Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
Tuba kattarh merupakan salah satu penyakit telinga bagian tengah yang
sering dijumpai. Penyakit ini paling banyak dijumpai pada anak-anak dan dewasa,
dimana dijumpai adanya gangguan fungsi tuba eustachius. Gangguan fungsi tuba
eustachius merupakan tanda yang paling penting pada penyakit infeksi telinga
bagian tengah, karena dapat menimbulkan ketulian mulai dari yang ringan sampai
yang berat, tergantung pada proses yang timbul pada tuba eustachius dan
dipengaruhi oleh lamanya penyakit yang diderita sehingga penanggulangannya
memerlukan tindakan mulai dari yang sederhana sampai tindakan operasi.(1)

BAB II
LAPORAN KASUS

I.

II.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. AU

Umur

: 28 tahun

Jenis kelamin

: laki-laki

Alamat

: Rt 22 pematang sulur

Agama

: Islam

Pekerjaan

: swasta

ANAMNESIS
(Autoanamnesis,)
Keluhan Utama
Telinga terasa penuh sejak 1 minggu yang lalu
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang berobat sendiri ke poli umum puskesmas simpang
IV Sipin dengan keluhan telinga kanan terasa penuh sejak 3 minggu
yang lalu. Telinga terasa berdenging (-), keluar air (-), telinga terasa
sakit (-) os mengaku bila os menguap atau membuang ingus terasa
pendengeran jelas sesaat, os juga mengaku pendengaran terasa
berkurang pada telinga sebelah kanan dan merasa sering mendengar
suara dia sendiri (bergema). Riwayat batuk pilek (+) sejak 3 minggu
yang lalu, batuk tidak berdahak,

batuk darah (-) , pilek tidak

dipengaruhi cuaca, debu, makanan dan obat-obatan demam (-),


menggigil (-), berkeringat (-). Os juga mengaku nyeri saat menelan,
kemudian makan obat sendiri yang dibelinya di apotik (obat flu)
1 minggu yang lalu, os mengaku telinga sebelah kanan masih
terasa bengap, berdenging (-), keluar air (-),os juga mengaku

pendengaran masih terasa berkurang pada telinga sebelah kanan. Batuk


(+), batuk tidak berdahak. Nyeri saat menelan (+), Riwayat dikorek (-),
riwayat naik pesawat sebelumnya (-), berenang (-)

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat alergi obat-obatan (-), alergi makanan (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat diabetes melitus (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien
III. STATUS PRESEN
Sensorium

: compos mentis

Pernapasan

: 18 i/x

Suhu

: 36,8 C

Nadi

: 80 i/x

Tekanan darah

: 110/80 mmhg

KU/KP/KG

: Baik

IV. HAL-HAL PENTING


HIDUNG
Kanan

Kiri

Cairan

Darah

Nanah

Berbau

Tumpat

Penciuman

TELINGA
Kanan

Kiri

Cairan

Darah

Nanah

Gatal

Dikorek

Sakit

Bengkak

Buka Mulut

Berdenging

Pendengaran

KERONGKONGAN
Hasil
Nyeri menelan

Sangkut menelan

Rasa mengganjal

Gatal

Lendir

LARING
Hasil
Suara serak

Sesak napas

Batuk

V.

PEMERIKSAAN FISIK
a) Kepala dan Leher
Kanan

Kiri

Regio Frontalis

Dbn

Dbn

Regio Maksilaris

Dbn

Dbn

Regio Mandibularis

Dbn

Dbn

Regio Parotis

Dbn

Dbn

Regio Servikalis

Dbn

Dbn

b) Telinga
Daun Telinga

Kanan

Kiri

Anotia/mikrotia/makrotia

Keloid

Perikondritis

Kista

Fistel

Ott hematoma

Kanan

Kiri

Atresia

Serumen prop

Epidermis prop

Korpus alineum

Jaringan granulasi

Exositosis

Osteoma

Furunkel

Kanan

Kiri

Hiperemis

Retraksi

Bulging

Atropi

Liang Telinga

Membrana Timpani

Perforasi

Bula

Sekret

Kanan

Kiri

Fistel

Kista

Abses

Kanan

Kiri

Fistel

Kista

Abses

Kanan

Kiri

Kanan

Kiri

Vestibulum nasi

Dbn

Dbn

Kavum nasi

Dbn

Dbn

Selaput lender

Dbn

Dbn

Septum nasi

Dbn

Dbn

Lantai + dasar hidung

Dbn

Dbn

Konka inferior

Dbn

Dbn

Meatus nasi inferior

Dbn

Dbn

Konka media

Dbn

Dbn

Meatus nasi media

Dbn

Dbn

Polip

Korpus alineum

Massa tumor

Kanan

Kiri

Retro-aurikular

Pre-aurikular

Tuba Eustachii
Valsava test
c) Hidung
Rinoskopi Anterior

Rinoskopi Posterior

Tidak dapat dilakukan

Transiluminasi Sinus

Kanan

Kiri

Tidak dilakukan
d) Mulut
Hasil
Selaput lendir mulut

Normal

Bibir

Mukosa lembab

Lidah

Normal

Gigi

Karies (-)

Kelenjar ludah

Normal

e) Faring
Hasil
Uvula

Bentuk normal, terletak ditengah

Palatum mole

Normal

Palatum durum

Normal

Plika anterior

Hiperemis (+)
Dekstra : tonsil T1, hiperemis (-),
permukaan rata, kripta tidak melebar

Tonsil

detritus (-)
Sinistra : tonsil T1, hiperemis (-),
permukaan rata, kripta tidak melebar

Plika posterior

detritus (-)
Normal

Mukosa orofaring

Normal

f) Laring
Hasil
Tidak dapat dilakukan

g) Kelenjar Getah Bening Leher


Inspeksi

: pembesaran KGB lnn. Submandibularis dekstra dan


sinistra (-)

Palpasi

: pembesaran KGB lnn. Submandibularis dekstra dan


sinistra (-), nyeri tekan (-)

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


VII. PEMERIKSAAN AUDIOLOGI
Tidak dilakukan
VIII. DIAGNOSIS BANDING
1. Tuba kataralis akut auricular dextra
2. Otitis media akut
IX. DIAGNOSIS KERJA
Tuba kataralis auricular dextra
X.

