Anda di halaman 1dari 14

SKABIES

Ayu Fadhilah, S.Ked


Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
2014
PENDAHULUAN
Skabies adalah infestasi kulit pada manusia yang diakibatkan oleh penetrasi tungau
Sarcoptes scabiei var hominis pada lapisan epidermis.1,2 Sarcoptes scabiei adalah obligate
human parasite yang seluruh siklus hidupnya berada di kulit manusia. 2 Sarcoptes scabiei ini
dapat ditemukan di dalam terowongan lapisan tanduk kulit pada tempat predileksi. Tungau ini
berukuran sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop atau bersifat
mikroskopis. 3
Wabah skabies pernah terjadi pada zaman penjajahan jepang (1942-1945), kemudian
menghilang dan timbul lagi pada tahun 1965. 4 Hingga kini, penyakit tersebut tidak kunjung
reda dan insidennya tetap tinggi. Pengetahuan dasar tentang penyakit ini dicetuskan oleh Von
Hebra, bapak dermatolgi modern. Penyebabnya ditemukan pertama kali oleh Benomo pada
tahun 1687, kemudian oleh Mellanby dilakukan percobaan induksi pada sukarelawan selama
perang dunia II. 3
Tungau skabies sudah diidentifikasi sejak tahun 1600-an, namun baru sekitar tahun
1700-an diketahui sebagai penyebab erupsi kulit. Saat ini diperkirakan lebih dari 300 juta
orang di seluruh dunia menderita skabies. 1,2
Penyakit skabies sangat menular dan penularannya terjadi melalui kontak langsung
dari kulit ke kulit atau melalui kontak tidak langsung melalui benda yang membawa tungau
seperti pakaian, tempat tidur, handuk, sprei, bantal dan skabies juga dapat ditularkan melalui
kontak seksual 1,5,6
Pada tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai epidemiologi, gejala klinis,
pemeriksaan, diagnosis dan penatalaksanaan skabies. Diharapkan tinjauan pustaka ini dapat
membantu para tenaga medis mendapatkan informasi mengenai skabies.

EPIDEMIOLOGI
Skabies menyerang semua kalangan sosial ekonomi terutama daerah padat penduduk.
Pondok pesantren, penjara, asrama, dan panti asuhan dengan populasi yang padat merupakan
tempat terbanyak ditemukan kasus skabies, hal ini dipengaruhi karena kepadatan penghuni
sehingga mudah terjadi kontak satu dengan lainnya. 1,2,6 Berdasarkan studi epidemiologi di
UK, skabies banyak ditemukan pada daerah perkotaan dan paling sering ditemukan
menginfeksi wanita dan anak-anak, serta lebih banyak terjadi pada musim salju dibandingkan
dengan musim panas.1,6,7 Diperkirakan terdapat sekitar 300 juta kasus baru skabies pertahun di
dunia dan banyak ditemukan pada negara berkembang. 6,7,8 Selain itu, daerah kumuh dengan
higienitas buruk juga meningkatkan risiko penularan penyakit. Untuk kasus di Indonesia,
skabies menyerang seluruh ras dan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya,
kondisi saat ini sudah mengalami perbaikan2
ETIOLOGI
Skabies disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var hominis. Sarcoptes tergolong
artropoda, kelas Arachnida, Ordo Akarina, Famili Sarcoptidae, Species Sarcoptes.

