TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bone Tumor
2.1.1. Etiologi
penyebab sebagian besar tumor tulang masih belum diketahui, namun
perubahan genetik, seperti pada tumor lain, memiliki peranan. 4 Radiasi, infark
tulang, paget disease, inflamasi kronik dihubungkan dengan tumor tulang.
Sementara itu penyebab keganasan yang lebih jarang adalah paparan bahan-bahan
tertentu (misalnya kromium, nikel, kobalt, aluminium, titanium, methylmethacrylate dan polietilen), namun belum terbukti secara pasti. Akhir-akhir ini
perhatian terfokus pada sedikit kasus mengenai osteosarcoma yang dilaporkan
meningkat dalam hubungannya dengan implanted metallic hardware dan prostesis
sendi. Tetapi data epidemiologi untuk hubungan causatif masih terbatas maupun
disimpulkan.4,5
2.1.2. Klasifikasi bone tumor
Klasifikasi Neoplasm-like Lesion of bone:6
1. Osteogenic
a. Osteoma (ivory exostosis)
b. Single osteochondroma (osteocartilaginous exostosis)
c. Multiple osteochondromata (multiple hereditary exostose)
d. Osteoid osteoma
e. Benign osteoblastoma (giant osteoid osteoma)
2. Chondorgenic
a. Enchondroma
b. Multiple enchondromata (Olliers dyschondroplasia)
3. Fibrogenic
a. Subperiosteal cortical defect (metaphyseal fibrous defect)
b. Nonosteogenic fibroma (nonossifying fibroma)
c. Monostotic fibrous dysplasia
d. Polyostotic fibrous dysplasia
e. Osteofibrous dysplasia (Campanacci syndrome)
f. Brown tumor (hyperparathyroidism)
4. Angiogenic
a. Angioma of bone (hemangioma and lymphangioma)
b. Aneurysmal bone cyst (ABC)
5. Uncertain origin
Intensitas nyeri yang lebih lanjut dirasakan persisten dan seperti ditusuk.
Selama progresivitas penyakit, nyeri semakin menyiksa dan tidak
tertahankan sehingga membutuhkan terapi opiat.
Pada kasus dimana terjadi penekanan pada nerve trunks atau nerve
plexuses, pasien dapat merasakan nyeri yang menyebar. Nyeri yang
spesifik terjadi bila tumor berlokasi pada tulang belakang dan
menyebabkan gejala kompresi radiks atau spinal dengan paralisis.
2. Bengkak
Gejala terpenting kedua pada tumor tulang adalah bengkak, dimana
sering memiliki durasi yang panjang, terutama neoplasma benigna, dan
tidak memberikan keluhan lain. Deskripsi konsistensi dari bengkak
penting dilakukan, misalnya kasar, kenyal padat atau lembek.
Pengukuran besar bengkak juga diperlukan. Pembengkakan tumor
mungkin dapat menyebabkan perubahan kulit, meliputi kulit yang tegang
mengkilat dengan pelebaran vena, livid, hipertermi, stria pada kulit dan
terkadang ulserasi.
Mobilitas tulang, subkutis dan otot di atas tumor juga harus diperiksa.
Semakin rendah mobilitasnya, semakin mengarah kepada suatu
keganasan.
3. Keterbatasan gerak
Mobilitas dapat terbatas pada kasus dimana lesi dekat dengan sendi,
seperti pada osteoblastoma, chondroblastoma, GCT, dan semua tipe
sarcoma. Terkadang, bukan karena tumornya yang menyebabkan
keterbatasan gerak, namun adanya reaksi sinovitis pada sendi seperti
pada chondroblastoma yang dapat menyamarkan diagnosis.
4. Fraktur patologis
Adanya fraktur dapat didiagnosis awal, karena hal tersebut menyebabkan
pasien datang mencari pengobatan segera. Fraktur mungkin terjadi tanpa
adanya gejala yang lebih dulu yang sering terjadi pada kista juvenil dan
beberapa non-ossifying bone fibroma. Pada kasus tumor tulang maligna,
fraktur lebih jarang terjadi awal, karena biasanya terjadi pada stadium
lanjut dari tumor tulang osteolitik dan pasien merasakan nyeri, serta
adanya pertumbuhan tumor sebelumnya.
