Anda di halaman 1dari 11

TUGAS AKHIR AKUNTANSI INTERNASIONAL

ANALISIS JURNAL
PENGARUH KONVERGENSI IFRS TERHADAP INCOME SMOOTHING
DENGAN KUALITAS AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI dan
PENGARUH PENERAPAN KONVERGENSI IFRS TERHADAP
PENILAIAN ASET DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP FAIR VALUE

Oleh Kelompok 11:


Annisha Fitri P.S

125020300111107

Siska Nurmayasari

125020300111112

Diana Rachmawati

125020301111038

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
2014

ANALISIS JURNAL PENGARUH KONVERGENSI IFRS


TERHADAP INCOME SMOOTHING DENGAN KUALITAS
AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI

I.

Analisis Tujuan:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konvergensi IFRS

terhadap income smoothing dan mengetahui apakah pengaruh konvergensi IFRS terhadap
income smoothing perusahaan yang diaudit KAP big 4 lebih tinggi daripada perusahaan yang
diaudit oleh KAP non-big 4.
Alasannya dikarenakan penerapan IFRS sebagai standar global akan berdampak pada
semakin sedikitnya pilihan-pilihan metode akuntansi yang dapat diterapkan sehingga akan
meminimalisir praktik-praktik kecurangan akuntansi (Prihadi, 2011:4). Fleksibilitas ketika
memilih metode akuntansi kadang-kadang memotivasi manajer untuk memilih metode
akuntansi atau untuk mengubah yangdigunakan dalam rangka meningkatkan, menurunkan
atau meratakan angka pendapatan dari tahun ke tahun. Isu ini sering dikaitkan dengan praktik
income smoothing, yaitu yaitu merepresentasikan usaha manajer untuk

menggunakan

keleluasaan dalam pelaporan untuk dengan sengaja meredam fluktuasi realisasi pendapatan
perusahaan. Isu ini biasa dikenal sebagai earning management atau manajemen laba. Butler
et al.

(2004) mengatakan bahwa

earning management pada laporan keuangan dapat

diidentifikasi dengan menggunakan rasio kunci yakni seperti gearing dan likuiditas, dan
penerapan standar IFRS pada item laporan keuangan ini dapat mengurangi tingkat earning
management. Namun ada juga beberapa penelitian sebelumnya yang menujukkan bahwa ada
beberapa negara yang setelah mengadopsi IFRS, tingkat manajemen labanya tidak
mengalami penurunan.

Dengan kata lain, dari beberapa hasil penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa peningkatan kualitas informasi akuntansi tidak hanya dapat dinilai
dari sisi standar yang digunakan, tapi juga berhubungan dengan manajer dan auditor,
sebagai pihak yang melakukan pemeriksaan terhadap informasi tersebut dan pihak yang akan
mengidentifikasi setiap kecurangan yang terjadi pada laporan keuangan.
Selain itu ada beberapa penelitian yang menunjuukan bahwa perusahaan audit yang
besar akan berusaha untuk menyajikan laporan audit yang lebih berkualitas dibandingkan
dengan perusahaan audit yang kecil.

Lennox (1999) menyatakan bahwa perusahaan audit yang besar lebih mampu menangkap
signal akan penyelewengan keuangan yang terjadi dan mengungkapkannya dalam pendapat
audit mereka. Berdasarkan penjelasan di atas, maka motivasi dilakukannya penelitian ini
adalah

karena teori-teori yang berkaitan dengan

income smoothing

dampak pengadopsian IFRS terhadap

masih mempunyai dukungan yang sangat kurang

sehingga peneliti

memandang masih perlu adanya dukungan teori atas fenomena dampak pengadopsian IFRS
terhadap income smoothing ini. Selain itu, makin maraknya multinational company yang
beroperasi di negara-negara Asia menyebabkan tuntutan panggunaan standar pelaporan yang
berlaku secara internasional.

II.

