PENDAHULUAN
Salah satu dampak negatif dari kemajuan wilayah yang ditandai dengan
banyaknya aktivitas industri dan rumah tangga yaitu adanya pencemaran
lingkungan baik di air, tanah dan udara. Pencemaran air yang diakibatkan oleh
dampak perkembangan industri dan rumah tangga harus dapat dikendalikan,
karena apabila tidak dilakukan akan menimbulkan permasalahan yang serius bagi
kelangsungan hidup manusia maupun alam sekitar. Perairan dapat dikatakan
tercemar karena masuknya zat, energi, unsur atau komponen lain ke dalam air.
Sehingga kualitas air terganggu yang ditandai dengan perubahan warna, bau dan
rasa. Pencemaran air juga diartikan sebagai suatu perubahan keadaan di suatu
tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat
aktivitas manusia.
Sumber pencemaran air salah satunya berasal dari limbah atau produk
buangan yang telah terpakai sebagai hasil dari bermacam-macam kegiatan seperti
pabrik, pertambangan, pertanian, medis, laboratorium dan rumah tangga.
Mengalirnya limbah ke perairan misalnya di sungai kemudian menuju ke laut
dapat menjadi salah satu penyebab degradasi irreversible di sistem permukaan air
(Rajaram &Ashutosh, 2008). Limbah organik dan non organik sangat
membahayakan bagi makhluk hidup karena mempunyaikarakteristik diantaranya
untuk limbah non organik, mudah meledak (eksplosif) (contoh : bahan
peledak), mudah terbakar (contoh : bahan bakar, solvent,) bersifat reaktif (contoh :
bahan-bahan oksidator), berbahaya/harmful (contoh : logam berat), bersifat
korosif (contoh : asam kuat), bersifat irritatif (contoh : basa kuat,) beracun (contoh
: HCN, As), karsinogenik, mutagenik dan teratogenik (contoh : merkuri, turunan
benzena,) dan bahan radioaktif (contoh : Uranium, plutonium, dll). Sedangkan
limbah organik yang biasanya dihasilkan oleh rumah tangga, restoran, pasar dan
gedung perkantoran, mempunyai karakteristik secara umum sebagai berikut yaitu
berukuran mikro, dinamis, penyebarannya berdampak luas, berdampak jangka
panjang (antar generasi), menyebabkan infeksi (contoh : bakteri/limbah rumah
sakit). Secara alamiah suatu perairan mempunyai self purification untuk
membersihkan pencemaran melalui proses-proses kimia fisika dan biologi yang
berlangsung secara alami di dalam badan air, akan tetapi apabila beban
pencemarannya sangat banyak perairan membutuhkan waktu yang sangat lama
untuk membersihkan limbah yang masuk tersebut. Salah satu parameter yang
digunakan untuk mengetahui kondisi perairan dalam keadaan cukup mengandung
oksigen terlarut yaitu dengan menggunakan uji test BOD.
Biochemical oxygen demand (BOD) adalah kebutuhan oksigen untuk
mengoksidasi senyawa organik secara biologi. BOD merupakan parameter yang
paling penting untuk mengetahui pencemaran disuatu perairan yang diakibatkan
oleh limbah organik. Apabila suatu perairan dicemari oleh zat organik, maka zat
organik tersebut dapat menghabiskan oksigen terlarut yang ada di dalam air
sehingga dapat mengakibatkan kematian ikan dan organisme air lainnya serta
dapat menyebabkan kondisi air menjadi anaerobik sehingga menimbulkan bau
busuk pada perairan(Metcalf and Eddy, 2004). PengukuranBOD dapat dilakukan
secara langsung dalam beberapa sampel, tetapi secara umum prosedur
pengenceran juga diperlukan (Sawyer c, 2003).Beberapa faktor yang
METODOLOGI
BOD merupakan parameter untuk mengetahui pencemaran disuatu perairan yang
diakibatkan oleh limbah organik sehingga kapasitas oksigen terlarut di dalam
perairan dapat diketahui. Untuk mengetahui kadar BOD tersebut dilakukan
dengan percobaan yang diharapkan dapat mempertahankan kondisi uji standar
sehingga memperoleh data yang dapat dipercaya. Pada penulisan jurnal ini
tahapan yang dilakukan antara lain terdiri dari 1. Pengumpulan data, 2.
Pengolahan data dan 3. Hasil, yamg dapat diperlihatkan pada Gambar 1.
Mu
StudiLi
Analisis dan P
Kesim
Sel
Data yang digunakan untuk memperoleh nilai konstanta laju reaksi k BOD dari
sampel limbah rumah tangga 300 mg/l diperlihatkan pada Tabel1 (bagian
kiri)dimana terdapat variasi larutan klorida dengan konsentrasi 0, 5.000, 10.000,
15.000 dan 20.000 mg/l selama 10 hari pada suhu 27oC.Pengambilan sampel
dilakukan selama 10 hari menunjukan terjadinya peningkatan jumlah konsentrasi
limbah rumah tangga dari hari ke 1 sampe hari ke 10 hal ini kemungkinan
besardisebabkan oleh peningkatan kuantitas limbah rumah tangga yang masuk
kedalam perairan.
Tabel 1. Sampel limbah domestik dengan berbagai konsentrasi klorida dalam
media cair pada 27o C BOD ultimate 300 mg/l
Limbah Domestik dengan BOD ultimate 300 mg/l
Hari
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0
mg/lKl
orida
97
119
168
188
200
201
220
230
265
267
20000
mg/lKl
orida
78
102
110
122
127
134
136
143
150
155
0
mg/lKl
orida
4.57
4.78
5.12
5.24
5.30
5.30
5.39
5.44
5.58
5.59
memperoleh nilai regresi linier yang ditunjukkan pada Gambar 2-4. Dari hasil
regresi linier tersebut diperolehnilai konstanta laju reaksi k BODpada
konsentrasi klorida 0, 5.000, 10.000, 15.000 dan 20.000 mg/l selama 10 hari pada
suhu 27oC.