1,7

Sarcoptes tidak dapat terbang atau melompat dan selama 30 hari siklus hidupnya berada di
epidermis.1,7 Sarcoptes scabiei var hominis mempunyai bentuk tubuh yang ovoid, pipih
dorsoventral. Ukuran panjang Sarcoptes betina dewasa 0,35 mm dan lebar 0,3 mm. 2,5 Ukuran
Sarcoptes jantan lebih kecil yaitu panjang 0,2 mm dan lebar 0,15 mm. tubuhnya berwarna
keputihan.2 Sarcoptes mempunyai empat pasang kaki dengan diameter 0,3 mm sehingga sulit
dicari dengan mata telanjang.1,2 Sarcoptes scabiei tumbuh dengan cepat dan bermultiplikasi
hanya pada tubuh manusia, maka disebut sebagai parasit obligat manusia. 1,2,7,9
Sarcoptes betina masuk ke dalam stratum korneum dalam waktu 20 menit. Sarcoptes
betina dapat melepaskan sekresi yang toksik atau antigenik. Sarcoptes betina menghasilkan 14 telur per hari. Pengeraman telur terjadi dalam waktu 4 hari, larva berpindah ke permukaan
kulit dan berkembang menjadi dewasa.1,2 Setelah 2 pekan, kopulasi antara tungau jantan dan
betina dewasa terjadi di permukaan korneum. Setelah kopulasi, Sarcoptes betina yang sudah
mengalami fertilisasi membuat terowongan (burrow) pada malam hari sepanjang 2-3 mm per
hari untuk meletakkan telurnya.

1,2

Gambaran mikroskopis ovum dan feses skabies serta

skabies betina dapat dilihat pada gambar 1 dan gambar 2.

Gambar 1. Scabies mite, ovum dan feces 1

Gambar 2. Female scabies mite with egg5

Terowongan terbatas hanya pada stratum granulosum. Telur dan feses dikumpulkan di
belakang sarcoptes betina di dalam terowongan. Setiap sarcoptes betina dapat menghasilkan
1-4 telur perhari dan 40-50 telur selama hidupnya (4-6 pekan) dan selama itu ia tidak keluar
dari terowongannya. Dalam 2-3 hari, telur menetas menjadi larva dan keluar dari terowongan.
Larva kemudian menjadi nimfa dalam 3-4 hari, kemudian menjadi sarcoptes dewasa jantan
dan betina dalam 4-7 hari. Terjadi kopulasi lagi dan sarcoptes betina kemudian membuat
terowongan lagi dan sarcoptes jantan mati.

1,2

Siklus hidup tungau skabies bisa dilihat pada

gambar 3.

Gambar 3. Siklus hidup tungau skabies. 1,8

KLASIFIKASI
3

Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk yang tidak khas,
meskipun jarang ditemukan. Kelainan ini dapat menimbulkan kesalahan diagnostik yang
dapat berakibat gagalnya pengobatan
Bentuk-bentuk skabies antara lain : 2,7
1. Skabies pada orang bersih
Klinis ditandai dengan lesi berupa papula dan kanalikuli dengan jumlah yang
sangat sedikit, kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur. Namun bentuk ini
seringkali salah diagnosis karena lesi jarang ditemukan dan sulit mendapatkan terowongan
tungau.
2. Skabies nodular
Skabies nodular memperlihatkan lesi berupa nodul merah kecoklatan berukuran 220 mm yang gatal. Umumnya terdapat pada daerah yang tertutup terutama pada genitalia,
inguinal dan aksila. Pada nodus yang lama tungau sukar ditemukan, dan dapat menetap
selama beberapa minggu hingga beberapa bulan walaupun telah mendapat pengobatan
anti skabies.
3. Skabies incognito
Penggunaan obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan
tanda pada penderita apabila penderita mengalami skabies.Sehingga penderita dapat
memperlihatkan perubahan lesi secara klinis. Akan tetapi dengan penggunaan steroid,
keluhan gatal tidak hilang dan dalam waktu singkat setelah penghentian penggunaan
steroid lesi dapat kambuh kembali bahkan lebih buruk. Hal ini mungkin disebabkan oleh
karena penurunan respon imun seluler.
4. Skabies yang ditularkan oleh hewan
Sarcoptes scabiei varian canis bisa menyerang manusia yang pekerjaannya
berhubungan erat dengan hewan tersebut, misalnya anjing, kucing dan gembala. Lesi tidak
pada daerah predileksi skabies tipe humanus tetapi pada daerah yang sering berkontak
dengan hewan peliharaan tersebut, seperti dada, perut, lengan. Masa inkubasi jenis ini
lebih pendek dan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih
oleh karena varietas hewan tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
5. Skabies Norwegia (Skabies berkrusta)

