Anda di halaman 1dari 3

Cara mengatasi stress menurut Islam

Setiap hari, ada saja peristiwa yang menguji kesabaran dan menekan jiwa kita. Anak
kita membandel, suami acuh tak acuh, isteri ngomel, teman kita menghina dan
mengumpat, bisnis tidak menguntungkan bahkan malah terancam bangkrut, saham
jatuh, tidak lulus ujian dan lain-lain lagi. Begitulah nasib kita manusia. Sejauh mana pun
kita coba untuk mengelak dari perkara-perkara yang mengganggu ketenangan dan
kenyamanan kita, hal-hal tadi tetap akan terjadi juga.
Sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan, sedikit pun kita tidak ada kuasa untuk menolak
ketentuan Tuhan. Kalau Tuhan ingin kita sakit, walau bagaimana pun kita coba menjauhi
penyakit, kita tetap akan jatuh sakit. Kalau Tuhan tidak mau kita jadi kaya, walau
bagaimana pun kita mengusahakan kekayaan, ia tidak akan dimiliki juga. Dan
memang usaha manusia itu tidak dapat menentukan hasil akhir atau tidak memberi
bekas sedikitpun .
Lantas, persiapan apa yang perlu kita buat untuk menghilangkan stress ketika
menghadapi pelbagai bentuk nasib malang yang pasti menimpa kita? Dintaranya ialah:
1. Mengenal diri kita sebagai penerima nasib malang dan juga mengenal Tuhan
sebagai pemberinya .
Kita harus kenal bahwa diri kita adalah hamba ciptaan yang sangat lemah dan tidak
punya apa-apa. Malah dalam penciptaan diri kita sendiri, kita tidak ada campur tangan,
tidak ada saham, sama sekali tidak keluar modal. Keputusan untuk mencipta diri kita
pun semuanya ditentukan oleh Tuhan. Selain seluruh badan kita yang begitu unik dan
kompleks ini, Tuhan jugalah yang memberi kita daya upaya, fikiran dan perasaan.
Lantaran itu, apabila Tuhan timpakan sesuatu kesusahan ke atas diri kita, inilah peluang
untuk kita sadar bahwa diri kita adalah hamba yang lemah dan tidak punya kuasa apaapa . Mungkin selama ini kita sudah merasa berkuasa,me rasa mampu dan merasa
pandai dan bisa, sehingga kita lupa untuk bergantung dan berharap kepada Tuhan.
2. Setiap takdir Tuhan ke atas kita, selain kekufuran, semuanya mengandung
hikmah dan pelajaran .
Antaranya ialah:
a. Kalau Tuhan sekali-sekali menyakitkan kita, sudah tentu ada maksud yang
baik dari Tuhan .
Antara maksud-maksud baik Tuhan ialah Dia ingin menghapuskan dosa kita, Dia ingin
kita insyaf di atas kelemahan diri kita, Dia ingin kita ingat-ingat kesalahan kita dan
memperbaikinya serta bertaubat, Dia ingin kita merasakan penderitaan orang lain agar
kita menjadi orang yang lebih prihatin dan simpati. Dia juga ingin kita lebih bergantung
dan berharap kepada-Nya.
b. Kalau Tuhan sekali-sekali memiskinkan kita, tentu ada maksud pendidikan
juga .
Mungkin Dia ingin kita mendapat pahala sabar karena miskin. Dia ingin kita merasakan
penderitaan orang miskin. Dan tentunya Dia ingin kita meneliti kembali segala tindaktanduk kita, apakah kita sudah melakukan suatu kesalahan dan kesilapan yang
menyebabkan Tuhan tidak membantu kita.

c. Begitu juga apabila kita sekali-sekali dibuat terhina .