PENATALAKSANAAN

Edukasi
1. Menjaga higienitas mulut
2. Memperbanyak minum dan Menghindari minuman dingin dan makanan
yang dapat memicu timbulnya keluhan
3. Menghindari makanan yang dapat menyebabkan iritasi seperti makanan
berminyak atau berlemak
4. Istirahat yang cukup
Medikamentosa

Amoxcilin 3 X 1 tab 500 mg

Metil prednisone 2 X 1 tab 4 mg

OBH syrup 3 X1

XI. PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam

: bonam

Quo ad sanationam

: bonam

BAB III
TEORI DAN PEMBAHASAN
3.1 Definisi

Kata Catarrh berasal dari bahasa yunani katarrhein. Katar yang berarti
turun dan rhein yang bererti mengalir. Jika diartikan dapat berarti lapisan eksudat
yang tebal yang terdiri dari mukus dan sel darah putih yang disebabkan oleh
pembengkakan dari membran mukosa dikepala yang merupakan respon dari suatu
infeksi. Ini merupakan gejala peradangan yang biasa ditemukan pada flu dan
batuk, tetapi dapat pula ditemukan pada pasien dengan infeksi dari adenoid,
infeksi telinga tengah, sinusitis atau tonsilitis. Keluhan yang sering tampak pada
tuba katar adalah tersumbatnya hidung dan tuba yang menyebabkan penderita
dapat mendengar suara sendiri. Beberapa usaha yang terus dikembangkan adalah
bagaimana mengurangi atau menghilangkan sumbatan tuba tersebut. 1,2,3
Pada tahun 1704, Valsava menemukan otot yang berfungsi untuk
membuka tuba Eustachius dan menyangka bahwa otot ini aktif sebagai bagian dari
proses pendengaran. Maneuver Valsava dinamakan atas namanya setelah ia
menemukan cara untuk mengeluarkan pus dari telinga tengah ke telinga luar
dengan cara ditiup oleh penderita itu sendiri. Pada tahun 1724, Guyot adalah
orang pertama yang mencoba untuk melakukan kateterisasi lewat hidung, dan
Wathen pada tahun 1756, telah melanjutkan studinya dan menggambarkan secara
detail bagaimana prosedurnya. 1,2,3
Pada tahun 1853, Toynbee menemukan bahawa, saat beristirahat tuba
Eustachius tertutup dan terjadi suatu penyerapan udara yang konstan pada ruang
telinga tengah. Tuba tersebut hanya dapat terbuka pada waktu menelan, dan udara
diperbolehkan masuk pada waktu itu. Ia percaya dengan melakukan maneuver ini,
akan membuat tekanan positif pada ruang telinga tengah. 1,2,3
Banyak usaha telah dikembangkan untuk mengurangi atau bahkan
menghilangkan gejala ini. Tetapi pada referat ini akan dibahas apa penyebab
terjadinya tuba katar sehingga cara penatalaksanaannya.1,2,3

3.2 ANATOMI

10

Sebelum membahas mengenai tuba katar lebih lanjut ada baiknya kita
mengetahui struktur dari tuba Eustachius itu sendiri. Tuba Eustachius, yaitu
sebuah bangunan yang berbentuk tabung yang berjalan dari telinga tengah ke
nasofaring. Tuba Eustachius telah dikenal sejak zaman yunani kuno oleh
Aristoteles, tetapi kemudian dinamapakai oleh Bartolomeus Eustachius (15201574) sebagai ketua ahli ekonomi di Roma dan orang

yang pertama kali

mendeskripsikan anatomi tuba Eustachius. Hal ini tidak dipublikasi sehingga 200
tahun kemudian setelah kematiannya, didapatkan satu buku yang berjudul
Epistola de Audius Organis 1,2,3
Fungsi tuba Eustachius adalah untuk proteksi, aerasi dan drainase telinga
tengah. Bila terjadi oklusi dapat menyebabkan peradangan pada telinga tengah
(otitis media). Tuba Eustachius juga disebut tuba otofaringeal kerana
menghubungkan telinga ke faring. 1,2,3

Tuba Eustachi

Gambar 1 : Struktur tuba Eustachius


Tuba Eustachius terdiri dari tulang rawan pada dua pertiga kearah
nasofaring dan sepertiganya terdiri atas tulang. Tuba biasanya dalam keadaan
tertutup dan baru terbuka apabila oksigen diperlukan masuk ke dalam telinga
tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap. Otot-otot dari sistem

11

tuba Eustachius membantu membuka dan menutup tuba agar berfungsi


sebagaimana mestinya.

Gambar 2 : Tuba Eustachius pada anak dan dewasa


Panjang tuba pada orang dewasa sekitar 36mm dan terbentang pada bagian
depan, bawah dan medial dari dinding anterior kavum timpani terhadap
nasofaring. Aksis tuba membentuk sudut 30o terhadap bidang horizontal dan 45o
terhadap bidang sagital median. Daerah tuba dibahagi menjadi dua, yaitu bagian
tulang dan kartilago. Bagian tulang merupakan bagian posterior sepertiga tuba,
dilapisi oleh mukosa, panjangnya sekitar 12mm, berhubungan langsung dengan
timpani anterior dan hampir selalu dalam keadaan terbuka, kemudian kebawah
dan menyempit disebut istmus. Bagian tulang hanya mempunyai peran sedikit
atau bahkan tidak ada dalam mekanisme pembukaan tuba. Fungis istmus adalah