5. General symptom
Gejala ini meliputi demam, lelah, dan penurunan berat badan. Gejala
tersebut timbul lebih lambat pada tumor ganas dan hampir tidak terjadi
pada tumor jinak.
2.1.4. Diagnosis
Karena primary true neoplasm of bone, terutama yang ganas jarang terjadi.
Dokter harus waspada akan adanya kemungkinan suatu neoplasma sebagai
diagnosis banding jika terdapat keadaan nyeri yang tidak bisa dijelaskan
(unexplained pain), bengkak, benjolan, atau penurunan fungsi. Jadi kecurigaan
awal atau diagnosis sementara dari true neoplasm dapat dilakukan oleh primary
care physician atau secondary care. Pasien yang dicurigai adanya tumor harus
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut (termasuk biopsi). Untuk mendiagnosis suatu
lesi yang dicurigai keganasan pada tulang diperlukan anamnesis (umur pasian,
riwayat keluarga, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit sekarang),
pemeriksaan fisik, pencitraan, pemeriksaan laboratorium, staging neoplasma, dan
biopsi.6-8
1. Anamnesis
a. Umur pasien
Biasanya umur pasien memberikan informasi berharga terhadap
diagnosis tumor tulang karena sebagian besar tumor tulang memiliki
predileksi untuk umur tertentu.5,8
Tabel 2.1. Peak age predilection dari lesi tulang8
b. Riwayat penyakit
Riwayat adanya trauma lokal sering disebutkan oleh pasien dengan
neoplasma muskuloskeletal. Neoplasma yang tumbuh lambat
(slowly growing neoplasm) dan neoplasm-like lesion jarang
menyebabkan gejala kecuali karena lokasinya, adanya neoplasma
tersebut mengganggu fungsi jaringan sekitar, atau terdapat
komplikasi yakni fraktur patologis.
Nyeri merupakan gejala yang signifikan terhadap neoplasma ganas
dengan pertumbuhan cepat (rapidly growing malignant neoplasm).
Awalnya ringan dan intermiten, nyeri kemudian menjadi progresif
menjadi berat dan konstan, sampai pada titik menganggu tidur
pasien. Hal ini dapat disebabkan karena tensi atau tekanan pada
periosteum dan endosteum yang sensitif. Riwayat adanya nyeri
yang berat tiba-tiba biasanya mengindikasi adanya fraktur
patologis, dan mungkin merupakan manifestasi pertama pada area
tulang yang lemah karena adanya neoplasma tulang.6
2. Pemeriksaan fisik
Pembengkakan lokal atau benjolan dapat dideteksi dengan inspeksi saat
lesi menonjol keluar melebihi batas tulang yang normal atau dapat
dideteksi dengan palpasi. Pembengkakan lesi benigna biasanya tegas dan
10
lesi
yang
nonagresif
karena
mengindikasikan
lesi
11
12
13
14
15
16
neoplasma,
fraktur
patologis
dapat
menyatu.
Jika
terjadi
17
18
yang
menggunakan
non-ionizing
radiofrequency
radiation
19
20
malignant
(seperti
giant
cell
tumor),
low-grade
and
metastasizes
early,
seperti
osteosarcoma
dan
fibrosarcoma).
b. Ukuran lesi dan apakah terbatas pada satu kompartemen, seperti
tulang (intrakompartemen) atau telah meluas ke satu atau lebih
kompartemen jaringan lunak (ekstrakompartemen)
c. Apakah lesi sudah metastasis
Untuk neoplasma maligna, staging dapat dikelompokkan menjadi:
a. Low grade malignancy
1) Intracompartemental
2) Extracompartemental
b. High grade malignancy
1) Intracompartemental
2) Extracompartemental
c. Metastasis
Staging pada lesi yang dicurigai neoplasma tulang marupakan bagian
yang penting dalam evaluasi suatu lesi, terutama saat lesi dicurigai ganas.
