PENDAHULUAN
Tuba kattarh merupakan salah satu penyakit telinga bagian tengah yang
sering dijumpai. Penyakit ini paling banyak dijumpai pada anak-anak dan dewasa,
dimana dijumpai adanya gangguan fungsi tuba eustachius. Gangguan fungsi tuba
eustachius merupakan tanda yang paling penting pada penyakit infeksi telinga
bagian tengah, karena dapat menimbulkan ketulian mulai dari yang ringan sampai
yang berat, tergantung pada proses yang timbul pada tuba eustachius dan
dipengaruhi oleh lamanya penyakit yang diderita sehingga penanggulangannya
memerlukan tindakan mulai dari yang sederhana sampai tindakan operasi.(1)
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. AU
Umur
: 28 tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Alamat
: Rt 22 pematang sulur
Agama
: Islam
Pekerjaan
: swasta
ANAMNESIS
(Autoanamnesis,)
Keluhan Utama
Telinga terasa penuh sejak 1 minggu yang lalu
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang berobat sendiri ke poli umum puskesmas simpang
IV Sipin dengan keluhan telinga kanan terasa penuh sejak 3 minggu
yang lalu. Telinga terasa berdenging (-), keluar air (-), telinga terasa
sakit (-) os mengaku bila os menguap atau membuang ingus terasa
pendengeran jelas sesaat, os juga mengaku pendengaran terasa
berkurang pada telinga sebelah kanan dan merasa sering mendengar
suara dia sendiri (bergema). Riwayat batuk pilek (+) sejak 3 minggu
yang lalu, batuk tidak berdahak,
: compos mentis
Pernapasan
: 18 i/x
Suhu
: 36,8 C
Nadi
: 80 i/x
Tekanan darah
: 110/80 mmhg
KU/KP/KG
: Baik
Kiri
Cairan
Darah
Nanah
Berbau
Tumpat
Penciuman
TELINGA
Kanan
Kiri
Cairan
Darah
Nanah
Gatal
Dikorek
Sakit
Bengkak
Buka Mulut
Berdenging
Pendengaran
KERONGKONGAN
Hasil
Nyeri menelan
Sangkut menelan
Rasa mengganjal
Gatal
Lendir
LARING
Hasil
Suara serak
Sesak napas
Batuk
V.
PEMERIKSAAN FISIK
a) Kepala dan Leher
Kanan
Kiri
Regio Frontalis
Dbn
Dbn
Regio Maksilaris
Dbn
Dbn
Regio Mandibularis
Dbn
Dbn
Regio Parotis
Dbn
Dbn
Regio Servikalis
Dbn
Dbn
b) Telinga
Daun Telinga
Kanan
Kiri
Anotia/mikrotia/makrotia
Keloid
Perikondritis
Kista
Fistel
Ott hematoma
Kanan
Kiri
Atresia
Serumen prop
Epidermis prop
Korpus alineum
Jaringan granulasi
Exositosis
Osteoma
Furunkel
Kanan
Kiri
Hiperemis
Retraksi
Bulging
Atropi
Liang Telinga
Membrana Timpani
Perforasi
Bula
Sekret
Kanan
Kiri
Fistel
Kista
Abses
Kanan
Kiri
Fistel
Kista
Abses
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Vestibulum nasi
Dbn
Dbn
Kavum nasi
Dbn
Dbn
Selaput lender
Dbn
Dbn
Septum nasi
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Konka inferior
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Konka media
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Polip
Korpus alineum
Massa tumor
Kanan
Kiri
Retro-aurikular
Pre-aurikular
Tuba Eustachii
Valsava test
c) Hidung
Rinoskopi Anterior
Rinoskopi Posterior
Transiluminasi Sinus
Kanan
Kiri
Tidak dilakukan
d) Mulut
Hasil
Selaput lendir mulut
Normal
Bibir
Mukosa lembab
Lidah
Normal
Gigi
Karies (-)
Kelenjar ludah
Normal
e) Faring
Hasil
Uvula
Palatum mole
Normal
Palatum durum
Normal
Plika anterior
Hiperemis (+)
Dekstra : tonsil T1, hiperemis (-),
permukaan rata, kripta tidak melebar
Tonsil
detritus (-)
Sinistra : tonsil T1, hiperemis (-),
permukaan rata, kripta tidak melebar
Plika posterior
detritus (-)
Normal
Mukosa orofaring
Normal
f) Laring
Hasil
Tidak dapat dilakukan
Palpasi
PENATALAKSANAAN
Edukasi
1. Menjaga higienitas mulut