12

membantu melindungi telinga tengah dari sekret nasofaring. Schwartzbart (1994)


mengatakan bahawa bagian tulang dari tuba disebut sebagai protimpanum. 1,2,3
Bagian kartilago merupakan bagian anterior dua pertiga tuba yang
memiliki panjang sekitar 24mm yang terdiri dari jaringan fibrokartilago berbentuk
triangular dengan diameter vertikal 2-3 mm dan diameter horizontal 3-4 mm, pada
bagian apex akan menyempit yang juga merupakan bagian tersempit dari tulang.
Ke bawah secara langsung menjadi membran mukosa dari bagian lateral
nasofaring. Umumnya bagian kartilago ini dalam keadaan tertutup oleh tekanan
jaringan tuba Estachius. 1,2,3
Tuba Eustachius dilapisi oleh mukosa yang mengandung sel-sel goblet dan
kelenjar mukus. Lapisan paling luar adalah epitel bersilia yang bergerak ke arah
nasofaring. Makin dekat ke telinga tengah terlihat sel-sel goblet dan kelenjar
mukus semakin berkurang dan mukosa silia juga menghilang. Jumlah sel goblet
pada dasar tuba lebih banyak dibandingkan bagian atap, dengan konsentrasi
terbanyak berada di area tengah tuba bagian kartilago. Bagian superior tuba
banyak berperan pada ventilasi telinga tengah, sedangkan bagian inferior telinga
tengah berfungsi sebagai proteksi telinga tengah. Mekanisme pertahanan
mukosilier tuba Eustachius menetap segera setelah lahir.1,2,3
Pada bagian inferolateral tuba terdapat lapisan lemak yang disebut lemak
Ostman yang ikut membantu proses penutupan tuba. Selain itu, lemak ini
membantu melindungi tuba Eustachius dan telinga tengah terhadap sekret
nasofaring. 1,2,3
Bagian kartilago dari tuba ditunjang oleh otot-otot yang berfungsi untuk
mengontrol patensi tuba. Otot-otot tersebut adalah tensor veli palatine, levator veli
palatine, salphingopharyngeus dan tensor tympani. 1,2,3
Otot tensor veli palatine berasal dari dinding tulang fosa scaphoid dan dari
seluruh panjang ujung tulang rawan yang pendek yang membentuk bagian atas
dinding depan dari tuba kartilago. Otot memanjang ke bawah, membentuk tendon
yang pendek yang membelok ditengah-tengah dan sekeliling pterygoid humulus.

13

Tensor veli palatine memisahkan tuba Eustachius dari gangliaon optik, saraf
mandibular dan cabangnya, korda timpani dan arteri meningea media. 1,2,3
Salphingopharingeus adalah otot lembut yang menyentuh pada ujung
faring dari tuba Eustachius dan bercampur dengan otot bawah palatofaringeus.
Levator veli palatine berasal dari 2 bagian, antara lain bagian bawah permukaan
kartilago tuba dan bagian bawah permukaan tulang petrosa. Pada awalnya, levator
terletak dibawah tuba kemudian menyilang ke tengah dan bergabung menjadi
palatum mole. 1,2,3
Persarafan berasal dari cabang faringeal ganglion sfenopalatina yang
merupakan cabang dari nervus maksilaris (V2) yang mensuplai persarafan ostium.
Saraf spinosus berasal dari saraf mandibula (V3) yang mensuplai persarafan
bagian kartilago. Plexus timpani berasal dari nervus glossopharingeal mensuplai
persarafan bagian tulang tuba Eustachius. 1,2,3

3.3 Fungsi fisiologi dari Tuba Eustachius


Fungsi fisiologi dari Tuba Eustachius adalah : 1,2,3

Ventilasi atau pengaturan tekanan dari telinga tengah


Perlindungan telinga tengah dari sekresi nasofaring dan tekanan suara
Pembersihan dan penyaluran sekresi telinga tengah ke nasofaring
Ventilasi dan regulasi tekanan

Gambar 3 : Oklusi tuba yang menyebabkan perbedaan tekanan udara

14

Tuba Eustachius yang normal pada saat istirahat menutup, kira-kira ada
sedikit tekanan udara telinga tengah negatif. Pembukaan yang berulang dari tuba
Eustachius secara aktif mengatur tekanan atmosfir agar tetap seimbang. 1,2,3
Tuba Eustachius membuka pada saat menelan atau menguap dengan
kontraksi otot veli palatine. Tensor veli palatine yang tidak berfungsi efektif pada
palatum durum menyebabkan disfungsi tuba Estachius. Cara kerja dari otot veli
palatine masih tidak jelas. Kontribusi pada permukaan tuba Eustachius masih
dipertanyakan. 1,2,3
Fungsi ventilasi dari tuba Eustachius anak kurang efisien daripada pada
orang dewasa. Infeksi sistem pernafasan bagian atas yang berulang-ulang dan
pembesaran adenoid pada anak-anak akan menyebabkan terjadinya penyakit
telinga tengah pada anak. Bagaimanapun, pada saat anak tumbuh, fungsi tuba
Eustachius membaik dan sebagai bukti berkurangnya frekuensi terjadinya otitis
media dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. 1,2,3
Normalnya, tuba Eustachius membuka berulang-ulang, secara stabil
mengatur tekanan bagian tengah antara +50 mm dan -50 mm H 2O. Tekanan di atas
dan di bawah +50 mm -50mm H2O, tidak mengindikasikan akan terjadi penyakit
telinga tengah. Sekitar 1 ml udara dapat diserap dari bagian tengah telinga dalam
jangka waktu 24 jam. Sel-sel sistem mastoid berfungsi sebagai penyimpanan gas
bagian tengah telinga. 1,2,3
Perlindungan
Tuba Eustachius menyalurkan secara normal sekresi dari telinga tengah
dengan sistem pengangkutan mukosiliari dan dengan berulangnya pembukaan
atau penutupan aktif tuba yang memperbolehkan sekresi mengalir ke nasofaring.
1,2,3

Kekacauan dari sistem penutupan bagian tengah telinga, seperti perforasi


membran timpani atau setelah operasi mastoid, terkadang menyebabkan refluks
dari sekresi nasofaring ke dalam tuba menyebabkan otorhea. Demikian juga
dengan mengenduskan hidung yang kuat dapat menciptakan tekanan tinggi pada
nasofaring menuju telinga tengah. 1,2,3

