Abstraksi
Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat. Perkembangannya terus
meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian
keuangan negara maupun dari segi kualitas tindak pidana yang dilakukan semakin sistematis
serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat. Berikut ini merupakan
tulisan, tentang masukan atau saran untuk menghilangkan korupsi di Negara kita.
Pengertian Korupsi
Menurut WJS Poerwadarminta dalam kamus umum Bahasa Indonesia (1976), arti harfiah dari
korupsi adalah perbuatan yang buruk, seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok,
dan sebagainya
.
Korupsi menurut IPK (Indeks Persepsi Korupsi) Indonesia adalah penyalahgunaan wewenang
publik untuk kepentingan pribadi. Jenis korupsi yang dilihat dalam IPK Indonesia adalah suap,
gratifikasi, pemerasan, dan konflik kepentingan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Korupsi adalah penyalahgunaan wewenang yang
ada pada pejabat atau pegawai demi keuntungan pribadi, keluarga dan teman atau
kelompoknya. Korupsi menghambat pembangunan karena merugikan negara dan merusak
sendi-sendi kebersamaan dan mengkhianati cita-cita perjuangan bangsa.
Dasar Hukum Pemberantasan Korupsi
1/7
Begitu merebaknya korupsi, maka Pemerintah sudah mengeluarkan beberapa ketentuan untuk
mencegah dan memberantas korupsi. Dasar hukum pencegahan dan pemberantasan korupsi
adalah:
1. Kitab Undang-undang Hukum Pidana;
2. UU No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas KKN;
3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001;
4. Undang-undang Nomor 30 tahun 2002 tentang Pembentukan Komisi Pemberantasan
Korupsi;
5. Peraturan Presiden Nomor 55 tahun 2012 tentang Strategi Nasional (stranas) Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang 2012-2025 dan Jangka Menengah 2012-2014.
Dalam pasal 5 UU No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan
bebas KKN diatur antara lain bahwa setiap penyelenggara Negara berkewajiban untuk tidak
melakukan perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dengan demikian, setiap aparatur Negara
tidak boleh melakukan korupsi.
Selanjutnya dalam pasal 2 UU No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, ditegaskan bahwa:
1. Setiap orang yang secara sadar melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara atau
perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah).
2. Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam
keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.
Khusus materi UU No. 30 tahun 2002, berikut ini akan dikutip beberapa pasal yang secara
spesifik berkaitan dengan penanganan korupsi yaitu pasal 6, pasal 11 dan pasal 13.
Dalam pasal 6, dimuat bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas:
1. koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi;
2. supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi;
3. melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi;
4. melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan
5. melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
Dalam rangka penyelidikan, penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi, Pasal
11 memberi wewenang kepada KPK untuk:
1. melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang ada
kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau
penyelenggara negara;
2. mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat; dan/atau
3. menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
2/7
Berkaitan dengan tugas pencegahan korupsi maka dalam pasal 13 disebutkan bahwa KPK
berwenang untuk:
1. melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara
negara;
2. menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi;
3. menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan;
4. merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi pemberantasan tindak pidana
korupsi;
5. melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat umum;
6. melakukan kerja sama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan tindak pidana korupsi.
Salah satu langkah nyata yang dilakukan pemerintah dalam mencegah terjadinya korupsi
adalah dengan mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 55 tahun 2012 tentang strategi
nasional (stranas) pencegahan dan pemberantasan korupsi jangka panjang 2012-2025 dan
jangka menengah 2012-2014 (untuk selanjutnya disingkat Stranas PPK). Perpres 55 tahun
2012 merupakan landasan kebijakan pemberantasan korupsi dalam merumuskan rencana aksi
tahunnan. Konsep Stranas PPK tersebut disusun oleh Kantor Wakil Presiden, UKP4 dan
Bappenas.
