Anda di halaman 1dari 8

Practice Report

2014
METALOGRAFI STAINLESS STEEL SS316L
Anealing

NAMA : FIKAN MUBAROK R


NRP

: 2712100080

JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
NOPEMBER

BAB I
Materials and Chemical
I.1

Materials dan Chemical


SS 316 L (molybdenum-bearing austenitic stainless steel) stainless steel

ini memiliki kadar nickel lebih tinggi dibandingkan SS 304. Komposisi dalam
stainless steel ini menghasilkan ketahanan korosi yang lebih baik dalam
lingkungan yang lebih korosif. Penambahan molybdenum memastikan
ketahanan korosi pada korosi lubang dan celah dalam lingkungan yang
banyak mengandung klorida, air laut, dan lingkungan kimia yang
mengandung asam sulfat, phosphoric dan asam asetat. SS 316 L adalah
modifikasi dari SS 316 yang memiliki kadar karbon rendah. Kontrol karbon
yang maksimalnya hanya 0.03% memperkecil adanya presipitat karbida pada
saat pengelasan sehingga membuat penggunaannya lebih luas pada
lingkungan korosif.
Adapun komposisi dari material yang digunakan adalah:
KOMPOSISI (%)

MATERIA
L
SS 316 L

Cr

Ni

Mn

Si

Mo

0.03

16.0-

10.0-

2.0

1.0

2.0-

max

18.0

14.0

max

max

3.0

Larutan etsa yang digunakan dalam proses etching adalah larutan nital 2%
dan larutan glyceregia. Larutan nital 2% dengan komposisi HNO3 (kadar
68%,) dan alkohol (kadar 96%), dengan perbandingan 9,6 ml alkohol dan 0,4
ml HNO3. Larutan glyceregia dengan komposisi gliserin , HCl (kadar 98%),
HNO3 (kadar 68%) dengan perbandingan 2 ml gliserin, 3 ml HCl, dan 1 ml
HNO3.

METALURGI II

Page 2

I.2

Methods
Metode yang digunakan adalah Annealing
Annealing
SS 316 L mengalami proses annealing, stainless steel dipanaskan sampai

temperatur 800oC. setelah itu spesimen diholding selama 45 menit. Kemudian


didinginkan didalam furnace sampai temperatur kamar.

I.3

Analisis Metalografi
Analisa metallography menggunakan microscope optic (Olympus GX71)

dengan perbesaran 500x dan 1000x. Preparasi sample diambil dari


pemotongan pipa stainless steel 316 L dengan ketebalan 0.5 cm . Mounting
dilakukan dengan menggunakan resin yang bertujuan untuk mempermudah
pemegangan

spesimen.

Kemudian

menghaluskan

permukaan

dengan

menggunakan beberapa proses. Proses pertama dilakukan menggunakan kikir,


proses kedua dilakukan dengan menggunakan kertas gosok (amplas) dengan
grade 80,120,180, 240, 400, 600, 800, 1000, 1500, dan 2000. Sedangkan
tahap akhir dilakukan polishing dengan menggunakan autosol. Proses etsa
dengan metode celup

menggunakan larutan glyceregia yang sebelumnya

specimen dipanaskan terlebih dahulu 100oC selama 1 menit dan dicelupkan


dalam glyceregia sesuai dengan komposisi selama +/- 30 detik. Kedua,
menggunakan Larutan nital sesuai dengan komposisi selama 2 menit dan pada
percobaan kedua

METALURGI II

Page 3

BAB II
Results and Discussion
Pada Stainless Steel SS316L digunakan 2 macam reagent yaitu Glyceregia
dan Nital. Untuk melihat strukturmikro carbida chromium digunakan etsa
glyceregia. Sedangkan melihat strukturmikro ferrite dan pearlite digunakan etsa
nital.
A.

d
B.

METALURGI II

Page 4

Gambar 2.1 Struktur mikro Baja SS316L. Gambar a. carbida chromium ,


glyceregia, 500x. Gambar b struktur mikro ferrite dan pearlite, nital 2%, 1000x.

SS316L merupakan paduan dari beberapa komponen yang terdiri dari unsur
utama chromium dan nickel. SS316L memiliki unsur paduan yang paling tinggi
adalah chromium, jadi untuk melihat struktur mikro yang terdapat pada Stainless
Steel ini digunakan etsa glyceregia.
Pada gambar 2.1.a terlihat adanya bintik berwarna hitam. Bintik hitam
tersebut merupakan karbida Chromium. Hal ini bisa terjadi karena unsur
chromium di dalam baja akan sebagian larut di dalam austenite. SS 316L
merupakan SS jenis Austenitik. Karena fasa austenite tidak stabil pada suhu
kamar maka dibutuhkan penstabil jadi ditambahkan unsur nikel dan Mangan
sebagai penstabil fasa austenite. Sedangkan sebagian lagi akan bergabung
menjadi carbida. Carbida tersebut terbentuk akibat adanya afinitas yang tinggi
antara chromiun dan carbon. Hal ini menyebabkan terbentuknya carbida
chromium (Cr3C2). Dengan adanya penambahan Chromium pada stainless steel
berfungsi sebagai penstabil austenit.
Terdapat juga bagian yang berwarna putih dan bagian yang lain dengan
warna sedikit lebih gelap. Hal ini terjadi karena perbedaan kelarutan karbon
dalam austenite. Berikut karbida yang terbentuk pada stainless steel SS316L

Fe

FexC

METALURGI II

Page 5

Cr

CrxCy

Pada gambar 2.1b terlihat struktur gelap dan terang (yang terlihat seperti bintik)
ini merupakan struktur ferrit perlite dari SS316L. Sangat sedikit yang terbentuk
karena komposisi SS316L yang hanya mengandung maksimal 0.03% karbon
sehingga membuat struktur ini sedikit terbentuk karena sebagian telah
membentuk sedikit karbida chrom dan sedikit larut dalam austenite.

METALURGI II

Page 6

DAFTAR PUSTAKA
ASM Metals Handbooks. 1992. Volume 9 Metallography And Microstructure.
United States: The Materials Information Company
Hidayat,Saeful.2012. Pengaruh Proses Anil Terhadap Perubahan Struktur Mikro Dendritik
Ke Equiaxial Dan Kekerasan Pada Baja Tahan Karat Austenit Yang Mengandung Unsur
Titanium Dan Yttrium Sebagai Bahan Komponen Reaktor Daya Berpendingin Nano.
Yogyakarta:Penelitian dan pengelolaan perangkat nuklir
Stjepan,Kozuh.2007. The effect of annealing on properties of AISI 316L base and weld
metals.Journal : RMZ Materials and Geoenvironment, Vol. 54, No. 3, pp. 331-344,
2007. Slovenia

METALURGI II

Page 7

Daftar Penanya
Yanda Satria Hadi Surya : 2710100100
Sasza Chyntara N

: 2710100089

Dewi Isniyati R.

: 2710100034

Mukhamad Aziz

: 2710100042

METALURGI II

Page 8

Anda mungkin juga menyukai