluaran uri
Perasat-perasat untuk mengetahu lepasnya plasenta yaitu:
1) Kustner

Letakan tangan di atas symphisis disertai tekanan sambil tali


pusat digerakan. Bila tali pusat tertarik ke dalam berarti plasenta
belum lepas, bila tali pusat di dalam diam atau maju (memanjang)
maka plasenta sudah lepas.
2) Klien
Bila ada his, rahim kita dorong ke bawah sedikit. Bila tali pusat
tertarik ke dalam berarti plasenta belum lepas, bila tali pusat di
dalam diam atau maju (turun) maka plasenta sudah lepas.
3) Strasman
Tali pusat ditegangkan. Fundus uteri diketuk-ketuk,bila tali
pusat bergetar berarti plasenta belum lepas, bila tidak bergetar
maka plasenta sudah lepas.
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim berhenti sebentar, uterus teraba
keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi
tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pengeluaran
dan pelepasan uri, dalam wakti 1 5 menit plasenta terlepas terdorong ke
dalam vagina dan akan lahir spontan. Seluruh proses biasanya
berlangsung 5 30 menit setelah bayi lahir. Dan pada pengeluaran
plasenta biasanya disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200
cc.
Pada kala III persalinan, otot uterus (myometrium) berkontraksi
mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi.
Penyusutan ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan
plasenta.. karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan
kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke
bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
4. Kala IV
Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap
bahaya perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selam kurang lebih dua
jam. Dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari vagina, tapi
tidak banyak, yang berasal dari pembuluh darah yang ada di dinding
rahim tempat terlepasnya plasenta, dan setelah beberapa hari anda akan

mengeluarkan cairan sedikit darah yang disebut lokia yang berasal dari
sisa-sisa jaringan.
Pada beberapa keadaan, pengeluaran darah setelah proses kelahiran
menjadi banyak. Ini disebabkan beberapa faktor seperti lemahnya
kontraksi atau tidak berkontraksi otot-otot rahim. Oleh karena itu perlu
dilakukan pengawasan sehingga jika perdarahan semakin hebat, dapat
dilakukan tindakan secepatnya.
2.2.8

Mekanisme persalinan normal


Pada saat terjadi penurunan janin, jaringan lunak dan struktur tulang
memberi tekanan yang menyebabkan turunnya janin melalui jalan lahir
dengan serangkaian gerakan. Secara kolektif, gerakan ini disebut
mekanisme persalinan. Selama kelahiran pervaginam, presentasi janin,
posisi, dan ukuran janin akan menentukan mekanisme yang tepat karena
janin berespons terhadap tekanan eksternal (Myles, 2009).
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin dalam menyesuaikan
dengan ukuran dirinya dengan ukuran dirinya dengan ukuran panggul saat
kepala melewati panggul. Mekanisme ini sangat diperlukan mengingat
diameter janin yang lebih besar harus berada pada satu garis lurus dengan
diameter paling besar dari panggul. Adapun gerakan-gerakan utama kepala
janin dalam persalinan/gerakan cardinal adalah sebagai berikut:
1. Engagement
Pada minggu- minggu akhir kehamilan atau pada saat persalinan
dimulai kepala janin masuk lewat PAP, umumnya dengan presentasi
biparietal (diameter lebar yang paling panjang berkisar 8,5 9,5 cm) atau
70% pada panggul ginekoid.
Masukknya kepala pada primi terjadi pada bulan terakhir
kehamilan. Pada multi terjadi pada permulaan persalinan. Kepala masuk
pintu atas panggul dengan sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan
pintu atas panggul (Asynclitismus anterior/posterior). Masukknya kepala
ke dalam PAP dengan fleksi ringan, sutura sagitalis/SS melintang. Bila
SS di tengah jalan lahir disebut synklitismus. Namun jika SS tidak
ditengah-tengah jalan lahir maka disebut asynklitismus.

2. Descent
Penurunan kepala janin sangat tergantung pada arsitektur pelvis dengan
hubungan ukuran kepala dan ukuran pelvis sehingga penurunan kepala
berlangsung lambat. Kepala turun kedalam rongga panggul, akibat:
tekanan langsung dari his daerah fundus kearah daerah bokong, tekanan
dari cairan amnion, kontraksi otot dinding perut dan diafragma
(mengejan, dan badan janin terjadi ekstensi dan menegang).
3. Flexion (fleksi)
Menurut Reeder, 2011 adalah Fleksi terjadi di awal proses penurunan,
saat kepala menemui tahanan dari jaringan lunak panggul, dasar panggul,
dan serviks. Kepala dapat menjadi sangat fleksi sehingga dagu
bersentuhan dengan sternum; akibatnya, diamter antero-posterior terkecil
( bidang suboksipitobregmatik ) berada di panggul.
4. Internal rotation (putar paksi dalam)
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian
rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan
bawah simfisis. Pada presentasi belakang kepala, bagian yang terendah
ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar
kedepan ke arah simfisis. Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan
persalinan karena merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi
kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu
bawah panggul.
5. Extention (ekstensi)
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil
berada di bawah simfisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal
ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan fleksi
untuk melewatinya. Jika kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai
dasar panggul tidak melakukan ekstensi,maka kepala akan tertekan pada
perineum dan dapat menebusnya.
6. External rotation (putar paksi luar
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala
bayi memutar kembali kearah punggung anak untuk menghilangkan torsi

pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu
dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul, bahu akan
menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang di laluinya sehingga di
dasar panggul setelah kepala bayi lahir,bahu mengalami putarandalam di
mana ukuran bahu (diameter bisa kromial) menempatkan diri dalam
diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan dengan
itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala
berhadapan dengan tuber iskiadikum sepihak.
7. Expulsion
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan
menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu
depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan
paksi jalan lahir.
2.3 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
2.4 Konsep Dasar Masa Nifas
2.5 Konsep Dasar Keluarga Berencana

Anda mungkin juga menyukai