Kondisi yang jarang ini sangat mudah menular karena tungau berada dalam
jumlah yang banyak dan diperkirakan lebih dari sejuta tungau berkembang di kulit,
sehingga dapat menjadi sumber wabah di tempat pelayanan kesehatan.
Kadar IgE yang tinggi, eosinofil perifer, dan perkembangan krusta di kulit yang
hiperkeratotik dengan skuama dan penebalan menjadi karakteristik penyakit ini. Plak
hiperkeratotik tersebar pada daerah palmar dan plantar dengan penebalan dan distrofi
kuku jari kaki dan tangan. Lesi tersebut menyebar secara generalisata seperti daerah leher
dan kulit kepala, telinga, bokong, siku, dan lutut. Kulit yang lain biasanya terlihat xerotik.
Pruritus dapat bervariasi dan dapat pula tidak ditemukan pada bentuk penyakit ini.
6. Skabies pada bayi dan anak
Pada anak yang kurang dari dua tahun, infestasi bisa terjadi di wajah dan kulit
kepala sedangkan pada orang dewasa jarang terjadi. 3 Lesi skabies pada anak dapat
mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki dan
sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima, sehingga terowongan jarang
ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di wajah.
Nodul pruritis erithematos keunguan dapat ditemukan pada axilla dan daerah
lateral badan pada anak-anak. Nodul-nodul ini bisa timbul berminggu-minggu setelah
eradikasi infeksi tungau dilakukan. Vesikel dan bulla bisa timbul terutama pada telapak
tangan dan jari.
PATOGENESIS
Penularan Sarcoptes biasanya terjadi melalui kontak langsung (kulit dan kulit), dan
secara tidak langsung, skabies juga dapat ditularkan melalui kontak seksual.1,2,6 Hasil
penelitian sebelumnya menunjukkan keterlibatan reaksi hipersensitivitas tipe IV dan tipe I.
Pada reaksi tipe I, pertemuan antigen tungau dengan Imunoglobulin-E pada sel mast yang
berlangsung di epidermis menyebabkan degranulasi sel mast, sehingga terjadi peningkatan
antibodi IgE. Keterlibatan reaksi hipersensitivitas tipe IV akan memperlihatkan gejala sekitar
10-30 hari setelah sensitisasi tungau dan akan memproduksi papul-papul dan nodul inflamasi
yang dapat terlihat dari perubahan histologik dan jumlah sel limfosit T banyak pada infiltrat
kutaneus. Kelainan kulit yang menyerupai dermatitis tersebut sering terjadi lebih luas
dibandingkan lokasi tungau dengan efloresensi dapat berupa papul, nodul, vesikel, urtika dan
lainnya. Akibat garukan yang dilakukan oleh pasien dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta
hingga terjadi infeksi sekunder. 1,5,6,8
5

GAMBARAN KLINIS
Masa inkubasi Sarcoptes adalah sekitar 3 pekan. Pada kasus reinfestasi gejala akan
berkembang dalam 1-3 hari.6 Gejala yang ditunjukkan berupa lesi papular dengan tanda
garukan terdistribusi simetris, terutama pada sela jari, pergelangan tangan dan bokong, sekitar
pinggang, dan genitalia. Dapat terbentuk vesikel atau pustul atau menjadi eksematosa. Lesi
yang khas adalah terowongan berbentuk suatu garis tipis gelap yang berakhir dengan lepuh
seukuran kepala jarum pentul (yang mengandung tungau) 1,2,5,6
Setelah kontak primer dengan tungau skabies, timbul gatal dan kemerahan yang dapat
berkembang selama 6-8 pekan. Kontak sekunder dengan tungau atau reinfestasi akan
menimbulkan gatal dan kemerahan yang dapat terjadi dalam beberapa hari, kemungkinan
disebabkan oleh sensitasi tungau skabies. Keluhan gatal biasanya kronis dan memburuk saat
suasana panas dan malam hari. Lesi yang muncul biasanya adalah merah, berskuama, dan
kadang-kadang terdapat krusta, papul, dan nodul.