15

Sebaliknya, tekanan negatif bagian tengah

telinga seperti saat berada

dipesawat atau saat penyelaman dapat menyebabkan penyumbatan tuba


Eustachius. Hal ini dapat menyebabkan stagnasi dari sekresi dan efusi berkumpul
ditelinga tengah menyebabkan barotrauma. 1,2,3
Bagian tengah juga diproteksi oleh pertahanan lokal imunologi dari epitel
respiratori dari tuba Eustachius, begitu juga pertahanan mukosiliari yang
melakukan fungsi pembersihan. Protein surfaktan imunoreaktif yang ada di paru
diisolasi dari bagian tengah telinga dari hewan dan manusia ternyata mempunyai
fungsi proteksi yang sama pada bagian tengah telinga. 1,2,3
Drainase
Penyaluran sekresi dan pengeluaran benda asing dari telinga tengah
dikerjakan oleh sistem mukosiliari dari tuba Eustachius. Mukosa bagian tengah
telinga bekerjasama dengan otot tuba Eustachius melakukan fungsi penbersihan
dan juga membantu mengatur tekanan permukaan didalam lumen tuba. 1,2,3
Model flask yang diperkenalkan oleh Bluestone dan rekannya menjelaskan
lebih baik konfigurasi dari anatomi tuba Eustachius dalam proteksi dan drainase
telinga tengah. Pada model ini, tuba Estachius dan sistem bagian tengah telinga
menyerupai botol dengan leher yang panjang dan sempit. Mulut dari botol
mempresentasikan ujung nasofaring, bagian sempit leher mempresentasikan
istmus, bagian tengah telinga dan sistem mastoid mempresentasikan badan dari
botol tersebut. 1,2,3
Cairan yang mengalir melalui leher botol tersebut tergantung dari tekanan
pada ujung botol, radius dan panjang dari leher botol serta kekentalan dari cairan.
Aliran cairan berhenti pada bagian leher yang sempit kerana diameternya yang
kecil, juga kerana tekanan udara positif pada ruang dari botol. Tetapi hal ini tidak
menjadi pertimbangan tugas dari otot tensor veli palatine pada perbukaan
nasofaringeal orifisium tuba Eustachius. 1,2,3
Tuba Eustachius dapat tersumbat kerana beberapa alasan, penyebab yang
paling umum adalah infeksi saluran pernafasan bagian atas. Infeksi sinus atau

16

alergi dapat juga menyebabkan pembengkakan tuba Eustachius, sebagai akibatnya


hidung yang tersumbat dapat menyebabkan tuba Eustachius juga tersumbat. Pada
anak sangat rawan terjadi penyumbatan tuba karena anatomi tuba pada anak lebih
sempit dan lebih dekat ke adenoid. Itulah sebabnya mengapa pada anak-anak
dengan otitis media kronik sering direkomendasikan untuk dilakukan operasi
adenoid. Jarang sekali, massa atau tumor didasar tengkorak atau nasofaring dapat
menyebabkan penyumbatan tuba Eustachius. 1,2
Permasalahan tuba Eustachius dan infeksi terkait merupakan permasalahan
yang biasa dijumpai dokter. Banyak orang memiliki masalah kronis dalam
pengaturan tekanan telinga tengah yang biasanya dijumpai disebabkan mulai dari
alergi sampai tuba Eustachius yang terlalu sempit. Pasien sering mengeluh telinga
terasa penuh, telinga seperti berbunyi klik atau cracking, kehilangan pendengaran
ringan (atenuasi suara), telinga berdengung (tinnitus), dan terkadang gangguan
keseimbangan. 1,2
Perubahan ketinggian yang cepat dan tekanan udara disamakan melalui
gendang telinga dengan fungsi normal tuba Eustachius. Tuba yang sehat
membuka sehingga cukup untuk menetralkan perubahan tekanan ini. Yang mana
terjadi pada saat di pesawat, tekanan udara menjadi naik pada saat pesawat
tersebut turun. 1,2
Orang dengan penyumbatan tuba Eustachius dapat menyebabkan rasa tuli
yang diakibatkan perubahan tekanan udara yang mendorong gendang telinga
kedalam sehingga dapat terisi dengan darah atau cairan. Dan mereka yang
mengalami gangguan fungsi tuba dapat pula merasakan ketika mereka berada
didalam elevator, berkendara dipergunungan atau menyelam. 1,2
Proses peradangan
Tuba katar merupakan hasil dari reaksi peradangan. Reaksi peradangan
sebenarnya merupakan suatu proses dinamik dan kontinu pada kejadian-kejadian
yang terkoordinasi dengan baik. Untuk memunculkan manifestasi suatu reaksi
peradangan, sebuah jaringan hidup harus memiliki jaringan fungsional. Pada
jaringan dengan nekrosis yang luas, maka reaksi peradangan tidak ditemukan

17

dibagian tengah jaringan, tapi dibagian tepinya, yaitu diantara jaringan mati dan
jaringan hidup yang memiliki sirkulasi utuh. 4
Selain itu, jika terjadi cedera dan menyebabkan kematian mendadak pada
penjamu, maka tidak ada bukti reaksi peradangan karena untuk timbulnya respon
memerlukan waktu. 4
Berbagai pola peradangan dapat timbul berdasarkan atas jenis eksudat
yang terbentuk, organ atau jaringan tertentu yang terlibat dan lamanya proses
peradangan. Berbagai tipe eksudat diberi nama deskriptif. Lamanya respon
peradangan disebut sebagai akut selama fase eksudat aktif. Disebut kronis jika ada
bukti perbaikan lanjut disertai eksudasi dan disebut subakut jika bukti awal
perbaikan bersama dengan eksudasi. Lokasi reaksi peradangan dinamakan
menurut nama organ atau jaringan, yang ditambahkan akhiran-itis. Berikut
dibahas beberapa jenis eksudat.4
Eksudat Seluler
Eksudat neutrofilik
Eksudat yang paling sering dijumpai terutama terdiri atas PMN, dalam
jumlah yang begitu banyak sehingga lebih menonjol daripada bagian cairan dan
proteinosa. Eksudat neutrofilik semacam ini disebut purulen. Eksudat purulen
biasanya terbentuk sebagai respon terhadap infeksi bakteri. Eksudat ini juga
terdapat dalam respon terhadap banyak cedera aseptik dan secara mencolok terjadi
hampir disemua tempat pada tubuh yang jaringannya telah menjadi nekrotik.4
Infeksi bakteri sering menyebabkan konsentrasi PMN yang sangat tinggi
yang tertimbun didalam jaringan, dan banyak sel-sel ini mati serta membebaskan
enzim-enzim hidrolitiknya yang kuat kesekitarnya. Dalam keadaan ini, enzimenzim PMN mencerna jaringan dibawahnya dan mencairkannya. Kombinasi
agregasi neutrofil dan pencairan jaringan-jaringan dibawahnya disebut supurasi.4
Dan dengan demikian eksudat yang terbentuk disebut eksudat supuratif,
atau lebih sering disebut pus. Jadi, pus terdiri atas PMN yang hidup, mati dan

