Anda di halaman 1dari 3

Diabetes melitus merupakan penyakit sistemik yang sangatsering dijumpai.

Sekitar 100
juta orang di seluruh dunia telah terkena penyakit ini. Angka kematian di seluruh dunia
bertambah seiring dengan semakin menjamurnya penyakit ini. Kematian akibat diabetes
melitus disebabkan oleh komplikasi yang terjadi pada sistem serebrovaskular berupa stroke
dan pada ginjal, yang berupagagal ginjal. Retinopati, nefropati, dan neuropati juga sering
menyertai diabetes melitus. Komplikasi yang begitu banyak menyebabkan pasien diabetes
melitus memiliki usia harapan hidup yang pendek.
Diabetes melitus yang paling sering ditemukan adalah diabetes melitus tipe 2, yaitu NonInsulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Diabetes melitus tipe 2 ini biasanya terjadi
pada usia 40 tahun ke atas, dan bersifat diturunkan dalam keluarga.
Diabetes melitus mempunyai efek yang khas pada epitel rongga mulut. Epitel rongga
mulut pada pasien diabetes melitus tipe 2 mengalami pembesaran (enlargement) pada
nukleus. Selain itu, nukleus juga mengalami karyorrhexis. Terdapat juga leukosit binukleasi
dan polimorfonuklear, yang disertai dengan peningkatan area nuklear (NA). Area sitoplasma
(CA) tidak mengalami perubahan yang signifikan.
Diagnosis awal pada penyakit diabetes melitus sangat penting. Teknik eksfoliatif sitologi
dipercaya menjadi penunjang diagnosis yang relatif mudah, sederhana, dan non-invasif.
Teknik ini dapat dijadikan pemeriksaan rutin pada pasien diabetes melitus pada klinik gigi.
Tekmik tersebut digunakan dalam penelitian ini untuk mengkaji perubahan morfologi dan
sitomorfometri pada sel mukosa bukal pasien diabetes melitus tipe 2.

Sel epitel mulut yang diwarnai terbagi menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran dan warna
dari komponen sel. Setiap tipe seluler menunjukkan sel-sel berbeda yang berasal dari lapisanlapisan berbeda pada epithelium mulut, lapisan yang berbeda-beda ini akan menunjukkan
tingkat keratinisasi yang berbeda pula. Lapisan yang paling terkeratinisi adalah sel yang
terwarnai merah muda dan dapat ditemukan pada lapisan superficial epithelium mulut,
lapisan terkeratinisasi sedang terlihat gambaran berwarna hijau berukuran besar pada lapisan
pertengahan dan lapisan tidak terkeratinisasi akan tampak sebagai gambaran hijau berukuran
kecil yang hadir pada lapisan basal epithelium.

Gmb. 1. Sel epithelium mulut pada individu sehat menunjukkan gambaran nucleus berukuran
normal.

Gmb 2. Sel epithelium mulut pasien diabetes terlihat membesaran.

Gmb. 3. Binucleation pada sel epitel mulut pasien diabetes


Nucleus dari sel epithelium subject yang sehat (gambar 1) terlihat memiliki ukuran
yang kecil dan kompak. Sedangkan nucleus sel epitheliym dari pasien diabetes ditemukan
lebih besar dan lebih porus (gambar 2). Sel epithelium dari kelompok diabetes menunjukkan
binucleation dan karyorrhexis serta terlihat pula adanya infiltrasi leukosit PMN. Secara
kontras, tidak terdapat perubahan morfologi dari pengamatan pada sel epitelium dari subjek
kontrol.
Terlihat terdapat perbedaan baik dari segi kualitatif maupun kuantitatif sel mukosal oral pada
penderita diabetes tipe 2 dengan sel mukosa oral orang normal. Pada mukosa oral penderita
diabetes terjadi perbesaran nukleus, binukleasi, karyoheksis dan infiltrasi leukosit PMN.
Selain itu juga terjadi perubahan mukosa bukal pada pasien dengan penyakit endokrin dan
respiratori. Perbedaan ini terjadi pada tingkat keratinisasi sel saat proses penyembuhan.
Adanya perbedaan nutrisi yang masuk tubuh juga dikaitkan dengan perubahan yang terjadi
pada oral mukosa. kekurangan vitamin B12 dan asam folat pada tubuh dapat menyebabkan
perubahan sintesis DNA.
Kesimpulan dari studi ini ialah perubahan morfologi dan sitomorfometrik di mukosa bukal
pada pasien penderita diabetes tipe 2 tidak berpengaruh pada faktor umur, jenis kelamin,
kebiasaan merokok dan penyakit sistemik lain.

Anda mungkin juga menyukai