1,2,5,6

Gambaran lesi pada infeksi parasit

skabies dapat dilihat pada gambar 4 dan gambar 5

Gambar 4. Terowongan pada lipatan jari tangan1,8,9

Gambar 5. Burrow pada bagian lateral


telapak tangan1

Daerah predileksi skabies biasanya pada bagian tubuh dengan stratum korneum seperti
sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, telapak tangan lateral, siku, aksila,
pinggang, glutea, skrotum, penis, labia, aerola wanita, dan pergelangan kaki.

Pada bayi

berusia kurang dari 2 tahun, lesi terdapat di muka dan kepala bahkan seluruh tubuh.
Eritematosa sampai nodul yang gatal dapat ditemukan di aksila dan batang tubuh serta pada
skrotum yang jarang ditemukan pada anak-anak. Nodul dapat menetap sampai beberapa
pekan setelah eradikasi infeksi tungau. Vesikel dan bula dapat berkembang khususnya pada
telapak tangan dan jari. Sering ditemui lesi vesikular dan pustular pada tangan dan kaki. Pada
daerah predileksi, ditemukan papul eritem, 1-2 mm. Erosi, ekskoriasi, skuama dan krusta
6

timbul karena garukan kuat akibat rasa gatal yang hebat. Likenifikasi dan nodul juga dapat
timbul akibar garukan yang terus-menerus. 2,5,6
Pada skabies krustosa, hiperkeratotik plak berkembang dengan cepat pada regio
palmar dan plantar, diserai penebalan dan distrofi kuku jari tangan dan kaki sehingga akan
tampak seperti kulit kering. Keluhan gatal jarang terjadi bahkan tidak ada. 2,5,6

Bentuk lesi

pada berbagai jenis skabies dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Skabies krustosa 1 : A. Skabies krustosa dengan plak hiperkeratotik dan kumpulan tungau; B.
Skuama pada bagian kulit kepala penderita skabies krustosa; C. Skabies krustosa (Norwegian scabies); D.
Distrofi kuku pada skabies krustosa

Lesi patognomonik skabies adalah terowongan berupa lesi yang menonjol, berkelokkelok berwarna coklat akibat dari gerakan tungau di dalam stratum korneum. Tempat
masuknya tungau berada pada bagian superfisial dari terowongan dan di ujung distal terdapat
vesikel kecil, tempat tungau betina. Terowongan dapat dilihat dengan jelas pada bagian
interdigitalis, pergelangan tangan atau siku. Namun, hal tersebut tidak mudah dilihat pada
kasus pertama atau pasien dengan ekskoriasi luas.1,5,6 Tempat predileksi munculnya skabies
dapat dilihat pada gambar 7.

E
D

Gambar 7. Lesi
6

terowongan atau burrow pada skabies : A. Papul eritematosa di sekitar burrow;

B. Vesikopustul; C.

Pembesaran burrow; D. Papul pada penis sebagai lesi primer; E. Papul merah disertai pruritus; F. Nodul
pada skabies

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada skabies, yaitu :
1. Menemukan tungau
Cara menemukan tungau adalah daerah lesi (terutama papul, vesikel, dan krusta pada
tempat predileksi) dibersihkan dengan alkohol 70% lalu ditunggu sampai kering. Kemudian
ditetesi minyak mineral atau KOH atau NaCl di atas burrow atau terowongan, kemudian
kerok secara longitudinal dengan menggunakan skalpel nomor 15, hati-hati jangan sampai
berdarah.1,5,9 Lalu letakkan di atas gelas objek, tutup dengan kaca penutup dan periksa di
bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 10 kali. Hasil positif jika ditemukan Sarcoptes,
telur atau feses/skibala10
2. Mengidentifikasi burrow/terowongan
Terowongan dapat dilihat dengan dua cara yaitu dengan mengoleskan tinta warna
hitam di lesi, kemudian menggosok tinta tersebut dengan kapas alkohol sehingga daerah
burrow lebih gelap akbiat akumulasi tinta tersebut. Cara lain dapat menggunakan larutan yang
8

