Mioma uteri, dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma,
merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya.1
Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi, kejadiannya lebih tinggi pada usia
diatas 35 tahun. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35 - 50 tahun, menunjukkan
adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. Di Indonesia angka kejadian mioma uteri
ditemukan 2,39% - 11,87% dari semua penderita ginekologi yang dirawat.1,2
Walaupun biasanya asimptomatik, mioma dapat menyebabkan banyak problem
termasuk metrorrhagia dan menorrhagia, rasa sakit bahkan infertilitas. Memang, perdarahan
uteri yang sangat banyak merupakan indikasi yang paling banyak untuk dilakukan
histerektomi. Hal ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang paling
efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi mioma uteri itu
sendiri.1,2,3,4
Anamnesis
-
Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama.
Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang air besar.
Pemeriksaan Fisik
-
Pemeriksaan luar: teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan
tumor dapat terbatas atau bebas.
Pemeriksaan dalam: teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat
terbatas atau bebas dan ini biasanya ditemukan secara kebetulan.
Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan yang dilakukan pada kasus mioma uteri adalah :
1
Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakan operasi.
Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan
adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yng
kecil. Uterus atau massa yang paling besar paling baik diobservasi melalui
ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan gambaran
ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran
uterus. Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan
akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang hipoekoik.
Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika tumornya
kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.
mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat
menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus -kasus yang tidak dapat disimpulkan.
Working Diagnosis
Mioma Uteri
Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang tersusun dari otot polos uteri dan jaringan ikat
yang menumpangnya dan sering juga disebut sebagai fibromioma, leiomioma, fibroid.1
Etiologi
Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri saat ini belum diketahui. Mioma uteri banyak
ditemukan pada usia reproduktif dan angka kejadiannya rendah pada usia menopause, dan
belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Diduga penyebab timbulnya mioma uteri
paling banyak oleh stimulasi hormon estrogen.1
Apakah estrogen secara langsung memicu pertumbuhan mioma uteri, atau memakai mediator
masih menimbulkan silang pendapat. Dimana telah ditemukan banyak sekali mediator
didalam mioma uteri, seperti estrogen growth factor, insulin growth factor 1 (IGF-1). Awal
mulanya pembentukan tumor adalah terjadinya mutasi somatik dari sel-sel miometrium.
Mutasi ini mencakupi rentetan perubahan pada kromosom, baik secara parsial maupun secara
keseluruhan.2,5
Klasifikasi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya adalah dari
korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka mioma
uteri dibagi 4 jenis antara lain mioma submukosa, mioma intramural, mioma subserosa, dan
mioma intraligamenter. Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%),
subserosa (48,2%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).1,2
1. Mioma submukosa
Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini di jumpai
6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.
Mioma uteri jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan,
tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.
Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya benjolan
waktu kuret, dikenal sebagai Currete bump. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi,
terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis
mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke
vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang di lahirkan, yang mudah
mengalami infeksi, ulserasi, dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami
anemia dan sepsis karena proses di atas.6
2. Mioma intramural
Terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium. Karena pertumbuhan tumor,
jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuklah semacam simpai yang mengelilingi
tumor. Bila didalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai
bentuk yang berdungkul dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding
depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih keatas,
sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
3. Mioma subserosa
Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus diliputi
oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum
menjadi mioma intraligamenter.
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum
atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus. Jarang sekali ditemukan satu
macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam satu
saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila mioma
dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas otot polos dan jaringan ikat yang
tersusun seperti kumparan (whorle like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari
jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini.
Epidemiologi
Kasus mioma uteri sering terjadi di masyarakat. Penelitian Ran Ok et-al (2007) di
Pusan Saint Benedict Hospital Korea menemukan 17% kasus mioma uteri dari 4784
kasus-kasus bedah ginekologi yang diteliti. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39%11,70% pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Joedosaputro, 2005). Menurut
penelitian yang di lakukan Karel Tangkudung (1977) di Surabaya angka kejadian mioma
uteri adalah sebesar 10,30%, sebelumnya di tahun 1974 di Surabaya penelitian yang
dilakukan oleh Susilo Raharjo angka kejadian mioma uteri sebesar 11,87% dari semua
penderita ginekologi yang dirawat.