18

yang hancur, jaringan yang mencair dan tercerna, cairan eksudat pada proses
peradangan dan sering terdiri dari bakteri-bakteri penyebabnya. 4
Eksudat Campuran
Eksudat ini merupakan campuran eksudat seluler dan nonseluler, dan
dinamakan sesuai dengan campurannya. Campuran ini meliputi eksudat
fibrinopurulen, yang terdiri atas fibrin dan PMN, eksudat serofibrinosa. Eksudateksudat tertentu seperti eksudat musinosa dan mukopurulen, yang melapisi
permukaan mukosa.4
Daerah seperti ini umumnya menyerupai membran mukosa, daerah
nekrotik dapat mengelupas, menimbulkan celah pada permukaan mukosa. Defek
seperti ini disebut ulkus. Paling sering, eksudat fibrinopurulen yang berasal dari
pembuluh darah dibawahnya membentuk permukaan dasar ulkus. Terkadang
daerah membran mukosa yang luas akan mengalami nekrotik dan sel-sel yang
dapat tertangkap didalam jala yang dibentuk eksudat fibrinopurulen, yang
melapisi permukaan mukosa.4
Daerah seperti ini umumnya menyerupai membran mukosa yang kasar,
dan oleh karena jenis proses ini disebut sebagai peradangan pseudomembranosa.4
Contoh klasik peradangan pseudomembran adalah pseudomembran pada
difteri disaluran pernafasan. Dengan demikian membran semacam ini kadang
disebut sebagai difteritik. Peradangan pseudomembranosa dapat dijumpai didalam
saluran cerna, khususnya kolok, sebagai akibat gangguan ekologi mikroba saluran
cerna, biasanya disebabkan oleh pemberian antibiotik.4
Eksudat Non Seluler
Eksudat Serosa
Pada beberapa radang, eksudat hampir seluruhnya terdiri atas cairan dan
zat-zat yang terlarut dengan sangat sedikit leukosit. Jenis eksudat non-selular yang
paling sederhana adalah eksudat serosa yang pada dasarnya terdiri atas protein
yang bocor dari pembuluh-pembuluh darah yang permeabel didaerah peradangan

19

bersama dengan cairan yang menyertainya. Contohnya eksudat serosa yang paling
dikenal adalah cairan pada luka lepuh. Penimbunan eksudat serosa yang serupa
sering ditemukan pada rongga tubuh, seperti rongga pleura atau rongga
peritoneum dan walaupon tidak mencolok eksudat serosa sering menyebar
melewati jaringan ikat.4
Terkadang terjadi penimbunan cairan didalam rongga tubuh yang bukan
karena peradangan, biasanya peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan
kadar protein plasma. Pengumpulan bukan karena peradangan semacam ini
disebut transudat dan sedikit protein serta sel disbandingkan dengan eksudat.4
Eksudat Fibrosa
Eksudat fibrosa terbentuk saat protein keluar dari pembuluh darah
didaerah peradangan mengandung banyak fibrinogen. Fibrinogen ini diubah
menjadi fibrin, berupa jalinan yang lengket dan elastik. 4
Eksudat fibrinosa sering dijumpai diatas permukaan serosa yang meradang
seperti pleura dan pericardium, tempat fibrin yang diendapkan mengeras menjadi
lapisan atas membran yang terkena. Jika lapisan tebal semacam ini tertimbun
diatas permukaan serosa, sering disertai dengan gejala rasa nyeri jika satu
permukaan bergesekan dengan permukaan yang lain.4
Jadi misalkan pasien pleuritis merasa nyeri ketika bernafas dikarenakan
permukaan yang kasar itu saling bergesekan selama inspirasi. Gesekan pada
permukaan-permukaan kasar juga menimbulkan friction rub, yang dapat didengar
dengan stetoskop diatas daerah yang terkena.4
Eksudat Musinosa
Eksudat Nonselular yang lain adalah eksudat musinosa atau kataral. Jenis
eksudat ini hanya terbentuk diatas permukaan membran mukosa, tempat sel-sel
yang dapat mensekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan eksudat lain
karena eksudat ini merupakan sekresi seluler bukannya dari sesuatu yang keluar
dari aliran darah. Sekresi musin merupakan sifat normal membran mukosa, dan
eksudat musinosa tidak lebih merupakan percepatan proses fisiologis dasar.

20

Contoh eksudat musin yang paling dikenal dan sederhana adalah pilek yang
menyertai berbagai infeksi pernafasan bagian atas.4
Dari beberapa bahasan diatas, kita mengetahui tuba katar disebabkan oleh
peradangan membran mukosa. Yang menyebabkan membran mukosa tersebut
menjadi hipersekresi sebagai upaya untuk mengurangi peradangan itu sendiri.
Tetapi proses peradangan tersebut tidak akan berdiri sendiri tanpa sebab. Berikut
beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proses peradangan pada membran
mukosa.4
3.3 PATOFISIOLOGI
Tuba eustachius berfungsi mengatur tekanan kavum timpani ( ventilasi )
agar tekanan udara dalam telinga tengah sama dengan tekanan udara luar,
mengalirkan keluar sekret dari telinga tengah dan menghalangi masuknya sekret
dari nasofaring ke telinga tengah.(1,2,3,4)
Obstruksi eustachius bisa partial maupun komplit, fungsional penyakit ini
bisa cepat atau lambat. Akibat obstruksi ini akan menyebabkan terhalangnya udara
masuk ke telinga tengah. Sehingga udara yang ada di dalam kavum timpani tidak
berhubungan lagi dengan udara yang di dalam faring, udara yang ada dalam
kavum timpani direabsorbsi hingga menyebabkan retraksi membran timpani.(1,2,3)
Apabila penyakit ini tidak segera diobati, dapat berlanjut menjadi bentuk
kronis dari tuba kattarh, dimana akibat adanya vakum dalam kavum timpani akan
menyebabkan efusi dan transudasi dari mukosa dan ini biasanya terjadi pada
chronic total obstruction.(1,2,3)
Tuba kattarh terbagi atas 2, yaitu :
1. Tuba kattarh akut.
Disebabkan oleh edema dari mukosa tuba eustachius, hingga lumen
tertutup. Akibat udara dalam kavum timpani tidak berhubungan lagi
dengan udara yang ada dalam faring, sehingga udara direabsorbsi dan
terjadi vakum dalam kavum timpani, akibat terjadi retraksi membrana
timpani.(1)