2. Memperbanyak minum dan Menghindari minuman dingin dan makanan
yang dapat memicu timbulnya keluhan
3. Menghindari makanan yang dapat menyebabkan iritasi seperti makanan
berminyak atau berlemak
4. Istirahat yang cukup
Medikamentosa
OBH syrup 3 X1
XI. PROGNOSIS
Quo ad functionam
: bonam
Quo ad sanationam
: bonam
BAB III
TEORI DAN PEMBAHASAN
3.1 Definisi
Kata Catarrh berasal dari bahasa yunani katarrhein. Katar yang berarti
turun dan rhein yang bererti mengalir. Jika diartikan dapat berarti lapisan eksudat
yang tebal yang terdiri dari mukus dan sel darah putih yang disebabkan oleh
pembengkakan dari membran mukosa dikepala yang merupakan respon dari suatu
infeksi. Ini merupakan gejala peradangan yang biasa ditemukan pada flu dan
batuk, tetapi dapat pula ditemukan pada pasien dengan infeksi dari adenoid,
infeksi telinga tengah, sinusitis atau tonsilitis. Keluhan yang sering tampak pada
tuba katar adalah tersumbatnya hidung dan tuba yang menyebabkan penderita
dapat mendengar suara sendiri. Beberapa usaha yang terus dikembangkan adalah
bagaimana mengurangi atau menghilangkan sumbatan tuba tersebut. 1,2,3
Pada tahun 1704, Valsava menemukan otot yang berfungsi untuk
membuka tuba Eustachius dan menyangka bahwa otot ini aktif sebagai bagian dari
proses pendengaran. Maneuver Valsava dinamakan atas namanya setelah ia
menemukan cara untuk mengeluarkan pus dari telinga tengah ke telinga luar
dengan cara ditiup oleh penderita itu sendiri. Pada tahun 1724, Guyot adalah
orang pertama yang mencoba untuk melakukan kateterisasi lewat hidung, dan
Wathen pada tahun 1756, telah melanjutkan studinya dan menggambarkan secara
detail bagaimana prosedurnya. 1,2,3
Pada tahun 1853, Toynbee menemukan bahawa, saat beristirahat tuba
Eustachius tertutup dan terjadi suatu penyerapan udara yang konstan pada ruang
telinga tengah. Tuba tersebut hanya dapat terbuka pada waktu menelan, dan udara
diperbolehkan masuk pada waktu itu. Ia percaya dengan melakukan maneuver ini,
akan membuat tekanan positif pada ruang telinga tengah. 1,2,3
Banyak usaha telah dikembangkan untuk mengurangi atau bahkan
menghilangkan gejala ini. Tetapi pada referat ini akan dibahas apa penyebab
terjadinya tuba katar sehingga cara penatalaksanaannya.1,2,3
3.2 ANATOMI
10
Sebelum membahas mengenai tuba katar lebih lanjut ada baiknya kita
mengetahui struktur dari tuba Eustachius itu sendiri. Tuba Eustachius, yaitu
sebuah bangunan yang berbentuk tabung yang berjalan dari telinga tengah ke
nasofaring. Tuba Eustachius telah dikenal sejak zaman yunani kuno oleh
Aristoteles, tetapi kemudian dinamapakai oleh Bartolomeus Eustachius (15201574) sebagai ketua ahli ekonomi di Roma dan orang
mendeskripsikan anatomi tuba Eustachius. Hal ini tidak dipublikasi sehingga 200
tahun kemudian setelah kematiannya, didapatkan satu buku yang berjudul
Epistola de Audius Organis 1,2,3
Fungsi tuba Eustachius adalah untuk proteksi, aerasi dan drainase telinga
tengah. Bila terjadi oklusi dapat menyebabkan peradangan pada telinga tengah
(otitis media). Tuba Eustachius juga disebut tuba otofaringeal kerana
menghubungkan telinga ke faring. 1,2,3
Tuba Eustachi
11
12
13
Tensor veli palatine memisahkan tuba Eustachius dari gangliaon optik, saraf
mandibular dan cabangnya, korda timpani dan arteri meningea media. 1,2,3
Salphingopharingeus adalah otot lembut yang menyentuh pada ujung
faring dari tuba Eustachius dan bercampur dengan otot bawah palatofaringeus.