Tujuan dari sistem staging adalah untuk menentukan prognosis suatu lesi,
baik dengan atau tanpa pengobatan, dan untuk merencanakan metode
terapi yang ideal (kemoterapi, radioterapi, atau reseksi bedah). Lebih
lanjut, sistem staging bermanfaat dalam standardisasi outcome secara
nasional dan internasional dari berbagai macam terapi. Staging lesi
sebaiknya lebih dahulu sebelum dilakukan biopsi karen biopsi dapat
merubah diagnostic images yang perlu untuk evaluasi staging.
21
6. Biopsi
Dalam mendiagnosis neoplasma atau neoplasma like lesion dari jaringan
muskuloskelatal, biopsi penting dilakukan untk menghindari 2 kesalahan
yang serius dalam hubungannya dengan terapi:1) salah menngenali suatu
keganasan (underdiagnosis), yang mana menghasilkan terapi yang tidak
adekuat; 2) mendiagnosis suatu neoplasma non-maligna sebagai suatu
neoplasma maligna (overdiagnosis), yang mana menghasilkan terapi
yang berlebihan.
Sampel biopsi harus adekuat dalam ukuran dan harus representatif
terhadap lesi. Open surgical biopsy lebih akurat daripada biopsi aspirasi.
Meskipun susah pada beberapa kasus seperti vertebra dimana open biopsi
membutuhkan operasi ekstensif.
2.1.5. Terapi
1. Pembedahan
Terapi yang paling efektif pada neoplasma muskuloskeletal adalah
reseksi dengan pembedahan (eksisi, ablasi) baik tunggal maupun
dikombinasikan dengan kemoterapi atau radioterapi pada neoplasma
maligna. Jenis-jenis prosedur pembedahan meliputi: reseksi intrakapsular
(intralesi), seperti kuretase; reseksi marginal (narrow margin beyond the
capsule); dan reseksi radikal (semua atau bagian besar tulang yang
terkena termasuk semua jaringan lunak yang terkena). Defek residu
setelah reseksi intrakapsular atau reseksi marginal mungkin memerlukan
bone grafts, sementara defek setelah reseksi lokal luas selalu
memerlukan graft.
Dua tipe utama dari reseksi radikal adalah limb-sparing (limb salvage)
dan amputasi (atau disartikulasi). Selama dekade terakhir, prosedur limb
sparing lebih sering dilakukan daripada amputasi atau disartikulasi.
Harapan hidup sama antara kedua tipe reseksi radikal, namun kriteria
maupun jumlah komplikasi berbeda. Pada prosedur limb-sparing,
kriterianya: tidak ada skip lesion (lesi tambahan di daerah yang lebih
22
proksimal dari tulang yang terkena); lesi pada tulang dan kompartemen
jaringan lunak yang terkena dapat direseksi (resectable) tanpa
membahayakan anggota tubuh yang lain; dan rekonstruksi defek residu
dapat dikerjakan. Jika kriteria tersebut tidak dapat dipenuhi pilihan yang
ada hanya amputasi atau disartikulasi. Rekonstruksi sebagian besar defek
residu yang terjadi pada prosedur limb-sparing dapat dipenuhi dengan
large bone allograft (dengan atau tanpa supplemental vascularized
autogenous bone grafts), arthrodesis (fusi tulang melewati daerah sendi
sebelumnya) atau endoprostesis yang custom-made (artificial metallic
device). Komplikasi yang terjadi pada allograft masif meliputi derajat
infeksi yang signifikan, delayed union (atau bahkan nonunion) dari graft
bone ke host bone, dan fraktur patologi lambat pada revaskularisasi yang
tidak komplit pada allograft. Pada custom-made endoprosthesis,
komplikasi meliputi late loosening dan mechanical failure. Metode lain
untuk rekonstruksi defek pada prosedur limb sparing dan anggota gerak
bawah pada anak-anak, utamanya laki-laki adalah rotationplasty Van nes
procedure. Meliputi pemendekan tungkai bawah melewati defek.