Gambar 2.Regresi linierpadakonsentrasiklorida: A. 0 mg/l, B. 5.000 mg/l
20000
mg/l
Klorida
4.36
4.62
4.70
4.80
4.84
4.90
4.91
4.96
5.01
5.04
Pada konsentrasi klorida 5.000 mg/l atau dapat dikatakan pada perairan dengan
salinitas rendah mempunyai nilai konstanta laju reaksi yang paling tinggi yaitu
0.115, sedangkan nilai konstanta laju reaksi terendah terdapat pada konsentrasi
klorida 20.000 mg/l dengan nilai 0.073.
Sampel Limbah Rumah Tangga Pada Suhu 20OC
Data sampel limbah rumah tangga 300 mg/l pada suhu 20 oC selama 10 haridapat
diperlihatkanpada Tabel 3 (bagian kiri), sedangkan untuk nilai logaritma natural
ln (bagian kanan)dengan menggunakan metode perhitungan yang sama pada
sampel limbah rumah tangga untuk suhu 27 oC, makadapat dihasilkan nilai
konstanta laju reaksi k BOD suhu 20oC yang disajikan pada Tabel4.
Tabel 3. Sampel limbah domestik dengan berbagai konsentrasi klorida dalam
media cair pada 20o C BOD ultimate 300 mg/l
Limbah Domestik dengan BOD ultimate 300 mg/l
Hari
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0
mg/lKlo
rida
67
100
151
155
167
173
176
183
189
202
20000
mg/lKlo
rida
57
79
84
85
94
102
106
112
119
125
0
mg/lKlo
rida
4.20
4.61
5.02
5.04
5.12
5.15
5.17
5.21
5.24
5.31
20000
mg/lKlo
rida
4.04
4.37
4.43
4.44
4.54
4.62
4.66
4.72
4.78
4.83
Nilai konstanta laju reaksi k BOD pada konsentrasi klorida 0 mg/l (perairan
dengan salinitas rendah) mempunyai nilai konstanta laju reaksi yang paling tinggi
yaitu 0.101, sedangkan nilai konstanta laju reaksi terendah terdapat pada
konsentrasi klorida 20.000 mg/l dengan nilai 0.073. Dari hasil tersebut
menunjukan semakin tinggi pengaruh konsentrasi klorida maka dihasilkan nilai
k yang semakin rendah.
Tabel. 4. Nilai Konstanta laju reaksi k BOD untuk sampel limbah domestik 300
mg/L pada suhu 20o C
Konsentrasi Chloride (mg/L)
0
5.000
10.000
15.000
20.000
Perbandingan hasil perhitungan nilai konstanta laju reaksi k BOD antara sampel
limbah rumah tangga 300 mg/l pada suhu 20oC dan 27oCdi ekosistem laut
disajikan pada Gambar 5. Secara signifikan hasil tersebut menunjukkan nilai k
yang lebih tinggi atau mempunyai reaksi lebih cepatterdapat pada suhu 27oC
sehingga menunjukkan bahwa tingkat oksidasi cenderung lebih cepat terjadi pada
suhu yang lebih tinggi daripada suhu yang lebih rendahhal ini dapat dikatakan
bahwa suhu mempengaruhi nilai k(Zaki Zainudin. 2010).
KESIMPULAN
Dari jurnal ini dapat dismpulkan bahwa, nilai konstanta laju reaksi k BOD yang
diperoleh pada suhu 27o C lebih tinggi dibandingkan pada suhu 20o C, akan tetapi
nilai k BOD menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi klorida.Hal ini
membuktikan bahwa tingkat biodegradasi bahan organik mengalami penurunan
seiring dengan meningkatnya klorida (salinitas) dikarenakan adanya penurunan
aktivitas pertumbuhan baketri yang disebabkan karena metabolismenya
terganggusehingga dibutuhkan waktu lebih banyak untuk mengurai polutan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rozak. 2002. Pengaruh Salinitas Terhadap Biodegradasi Cemaran Zat
Organik. Oseana. Vol. XXVII Nomor 3. 2002 : 29-35
CPCB (1991). Laboratory. Analytical Techniques Series LATS/4/87-88, Validity of
BOD determination at highertemperature as against standard condition of
20C for 5days. Central Pollution Control Board, New Delhi.
http://www.oseanografi.lipi.go.id/download/ose_xxx3_oksig.pdf. Diunduh pada
tanggal 3 November 2014
Metcalf and Eddy, Inc. (2004), Revised by: Tchobanoglous, G., Burton, F. L. and
Stensel, H. D. WastewaterEngineering : Treatment and Reuse, Fourth
Edition, McGraw-Hill.
Rajaram, T., Ashutosh, D., 2008. Water pollution by industrialeffluents in India:
discharge scenarios and case forparticipatory ecosystem specific local
regulation. Futures, 40(1): 56-69.
Sawyer, C. N., MacCarthy, P. L., & Parkin, G. F. (2010).Chemistry for
environmental engineering (5th ed.).Columbus: McGraw Hill.
Shivani S. Dhage & Amita A. Dalvi & Damodar V. Prabh . 2011. Reaction
kinetics and validity of BOD test for domestic wastewater released in marine
ecosystem. Springer Science+Business Media B.V. 2011
Thomann, R. (1974). Systems analysis and water qualitymanagement. New York:
McGraw Hill
Zaki Zainudin. 2010. Effects Of Induced Salinity On Bod5 Reaction
Kinetics Of River Water Sample. The Malaysian Journal of Analytical
Sciences