Levator veli palatine berasal dari 2 bagian, antara lain bagian bawah permukaan
kartilago tuba dan bagian bawah permukaan tulang petrosa. Pada awalnya, levator
terletak dibawah tuba kemudian menyilang ke tengah dan bergabung menjadi
palatum mole. 1,2,3
Persarafan berasal dari cabang faringeal ganglion sfenopalatina yang
merupakan cabang dari nervus maksilaris (V2) yang mensuplai persarafan ostium.
Saraf spinosus berasal dari saraf mandibula (V3) yang mensuplai persarafan
bagian kartilago. Plexus timpani berasal dari nervus glossopharingeal mensuplai
persarafan bagian tulang tuba Eustachius. 1,2,3
14
Tuba Eustachius yang normal pada saat istirahat menutup, kira-kira ada
sedikit tekanan udara telinga tengah negatif. Pembukaan yang berulang dari tuba
Eustachius secara aktif mengatur tekanan atmosfir agar tetap seimbang. 1,2,3
Tuba Eustachius membuka pada saat menelan atau menguap dengan
kontraksi otot veli palatine. Tensor veli palatine yang tidak berfungsi efektif pada
palatum durum menyebabkan disfungsi tuba Estachius. Cara kerja dari otot veli
palatine masih tidak jelas. Kontribusi pada permukaan tuba Eustachius masih
dipertanyakan. 1,2,3
Fungsi ventilasi dari tuba Eustachius anak kurang efisien daripada pada
orang dewasa. Infeksi sistem pernafasan bagian atas yang berulang-ulang dan
pembesaran adenoid pada anak-anak akan menyebabkan terjadinya penyakit
telinga tengah pada anak. Bagaimanapun, pada saat anak tumbuh, fungsi tuba
Eustachius membaik dan sebagai bukti berkurangnya frekuensi terjadinya otitis
media dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. 1,2,3
Normalnya, tuba Eustachius membuka berulang-ulang, secara stabil
mengatur tekanan bagian tengah antara +50 mm dan -50 mm H 2O. Tekanan di atas
dan di bawah +50 mm -50mm H2O, tidak mengindikasikan akan terjadi penyakit
telinga tengah. Sekitar 1 ml udara dapat diserap dari bagian tengah telinga dalam
jangka waktu 24 jam. Sel-sel sistem mastoid berfungsi sebagai penyimpanan gas
bagian tengah telinga. 1,2,3
Perlindungan
Tuba Eustachius menyalurkan secara normal sekresi dari telinga tengah
dengan sistem pengangkutan mukosiliari dan dengan berulangnya pembukaan
atau penutupan aktif tuba yang memperbolehkan sekresi mengalir ke nasofaring.