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai
sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum
pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma
yang masih bertumbuh. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2,39%-11,7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat.
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan
penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Diperkirakan hanya 20%50% yang menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan,
infertilitas, abortus berulang, dan nyeri akibat penekanan massa tumor. Sampai saat ini
penyebab pasti mioma uteri belum dapat diketahui secara pasti, namun dari hasil penelitian
diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan mioma uteri distimulasi oleh hormon
esterogen dan siklus hormonal.
Berdasarkan data dari ruang rawat inap Camar III (Penyakit Kandungan) RSUD Arifin
Achmad Propinsi Riau pada tahun 2004, mioma uteri menempati urutan ke lima dari sepuluh
penyakit Ginekologi terbanyak yaitu sebesar 7,04% (Bagian Obgin RSUD Arifin Achmad,
2005). Sedangkan pada tahun 2005, mioma uteri juga menempati urutan ke lima dari
sepuluh penyakit ginekologi terbanyak yaitu sebesar 8,03%.
Patofisiologi
(Manuaba, 2007)
Teori Stimulasi
Stimulasi Estroen
Etiologi
Teori Cellnest
sel-sel otot imatur
proliferasi di uterus
Pemberian estrogen
Hiperplasia endometrium
tumor fibromatosa
Mioma Uteri
Mioma Uteri
Mioma uteri
Pre operasi
Post operasi
Perlawanan
pd neoplasma
Peningkatan
masa
Puasa praoperasi
Luka pembedahan
Pembesaran
uterus tubuh tidak
Pertahanan
adekuat
Membran
mukosa kering
perdarahan
anorexia
Intoleransi aktivitas
nyeri
nyeri
Kerusakan sensorik & kemumpuhan saraf
Risiko Kekurangan volume cairan
Retensi urin
Gejala Klinis
Pada umumnya wanita dengan mioma tidak mengalami gejala. Gejala yang terjadi
berdasarkan ukuran dan lokasi dari mioma yaitu :
a. Menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak)
b. Perut terasa penuh dan membesar
c. Nyeri panggul kronik (berkepanjangan)
Nyeri bisa terjadi saat menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau ketika terjadi
penekanan pada panggul. Nyeri terjadi karena terpuntirnya mioma yang bertangkai, pelebaran
leher rahim akibat desakan mioma atau degenerasi (kematian sel) dari mioma. Gejala lainnya
adalah:
-
Gejala gangguan berkemih akibat mioma yang besar dan menekan saluran kemih
menyebabkan gejala frekuensi (sering berkemih) dan hidronefrosis (pembesaran ginjal)
Prolaps atau keluarnya mioma melalui leher rahim dengan gejala nyeri hebat, luka, dan
infeksi
Bendungan pembuluh darah vena daerah tungkai serta kemungkinan tromboflebitis
Penatalaksanaan
Pilihan pengobatan mioma tergantung umur pasien, paritas, status kehamilan, keinginan
untuk mendapatkan keturunan lagi, keadaan umum dan gejala serta ukuran lokasi serta jenis
mioma uteri itu sendiri.
1.
Konservatif
Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-3 menstruasi setiap
minggu sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor dan
menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi gonadotropin dan menciptakan keadaan
hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan pada periode postmenopause. Efek
maksimum dalam mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu.
Terapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum pembedahan, karena memberikan
beberapa keuntungan: mengurangi hilangnya darah selama pembedahan, dan dapat
mengurangi kebutuhan akan transfusi darah.
2.
Pengobatan Operatif
Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan kehamilan dan
keguguran yang berulang.
b.
Histerektomi
Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki
leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi
adalah sebagai berikut:
Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan
dikeluhkan olah pasien.
Perdarahan yang banyak bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari.
Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
c. Penanganan Radioterapi
-
Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).
Komplikasi
Prognosis
Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif. Miomektomi yang ekstensif
dan secara signifikan melibatkan miometrium atau menembus endometrium, maka
diharuskan SC pada persalinan berikutnya. Mioma yang kambuh kembali setelah
miomektomi terjadi pada 15-40% pasien dan 2/3-nya memerlukan tindakan lebih lanjut.11
Daftar Pustaka