Presus Uro Fix
Presus Uro Fix
Penatalaksanaan Medis
Ignatavicius, dkk (2001:1620) mengatakan bahwa tujuan pengelolaan batu saluran kemih
terdiri dari beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: menghilangkan obstruksi,
menghilangkan rasa nyeri, mengobati infeksi, mencegah terjadinya nephrolithiasiskembali.
Langkah-langkah untuk mencapai tujuan ini adalah sebagai berikut:
1.
2.
Analisis batu.
3.
4.
5.
Memberikan diet terapi rendah kalsium, phospat, magnesium dan lain-lainnya sesuai
1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena
diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan lebih bersifat simtomatis, yaitu
bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan memberikan
diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar.
2. ESWL ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsy )
Alat ESWL dapat memecah batu ginjal tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan.
Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran
kemih. Tidak jarang, pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri
kolik dan menyebabkan hematuria.
3. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu, tindakan
tersebut terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih
melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukkan
melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat
dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidroulik, energi gelombang suara, atau
dengan energi laser. Beberapa tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu pada ginjal
adalah :
a. PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy )
Yaitu mengeluarkan batu di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke
sistem kalises ginjal melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah
terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
b. Uretero atau Uretero-renoskopi
Yaitu memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna melihat kedaan ureter atau sistem
pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun
sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureterorenoskopi.
4. Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-tindakan
endourologi, laparaskopi maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui
pembedahan terbuka. Pembedahan itu antara lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi
untuk mengambil batu pada saluran ginjal. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan
nefrektomi karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan telah terjadi pionefrosis, korteksnya
sudah sangat tipis atau mengalami pengkerutan akibat batu yang menimbulkan obstruksi dan
infeksi yang menahun
II. 7. Pencegahan Nefrolithiasis
Tindakan selanjutnya yang tidak kalah penting setelah pengeluaran batu adalah upaya
menghindari timbulnya kekambuhan. Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas
kandungan unsur yang menyusun batu yang diperoleh dari analisis batu3. Pada umumnya
pencegahan itu berupa 5:
Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urine sebanyak
2-3 L/hari
Jenis Batu
Faktor predisposisi
Pengobatan
pencegahan
Kalsium oksalat
Hiperkalsiuria
Sayuran,
susu,
buah
bikarbonat
Kemoterapi gout
sitrat
Kemih basa
Kemih asam
Daging,
Triple fosfat
roti,
atau
makanan
Kalsium fosfat
imobilitas
lama
1.
2.
Gambaran klinis nefrolithiasis tergantung pada posisi batu, ukuran batu dan penyulit
yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada
pinggang, baik berupa nyeri kolik maupun bukan kolik, hematuria, demam, nyeri ketok
pada daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis,
terlihat tanda-tanda gagal ginjal, dan adanya retensi urine.
3.
4.
5.
Prognosis nefrolithiasis tergantung ukuran batu, letak batu, adanya infeksi serta
tingkat obstruksi
DAFTAR PUSTAKA
1. Ashadi T., 1998, Manfaat Diagnosa Radiografi pada Batu Saluran Kemih, 24 (8), hal ; 544
9, Medika
2. Ismadi M., 1976, Penelitian Tentang Urolithiasis Pada Perhatian Dengan Sifat Biokimiawi
Air Kencing, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
3. Palmer P.E.S., 1995, Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum, Penerbit EGC,
Jakarta.
4. Price S. A., Wilson L. M., 1995. Batu Ginjal dan Saluran Kemih dalam Patofisiologi,
konsep klinis proses-proses penyakit, ed 4, hal ; 797 8, EGC, Jakarta
5. Purnomo B., 2003, Batu Ginjal dan Ureter dalam Dasar-Dasar Urologi, hal ; 57 68,
Sagung Seto, Yogyakarta
6. Raharjo J. P., 1996, Batu Saluran Kencing dalam Ilmu Penyakit Dalam, ed 3, hal ; 337
40, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
7. Sabiston C. D. Jr, MD., 1997, Batu Ginjal dan Ureter dalam Buku Ajar Bedah 2, hal ; 472
3, EGC, Jakarta