terdiri dari tetrasiklin 100 mg, gliserin 4 cc, dan alkohol absolut yang dicampurkan sampai 20
cc. caranya larutan yang telah dibuat tersebut dioleskan di kulit penderita yang ada lesinya
dan dibiarkan selama 5 menit. Setelah 5 menit, bila ada kanalikuli maka cairan akan masuk ke
dalam kanalikuli dan sisanya terdapat di atas permukaan kulit. Dengan menggunakan alkohol,
bersihkan sisa-sisa larutan yang masih menempel pada permukaan kulit. Periksa lesi dengan
menggunakan lampu wood pada kamar gelap. Tetrasiklin akan berpendar dan akan tampak
eflouresensi warna kuning keemasan sesuai dengan bentuk kanalikuli.1,5,10
3. Dermoskopi
Dermoskopi dapat digunakan untuk memeriksa tungau secara in vivo. Tungau di
dalam terowongan tampak menyerupai jet-with-contrail. Metode lain seperti PCR dapat
mendeteksi DNA tungau yang diperoleh dari skuama. Biopsi kulit dapat digunakan untuk
diagnostik apabila tungau didapat pada stratum korneum.

1,2,5

Gambaran skabies pada

pemeriksaan dermoskopi dapat dilihat pada gambar 8 dan 9.

Gambar 8. Telur dan skibala5; Gambar 9.

Tungau,

telur berwarna abu-abu, dan fecal pellets (skibala)1

DIAGNOSIS BANDING
Beberapa penyakit yang dapat menyerupai skabies antara lain dermatitis atopik, insect
bite, dermatitis kontak, prurigo dan dermatitis herpetiformis. 1,2
Dermatitis atopik, dermatitis kontak dan dermatitis herpetiformis dapat menjadi
diagnosis banding skabies melalui gambaran klinik yang muncul. Pada dermatitis, dapat
dijumpai lesi polimorfik yang meliputi eritem, vesikel erosi dan lain-lain. Gejala klinis lain
yang dijumpai adalah adanya gatal pada lesi. Namun pada skabies gatal bersifat lebih khas,
yaitu bertambah gatal pada malam hari. Dalam mendiagnosis skabies, tidak harus dijumpai
9

adanya riwayat atopi, berbeda pada penegakkan diagnosis dermatitis yang harus memenuhi
beberapa kriteria Hanifin-Rajka.2
Purigo hebra adalah kulit sensitif yang ditandai dengan adanya papul-papul miliar
tidak berwarna, berbentuk kubah, lebih mudah diraba daripada dilihat. Garukan yang terusmenerus menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta, hiperpigmentasi, dan likenifikasi. Tempat
predileksi di ekstremitas bagian ekstensor dan simetris, dapat meluas ke bokong, perut dan
muka. Penyebab prurigo belum diketahui secar pasti, namun diduga penyakit herediter, akibat
kepekaan kulit pasien terhadap gigitan serangga.2,4,10
DIAGNOSIS
Diagnosis skabies dapat ditegakkan melalui ditemukannya empat tanda kardinal, yang
meliputi gatal khas pada malam hari, adanya kontak dengan orang sekitar yang menderita
penyakit dan gejala yang sama (menyerang kelompok) ditemukan terowongan atau
kanalikulus pada lesi dan menemukan tungau.1,2,5,7
Kelainan kulit pada skabies menyerupai dermatitis, dengan disertai papul, vesikel,
urtika, dan lain-lain. Garukan tangan dapat menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi
sekunder. Di daerah tropis, hampir setiap kasus skabies terinfeksi sekunder oleh
Streptococcus aureus atau Streptococcus pyogenes1
Diagnosis ditegakkan atas dasar : 1,2,5,7
(1) Pruritus nokturnal, artinya gatal pada malam hari. Hal ini disebabkan karena aktivitas
tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. Pada awalnya gatal
terbatas hanya pada lesi tetapi seringkali menjadi menyeluruh.
(2) Penyakit ini menyerang secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya
seluruh angota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan
yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh
tungau tersebut. Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat
tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Penularan melalui kontak tidak
langsung, misalnya melalui perlengkapan tidur, pakaian atau handuk.
(3) Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan itu ditemukan papul atau vesikel.
(4) Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini.
PENATALAKSANAAN
10

