Anda di halaman 1dari 9

Laporan Kasus

KOLELITIASIS
P.Agus Eka Wahyudi, S.ked; Lab/SMF Ilmu Penyakit Dalam
FKIK Univesritas Warmadewa/RSUD Sanjiwani Gianyar

Latar Belakang
Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat terjadi di dalam
kandung empedu, tetapi batu tersebut dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke
dalam saluran empedu dan disebut sebagai batu saluran empedu. Sebagian besar batu
empedu terutama batu kolesterol, terbentuk di dalam kandung empedu. Kandung
empedu adalah sebuah kantong yang terletak di bawah hati yang mengosentrasikan
dan menyimpan empedu sampai ia dilepaskan ke dalam usus. 1,2
Kebanyakan batu duktus koledukus berasal dari batu empedu, tetapi ada juga
yang terbentuk primer di dalam saluran empedu. Batu empedu bisa terbentuk di
dalam saluran empedu jika empedu mengalami aliran balik karena adanya
penyempitan saluran. Batu empedu dalam saluran empedu bisa mengakibatkan
infeksi hebat saluran empedu (kolangitis). Jika saluran empedu tersumbat, maka
bakteri akan tumbuh dan dengan segera menimbulkan infeksi di dalam saluran
empedu. Bakteri bisa menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan infeksi di
bagian tubuh lainnya. Dengan adanya infeksi dapat menyebabkan kerusakan dinding
kandung empedu, sehingga aliran empedu menjadi statis yang meningkatkan
pembentukan batu empedu. Insiden kolelitiasis di negara barat sekitar 20% dan
banyak menyerang orang dewasa dan lanjut usia. Kebanyakan kolelitiasis tidak
bergejala atau bertanda. Gejala yang umum muncul pada pasien kolelitiasis: nyeri
pada epigastrium, nyeri pada perut kuadran kanan atas. Reaksi infeksi lebih sering
terjadi pada saat ada sumbatan batu dibanding proses infeksi yang mendasari
terjadinya proses pembentukan batu itu sendiri. Tiap tahun 500.000 kasus baru dari
batu empedu ditemukan di Amerika serikat, diperkirakan sekitar 20 juta orang di
Amerika serikat menderita kolelitaisis dengan prevalensi 5 juta pria dan 15 juta pada
wanita. Di Indonesia kolelitiasis baru mendapat perhatian klinis, sementara untuk
publikasi penelitian kolelitiasis masih terbatas. 123
1

Kasus
Seorang pasien lelaki inisial NT, usia 39 tahun agama hindu, suku bali
Pekerjaan sebagai security dengan perawakan gemuk, berat badan 80 kg dan tinggi
badan 170 cm, datang ke instalasi gawat darurat (IGD) Rumah Sakit Umum
Sanjiwani Gianyar pada tanggal 24 November 2014 dengan keadaan umum sakit
sedang dan kesadaran compos mentis (GCS= E4V5M6). Pasien datang dengan
keluhan utama nyeri pada perut kanan atas, sejak 4 jam Sebelum masuk rumah sakit.
Awalnya pasien mengatakan sebelum nyeri pada perut kanan atas mengalami mualmual tanpa disertai muntah setelah makan gorengan. Selang 15 menit setelah makan
gorengan pasien mengeluh nyeri pada perut kanan atas yang dirasakan seperti
tertusuk-tusuk dan menetap. Nyeri perut ini biasanya hilang apabila pasien
beristirahat dan akan makin sakit apabila pasien berkerja berat, sehingga pasien tidak
bisa bekerja seperti biasanya. Keluhan lain yang dirasakan oleh pasien adalah nyeri
yang menjalar hingga ke perut bagian tengah dan tembus hingga ke punggung bagian
tengah. Untuk buang air kecil dikatakan normal oleh pasien dengan warna kencing
kuning dengan frekuensi 4-5 kali sehari tanpa disertai dengan riwayat kencing
disertai pasir atau bercampur darah. Untuk buang air besar dikatakan normal oleh
pasien dengan warna feces kuning dengan frekuensi 1-2 kali sehari. Riwayat
penyakit dahulu pasien mengatakan sebelumnya pasien memang sudag memiliki
riwayat nyeri pada kerut kanan atas sejak 10 tahun yang lalu namun pasien tidak
pernah memeriksakan diri ke dokter untuk keluhannya tersebut, untuk mengurangi
nyeri biasanya pasien hanya bisa istirahat dan minum air putih. Untuk keluahan nyeri
yang menjalar hingga ke perut bagian tengah dan tembus ke bagian tengah baru
pertama kali dirasakan. Di keluarga pasien tidak ada yang menderita keluhan yang
sama seperti yang yang di alami pasien seperti nyeri perut dan punggung. dalam
kesehariannnya pasien merupakan seorang security dan jarang untuk olahraga teratur,
sedangkan untuk riwayat minum-minum beralkohol disangkal pasien, tetapi pasien
merupakan seorang perokok aktif, kebiasaan makan-makan pasien adalah makanan
berlemak atau gorengan.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien. pada vital sign
didapatkan tekanan darah 110 /70 mmHG, nadi 84 kali/menit, nafas 22 kali/menit,
dan suhu aksila 36 C. Kepala dalam keadaan normocephali dengan warna kulit
2