21

2. Tuba kattarh kronis.


Dapat terjadi bila penyembuhan tuba kattarh akut tidak sempurna
dan adanya kelainan-kelainan dalam hidung, sinus, pallatum mole dan
nasofaring.(1)
3.4 ETIOLOGI
1. Tuba kattarh akut.
Penyakit hidung ( pilek ), dalam sinus dan nasofaring.
Deviasi dari septum.
Poliposis nasi.
Hipertropi khonka nasalis.
Tamponade Bellocq.
Tumor pada nasofaring.
Palatoschisis.(1)
2. Tuba kattarh kronik
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan, yaitu :
Adenoiditis kronis dengan hyperplasia.
Adenoiditis kronis.
Sinusitis kronis.
Rhinitis alergi atau kronis
Hypertropi konkha nasi.
Poliposis nasi.
Sikatrik atau perlengketan nasofaring terutama pada fossa RosenMuller.
Kerusakan torus tularis sebagai komplikasi adenoidektomi.
Deviasi septum nasi posterior.
Stenosis atau malformasi langit-langit.
Paralysis atot-otot palatum.
Tumor nasofaring.(1)

22

Keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya tuba katar


1. Hipertrofi adenoid
Pembesaran adenoid dapatmenyebabkan obstruksi pada tuba
Eustachius yang akhirnya menjadi tuli konduktif karena adanya cairan
dalam telinga tengah akibat tuba Eustachius yang tidak bekerja efisien
karena adanya sumbatan.5

2. Celah langit
Langit-langit atau palatum merupakan atap rongga mulut yang
memisahkan rongga mulut dan hidung. Palatum terbagi kepada yaitu
palatum durum dan palatum mole di sebelah posterior.6
Palatum durum dibentuk oleh prosessus maksila (2/3 anterior), pars
horisontalis prosessus palatine (1/3 posterior). Palatum mole merupakan
lanjutan dari palatum durum, disebelah lateral melekat pada dinding faring
dan sebelah posterior sebagai suatu pinggiran bebas.6
Celah langit-langit merupakan defek congenital karena tidak
bersatunya prosesss palatines, penyambungan antara prosessus palatines
berjalan dari anterior ke posterior dimana proses ini dapat berhenti tibatiba.6
Menurut macamnya celah langit-langit dibagi dua:

Congenital cleft palate, yaitu celah langit-langit bawaan.6


Acquired cleft palate, yaitu celah langit-langit yang didapat
misalnya karena trauma, penyakit atau kanker.6
Menurut derajatnya celah langit-langit dibagi dua:

Complete cleft palate, yaitu celah langit-langit lengkap dimana


kelainan yang terdapat pada langit-langit juga pinggir alveolar dan
bibir terkena baik unilateral maupon bilateral.6

23

Incomplete cleft palate, yaitu celah langit-langit tidak lengkap.


Kelainan bentuk hanya terjadi pada palatum durum maupun
palatum mole.6

3. Tumor Nasofaring
Gangguan pendengaran merupakan salah satu gejala dini dari
penyakit ini, disamping gejala dini lain yang berupa hidung buntu atau
hidung keluar darah, tetapi gejala tersebut sering tidak terpikir oleh dokter
pemeriksa bahawa penyebabnya adalah tumor ganas di nasofaring,
sehingga baru diketahui bila penyakit sudah dalam keadaan lanjut.7
Gangguan pendengaran kadang-kadang disertai juga keluhan rasa
penuh di telinga, telinga berbunyi atau rasa nyeri ditelinga. Banyak penulis
mengatakan, bahawa lokasi permulaan tumbuh tumor ganas nasofaring
paling sering adalah di fosa Rosenmuller, sebab daerah tersebut
merupakan daerah peralihan epitel. Dalam penyebarannya, tumor dapat
mendesak tuba Eustachius serta mengganggu pergerakan otot Levator
Palatini yang berfungsi membuka tuba, sehingga fungsi tuba terganggu
dan

mengakibatkan

gangguan

pendengaran

berupa

menurunnya

pendengaran tipe konduksi yang bersifat reversible.7


4. Peradangan
Sering menyerang pada balita, salah satu faktor penyebabnya
adalah karena saluran penghubung antara telinga tengah dengan atap
tengkorak yang berdekatan dengan lubang hidung bagian belakang
(Eustachius) pada anak balita, yang masih dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan yang belum sempurna.8
Anatomis yang lebih pendek, lebih sempit dan lebih mendatar
dibandingkan orang dewasa. Akibatnya saluran ini dengan mudah dapat
tersumbat, misalnya karena terjadinya infeksi atau alergi. Dengan adanya
cairan atau pembengkakan selaput lendir di dalam saluran Eustachius yang

24

tersumbat itu dapat berlanjut jadi peradangan. Penyebab peradangannya


antara lain karena adanya infeksi pada cairan yang menyumbat bagian
telinga tengah ini.8
5. Alergi
Alergi adalah satu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi
cepat dan lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis yang
kompleks dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan pengontrol internal.9
Berbagai sel mast, basofil, eosinofil, limfosit dan molekul seperti
IgE, mediator sitokin, kemokin merupakan komponen yang berperan
dalam proses inflamasi. Gejala klinis terjadi karena reaksi imunologik
melalui pelepasan beberapa mediator tersebut dapat mengganggu organ
tertentu yang disebut organ sasaran dan pada alergi sering terjadi proses
inflamasi kronis yang kompleks.9
6. Barotrauma
Barotrauma adalah kerusakan dibagian dalam telinga yang
disebabkan oleh tidak samanya tekanan udara dikedua gendang pendengar.
10

3.5 TANDA-TANDA DAN GEJALA


1. Tuba kattarh akut
Gejala :
Telinga terasa tertekan, rasa penuh,
Telinga berdengung.
Bila menelan mengeluarkan ingus, atau menguap merasa sedikit
sakit dan sekonyong-konyong pendengaran jelas kembali, tetapi
akhirnya tertutup lagi.
Pendengaran berkurang.
Autofonie ( mendengar suara sendiri pada telinga yang sakit karena
bertambahnya resonansi dari suara sendiri ).(1,3)