Ada 6 fokus kegiatan strategi nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi yaitu :
1. Pencegahan;
2. Penegakan hukum;
3. Harmonisasi peraturan perundang-undangan;
4. Kerjasama internasional dan penyelamatan asset hasil tipikor;
5. Pendidikan dan budaya antikorupsi; dan
6. Mekanisme pelaporan pelaksanaan pemberantasan korupsi.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam strategi pencegahan untuk program jangka
panjang adalah:
1. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam administrasi dan layanan publik,
pengelolaan keuangan negara, penanganan perkara berbasis teknologi informasi (TI), serta
pengadaan barang dan jasa berbasis TI baik di pusat maupun daerah.
2. Peningkatan efektivitas sistem pengawasan dan partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan keuangan negara, serta memasukkan nilai integritas
dalam sistem penilaian kinerjanya.
3. Peningkatan efektivitas pemberian izin terkait kegiatan usaha, ketenagakerjaan, dan
pertanahan yang bebas korupsi.
4. Peningkatan efektivitas pelayanan pajak dan bea cukai yang bebas korupsi.
5. Penguatan komitmen anti korupsi di semua elemen pemerintahan (eksekutif), yudikatif,
maupun legislatif.
6. Penerapan sistem seleksi/penempatan/promosi pejabat publik melalui assesment integritas (t
ax clearance
,
clearance
atas transaksi keuangan, dll) dan pakta integritas.
7. Mekanisme penanganan keluhan/pengaduan anti korupsi secara nasional.
3/7
8. Peningkatan pengawasan internal dan eksternal, serta memasukkan nilai integritas ke dalam
sistem penilaian kinerja.
9. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan serta kinerja menuju opini
audit Wajar Tanpa Pengecualian dengan Kinerja Prima.
10. Pembenahan sistem kepemerintahan melalui Reformasi Birokrasi.
11. Pelaksanaan e-government.
Di bidang strategi penegakan hukum, kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:
1. Memperkuat mekanisme kelembagaan dan kerja sama antar lembaga penegak hukum
dalam rangka mengoptimalkan proses penegakan hukum terhadap tipikor.
2. Memperkuat sarana pendukung berbasis TI untuk koordinasi antar lembaga penegak hukum
dalam penanganan kasus dan proses peradilan(e-law enforcement).
3. Penerapan zero tolerance pada tipikor dan sanksi hukum yang lebih tegas di semua strata
pemerintahan (eksekutif), legislatif, dan yudikatif.
Selanjutnya dibidang harmonisasi peraturan di bidang perundang-undangan, kegiatan strategis
yang akan dilaksanakan adalah:
1. Harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan sesuai dengan kebijakan
nasional dan kebutuhan daerah yang berhubungan dengan sumber daya alam.
2. Harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan dan penyusunannya dalam
rangka modernisasi penegakan hukum dalam sistem peradilan pidana.
3. Mekanisme monitoring (pemantauan) dan evaluasi peraturan perundang-undangan terhadap
pelaksanaan peraturan perundangundangan yang tumpang tindih dan tidak konsisten.
4. Melakukan pemetaan dan revisi peraturan perundang-undangan terkait proses penegakan
hukum, antara lain; perlindungan saksi dan pelaku yang bekerja sama (justice collaborator),
serta menghalangi proses hukum (
obstruction of justice
).
5. Harmonisasi berikut penyusunan peraturan perundang-undangan dalam rangka
implementasi UNCAC dan peraturan pendukung lainnya.
6. Penyederhanaan jumlah dan jenis perizinan dalam kapasitas daerah.
7. Harmonisasi terhadap pengawasan atas pelaksanaan regulasi terkait pelimpahan
kewenangan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.
Kegiatan yang akan dilakukan dalam strategi pendidikan dan budidaya anti korupsi adalah: (1)
pengembangan sistem nilai dan sikap anti korupsi dalam berbagai aktivitas kehidupan di
masyarakat, sektor swasta, dan aparat pemerintah. (2) Pengembangan dan penerapan
nilai-nilai anti korupsi, kejujuran, keterbukaan, dan integritas di berbagai aktivitas di sekolah,
perguruan tinggi, dan lingkup sosial dalam rangka menciptakan karakter bangsa yang
berintegritas. (3) Kampanye anti korupsi secara menyeluruh dan terencana. (4) Memperluas
ruang partisipasi masyarakat dalam rangka PPK.