1,2,3
15
16
17
dibagian tengah jaringan, tapi dibagian tepinya, yaitu diantara jaringan mati dan
jaringan hidup yang memiliki sirkulasi utuh. 4
Selain itu, jika terjadi cedera dan menyebabkan kematian mendadak pada
penjamu, maka tidak ada bukti reaksi peradangan karena untuk timbulnya respon
memerlukan waktu. 4
Berbagai pola peradangan dapat timbul berdasarkan atas jenis eksudat
yang terbentuk, organ atau jaringan tertentu yang terlibat dan lamanya proses
peradangan. Berbagai tipe eksudat diberi nama deskriptif. Lamanya respon
peradangan disebut sebagai akut selama fase eksudat aktif. Disebut kronis jika ada
bukti perbaikan lanjut disertai eksudasi dan disebut subakut jika bukti awal
perbaikan bersama dengan eksudasi. Lokasi reaksi peradangan dinamakan
menurut nama organ atau jaringan, yang ditambahkan akhiran-itis. Berikut
dibahas beberapa jenis eksudat.4
Eksudat Seluler
Eksudat neutrofilik
Eksudat yang paling sering dijumpai terutama terdiri atas PMN, dalam
jumlah yang begitu banyak sehingga lebih menonjol daripada bagian cairan dan
proteinosa. Eksudat neutrofilik semacam ini disebut purulen. Eksudat purulen
biasanya terbentuk sebagai respon terhadap infeksi bakteri. Eksudat ini juga
terdapat dalam respon terhadap banyak cedera aseptik dan secara mencolok terjadi
hampir disemua tempat pada tubuh yang jaringannya telah menjadi nekrotik.4
Infeksi bakteri sering menyebabkan konsentrasi PMN yang sangat tinggi
yang tertimbun didalam jaringan, dan banyak sel-sel ini mati serta membebaskan
enzim-enzim hidrolitiknya yang kuat kesekitarnya. Dalam keadaan ini, enzimenzim PMN mencerna jaringan dibawahnya dan mencairkannya. Kombinasi
agregasi neutrofil dan pencairan jaringan-jaringan dibawahnya disebut supurasi.4
Dan dengan demikian eksudat yang terbentuk disebut eksudat supuratif,
atau lebih sering disebut pus. Jadi, pus terdiri atas PMN yang hidup, mati dan
18
yang hancur, jaringan yang mencair dan tercerna, cairan eksudat pada proses
peradangan dan sering terdiri dari bakteri-bakteri penyebabnya. 4
Eksudat Campuran
Eksudat ini merupakan campuran eksudat seluler dan nonseluler, dan
dinamakan sesuai dengan campurannya. Campuran ini meliputi eksudat
fibrinopurulen, yang terdiri atas fibrin dan PMN, eksudat serofibrinosa. Eksudateksudat tertentu seperti eksudat musinosa dan mukopurulen, yang melapisi
permukaan mukosa.4
Daerah seperti ini umumnya menyerupai membran mukosa, daerah
nekrotik dapat mengelupas, menimbulkan celah pada permukaan mukosa. Defek
seperti ini disebut ulkus. Paling sering, eksudat fibrinopurulen yang berasal dari
pembuluh darah dibawahnya membentuk permukaan dasar ulkus. Terkadang
daerah membran mukosa yang luas akan mengalami nekrotik dan sel-sel yang
dapat tertangkap didalam jala yang dibentuk eksudat fibrinopurulen, yang
melapisi permukaan mukosa.4
Daerah seperti ini umumnya menyerupai membran mukosa yang kasar,
dan oleh karena jenis proses ini disebut sebagai peradangan pseudomembranosa.4
Contoh klasik peradangan pseudomembran adalah pseudomembran pada
difteri disaluran pernafasan. Dengan demikian membran semacam ini kadang
disebut sebagai difteritik. Peradangan pseudomembranosa dapat dijumpai didalam
saluran cerna, khususnya kolok, sebagai akibat gangguan ekologi mikroba saluran
cerna, biasanya disebabkan oleh pemberian antibiotik.4
Eksudat Non Seluler
Eksudat Serosa
Pada beberapa radang, eksudat hampir seluruhnya terdiri atas cairan dan
zat-zat yang terlarut dengan sangat sedikit leukosit. Jenis eksudat non-selular yang
paling sederhana adalah eksudat serosa yang pada dasarnya terdiri atas protein