25

Otoskopi :
Membrana timpani sedikit hiperemis, reflek cahaya berubah, jika
sudah lama dapat terjadi retraksi.(1,3)
2. Tuba kattarh kronis
Gejala :
Telinga rasa penuh, rasa tertekan.
Tinnitus, autofonie
Telinga berbunyi, ingusan, rasa pening.
Pendengaran berkurang.
Bila ada tersendat terasa ada air didalam telinga.(1,3)
Otoskopi :
Membrana timpani tertarik ke dalam ( retraksi ), reflek cahaya
mengecil, tempatnya berubah atau hilang sama sekali.(1,3)
Tuba kattarh kronik terbagi atas 3 stadium :
1. Tuba kattarh kronika simpleks ( penyempitan eustachius yang
menahun ) tejadi karena oedem dari mukosa dan timbulnya jaringan
submukus.(1,3)
2. Bentuk eksudatif
Tejadi pemyempitan tuba eustachius akan tetapi didalam kavum
timpani terdapat cairan, ini disebabkan adanya pembendungan uraturat darah sehingga cairan masuk ke kavum timpani.(1,3)
Otoskopi :
Membrana timpani kelihatan agak membiru atau lebih
mengkilat dan agak kekuning-kuningan.

26

Dijumpai meniscus seperti garis hitam bila cairan tidak penuh


atau garis putih oleh karena cahaya.
Permukaan cairan tetap horizontal, walaupun posisi kepala kita
ubah.(1,3)
3. Bentuk hipertropi
Terjadi pembentukan jaringan didalam kavum timpani dan tuba
eustachius

sehingga

mengakibatkan

perlengketan,

pendengaran

berkurang dan sukar untuk sembuh kembali.(1,3)


Perlengketan dapat timbul antara gendang telinga dengan
promontorium antara tulang-tulang pendengaran dengan sekitarnya,
hingga pergerakkan tulang-tulang terganggu.(1,3)
Otoskopi :
Membrana timpani tipis ( atropi ), melekat pada promontorium,
terdapat penebalan timpani hingga warnanya kabur.(1,3)
3.6 PENATALAKSANAAN
Terdapat

beberapa

manuver

yang

dapat

dilakukan

untuk

memperbaiki fungsi tuba Eustachius. Hal yang sederhana dapat dengan


menelan, sehingga mengaktifkan otot-otot dibelakang tenggorokan yang
membantu membukanya tuba Eustachius. Mengunyah permen karet,
minum atau makan membantu penelanan. Menguap lebih baik karena
mengaktifkan otot lebih kuat.11
Jika telinga terasa penuh, kita dapat memaksa untuk membuka tuba
Eustachius dengan cara mengambil nafas dalam, dan menghembuskan
sembari menutup hidung dan mulut. Jika terasa berbunyi pada telinga
berarti tuba Eustachius terbuka dengan baik. Tetapi jika permasalahan
masih ada walaupun sudah melakukan manuver harus segera diperiksa
dokter.11
Jika fungsi tuba sedang terganggu seperti sedang flu, sinusitis,
infeksi telinga atau serangan alergi, disarankan untuk menunda perjalanan

27

penggunakan pesawat atau menyelam, karena dapat menyebabkan keadaan


yang membahayakan, terutama organ pendengaran. Pada bayi dan balita,
mereka tidak dapat menyamakan tekanan sendiri secara aktif sehingga
harus diberikan minuman atau permen. Karena dengan menelan tuba
Eustachius terbuka dan fungsi menyamakan tekanan dapat terjadi.11
Pengobatan untuk rhinosinusitis virus pada orang dewasa
didasarkan pada vasokonstriktor, sering dikaitkan dengan agen antihistamin dan dengan tindakan atropinergik. Kontribusi yang mungkin
timbul dari agen atropinergik murni saat ini sedang dalam evaluasi. Obat
anti-inflamasi non-steroid (OAINS) tampaknya tidak memiliki pengaruh
dan penggunaan preparat kortikosteroid tidaklah tepat karena tidak
memiliki indikasi.11
Pada seorang pasien yang sedang dengan sumbatan pada hidung
upaya yang pertama adalah menegakkan diagnosis yang benar. Karena
pengobatan tidak selalu diperlukan dan apabila diberikan pengobatan
haruslah seimbang dengan resiko terapinya. Jika pasien memiliki masalah
yang akut seperti pilek dan sinusitis. Sebuah dekongestan topikal mungkin
merupakan pengobatan yang paling efektif, tetapi ini tidak boleh
berlangsung lebih dari beberapa hari dan pasien harus diperingatkan agar
tidak membeli obat serupa untuk dipergunakan lebih lama.11
Dalam kasus yang lebih kronis,seperti alergi atau rhinitis
vasomotor, pengobatan oral adalah yang terbaik. Simpatomimetik secara
oral (pseudoefedrin atau phenylephrine) mungkin sudah cukup, atau
antihistamin saja sudah dapat membantu dalam rhinitis alergi. Kombinasi
produk sering efektif tetapi haruslah diingat tentang kontraindikasi dan
pencegahan untuk masing-masing bahan.11
PENANGANAN
1. Tuba kattarh akut
Ditujukan pada faktor penyebabnya :

28

o Bila disebabkan oleh rhinitis akut diberi obat tetets hidung,


misalnya :
Sol HCl ephedrine 2%
Sol protagol 2%
S3 dd gtt IV
Atau diberi obat spesial lainnya misalnya iliadin nose drop,
pritin nose drops dan lain-lain, dapat juga diberi obat perusahaan
os misalnya decolgen, neozep dan lain-lain.
o Rhinitis alergika diberikan antihistamin
o Adenoiditis, nasofaringitis, sinusitis diberikan antibiotika.(1)
2. Tuba kattarh kronik
o Dengan cara menghilangkan penyebab, misalnya :
1. Adenoid atau fibroma nasofaring di operasi
2. Polip diekstrasi
3. Septum deviasi dikoreksi
4. Rhinitis dan sinusitis diobati
o Memasukkan udara melalui tuba, dengan cara :
1. Valsava manover
2. Pollitzer
3. Kateterisasi
o Aspirasi gendang telinga
o Parasentase
o Ventilasi tuba
Komplikasi yang ditimbulkan jarang terjadi bila penyakit cepat diketahui
dan di terapi dengan tepat dan dapat sembuh dengan sempurna. Akan tetapi bila
berlanjut maka komplikasi yang terjadi dapat menyebabkan gangguan
pendengaran berkurang tau total.(1)