normal. Pada mata tidak tampak adanya anemis, iktertus, dan reflek pupil isokor.
Bagian telinga, hidung dan tenggorokan dalam batas normal. Bentuk dada normal
simetris kiri-kanan, JVP PR +2 cmH2O, sedangkan iktus kordis tidak terlihat, tidak
ada tanda-tanda jejas maupun kelainan pada kulit. Saat dipalpasi gerak dada simetris,
fremitus vokal juga sama kiri = kanan, tidak ada nodul atau benjolan pada kulit, dan
iktus kordis teraba pada MCS 5 sinistra. Batas jantung kiri pada aksilari line ICS 2.
Sedangkan pada auskultasi, didapatkan suara S1 S2 tunggal reguler tanpa murmur.
Suara nafas dalam batas normal dan suara vesikuler tanpa ronkhi maupun wheezing.
Pada abdomen tidak nampak adanya distensi, jejas, massa, bising usus dalam batas
normal namun terdapat nyeri tekan pada perut kanan atas, murphi sign pada saat
pemeriksaan didapatkan positif. Pada ekstremitas hangat di keempat regio serta tidak
nampak adanya edema.
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium yang digunakan adalah darah
lengkap, pemeriksaan fungsi hati (LFT), fungsi ginjal dan HBsAg. Pada pemeriksaan
DL ditemukan WBC 9.7 103 L, RBC 4.95 106 L, HGB 13.4 g/d, HCT 42.3%.
MCV 85.4 fl, MCH 27.1 pg, PLT 244 103/ L. Pemeriksaan gula darah sewaktu 147
mg/dL. Pada pemeriksaan tes fungsi hati yang lengkap didapatkan SGOT 338 U/L,
SGPT 529 U/L, untuk bilirubin total 1.50 mg/dl, bilirubin direk 1.25 mg/dl, bilirubin
indirek 0.25 mg/dl. Pemeriksaan HbsAg didapatkan hasil negatif. Pada pemeriksaan
fungsi ginjal didapatkan ureum 17 mg/dL dan creatinin 1.2 mg/dL, untuk
pemeriksaan urin lengkap didapatkan hasil warna urin kuning kemerahan, berat jenis
1020, PH 6.0, Protein negatif, glukosa negatif, bilirubun + 1, urobilinogen +1, keton
negatif, nitrit negatif, darah/HB begatif, lekosit +1, sedimen eritrosit 2-5, lekosit + 5,
epitel 1-3, torak granuler, lekosit dan eritrosit negatif. Pada pemeriksaan Foto BNO
didapatkan kesan tidak tampak bayangan batu radioopak di sepanjang lintasan
traktus urinarius.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium, pasien
Didiagnosis dengan suspek kolesistitis dd kolelitiasis.Pasien kemudian di terapi
secara nonfarmakologis seperti diet bubur selama MRS, serta terapi farmakologis
dengan IVFD Nacl 0.9% 20 tpm, deftriaxone 2 x 1 gr, tramadol 2 x 1 ampul,
Omeprazole 2 x 20 mg dan antasid 3 x CI. Selama 6 hari perawatan, pasien
mengatakan bahwa keluhan nyeri perut kanan atas sudah berkurang, untuk makan
dan minum pasien dikatakan sudah normal karena keluhan mual sudah berkurang.
3

Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80
kali/menit, nafas 22 kali/menit dan suhu aksila 36 C. Pada pemeriksaan fisik untuk
keluhan nyeri perut kanan atas dikatan sudah tidak ada, dengan pemeriksaan fisik
lain dalam batas normal. Selain itu selama perawatan pasien dilakukan pemeriksaan
USG ditemukan bayangan batu pada kandung empedu dengan ukuran 2,18 cm dan
1.74 cm dengan bentuk dan ukuran dinding dalam batas normal. Berdasarkan hasil
USG tersebut maka diagnosis pasien berubah menjadi kolelitiasis.