A. Penatalaksanaan Umum :1,2,6


1. Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya bahwa penyakit skabies
merupakan penyakit yang disebabkan infeksi parasit dan sangat mudah menular.
2. Menyarankan kepada seluruh angota keluarga yang kontak langsung dengan
penderita untuk berobat sebelum gejala ada dan sebagai upaya pencegahan
penyebaran skabies
3. Untuk mencegah reinfestasi parasit, barang-barang seperti pakaian, handuk dan
alat tidur lainnya hendaknya dicuci dengan air panas. Dapat juga dimasukkan
dalam kantong plastik kemudian dibiarkan satu pekan, maka tungau akan mati.
4. Menyarankan kepada anggota keluarga supaya karpet dan seluruh kain pelapis
harus dibersihkan karena parasit masih tetap tinggal di benda tersebut sampai 3
hari.
B. Penatalaksaan Khusus :
1. Pengobatan topikal 1,5,6
(a) Krim permetrin 5% dioleskan pada kulit dan dibiarkan 10 jam, lalu dicuci
karena dapat membunuh telur yang baru menetas dan larva yang baru tebentuk.
Pemakaian dapat diulang setelah 1 pekan. Sangat efektif digunakan pada anakanak dan dapat pula digunakan pada wanita hamil. Penggunaan terapi topikal
pada skabies diulang setelah 1 pekan pada pemakaian pertama berkaitan
dengan siklus hidup skabies dan lamanya obat topikal tersebut berada pada
sistem sirkulasi.
(b) Krim lindane 1% dioleskan pada kulit dan dibiarkan 8 jam. Pemakaian lindane
hanya 1 kali sehari yang dapat diulang setelah 1 minggu atau jika belum
sembuh.
(c) Krim dan bedak kocok crotamiton 10%. Crotamiton sering dipakai sebagai
obat topikal skabies dengan anti pruritus sehingga bermanfaat untuk
mengurangi keluhan gatal pada malam hari yang dapat dipakai 3-5 hari. Efek
sampingnya adalah dapat mengiritasi kulit sehingga kurang efektif untuk
pengobatan topikal.
(d) Salep sulfur 5%. Alternatif pengobatan topikal untuk skabies adalah salep
sulfur 5-10 % dengan dasar petroleum. Evaluasi pengobatan dengan sulfur
belum dibuktikan, tetapi disebutkan sulfur juga dapat mengiritasi kulit.
(e) Benzyl benzoate emultion (20-25%). Benzyl benzoate dipakai setiap malam
selama 3 hari berurut-turut. Obat ini dapat mengiritasi kulit dan hati-hati jika
digunakan berlebihan
11

(f) Monosulfiram solution 25%. Obat ini dipakai 1 kali sehari selama 2-3 hari.
Monosulfiram sama dengan disulfiram dengan efek samping dapat
menyebabkan kulit merah, berkeringat, dan takikardi, dan dapat terjadi lebih
cepat jika sebelummnya pasien minum alkohol.
2. Pengobatan sistemik
(a) Tablet ivermectin 0,2 mg/KgBB dosis tunggal yang dapat diulang 10-14 hari.
Dosis optimal dari ivermecin oral secara pasti belum ditentukan. Ivermectin
oral merupakan obat skabies sistemik yang sangat efektif karena dapat
menghambat neurotransmiter melalui sinapsis saraf tungau sehingga terjadi
paralisis fungsi saraf perifer Saroptes. Efek samping obat ini adalah hipotensi,
edema laring dan ensefalopati
(b) Antihistamin oral sedatif pada anak dan non sedatif pada dewasa dapat
mengurangi keluhan pruritus
(c) Antibiotik sistemik jika didapatkan infeksi sekunder seperti ditemukan
efloresensi pustul atau nodul
KOMPLIKASI
Umumnya ringan berupa infeksi sekunder akibat Streptococcus aureus

atau

Streptococcus B-hemolyicus grup A berupa krusta, vesikopustul dan bula. Impetignisasi