Mungkin Tuhan ingin kita bertaubat karena kita pernah menghina atau menzalimi orang
lain ataupun Dia ingin mengungkai rasa sombong yang bersarang di dalam hati kita.
Atau Tuhan sengaja memberi kesusahan itu karena Dia ingin mengangkat darjat kita di
sisi-Nya.
d. Apabila berhadapan dengan ujian, waktu itu akan terlihat jelas penyakitpenyakit hati yang masih bersarang di dalam hati kita, seperti sombong,
pemarah, hasad dengki, dendam dan lain-lain lagi .
Penyakit hati ini mungkin tidak dapat kita rasakan atau tidak dapat kita kesan dalam
suasana yang tenang dan nyaman, tetapi sifat jahat tadi akan terasa dan terlihat apabila
hati kita tertekan. Penyakit-penyakit inilah yang membuat kita stress. Apabila sedang
stress, barulah kita tahu siapa diri kita sebenarnya. Kalau sebelum ini nampak lemah
lembut, bila stress kita bisa jadi marah-marah tak tentu arah. Kalau selama ini nampak
sabar, tetapi bila stress kita dapat bertindak di luar batasan.
Pendek kata, segala sesuatu yang ditimpakan ke atas kita adalah untuk kebaikan diri
kita.Dia ingin mendidik kita agar kita kembali kepada-Nya sebagai hamba yang diredhaiNya. Dengan ini, kita akan selamat dari kemurkaan-Nya.
3. Hendaklah pandai menerima ketentuan dan takdir Tuhan secara positif
supaya hati kita akan tenang dan kita juga akan mendapat hasil yang positif
darinya .
Sebaliknya, kalau kita menerimanya secara negatif, hati kita akan tertekan dan stress
dan sudah tentu kita juga akan mendapat hasil yang negatif.
Contohnya:
Kita ditakdirkan mendapat anak-anak yang nakal, atau teman-teman yang menyebalkan.
Setiap hari, ada saja kelakuannya yang sangat mengganggu kita.
Kalau kita menerimanya secara positif, kita akan berkata kepada diri kita, Karena dosa
akulah anak-anak aku ini nakal. Allah buat seperti ini untuk membersihkan dosa-dosa
yang sudah aku lakukan.
Ataupun kita boleh berkata begini,Tuhan memberi aku ujian ini untuk memberi aku
pahala sabar. Kalau aku sabar, bukan saja aku akan dapat ganjaran di sisi Tuhan tetapi
yang lebih penting, aku dapat mendekatkan diri kepada Tuhan.
Kalau begini penerimaan kita, tentulah kita tidak akan marah-marah atau ngomel dan
menghukum anak di luar batasan atau mengamuk-ngamuk kepada suami kita.
Sebaliknya, kita akan terus-menerus menasihatinya dengan baik dan mendoakan anak
kita agar dia menjadi anak yang soleh satu hari nanti. Dan biasanya, berkat prasangka
baik kita kepada Tuhan, anak itu akan menjadi anak yang baik apabila dia besar.
Ini selaras dengan firman Tuhan yang maksudnya:
Aku di atas prasangka hamba-hamba-Ku ke atas-Ku.
Penerimaan yang negatif adalah jika kita merungut-rungut karena nasib yang ditimpakan
itu, kita akan bersikap marah-marah serta melepas geram dengan menghukum anak
serta terbawa-bawa sikap marah itu kepada orang lain.

Hati kita mungkin berkata, Kenapa Tuhan berikan aku anak yang senakal ini, atau kita
akan berkata, Tak ada gunanya dapat anak seperti ini. Bukannya menyenangkan,malah
menyusahkan saja.
Akibat didikan yang kasar itu serta sangkaan-sangkaan yang buruk terhadap Tuhan,
anak itu bila besar kelak akan menjadi anak yang tidak baik akhlaknya. Stress yang kita
hadapi bila anak itu kecil akan terus kita hadapi sehingga dia besar. Bukan saja anak
yang rugi, kita juga akan turut rugi. Ini semua karena buruk sangka kita dan tidak
pandainya kita menerima takdir Tuhan.
Lantaran itu, terimalah segala takdir Tuhan dengan sebaik-baiknya. Anggaplah setiap
takdir itu sebagai didikan langsung dari Tuhan dengan penuh kasih sayang. Dengan
sikap begini, hati tidak akan stress, kita dapat menambah rasa kehambaan serta dapat
pula mengungkai sifat-sifat yang tidak baik dalam diri kita dengan lebih cepat. Malahan
kita juga tidak akan mengakibatkan kesan negatif kepada orang di sekeliling kita.

''...Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orangorang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, 'Inna lillahi wa inna
ilaihi raji'un' (Sesungguhnya kita milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kita
kembali). Mereka itulah yang rnmendapat keberkahan yang sempurna dan
rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat
petunjuk'' (Al-Baqarah: 155-157)

Anda mungkin juga menyukai