Analisis Pembahasan
Hasil pengujian hipotesis menggunakan uji regresi linear berganda mendukung

hipotesis pertama yang menyatakan bahwa konvergensi IFRS berpengaruh negatif terhadap
income smoothing. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3, nilai koefisien variabel IFRS sebesar
-0,093 dan signifikansinya sebesar 0,000 yang lebih kecil dari nilai signifikansi =0,05. Hasil
ini sesuai dengan penelitian Barth (2008) dan Morais & Curto (2008) yang menemukan bukti
bahwa selama periode ketika perusahaan mengadopsi IFRS, perusahaan lebih sedikit
melakukan income smoothing. Hubungan negatif ini diduga terjadi karena penerapan IFRS
akan berdampak pada semakin sedikitnya pilihan-pilihan metode akuntansi yang dapat
diterapkan sehingga akan meminimalisir praktik kecurangan akuntansi

Fleksibilitas ketika memilih metode akuntansi kadang-kadang memotivasi manajer


untuk memilih metode akuntansi atau untuk mengubah yang digunakan dalam rangka
meningkatkan, menurunkan atau meratakan angka pendapatan dari tahun ke tahun. Isu ini
sering dikaitkan dengan praktek income smoothing. Oleh karena itu, dengan diterapkannya
standar akuntansi yang berkualitas tinggi seperti IFRS, diharapkan praktik-praktik
kecurangan akuntansi (dalam hal ini income smoothing) akan dapat diminimalisir.
Interaksi antara IFRS dengan kualitas audit memberikan hasil positif signifikan
terhadap income smoothing. Hasil pengujian menunjukkan bahwa interaksi antara IFRS
dengan kualitas audit memiliki koefisien sebesar 0,075 dengan signifikansi sebesar 0,037.
Hal ini berarti apabila interaksi antara variabel IFRS dengan kualitas audit bertambah satu
satuan, maka income smoothing akan bernilai positif 0,075.
Adanya pengaruh positif antara variabel interaksi IFRS dengan kualitas audit terhadap
income smoothing tersebut diduga terjadi karena pada saat periode penelitian banyak
perusahaan yang sedang melakukan event-event tertentu, seperti IPO, dll, sehingga
perusahaan cenderung berusaha untuk mempercantik laporan keuangannya. Bukti empiris
menunjukkan bahwa adanya suatu kenaikan permintaan terhadap kualitas audit pada saat
IPO. Perusahaan sering menggantikan auditor dan memilih auditor Big Five pada saat IPO
(Carpenter dan Strawser, 1971; Menon dan Williams, 1991 dalam Chen et al., 2005).
Pengaruh positif variabel interaksi IFRS dengan kualitas audit terhadap income smoothing
juga dapat terjadi akibat adanya audit failures. Audit failure terjadi ketika auditor menyatakan
opini audit yang salah karena pelaksanaan audit tidak sesuai dengan standar auditing. Bentukbentuk audit failures tersebut terjadi pada sejumlah perusahaan terkemuka seperti Enron,
Xerox, Tyco dan Worldcom yang melibatkan banyak pihak dan berdampak luas.

III.

Analisis Hasil:

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konvergensi IFRS terbukti berpengaruh negatif
terhadap income smoothing. Sedangkan hipotesis kedua tidak mendapatkan dukungan data
dalam penelitian ini. Interaksi antara variabel IFRS dengan kualitas audit berpengaruh positif
terhadap income smoothing. Hal ini berarti apabila interaksi antara IFRS dengan kualitas
audit dinaikkan nilainya satu satuan, maka income smoothing akan naik nilainya sebesar
nilai koefisiennya. Hasil pengujian ini berlawanan dengan hipotesis kedua yang menyatakan
bahwa pengaruh konvergensi IFRS terhadap income smoothing perusahaan yang diaudit
KAP big 4 lebih tinggi dibanding perusahaan yang diaudit KAP non big 4.

Adanya hasil pengujian yang mengakibatkan ditolaknya hipotesis kedua tersebut diduga
disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama adalah pada saat periode penelitian diduga
banyak perusahaan yang sedang melakukan event-event tertentu, seperti IPO, dll, sehingga
perusahaan cenderung berusaha untuk mempercantik laporan keuangannya. Faktor kedua
yaitu dugaan adanya audit failures. Audit failure terjadi ketika auditor menyatakan opini
audit yang salah karena pelaksanaan audit tidak sesuai dengan standar auditing. Bentukbentuk audit failures tersebut terjadi pada sejumlah perusahaan terkemuka seperti Enron,
Xerox, Tyco dan Worldcom.

IV.

Relevansi Dengan Materi Perkuliahan Akuntansi Internasional

Isi dari pembahasan jurnal yang berjudul PENGARUH KONVERGENSI IFRS


TERHADAP INCOME

SMOOTHING

DENGAN

KUALITAS

AUDIT

SEBAGAI

VARIABEL MODERASI sangat sesuai dengan apa yang dijelaskan pada pertemuan awal
mata kuliah akuntansi internasional dimana kita belajar tentang asal mula dan mengapa
diperlukannya konvergensi IFRS terhadap sistem akuntansi di dunia sebagai dampak
munculnya perusahaan multinasional (Multi National Company - MNC) dengan operasi dan
transaksi yang melampaui batas-batas negara, atau suatu entitas dengan kewajiban pelaporan
kepada para pengguna yang berlokasi di negara selain negara entitas laporan.
Selain itu jurnal ini berkaitan dengan bab 8 yang menjelaskan tentang standar audit
dan akuntansi global. Dalam bab tersebut dikatakan bahwa standar audit yang berkualitas
tinggi merupakan hal yang penting untuk memastikan bahwa standar akuntansi
diinterpretasikan dan diterapkan dengan teliti. Auditor memvalidasi dan menambahkan
kredibilitas pada laporan keuangan eksternal. Pelaporan keuangan yang baik merupakan inti
fungsi efisien dari pasar modal.
Untuk membagun pasar modal yang kuat dan stabil untuk merangsang perkembangan
ekonomi suatu negara tentu saja diperlukan kepercayaan dan pemahaman tingkat tinggi dari
para investor. Dengan memiliki dan menggenggam susunan standar akuntansi bersama yang
berkualitas tinggi, seorang investor akan memiliki pemahaman dan kepercayaan yang lebih.
Jika laporan keuangan suatu perusahaan disusun dengan mengacu pada standar
akuntansi yang todak berkualitas tinggi atau standar akuntansi yang tidak dikenal oleh para
investor, maka investor tersebut tidak akan dapat sepenuhnya memahami prospek perusahaan

sehingga akan mengakibatkan premi berisiko dalam berinvestasi di perusahaan yang


bersangkutan. Hal ini pun akan mengakibatkan perusahaan akan meningkatkan biaya relatif
perusahaan dalam mendapatkan modal.
Sehingga dalam jurnal ini menitikberatkan konvergensi IFRS terhadap income
smoothing (pemerataan pendapatan) yang berkaitan erat dengan manajemen laba yang
terkadang berujung pada fraud. Seperti yang dijelaskan di pertemuan akuntansi internasional
sebelumnya dengan adanya konvergensi IFRS diharapkan mampu memperbaiki standar
akuntansi yang dianut sebelumnya.

ANALISIS JURNAL PENGARUH PENERAPAN


KONVERGENSI IFRS TERHADAP PENILAIAN ASET
DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP FAIR VALUE
I.

Analisis Tujuan:
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui proses konvergensi PSAK ke IFRS di

Indonesia dan untuk mengetahui pengaruh konvergensi IFRS terhadap penggunaan konsep
fair value terhadap penilaian aset di suatu entitas.
Alasannya dikarenakan adanya konvergensi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) menuju International Financial Reporting Standard (IFRS). International Financial
Reporting Standar (IFRS) merupakan pedoman penyusunan laporan keuangan yang diterima
secara global dan mendunia, sedangkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
merupakan pedoman standar akuntan di Indonesia untuk membuat laporan keuangan.
Indonesia sebagai sebuah negara berkembang yang menjadi bagian dari pertumbuhan
ekonomi dunia telah merespon perubahan-perubahan sistem pelaporan keuangan terkini
dengan melakukan konvergensi IFRS. Konvergensi PSAK menuju IFRS juga tidak lepas dari
keikutsertaan Indonesia dalam forum G-20. Dalam kesepakatan G-20 di Pittsburg pada
tanggal 24-25 September 2009, menyatakan bahwa otoritas yang

mengawasi aturan

akuntansi Internasional harus meningkatkan standar global untuk mengurangi kesenjangan


aturan di antara negara-negara anggota G-20. Indonesia sebagai anggota forum G-20 harus
mengikuti kesepakatan tersebut, sehingga pembuatan Standar Akuntansi Keuangan pun
mengarah pada konvergensi IFRS yang dahulunya International Accounting Standar (IAS).
Adopsi penuh IFRS berarti ada perubahan pengukuran dan pengakuan terhadap pelaporan
keuangan. Dengan diadopsinya IFRS secara penuh, maka laporan keuangan yang dibuat
berdasarkan PSAK tidak lagi memerlukan rekonsiliasi yang signifikan dengan laporan
keuangan perusahaan atau entitas yang berasal dari negara lain. Namun, penerapan IFRS
berarti merubah dan menyesuaikan sebagian besar prinsip dari standar akuntansi yang
sebelumnya telah berlaku. Salah satu perubahan mendasar dari adanya adopsi IFRS tersebut
adalah penggunaan

fair value accounting dalam penilaian persediaan. Dengan adanya

konvergensi ini juga akan memberikan pengaruh terhadap penilaian, pengukuran dan
pelaporan laporan keuangan. Contohnya adalah penilaian asset suatu entitas.

Sebelum digunakannya atau diterapkannya konsep penggunaan fair value, sistem akuntansi
untuk penilaian aset menggunakan konsep historical cost.
Konsep historical cost tersebut menggunakan pendekatan biaya perolehan menghasilkan
nilai buku. Untuk berbagai kepentingan, laporan nilai buku itulah yang selama ini lazim
dijadikan acuan untuk menilai sebuah perusahaan. Dengan kondisi pasar yang semakin
dinamis dan berkembang sangat cepat, pada akhirnya konsep historical cost dianggap tidak
lagi relevan dalam mengukur realitas atau kondisi
ekonomi di suatu perusahaan atau entitas. Hal tersebut terjadi karena historical cost hanya
mengukur transaksi yang telah selesai, tidak bisa mengakui perubahan nilai riil yang terjadi.

II.

Analisis Pembahasan

Tahapan adopsi yang dilakukan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan menuju
konvergensi IFRS di Indonesia adalah:
(1) Tahap pertama (tahap adopsi pada tahun 2008-2010) yaitu adopsi seluruh IFRS ke
PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, evaluasi dan kelola dampak adopsi
terhadap psak yang berlaku.
(2) Tahap kedua (tahap persiapan akhirpada tahun 2011) yaitu penyelesaian persiapan
infrastruktur yang diperlukan, penyelesaian persiapan infrastruktur yang diperlukan
(3) Tahap ketiga (implementasi tahun 2012) yaitu penerapan PSAK berbasis IFRS secara
bertahap, evaluasi dampak penerapan PSAK secara komprehensif.
Penggunaan Konsep Fair Value
Selama ini terjadi beberapa penghalang dalam hal adaptasi IFRS dengan PSAK, namun
masalah sulitnya adaptasi PSAK dengan IFRS telah teratasi yaitu dengan diperbolehkannya
penggunaan nilai wajar (fair value) dalam PSAK. Sebelum penggunaan metode fair value,
metode yang digunakan adalah metode historical cost atau harga perolehan sebagai dasar
dalam penilaian sebuah asset perusahaan. Dalam konsep historical cost, pos-pos laporan
keuangan diukur sebesar harga pada waktu terjadinya transaksi.
Dalam metode historical cost berdasarkan yaitu asumsi adanya stable monetary unit yang
mengakibatkan semua transaksi yang terjadi dicatat atas dasar nilai historis atau nilai yang
didapat saat terjadi transaksi.