sekunder adalah komplikasi tersering dan biasanya berespon baik dengan antibiotik topikal
ataupun oral, tergantung luasnya pioderma. Limfangitis dan septikemia dapat berkembang
biasanya pada skabies krustosa 1,2
PROGNOSIS
Bila skabies tidak diobati, kondisinya dapat menetap sampai beberapa tahun. Pada
individu imunokompeten, jumlah tungau dapat menurun dari waktu ke waktu. 1 Dengan
memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan dan
menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat diberantas dan memberikan prognosis
yang baik.
KESIMPULAN
Skabies adalah infestasi dan sensitasi human parasitic mite Sarcoptes scabiei varian
hominis ke dalam epidermis kulit manusia. Penyakit skabies ini sangat menular dan
penularannya terjadi melalui kontak personal langsung dari kulit atau melalui kontak tidak
langsung dan kontak seksual. Daerah padat penduduk, kumuh dan higienitas buruk dapat
12

meningkatkan penularan penyakit skabies. Perdileksi skabies adalah sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, telapak tangan lateral, siku, aksila, pinggang, interglutea,
skrotum, penis, labia, aerola wanita dan pergelangan kaki. Lesi patognomonis pada skabies
adalah adanya terowongan, berupa lesi yang menonjol, berkelok berwarna cokelat akibat dari
gerakan tungau di dalam stratum korneum. Diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya
4 tanda kardinal yaitu gatal khas pada malam hari, menyerang kelompok, ditemukan lesi
berbentuk terowongan dan dapat menemukan tungau. Pengobatan skabies dapat
menggunakan beberapa pilihan terapi topikal, yakni permetrin cream 5%, lindane lotion 1%,
crotamiton cream 10%, Sulfur ointment 5%, benzyl benzoate lotion 1% dan dengan terapi oral
ivermectin dengan dosis 0,2 mg/KgBB yang dapat diulang 10-14 hari. Komplikasi umumnya
ringan berupa infeksi sekunder akibat Streptococcus aureus atau Streptococcus B-hemolyicus
grup A berupa krusta, vesikopustul dan bula. Pasien skabies apabila ditatalaksana dengan
tepat memiliki prognosis yang baik.

13

DAFTAR PUSTAKA
1. Stone, SP. Goldfarb JN, Bacelieri, RE. Scabies. Dalam : Wolf,K. Stephen I. Katz, G et
all. Fitzpatricks Dermatology In General Medicine. 7 th ed. New York : McGraw Hill.
2008. Hal. 2029-31
2. Kartowigno S. Sepuluh Besar Kelompok Penyakit Kulit : Skabies. Edisi ke-2.
Palembang : FK Unsri; 2013. Hal. 167-72
3. Handoko, RP. Skabies. Dalam : Djuanda,A Hamzah, N. Aisyah,S. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin Edisi ke-6. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.
Hal. 122-25
4. Makututu, H. Penyakit Kulit oleh Parasit dan Insekta. Dalam : Harahap, M. Penyakit
Kulit. Jakarta : PT. Gramedia; 1990. Hal. 100-04
5. Meinking, TL. Burkhart, CN. Burkhart CG, et all. Scabies. Dalam: Bolognia JL,
Rapini RP. Dermatology. 2nd ed. New York: Elsevier.2008. Hal. 417-29
6. Karthikeyan, K. Treatment of Scabies : newer perspectives. India : Postgradmedj.
2004. Hal. 1-5
7. Chosidow, O. Scabies. England: N Engl J Med. 2006. 354: 1718-27.
8. Currie, BJ. McCharty,JS. Permethrin and Ivermectin for Scabies. England: N Engl J
Med. 2010. 362: 717-25.
9. Leppard, B. Asthon, R. Differential Diagnosis in Dermatology. 3rd ed. UK: Radcliffed
Publishing Ltd. 2008. Hal.218-22
10. Siregar, R. Buku saripati Penyakit Kulit. Skabies. Edisi II. Jakarta : EGC. 2005. Hal.
104-13

14

Anda mungkin juga menyukai