yang bocor dari pembuluh-pembuluh darah yang permeabel didaerah peradangan
19
bersama dengan cairan yang menyertainya. Contohnya eksudat serosa yang paling
dikenal adalah cairan pada luka lepuh. Penimbunan eksudat serosa yang serupa
sering ditemukan pada rongga tubuh, seperti rongga pleura atau rongga
peritoneum dan walaupon tidak mencolok eksudat serosa sering menyebar
melewati jaringan ikat.4
Terkadang terjadi penimbunan cairan didalam rongga tubuh yang bukan
karena peradangan, biasanya peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan
kadar protein plasma. Pengumpulan bukan karena peradangan semacam ini
disebut transudat dan sedikit protein serta sel disbandingkan dengan eksudat.4
Eksudat Fibrosa
Eksudat fibrosa terbentuk saat protein keluar dari pembuluh darah
didaerah peradangan mengandung banyak fibrinogen. Fibrinogen ini diubah
menjadi fibrin, berupa jalinan yang lengket dan elastik. 4
Eksudat fibrinosa sering dijumpai diatas permukaan serosa yang meradang
seperti pleura dan pericardium, tempat fibrin yang diendapkan mengeras menjadi
lapisan atas membran yang terkena. Jika lapisan tebal semacam ini tertimbun
diatas permukaan serosa, sering disertai dengan gejala rasa nyeri jika satu
permukaan bergesekan dengan permukaan yang lain.4
Jadi misalkan pasien pleuritis merasa nyeri ketika bernafas dikarenakan
permukaan yang kasar itu saling bergesekan selama inspirasi. Gesekan pada
permukaan-permukaan kasar juga menimbulkan friction rub, yang dapat didengar
dengan stetoskop diatas daerah yang terkena.4
Eksudat Musinosa
Eksudat Nonselular yang lain adalah eksudat musinosa atau kataral. Jenis
eksudat ini hanya terbentuk diatas permukaan membran mukosa, tempat sel-sel
yang dapat mensekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan eksudat lain
karena eksudat ini merupakan sekresi seluler bukannya dari sesuatu yang keluar
dari aliran darah. Sekresi musin merupakan sifat normal membran mukosa, dan
eksudat musinosa tidak lebih merupakan percepatan proses fisiologis dasar.
20
Contoh eksudat musin yang paling dikenal dan sederhana adalah pilek yang
menyertai berbagai infeksi pernafasan bagian atas.4
Dari beberapa bahasan diatas, kita mengetahui tuba katar disebabkan oleh
peradangan membran mukosa. Yang menyebabkan membran mukosa tersebut
menjadi hipersekresi sebagai upaya untuk mengurangi peradangan itu sendiri.
Tetapi proses peradangan tersebut tidak akan berdiri sendiri tanpa sebab. Berikut
beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proses peradangan pada membran
mukosa.4
3.3 PATOFISIOLOGI
Tuba eustachius berfungsi mengatur tekanan kavum timpani ( ventilasi )
agar tekanan udara dalam telinga tengah sama dengan tekanan udara luar,
mengalirkan keluar sekret dari telinga tengah dan menghalangi masuknya sekret
dari nasofaring ke telinga tengah.(1,2,3,4)
Obstruksi eustachius bisa partial maupun komplit, fungsional penyakit ini
bisa cepat atau lambat. Akibat obstruksi ini akan menyebabkan terhalangnya udara
masuk ke telinga tengah. Sehingga udara yang ada di dalam kavum timpani tidak
berhubungan lagi dengan udara yang di dalam faring, udara yang ada dalam
kavum timpani direabsorbsi hingga menyebabkan retraksi membran timpani.(1,2,3)
Apabila penyakit ini tidak segera diobati, dapat berlanjut menjadi bentuk
kronis dari tuba kattarh, dimana akibat adanya vakum dalam kavum timpani akan
menyebabkan efusi dan transudasi dari mukosa dan ini biasanya terjadi pada
chronic total obstruction.(1,2,3)
Tuba kattarh terbagi atas 2, yaitu :