29

BAB IV
ANALISA KASUS
Diagnosa ditegakan berdasarkan anamnesa, dan pemeriksaan fisik .
Diagnose berdasarkan gejala klinis
Laki-laki (28 tahun) datang dengan keluhan telinga terasa penuh pada
telinga sebelah kanan os mengaku bila os menguap atau membuang ingus terasa
pendengeran jelas sesaat, os juga mengaku pendengaran terasa berkurang pada
telinga sebelah kanan dan merasa sering mendengar suara dia sendiri (bergema).
Riwayat batuk pilek (+) sejak 3 minggu yang lalu.
Hal ini sesuai dengan teori dimana, gejala dari tuba kattarh akut adalah Telinga
terasa tertekan, rasa penuh, Telinga berdengung, Bila menelan mengeluarkan
ingus, atau menguap merasa sedikit sakit dan sekonyong-konyong pendengaran
jelas kembali, tetapi akhirnya tertutup lagi, Pendengaran berkurang, Autofonie
( mendengar suara sendiri pada telinga yang sakit karena bertambahnya resonansi
dari suara sendiri ).(1,3)
Diagnose berdasarkan etiologi dan factor predisposisi
Beberapa etiologi dan factor predisposisi tuba kattarh akut adalah :Penyakit
hidung ( pilek ), dalam sinus dan nasofaring, Pembesaran dan infeksi dari
aritenoid, Deviasi dari septum, Poliposis nasi, Hipertropi khonka nasalis,
Tamponade Bellocq, Tumor pada nasofaring, Palatoschisis.(1).
Pada pasien ini, kemungkinan yang menjadi etiologi dan factor predisposisinya
adalah riwayat flu dan batuk (faringitis)
Diagnose berdasarkan pemeriksaan fisik
Beberapa pemeriksaan fisik ( otoskop) yang ditemui pada tuba katar akut
adalah Membrana timpani sedikit hiperemis, reflek cahaya berubah, jika sudah
lama dapat terjadi retraksi.(1,3)

30

Pada pasien ini didapatkan pada pemeriksaan otoskopnya membrane


timpani sedikit hiperemis, reflek cahayanya menurun dan terdapat retraksi.

BAB V
KESIMPULAN
1. Tuba Eustachius ialah sebuah bangunan yang berbentuk tabung yang
berjalan dari telinga tengah ke nasofaring.
2. Fungsi fisiologi dari Tuba Eustachius adalah :
o Ventilasi atau pengaturan tekanan dari telinga tengah
o Perlindungan telinga tengah dari sekresi nasofaring dan tekanan
suara
o Pembersihan dan penyaluran sekresi telinga tengah ke nasofaring
3. Kata Catarrh berasal dari bahasa yunani katarrhein. Katar yang
berarti turun dan rhein yang bererti mengalir.
4. Diartikan sebagai lapisan eksudat yang tebal yang terdiri dari mukus
dan sel darah putih yang disebabkan oleh pembengkakan dari
5.
6.

7.

8.

membran mukosa dikepala yang merupakan respon dari suatu infeksi.


Tuba katar merupakan hasil dari reaksi peradangan
Menimbulkan beberapa jenis eksudat seperti :
o Eksudat Seluler (neutrofilik, campuran)
o Eksudat non-seluler (serosa, fibrosa, musinosa)
Keadaan yang menyebabkan terjadinya tuba katar:
o Hipertrofi adenoid
o Celah langit
o Tumor nasofaring
o Peradangan
o Alergi
o Barotrauma
Penatalaksanaan :
o Manuver valsava dan Toynbee
o Obati penyebab (flu, sinusitis, infeksi telinga, alergi )
o Tunda perjalanan menggunakan pesawat atau menyelam

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilmu

kesehatan

penyelaman;

Barotrauma

hal.52-57;

Penerbit

PT.Gramedia Jakarta; 2000

31

2. Empey DW, Medder KT. Nasal decongestants. Drugs. 1981 Jun;21


(6) : 438-43. Pubmed PMID : 6166444FKUI: Buku ajar THT;
3.

Gangguan fungsi tuba; Penerbit FKUI, edisi ke-enam; tahun 2007


Stoll D. Inflamatory acute rhinosinusitis. Presse Med. 2001 Dec 2229; 30 (39-40 pt 2) : 33-40. Review. French. Pubmed PMID :

11819910
4. Boeis, Adam ; Buku ajar penyakit THT; Embriologi, Anatomi dan
Fisiologi telinga; Penerbit ECG, edisi 6; tahun 1991
5. Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. Patofisiologi konsep klinis proses
penyakit. Edisi ke-enam. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta,
2005 : 87-91
6. Alpen patel, MD ; Patologyous Eustachian Tube. Diakses tanggal 24
Oktober

2012.

Diunduh

dari

http://www.emedicine.com/ENT/topic208.html
7. Johnson RW. Medical Encyclopedia. Adenoid Hypertrophy. Diakses
tanggal

24

oktober

2012.

Diunduh

dari:

http://www.HealthAto.com.br/otor/otor.html
8. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/11/penanganan_bayi_celah_bibir_langitlangit.pdf
9. Soepardi EA, Iskandar N. Dalam : Karsinoma Nasofaring. Buku Ajar
THT. Edisi Kelima. Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2000 : 146-150
10. http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/cegah.radan
g.telinga.tengah/001/001/229/203/-/4
11. Tanaka A, Ohashi Y, Kakinoki Y, Washio Y, Kishimoto K, Ohno Y,
Sugiura Y, Okamoto H, Nakai Y. Influence of allergic response on the
mucociliary system in Eustachian tube. Acta Otolaryngol Suppl.
1998;538:98-101. Pubmed PMID: 9879408.

32

Anda mungkin juga menyukai