Kegiatan yang dilakukan dalam mekanisme pelaporan pelaksanaan pemberantasan korupsi
adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan dan penerapan standar informasi, dokumentasi, dan pelaporan para pihak
terkait, khususnya sistem pelaporan yang berbasis TI.
4/7
5/7
atau janji-janji. Pemberantasan korupsi perlu tindakan nyata, tegas dan keras. Perang melawan
korupsi tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah dan aparat lainnya tapi juga oleh
seluruh masyarakat. Tokoh masyarakat bisa mengajak semua lapisan masyarakat untuk
menekan pemerintah dan penegak hukum agar semakin berani bertindak dan benar-benar
memberantas korupsi.
Mengutamakan Pencegahan korupsi (Aspek penegakan hukum penting tapi tak mencukupi,
pemerintah harus didorong untuk memperkuat aspek pencegahan korupsi, Tajuk Rencana
Kompas, Jumat 18 Mei 2012).
KPK harus hadir di seluruh Indonesia (Bertrand De Speville, Kompas Sabtu 7 Juli 2012).
Karena begitu banyaknya kasus korupsi yang hampir terjadi diseluruh kehidupan masyarakat,
maka KPK harus lebih besar dan hadir di semua propinsi (seluruh Indonesia) artinya KPK harus
fokus kepada semua perkara bukan hanya menangani kasus-kasus besar dan melibatkan
banyak orang terkenal. Seharusnya KPK juga menangani semua kasus korupsi yang dilaporkan
masyarakat.
Tim KPK terus menyerus berkeliling ke sekolah-sekolah diseluruh penjuru Nusantara untuk
memutus mata rantai korupsi dan menjadikan generasi muda sebagai generasi anti korupsi di
segala bidang melalui sosialisasi program Berani Jujur itu Hebat (Kompas Sabtu 11 Agustus
2012
).
Diperlukan instrument lain untuk mencegah korupsi melalui pengajaran anti korupsi di tingkat
SMA dan perguruan tinggi (Salah satu upaya pemberantasan korupsi dengan mendidik untuk
membenci korupsi sejak usia muda , kompas, jumat 6 Juli 2012). Pelajaran anti korupsi sebagai
tindakan preventip tidak hanya dilakukan di sekolah-sekolah tetapi juga diajarkan di
organisasi-organisasi masyarakat dari yang kecil sampai ke tingkat yang amat besar.
Saran Untuk Menghilangkan Korupsi
Melihat kondisi korupsi yang sudah sangat parah di Negara kita,dan pada umumnya yang
berperan dalam korupsi itu adalah pegawai negeri/aparatur Negara maka berikut ini akan
disajikan saran-saran untuk menghilangkan korupsi yang terdiri dari dua kelompok, kelompok
pertama menyangkut pegawai yang diangkat sebelum 2014 dan kelompok kedua menyangkut
pegawai yang diangkat setelah 2014. Mengapa dipilih tahun 2014? Karena pada tahun 2014
kita akan melakukan PEMILU, baik untuk memilih Presiden maupun anggota legislatip (DPR
dan DPRD), sehingga calon anggota legislatif dan aparatur lainnya harus betul-betul bersih dari
perbuatan korupsi.
Pegawai yang diangkat sebelum 2014.
Untuk mengganti seluruh pegawai lama menjadi pegawai baru, mustahil dilaksanakan. Oleh
karena itu, pegawai yang ada saat ini harus tetap dimanfaatkan dan ditunggu secara alamiah
akan habis/berhenti karena pensiun. Namun, kelompok pegawai ini tetap harus dilakukan
pembinaan supaya menghentikan korupsi. Untuk itu semua usul atau pendapat masyarakat
dalam uraian diatas harus dilaksanakan secara konsekuen dan terencana. Bahkan kepada
para koruptor, di samping penjatuhan hukuman seberat-beratnya, maka harus dilakukan upaya
untuk mengambil kekayaannya dan menyerahkannya kepada Negara (upaya pemiskinan
koruptor).
6/7
7/7