Pembahasan
kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang ditemukan di dalam kandung
empedu atau dalam duktus koledukus atau campuran keduanya. Sebagian besar batu
empedu terutama batu kolesterol, terbentuk di dalam kandung empedu. Kalau batu
kandung empedu ini berpindah ke dalam saluran empedu ekstrahepatik, disebut batu
saluran empedu sekunder . sebagaian besar batu duktus koledukus berasal dari batu
saluran empedu, tetapi ada juga yang terbentuk primer di dalam saluran empedu
ekstrahepatik

maupun

intrahepatik.

Menurut

gambaran

makroskopik

dan

komposisinya batu saluran empedu diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu: batu
kolesterol, batu pigmen atau batu bilirubin yang mengandung Ca-bilirubinate sebagai
komponen utama, dan yang terakhir adalah batu campuran. Ada tiga faktor penting
yang berperan dalam patogenesis batu kolesterol: hipersaturasi kolesterol dalam
kandung empedu, percepatan terjadinya kristalisasi kolesterol dan gangguan motilitas
kandung empedu dan usus, sedangkan proses pembentukan batu pigmen melibatkan
proses infeksi pada saluran empedu, stasis empedu dan faktor diet. Kolelitaisis secara
umum asimtomatis 80% dan jika terdapat keluhan , yang paling sering adalah nyeri
pada daerah epigastrium serta nyeri pada perut kuadran kanan atas atau
perikondrium. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang mungkin berlangsung
lebih dari 15 menit dan kadang baru menghilang beberapa jam

kemudian.

Timbulnya nyeri kebanyakan perlahan-lahan tetapi pada 30% kasus timbul tiba-tiba.
Berdasarkan kasus yang telah diuraikan diatas dari anamnesis dapat disimpulkan
pasien mengalami kolik bilier yang terjadi secara perlahan-lahan yang semakin lama
makin memberat dengan durasi nyeri berlangsung lebih dari 15 menit ditambah
penjalaran nyeri ke punggung bagian tengah yang disertai mual . Dari kasus diatas
gejala yang dikeluhkan oleh pasien sesuai dengan teori dari manifestasi klinis
kolelitiasis, pasien merasakan nyeri pada daerah epigastrium, perut kuadran kanan
atas yang menjalar hingga ke punggung bagian tengah yang disertai mual, kemudian
pasien merasakan nyeri perut pada kuadran kanan atas menetap karena biasanya
keluhan nyeri yang dirasakan oleh pasien hanya berlangsung kurang dari 30 menit.
Berdasarkan teori semua gejala klinis pasien sesuai dengan teori. Jika batu terletak
pada duktus koledukus maka riwayat nyeri atau kolik di epidastrium dan perut
kuadran kanan atas akan disertai tanda sepsis seperti demam dan mengigil bila terjadi
5

kolangitis. Biasanya terdapat ikterus dan urin berwarna gelap yang hilang timbul
dimana pada kasus ini tidak ditemukan pada pasien. 1,2,3,4
Ditinjau dari pemeriksaan fisik seperti yang disebutkan dalam kasus
ditemukan nyeri tekan di daerah kuadran kanan atas dan tanda Murphy positif karena
pasien berhenti menarik nafas oleh akibat terasa nyeri pada perut kuadran kanan atas.
Pasien tidak menunjukan gejala ikterus seperti sklera berwarna kuning, kencing
berwarna gelap yang menyingkirkan kemungkinan batu terletak pada duktus
koledokus.2
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium yang dilakukan dalam kasus di atas
adalah darah lengkap, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal, pemeriksaan HbsAG dan
Urinalisis. Dalam teori menyebutkan jika batu kandung empedu asimtomatik tidak
menunjukan kelainan laboratik. Kenaikan ringan bilirubin serum terjadi akibat
penekanan duktus koledukus oleh batu, dan penjalaran radang ke dinding yang
tertekan tersebut sedangkan leukositosis terjadi apabila terjadi peradangan akut pada
kandung empedu. Dalam kasus ditemukan peningkatan kadar bilirubin total,direk,
SGOT dan SGPT serta dilakukan pemeriksaan HbsAG dan UL dengan hasil negatif .
dari hasil pemeriksaan yang dilakukan dalam kasus sejalan dengan teori yang
menyebutkan peningkatan kadar bilirubin, namun dalam kasus tidak dilakukan
pemeriksaan alkaline phosphatase untuk menguatkan diagnosis ke kolelitiasis.
Pemeriksaan rediologi juga dilakukan dalam kasus ini antara lain
pemeriksaan foto BNO didapatkan kesan tidak tampak batu radioopak di sepanjang
lintasan traktus urinarius, kemudian dilakukan pemeriksaan yang lebih spesifik lagi
yaitu USG abdomen untuk mencari penyebab nyeri pada perut kuadran kanan atas,
ditemukan hasil bayangan batu pada kandung empedu dengan ukuran 2,18 cm dan
1.74 cm dengan bentuk dan ukuran, dinding dalam batas normal. Hal ini
mengarahkan diagnosa ke kolelitasis karena tampak bayangan batu pada kandung
empedu di pemeriksaan USG abdomen. Dalam teori dinyatakan pencitraan untuk
kolelitiasis bisa dilakukan pemeriksaan foto polos abdomen namun biasanya hasil
dari foto polos abdomen tidak memberikan gambaran yang khas karena hanya sekitar
10-15% batu empedu yang bersifat radioopak. Untuk pemeriksaan yang memiliki
darajat spesifisitas dan sensitivitas yang tinggi untuk mendeteksi batu kandung
empedu dan pelebaran saluran empedu intrahepatik maupun ekstrahepatik adalah
USG, selain pemeriksaan dengan foto polos dan USG masih ada beberapa jenis
6