1. Tuba kattarh akut.
Disebabkan oleh edema dari mukosa tuba eustachius, hingga lumen
tertutup. Akibat udara dalam kavum timpani tidak berhubungan lagi
dengan udara yang ada dalam faring, sehingga udara direabsorbsi dan
terjadi vakum dalam kavum timpani, akibat terjadi retraksi membrana
timpani.(1)
21
22
2. Celah langit
Langit-langit atau palatum merupakan atap rongga mulut yang
memisahkan rongga mulut dan hidung. Palatum terbagi kepada yaitu
palatum durum dan palatum mole di sebelah posterior.6
Palatum durum dibentuk oleh prosessus maksila (2/3 anterior), pars
horisontalis prosessus palatine (1/3 posterior). Palatum mole merupakan
lanjutan dari palatum durum, disebelah lateral melekat pada dinding faring
dan sebelah posterior sebagai suatu pinggiran bebas.6
Celah langit-langit merupakan defek congenital karena tidak
bersatunya prosesss palatines, penyambungan antara prosessus palatines
berjalan dari anterior ke posterior dimana proses ini dapat berhenti tibatiba.6
Menurut macamnya celah langit-langit dibagi dua:
23
3. Tumor Nasofaring
Gangguan pendengaran merupakan salah satu gejala dini dari
penyakit ini, disamping gejala dini lain yang berupa hidung buntu atau
hidung keluar darah, tetapi gejala tersebut sering tidak terpikir oleh dokter
pemeriksa bahawa penyebabnya adalah tumor ganas di nasofaring,
sehingga baru diketahui bila penyakit sudah dalam keadaan lanjut.7
Gangguan pendengaran kadang-kadang disertai juga keluhan rasa
penuh di telinga, telinga berbunyi atau rasa nyeri ditelinga. Banyak penulis
mengatakan, bahawa lokasi permulaan tumbuh tumor ganas nasofaring
paling sering adalah di fosa Rosenmuller, sebab daerah tersebut
merupakan daerah peralihan epitel. Dalam penyebarannya, tumor dapat
mendesak tuba Eustachius serta mengganggu pergerakan otot Levator
Palatini yang berfungsi membuka tuba, sehingga fungsi tuba terganggu
dan
mengakibatkan
gangguan
pendengaran
berupa
menurunnya
24
25
Otoskopi :
Membrana timpani sedikit hiperemis, reflek cahaya berubah, jika
sudah lama dapat terjadi retraksi.(1,3)
2. Tuba kattarh kronis
Gejala :
Telinga rasa penuh, rasa tertekan.
Tinnitus, autofonie
Telinga berbunyi, ingusan, rasa pening.
Pendengaran berkurang.
Bila ada tersendat terasa ada air didalam telinga.(1,3)
Otoskopi :
Membrana timpani tertarik ke dalam ( retraksi ), reflek cahaya
mengecil, tempatnya berubah atau hilang sama sekali.(1,3)
Tuba kattarh kronik terbagi atas 3 stadium :
1. Tuba kattarh kronika simpleks ( penyempitan eustachius yang
menahun ) tejadi karena oedem dari mukosa dan timbulnya jaringan
submukus.(1,3)
2. Bentuk eksudatif
Tejadi pemyempitan tuba eustachius akan tetapi didalam kavum
timpani terdapat cairan, ini disebabkan adanya pembendungan uraturat darah sehingga cairan masuk ke kavum timpani.(1,3)
Otoskopi :
Membrana timpani kelihatan agak membiru atau lebih
mengkilat dan agak kekuning-kuningan.
26
sehingga
mengakibatkan
perlengketan,
pendengaran
beberapa
manuver
yang
dapat
dilakukan
untuk
27
28
29
BAB IV
ANALISA KASUS
Diagnosa ditegakan berdasarkan anamnesa, dan pemeriksaan fisik .