Di sisi lain disadari pula bahwa stable monetary unit tersebut pada kenyataannya tidak ada,
apalagi pada negara yang menganut ekonomi terbuka seperti Indonesia. Penggunaan
historical cost dalam akuntansi finansial disebabkan karena beberapa alasan
Dari analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai wajar diukur menggunakan dasar ketika
asset/liabilitas dapat ditukar, bukan ketika asset/liabilitas benar-benar ditukar. Cara mengukur
ketika aset atau suatu liabilitas dapat ditukar adalah menggunakan tiga pendekatan, yaitu:
(1) metode pendekatan pasar, dalam pendekatan ini nilai wajar diukur berdasarkan harga
pasar atau informasi relevan lain yang dihasilkan dari transaksi di pasar. Hal ini
termasuk harga aset (liabilitas) sejenis yang ada di pasar, dan metode penilaian lain
yang konsisten dengan pendekatan pasar. Urutan yang digunakan jika nilai wajar
menggunakan pendekatan pasar adalah, pertama harga pasar aset (liabilitas) pada saat
pelaporan, jika tidak terdapat harga pasar aset (liabilitas) maka menggunakan harga
pasar aset (liabilitas) sejenis, jika tidak terdapat harga pasar aset (liabilitas) sejenis
maka menggunakan model yang konsisten dengan pendekatan pasar, contohnya
adalah model matrix pricing.
(2) metode pendekatan penghasilan, pendekatan ini menggunakan teknik penilaian untuk
mengubah nilai masa depan, sebagai contohnya adalah aliran kas atau laba ke nilai
kininya terdiskonto (discounted). Pengukuran nilai wajar dalam pendekatan ini
menggunakan dasar nilai yang dilihat dari harapan pasar kini atas nilai aset (liabilitas)
masa depan. Pendekatan ini termasuk menggunakan nilai kini (present value, option
pricing).
(3) metode pendekatan cost atau biaya, disebut juga sebagai pendekatan cost pengganti
kini (current replacement cost). Cost pengganti ini adalah jumlah yang diperlukan
untuk menggantikan suatu aset. Penggunaan historical cost tidak lagi relevan karena
kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan telah terhambat oleh tantangan yang
serius. Dan banyak orang yang berpendapat dan yakin bahwa standard akuntansi yang
menggunakan historical cost memainkan peranan penting sebagai penyebab
kerusakan perekonomian, terutama bagi lembaga simpan pinjam pada tahun 1980-an
dan masalah perbankan yang terjadi pada tahun 1990-an. rugian segera pada saat
terjadi. Sehingga terdapat kesepakatan bahwa standard aKarena pada waktu itu
banyak laporan keuangan yang tidak mengungkapkan kekuntansi yang ada perlu
diperbaiki untuk memastikan bahwa laporan keuangan bermanfaat, relevan, dan
terpercaya. Dan dibuatlah laporan keuangan berbasis fair value.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, kelebihan atau keuntungan menggunakan Fair Value,
adalah sebagai berikut:
(1) Relevance. Banyak orang percaya bahwa standard akuntansi historical cost telah
banyak kehilangan relevansinya karena kegagalannya mengukur realitas ekonomi.
Hampir semua orang setuju bahwa peristiwa ekonomi yaitu, kejadian yang mengubah
waktu kapan arus kas diterima dan jumlahnya yang akan datang harus tercermin dan
terungkapdalam laporan keuangan lembaga. Akan tetapi, seringkali model historical
cost hanya mengukur transaksi sudah selesai dan gagal mengakui adanya perubahan
nilai riil lain yang dapat terjadi.
(2) Reliability. Masalah yang selalu ada yang tidak dapat dihindari adalah bahwa model
akuntansi berdasarkan historical cost tidak mengakui adanya perubahan nilai bersifat
ekonomis, dan cenderung membiarkan perusahaan memilih sendiri apakah dan kapan
mengakui adanya perubahan tersebut. Ini mendorong adanya bias dalam pemilihan
apa yang dilaporkan, dan memperburuk kompromi kenetralan dan dipercayainya
informasi keuangan.

III.

Analisis Hasil:

Dari penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa dengan adanya konvergensi IFRS,
maka akan memberikan pengaruh terhadap akuntansi, diantaranya dalam hal pengukuran dan
penilaian persediaan. Sebelum penggunaan metode fair value, metode yang digunakan
dalampengukuran dan penilaian persediaan adalah metode

historicalcost atau harga

perolehan sebagai dasar dalam penilaian sebuah asset perusahaan. Dalam konsep historical
cost, pos-pos laporan keuangan diukur sebesar harga pada waktu terjadinya transaksi. Harga
ini kemudian akan menjadi dasar pelaporan besarnya suatu pos untuk periode selanjutnya,
selama pos tersebut masih dilaporkan. Keuntungan dari digunakannya pendekatan historical
cost ini adalah, besarnya pos laporan keuangan dapat dibuktikan dengan mudah karena
berdasarkan transaksi yang telah terjadi. Sedangkan konsep fair value, menilai persediaan
berdasarkan pada harga pasar atau pada harga saat ini. Persediaan yang dilaporkan dengan
sistem akuntansi berdasarkan fair valuemempunyai korelasi sangat kuat dengan harga saham,
dan memberi petunjuk bahwa nilai berdasarkan pasar lebih baik (lebih terpercaya) dari pada
nilai berdasarkan historical cost.

IV.

Relevansi Dengan Materi Perkuliahan Akuntansi Internasional

Sama halnya dengan jurnal lainnya yang kami bahas, isi dari pembahasan jurnal yang
berjudul PENGARUH PENERAPAN KONVERGENSI IFRS TERHADAP PENILAIAN
ASET DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP FAIR VALUE sangat relevan dengan bab 8
yang membahas akuntansi global dan konvergensi IFRS. Tapi berbeda dengan jurnal
sebelumnya, jurnal ini lebih menekankan pada konvergensi IFRS terhadap PSAK yang ada di
Indonesia yang mengakibatkan bergantinya prinsip historical cost menjadi prinsip fair value
dalam penilaian aset tetap.
Terdapat perbandingan antara historical value menjadi fair value yaitu di mana suatu
informasi dalam laporan keuangan dinyatakan memiliki relevansi jika informasi tersebut
mampu mempengaruhi keputusan investor dan informasi dinyatakan memiliki reliabilitas
yang tinggi jika informasi tersebut sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan dapat diuji
kebenarannya oleh pihak lain. Akuntan meyakini bahwa jika laporan keuangan mampu
memenuhi kedua karakteristik tersebut, maka laporan keuangan akan berguna dalam
pengambilan keputusan investasi.
Dengan menggunakan historical cost dipandang akan mengurangi aspek kualitas
relevansi. Sehingga laporan keuangan tidak dapat digunakan dalam pengambilan keputusan.
Oleh sebab itu fair value muncul untuk mengatasi kekurangan historical cost. Namun fair
value tidak dapat sepenuhnya berguna untuk pengambilan keputusan karena tidak memiliki
reliabilitas. Baik historical cost maupun fair value mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Karena perdebatan ini maka historical cost sampai sekarang masih
digunakan.
Dalam biaya historis, mengabaikan jumlah aset yang dapat dijual di pasar terbuka, yang
disebut nilai wajar, sampai aset tersebut benar-benar dijual. Perusahaan ini membawa aset di
neraca sebesar biaya pembelian dikurangi akumulasi penyusutan setiap diambil. Pada saat
penjualan, perusahaan mencatat keuntungan atau kerugian terhadap biaya pembelian aset
dikurangi dengan penyusutan jika berlaku.

Anda mungkin juga menyukai