pemeriksaan yang dapat dilakukan pada kolelitiasis seperti dengan endoscopic


ultrasonography (EUS) dimana metode ini memakai instrumen gastrokop dengan
echoprobe di ujung skop yang terus dapat berputar. Dibanding dengan ultrasound
transabdominal,EUS akan memberikan gambaran pencitraan jauh lebih jelas karena
echoprobenya diletakkan

di dekat organ yang diperiksa. Selanjutnya ada

pemeriksaan dengan magnetic resonance cholangiopancreatography (MRCP) adalah


tehnik pencitraan dengan gema magnet tanpa menggunakan zat kontras, instrumen
dan radiasi ion. Pada MRCP saluran empedu akan terlihat sebagai struktur yang
terang karena mempunyai intesistas sinyal yang tinggi sedangkan pada batu saluran
empedu akan tampak intesitas sinyal rendah yang dikelilingi empedu dengan
intesitas sinyal tinggi, sehingga metode ini cocok untuk mendiagnosis batu saluran
empedu. 1,2,3
Penatalaksanaan

untuk

kolelitiasis

pada

dasarnya

bertujuan

untuk

menghilangkan batu pada empedu. Tindakan dapat berupa non bedahan atau bedah.
Dari non bedah ada beberapa tehnik seperti endoscopic retrograde cholangio
pancreatography (ERCP), extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL) kemudian
dari bedah bisa dilakukan tindakan kolesistoktomi. Dalam kasus pengobatan yang
dilakukan adalah pemberian obat-obatan sesuai dengan keluhan dengan IVFD Nacl
0.9% 20 tpm, ceftriaxone 2 x 1 gr, tramadol 2 x 1 ampul, omeprazole 2 x 20 mg dan
antasid sirup 3 x CI serta konsul ke bagian bedah.1,2,3

Kesimpulan
Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam
kandung empedu atau di dalam duktus koledukus atau kedua-duanya.Saat ini dikenal
tiga jenis batu yang bisa menjadi penyebab kolelitiasis yang Pertama batu kolesterol,
batu pigmen atau kolesterol dan yang terakhir adalah batu campuran. Gejala klinis
yang tampak pada kolelitiasis adalah nyeri di daerah epigastrium, perut kuadran
kanan atas dan bisa terjadi kolik bilier yang berlangsung lebih dari 15 menit serta
terjadi penjalaran nyeri hingga ke punggung bagian tengah. Sesuai dengan teori
untuk menegakkan diagnosis kolelitiasis berdasarkan aras anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan pasien dengan keluhan
nyeri pada perut kuadran kanan atas, epigastrium yang menjalar hingga ke punggung
bagian tengah disertai mual-mual setelah makan gorengan. Pemeriksaan fisik
ditemukan tanda murphy positif kemudian didukung dengan pemeriksaan radiologi
menggunakan foto BNO tidak ditemukan ada kelainan, yang dilanjutkan dengan
pemeriksaan USG ditemukan bayangan batu pada kandung empedu dengan ukuran
2,18 cm dan 1.74 cm. Selama 6 hari perawatan dari tgl 25 November 2014 hingga 30
November 2014 kondisi pasien membaik dan dijadwalkan untuk menjani operasi
pada tanggal 24 desember 2014.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo A, Setihadi B, Alwi I,dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
V, jilid: I.Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Indonesia.2010 page 721-725.
2. Sjamsuhidajat R, De jong W, Pieter J, dkk. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
II.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005. Page 570-576.
3.Braunwald F, Kasper, Hauser. Harrisons Principle Of Internal Medicine
17th editon.2008.
4.Guyton AC, Hall JE. Sistem Saluran Empedu dalam; Buku Ajar Fisiologi
kedokteran.Edisi ke-11.Jakarta:EGC,2009.
5. frederick J,Suchy. Diseases of the Gallbladder.Nelson textbook of
Paediatric,17th edition.2004.

Anda mungkin juga menyukai