Diagnose berdasarkan gejala klinis
Laki-laki (28 tahun) datang dengan keluhan telinga terasa penuh pada
telinga sebelah kanan os mengaku bila os menguap atau membuang ingus terasa
pendengeran jelas sesaat, os juga mengaku pendengaran terasa berkurang pada
telinga sebelah kanan dan merasa sering mendengar suara dia sendiri (bergema).
Riwayat batuk pilek (+) sejak 3 minggu yang lalu.
Hal ini sesuai dengan teori dimana, gejala dari tuba kattarh akut adalah Telinga
terasa tertekan, rasa penuh, Telinga berdengung, Bila menelan mengeluarkan
ingus, atau menguap merasa sedikit sakit dan sekonyong-konyong pendengaran
jelas kembali, tetapi akhirnya tertutup lagi, Pendengaran berkurang, Autofonie
( mendengar suara sendiri pada telinga yang sakit karena bertambahnya resonansi
dari suara sendiri ).(1,3)
Diagnose berdasarkan etiologi dan factor predisposisi
Beberapa etiologi dan factor predisposisi tuba kattarh akut adalah :Penyakit
hidung ( pilek ), dalam sinus dan nasofaring, Pembesaran dan infeksi dari
aritenoid, Deviasi dari septum, Poliposis nasi, Hipertropi khonka nasalis,
Tamponade Bellocq, Tumor pada nasofaring, Palatoschisis.(1).
Pada pasien ini, kemungkinan yang menjadi etiologi dan factor predisposisinya
adalah riwayat flu dan batuk (faringitis)
Diagnose berdasarkan pemeriksaan fisik
Beberapa pemeriksaan fisik ( otoskop) yang ditemui pada tuba katar akut
adalah Membrana timpani sedikit hiperemis, reflek cahaya berubah, jika sudah
lama dapat terjadi retraksi.(1,3)
30
BAB V
KESIMPULAN
1. Tuba Eustachius ialah sebuah bangunan yang berbentuk tabung yang
berjalan dari telinga tengah ke nasofaring.
2. Fungsi fisiologi dari Tuba Eustachius adalah :
o Ventilasi atau pengaturan tekanan dari telinga tengah
o Perlindungan telinga tengah dari sekresi nasofaring dan tekanan
suara
o Pembersihan dan penyaluran sekresi telinga tengah ke nasofaring
3. Kata Catarrh berasal dari bahasa yunani katarrhein. Katar yang
berarti turun dan rhein yang bererti mengalir.
4. Diartikan sebagai lapisan eksudat yang tebal yang terdiri dari mukus
dan sel darah putih yang disebabkan oleh pembengkakan dari
5.
6.
7.
8.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilmu
kesehatan
penyelaman;
Barotrauma
hal.52-57;
Penerbit
31
11819910
4. Boeis, Adam ; Buku ajar penyakit THT; Embriologi, Anatomi dan
Fisiologi telinga; Penerbit ECG, edisi 6; tahun 1991
5. Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. Patofisiologi konsep klinis proses
penyakit. Edisi ke-enam. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta,
2005 : 87-91
6. Alpen patel, MD ; Patologyous Eustachian Tube. Diakses tanggal 24
Oktober
2012.
Diunduh
dari
http://www.emedicine.com/ENT/topic208.html
7. Johnson RW. Medical Encyclopedia. Adenoid Hypertrophy. Diakses
tanggal
24
oktober
2012.
Diunduh
dari:
http://www.HealthAto.com.br/otor/otor.html
8. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/11/penanganan_bayi_celah_bibir_langitlangit.pdf
9. Soepardi EA, Iskandar N. Dalam : Karsinoma Nasofaring. Buku Ajar
THT. Edisi Kelima. Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2000 : 146-150
10. http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/cegah.radan
g.telinga.tengah/001/001/229/203/-/4
11. Tanaka A, Ohashi Y, Kakinoki Y, Washio Y, Kishimoto K, Ohno Y,
Sugiura Y, Okamoto H, Nakai Y. Influence of allergic response on the
mucociliary system in Eustachian tube. Acta Otolaryngol Suppl.
1998;538:98-101. Pubmed PMID: 9879408.
32