2. Kemoterapi
Peningkatan yang signifikan pada persentase harapan hidup anak-anak
dan dewasa dengan neoplasma maligna tulang karena penggunaan agen
kemoterapi yang efektif pada sel neoplasma maligna primer dan
mikrometastase klinis. Keberhasilan dari agen kemoterapi tergantung
dari beberapa faktor, meliputi aktivitas agen antineoplasma, mekanisme
kerja, dan biologis neoplasma. Regimen kemoterapi yang dikombinasi
dengan mekanisme kerja yang yang berbeda sering lebih efektif dalam
maksimalisasi jumlah sel neoplasma yang dibunuh.
Kemoterapi neoadjuvan diberikan sebelum operasi,
sementara
23
meliuti
24
25
26
BAB III
PENYAJIAN KASUS
I. IDENTITAS
1. Nama lengkap
: An. I
2. Jenis Kelamin
: Laki-laki
3. Umur
: 9 Tahun
4. Suku / Bangsa
: Melayu/Indonesia
5. Agama
: Islam
6. Pekerjaan
: Pelajar SD kelas 2
7. Alamat
27
8. Status Perkawinan
: Belum Kawin
PEMERIKSAAN FISIK
1.
2.
Tanda Vital
a.
Kesadaran : CM
28
c. Nadi
: 96 x /mnt, irama: regular, isi : cukup
d. Laju Nafas
: 20 x /menit, tipe abdominotorakal
e. Suhu
: 36,5 c
3. Pemeriksaan Per Organ
a. Kulit
: sianosis (-)
b. Kepala
: deformitas (-)
c. Mata
Hidung
: rhinorea (-)
f.
Mulut
: bersih
g. Tenggorok
h. Leher
i. Dada
j. Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: mengembang simetris
: vocal fremitus simetris kanan dan kiri
: sonor di kedua lapang paru
: suara napas vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
k. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: IC tidak terlihat
: IC teraba di SIC linea midclavicula sinistra
: Kiri jantung di SIC linea midclavicula sinistra,
pinggang jantung di SIC 4 linea parasternalis
sinistra, kanan jantung di SIC 5 linea sternalis
dekstra
Auskultasi : BJ I dan II normal,
l. Abdomen
Inspeksi
: datar
Auskultasi : BU 4 X/ menit
Palpasi
: supel, nyeri tekan (-), Hepar, lien dan ginjal tidak
teraba
Perkusi
: timpani di semua kuadran
m. Anus / Rektum: ampula rekti tidak kolaps, sfingter ani kuat.
n. Alat Kelamin : Tidak ada kelainan.
o. Ekstremitas : tumor pada distal cruris sinistra
p. Limfonodi
: Pembesaran (-)
29
IV.
STATUS LOKALIS
Regio distal cruris sinistra:
L
: tumor (+), rubor (-), venektasi (+), kulit tegang mengkilat
F
: massa padat batas tegas, kalor (+),nyeri tekan (-), pulsasi arteri
dorsalis pedis (+), pulsasi arteri tibialis posterior (+)
M
: ROM terbatas
30
V.
PROGRAM/PEMERIKSAAN PENUNJANG :
1. Darah rutin
WBC
RBC
Hb
PLT
2. BT
CT
: 7,8
: 3,93
: 10,0 gr/dL
: 312
: 230
: 730
3. Kimia darah
Albumin
: 3,99 gr/dL
Protein total
: 6,97 gr/dL
Natrium
: 135 mmol/L
Kalium
: 3,32 mmol/L
4. Ro Toraks PA
Cor pulmo tidak ada kelainan
5. Ro cruris sinistra
31
VI.
DIAGNOSIS
Aneurysmal Bone Cyst (ABC)
VII.
TERAPI/TATALAKSANA :
1. Reseksi/ eksisi tumor tibia
2. Boot cast
3. Terapi post operasi:
a. Ceftriaxone 2x1 gr
b. Kalnex 2 x
c. Ketorolac 2 x 10 mg
d. Ondansetron 2 x 4 mg
e. Tramadol 2 x
VIII. PROGNOSIS :
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam