Anda di halaman 1dari 17

BAB V

AREA BERESIKO TINGGI DAN PERMASALAHAN UTAMANYA

5.2. Kajian dan Opsi Partisipasi Masyarakat dan Jender di Area Prioritas.
Area yang berresiko tinggi berdasarkan perhitungan data sekunder, survey EHRA
dan persepsi SKPD meliputi 3 Kecamatan di 8 kelurahan, dimana 3 kelurahan
diantaranya sudah ada program dari pemerintah kota untuk system pengolahan
limbah cair secara terpusat (IPAL Komunal). Ketiga kelurahan tersebut adalah
Mergosono, Ciptomulyo dan Samaan. Dalam konteks partisipasi masyarakat di
ketiga kelurahan juga tergolong tinggi. Karena masyarakat dilibatkan dalam
pelaksanaan pembangunan hingga pemeliharaan dengan membentuk badan
pengelola yang disebagian tempat disebut Lembaga Pengelola Prasarana
Lingkungan (LPPL) yang dikuatkan dengan SK Walikota.
Sementara itu, untuk kelurahan lain yang masuk dalam kategori resiko tinggi juga
pernah mendapat program air bersih dari dinas PU, dimana sekarang di kelurahankelurahan tersebut telah dibentuk Himpunan Pemakai Air Minum (HIPAM) sebagai
badan pengelolanya. Untuk melihat lebih lanjut partisipasi masyarakat di daerah
beresiko tinggi, dapat dilihat dari table di bawah ini.
Nama
Kelurahan
Samaan

Subsektor
Limbah Cair
Mendapat
bantuan 3 unit
IPAL dari PU dan
DKP.
Masy
membayar
amprah
200
rb/KK
dan
membiayai
sendiri
penyambungan
SR
sebesar
500rb.
Ada
badan pengelola
yang
mengkoordinir
iuran tiap bulan
dari masy dan
melakukan
perawatan IPAL

Subsektor
Limbah Padat

Subsektor
Drainase

Subsektor Air
Bersih

Sukoharjo

Pernah
ada
survey
pembangunan
IPAL
tetapi
karena tidak ada
lahan,
maka
belum ada tindak
lanjut

Mergosono

Mendapat
bantuan
IPAL.
Masyarakat
amprah
200rb
dan membiayai
penyambungan
SR
sebesar
500rb.
Ada
badan pengelola
(LPPL)
dengan
SK Walikota yg
bertugas
merawat
IPAL
serta mengkoord
iuran
warga.
Besar
iuran
2000/KK/bln
dengan
porsi
60% utk juru
kunci;
30%
perbaikan; 10%
juru pungut.

LPMK aktif dalam


kampanye
pengolahan
sampah dengan
tong komposter
dan
keranjang
takakura.

Wonokoyo,
Tlogowaru,
Buring

Ciptomulyo

Mendapat
bantuan dari PU
saluran
air
minum dan telah
dibentuk HIPAM
untuk melakukan
perawatan
fasilitas
dan
mengkoordinir
iuran
bulanan
warga.
(data
lengkap
akan
dikirim Pak Joko
PU-CK
Mendapat
bantuan

IPAL

Masyarakat
membentuk

dari DKP. Masy


amprah
200rb/KK
dan
membiayai
pemasangan SR
500rb.
Ada
badan pengelola
(LPPL)
dengan
SK
Walikota
untuk
memelihara IPAL
dan
mengkoordinir
iuran
warga.
Masyarakat
membayar iuran
bulanan 2500/KK
utk
pemeliharaan
saluran

pasukan
pengangkut
sampah sendiri
yang
dibiayai
dari
iuran
bulanan sampah.
Ditunjang
juga
dengan
BKM
yang
mensupport
20
gerobak sampah.

5.3. Media dan Peningkatan Kepedulian Sanitasi


5.3.1 Sumber Informasi
Jenis media yang menjadi sumber informasi paling utama bagi masyarakat kota
Malang, khususnya untuk kalangan ibu-ibu,

adalah televisi, dengan proporsi

sebesar 86%. Persentase ini merupakan persentase yang terbesar dan jauh lebih
besar dibandingkan dengan jenis media yang lain. Seperti misalnya urutan kedua,
yakni jenis media surat kabar, persentasenya hanya 6%. Lalu urutan berikutnya
adalah radio sebesar 3.7%. Papan pengumuman sebagai salah satu sarana
komunikasi hanya menempati urutan ke 6 dengan persentase hanya sebesar 0.3%.
5.3.2. Televisi
Stasiun televisi mana yang sering dilihat? Sebagian besar responden, yakni sebesar
34.7 persen menyatakan paling sering menonton stasiun RCTI. Lalu kemudian
disusul Indosiar sebesar 24,3% dan SCTV sebesar 23.9%. Sementara stasiun televisi
lainnya berada pada angka di bawah 5%. Hal itu seperti terjadi pada : TVRI (3,9%),
Anteve (2,4%), TPI 2,4% dan Metro TV (1,2%). TV lokal sendiri hanya mendapat

porsi sebesar 2.2%, walaupun itu belum dirinci lagi lebih jauh, stasiun televisi lokal
mana yang terbesar berkontribusi dalam menjaring perhatian penonton.
Apa tayangan yang sering dilihat? Lebih dari separo responden (57.8%) menyukai
tayangan sinetron. Hal ini sesuai dengan tipikal kaum ibu pada umumnya yang
memang

diindikasikan

sangat

menyukai

tayangan-tayangan

sinetron.

Selain

sinetron, berita di televisi menjadi pilihan terbanyak kedua, yaitu 26.5%. Ini
merupakan hamper separuh dari jumlah responden yang menyukai tayangan
sinetron. Persentase yang cukup besar ini sebenarnya merupakan suatu keuntungan
tersendiri bagi Kota Malang, dimana itu berarti terbukanya kesempatan untuk
mensosialisasikan isu-isu pembangunan, seperti sanitasi, kepada kaum perempuan
melalui tayangan berita di televisi. Persentase ini juga mengindikasikan bahwa
kesadaran

perempuan

dalam

mengikuti

perkembangan

pembangunan

di

wilayahnya cukup tinggi. Tinggal persoalannya bagaimana Pokja Sanitasi bisa


memanfaatkan ini.
Dari data yang ada, infotainment dan music juga memperoleh persentase yang
tinggi. Untuk infotainment sendiri persentasenya mencapai 4.4%. Sedangkan untuk
musik dang dut, 2.6% dan musik pop 2.1%. Ini menyiratkan bahwa kegiatankegiatan sosialisasi atau kampanye juga dapat memanfaatkan jenis hiburan berupa
pagelaran

musik

dan

sejenisnya dengan

mendatangkan

artis-artis.

Dengan

kemasan acara seperti itu, daya tarik acara sosialisasi atau kampanye menjadi
relative tinggi dan mempunyai kemungkinan besar untuk dihadiri oleh kaum
perempuan.
5.3.3. Surat Kabar
Walaupun bukan sebagai media informasi utama, surat kabar di kota Malang,
tampaknya perlu juga diperhatikan dan dipertimbangkan sebagai salah satu
media/jalur komunikasi. Peringkatnya di nomor dua, sebagai sumber media
informasi utama di kota Malang dengan persentase sebesar 6% tentunya bukan hal
yang mudah untuk diabaikan. Oleh karena itu surat kabar di kota Malang perlu
dilihat lebih dalam lagi dalam hal komposisinya. Tabel di atas memperlihatkan
bahwa dari 6% penduduk kota Malang yang menggunakan surat kabar sebagai jalur
referensi atau informasi utama, ternyata 70,5% nya dikuasai oleh Jawa Pos. Lalu
diurutan kedua ditempati oleh Kompas (8.6%). Sebenarnya posisi Kompas adalah

ketiga setelah kategori lainnya, namun secara sendiri-sendiri, surat kabar Kompas,
memang lebih unggul dari surat kabar dalam kategori lainnya itu. Lalu berikutnya
ada Radar Malang dan Malang Pos yang mengambil pangsa pasar sebesar 2.2% dan
2.3%.
Dari data ini terlihat bahwa dominasi Jawa Pos dalam persuratkabaran di Jawa Timur
memang tidak tertandingi. Oleh karena itu upaya untuk mengkampanyekan sanitasi
di Kota Malang, khususnya, mau tidak mau, suka atau tidak suka harus
memperhatikan Jawa Pos. Dengan pemuatan materi-materi sanitasi di Jawa Pos,
kemungkinan pesan-pesan yang terkandungnya akan sampai itu amat besar.
5.3.4. Radio
Jika persuratkabaran dikuasai oleh Jawa Pos Grup, maka diradio, konstelasi pemirsa
radio cenderung merata dengan sebagian pangsa pendengar dikuasai oleh Radio
milik pemerinah. Terlihat bahwa responden yang mendengarkan RRI ada sebesar
23%, lalu disusul diurutan berikutnya Radio Puspita (15,1%), Radio KDS 8 (10,5%),
dan Kalimaya Baskara sebesar 7,6%. Diluar empat radio dengan persentase
terbesar itu, radio-radio lainnya yang memiliki pangsa pendengar antara 2% sampai
dengan 4% yaitu : Tidar Sakti, Masjid FM, Gita FM, dan RCB. Selanjutnya radio-radio
yang lain mempunyai pendengar antara 0.6% sampai dengan 1.3% terdiri dari
sekitar 7 radio.
Jika dikaitkan dengan table sumber informasi utama, tampaknya radio juga perlu
untuk dipertimbangkan. Persentase sebesar 3,7% itu merupakan angka yang
relative cukup besar. Oleh karena itu dalam upaya-upaya kampanye sanitasi
tampaknya perlu disiapkan juga anggaran untuk kampanye melalui radio. Akan
tetapi dalam implementasinya mungkin empat radio yang perlu diutamakan untuk
digunakan sebagai saluran komunikasi, yaitu : RRI, Radio Puspita, Radio KDS, dan
Kalimaya

Baskara.

Radio-radio

lainnya

mungkin

dapat

digunakan

dengan

mempertimbangkan kondisi-kondisi tertentu, seperti : lokasi yang relative terpencil,


segmen pendengar yang sangat khusus, tawaran kerjasama, dan lain sebagainya.
Sebagaimana lazim diketahui, pendengar radio itu biasanya memang mempunyai
karakteristik yang khusus. Hal ini juga sejalan dengan segmentasi yang disasar
radio-radio tertentu. Sebagian ada yang segmentasinya untuk kalangan muda,

sebagian lainnya khusus untuk perempuan, dan adapula yang khusus untuk para
pendengar yang sudah berusia lanjut, dan lain sebagainya. Di samping itu, lokasi
radio-radio tertentu pun sering agak terpencil dan mempunyai format siaran yang
sangat kental muatan lokalnya. Oleh karena itu walaupun persentase pendengarnya
relative kecil, namun dengan mempertimbangkan hal-hal khusus itu tadi, maka
kerjasama dengan radio-radio khusus tadi juga tampaknya perlu dijalin.
5.3.5. Papan Pengumuman
Saluran komunikasi yang seringkali ditemui di berbagai daerah, khususnya di dekat
tempat ibadah maupun kantor kelurahan adalah papan pengumuman. Diharapkan
masyarakat sekitar kelurahan akan mudah mengakses berbagai informasi melalui
papan-papan pengumuman ini. Namun dalam kenyataannya hal ini bertolak
belakang

dengan

memperlihatkan

kenyataan

bahwa

78.3%

sesungguhnya.
responden

tidak

Hasil

penelitian

pernah

lapangan

membaca

papan

pengumuman di kelurahan. 9.3% responden membaca hanya satu kali, dan 5,6%
membaca antara satu hingga tiga kali. Sedangkan yang seringkali membaca hanya
sebanyak 6.4%.
Dengan konstelasi seperti ini, maka walaupun tetap penting dilakukan, akan tetapi
kampanye melalui papan pengumuman mungkin tidak tepat dijadikan sarana
utama kampanye sanitasi. Dalam hal ini kampanye melalui papan pengumuman
mungkin hanya dapat dijadikan sebagai sarana penunjang kampanye sanitasi.
Tingkat kepentingannya akan meningkat apabila kampanye sanitasi yang dilakukan
memang dikhususkan untuk wilayah prioritas kampanye sanitasi saja.

5.3.6. Informasi tentang Sanitasi


Informasi tentang sanitasi secara umum dapat diperoleh masyarakat melalui
berbagai sumber, seperti : petugas puskesmas, penyuluh kesehatan, kader PKK,
aparat pemerintah, dan lain sebagainya. Namun pihak manakah yang paling
berperan dalam menyampaikan pesan-pesan sanitasi akan berbeda pada masingmasing wilayah atau kota. Hal itu tergantung kepada tinggi rendahnya aktifitas
yang dijalankan oleh berbagai pihak yang dapat menjadi saluran komunikasi.

Di kota Malang, ternyata 47.2% responden menyatakan bahwa informasi tentang


sanitasi (sampah, air limbah, drainase dan air bersih) diperoleh dari Ketua
RT/stafnya. Lalu 31.5% mengaku memperoleh informasinya melalui kader posyandu
atau jumantik. Sedangkan yang mengakui bahwa informasi sanitasi itu diperoleh
dari Ketua RW/stafnya mencapai 20.5%. Nampak di sini bahwa kedekatan secara
fisik di wilayah sepertinya cukup memberi pengaruh kepada tingkat penerimaan
informasi mereka. Artinya semakin dekat wilyah tinggal orang dengan sumber
informasi tertentu, semakin tinggi pengaruhnya kepada masyarakat.
Yang menarik di sini adalah persentase sanitarian/Staf Puskesmas hanya sebesar
3.4% saja. Padahal merekalah yang jelas-jelas mengemban tugas untuk memberi
penyuluhan sanitasi kepada masyarakat.
Kalau kita mencoba menganalisis fenomena ini, beberapa kemungkinan akan dapat
kita identifikasi. Seperi misalnya, luasnya cakupan wilayah, terbatasnya jumlah
sanitarian,

intensitas

interaksi

antara

sanitarian

dan masyarakat,

dan

lain

sebagainya. Kesemuanya itu saling terkait satu sama lain. Wilayah yang luas
dengan jumlah sanitarian yang terbatas menyebabkan daya jangkau dan intensitas
interaksi antara masyarakat dan sanitarian tentunya semakin terbatas. Kekosongan
inilah yang kemudian diisi oleh para aparat pemerintahan, baik dari tingkat RT/RW
hingga kelurahan.
Oleh karena itu, dalam kasus ini, maka fenomena aparat pemerintahan yang lebih
dekat

dengan masyarakat daripada sanitarian itu sendiri merupakan suatu

keuntungan tersendiri bagi kota Malang. Dengan upaya-upaya sosialisasi dan


kampanye yang melibatkan para aparat-aparat tersebut, diperkirakan pesan-pesan
sanitasi akan dapat sampai kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya.
Ke depan mungkin juga dapat dikembangkan kelompok-kelompok masyarakat
peduli sanitasi di masing-masing kelurahan yang anggotanya adalah para RT dan
RW di lingkungan wilayah tersebut. Kelompok peduli sanitasi seperti ini dapat
sejalan dengan organisasi kelompok kerja (pokja) sanitasi yang ada di Kota Malang.
5.3.7. Pertemuan Warga

Jika kita teliti lebih dalam lagi tentang sumber informasi melalui aparat pemerintah
ini, tampak bahwa beberapa kegiatan pertemuan warga dapat dimanfaatkan oleh
para agen perubahan yang menjadi sumber informasi ini.
Sekitar 46.2% responden seringkali mengikuti arisan. Pertemuan seperti ini
biasanya diadakan bergiliran di rumah-rumah warga. Pertemuan seperti ini menarik
sebab pada pertemuan itu akan ditentukan siapa yang akan memperoleh uang
arisan yang dikumpulkan. Ini merupakan bentuk motivasi yang kuat untuk hadir ke
pertemuan itu. Selain arisan, pengajian pun menjadi jenis pertemuan yang sering
diikuti oleh para ibu-ibu di kota Malang. Persentase untuk pengajian ini mencapai
31.1%. Pengajian-pengajian seperti ini berpotensi untuk dijadikan sarana untuk
menyampaikan pesan-pesan sanitasi dan dikaitkan dengan ajaran moral atau
keagamaan. Dengan dimanfaatkannya pertemuan seperti ini, diharapkan pesanpesan tentang pentingnya sanitasi yang berkualitas akan menjadi semakin kuat dan
berpengaruh di masyarakat.
Yang menarik adalah Rapat RT hanya mempunyai persentase sebesr 3.5%. Ini
angka yang relative kecil dibandingkan arisan dan pengajian. Beberapa factor
penyebabnya mungkin terkait dengan manfaat langsung yang bisa dirasakan
masyarakat dari rapat RT tersebut. Selain itu acara rapat RT seringkali berjalan
monoton dan membosakan, di samping juga seringkali lebih mengutamakan
kehadiran para lelaki. Hal ini tentunya bukan kegiatan yang efektif untuk
menyampaikan pesan-pesan sanitasi kepada masyarakat, khususnya para ibu-ibu.
5.3.8. Penyuluhan Kesehatan
Lalu hal lain lagi yang tampaknya tidak sesuai dengan perkiraan umum adalah
rendahnya persentase kegiatan penyuluhan kesehatan. Besar persentasenya hanya
mencapai Kegiatan seperti ini biasanya juga relative dibungkus secara kurang
menarik, kadang terlalu sarat dengan pesan-pesan dan banyak pengulanganpengulangan.
Hal-hal itulah yang kemungkinan mempengaruhi tinggi dan rendahnya persentase
masing-masing aspek. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa pertemuanpertemuan yang dilakukan bersama warga, harus diancang secara matang dan
berorientasi kepada manfaat yang dapat dirasakan secara langsung. Jika tidak,

maka pertemuan-pertemuan sanitasi akan sulit dilirik oleh masyarakat untuk


dihadiri.
Walaupun tingkat

keikutsertaan dalam kegiatan penyuluhan relative rendah,

namun tampaknya variable penyuluhan/sosialisasi ini juga perlu dilihat lebih dalam.
Berbagai hal yang terkait dengan kepentingan masyarakat dapat dijadikan sebagai
tema penyuluhan. Tema-tema itu dapat diberikan secara bergantian, namun dapat
juga diberikan secara bersamaan, tergantung pada rancangan kegiatan dari
penyelenggara penyuluhan dan waku yang tersedia.
Hasil dari survey lapangan memperlihatkan bahwa tema penyuluhan yang pernah
diikuti oleh

para responden adalah sampah dan kebersihan lingkungan sebesar

42.5%. Lalu air bersih dengan persentase sebesar 12.4%. Air limbah dan jamban
keluarga sebesar 9.6% dan saluran air kotor/drainase sebesar 7.4%. Hasil ini
menyiratkan bahwa tema tentang sampah dan kebersihan lingkungan merupakan
tema yang paling banyak diikuti oleh responden. Apa yang menyebabkan demikian?
Tampaknya perlu dianalisis lebih jauh.
Sebagaimana diketahui sector sanitasi itu mencakup empat sub sector, yakni :
sampah, air limbah, drainase dan air bersih. Namun dalam pengelolaannya, baik
oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, empat sub sector itu dikelola
oleh dinas-dinas yang berbeda. Selain itu, selama ini, pengelolaan sector sanitasi
memang nyatanya belum terpadu. Masing-masing sub sector berjalan sendirisendiri. Mungkin inilah salah satu factor mengapa terjadi ketidak seimbangan
terpaan pada masing-masing tema sanitasi.
Ketidakseimbangan itu sendiri dapat bersumber kepada kemampuan masingmasing dinas dalam menjalankan program-programnya atau dapat juga bersumber
dari prioritas kebijakan dari masing-masing pemerintah daerah. Amat mungkin
terjadi dinas yang satu lebih aktif dan kreatif dalam mengembangkan programprogramnya, sementara dinas yang lain lebih pasif sifatnya. Oleh karena itu,
masyarakat akan lebih banyak diterpa pesan-pesan dari dinas yang aktif tersebut.
Dari sisi kebijakan pun, tampaknya persoalan drainase dan air limbah memang
sering dijadikan prioritas kedua atau ketiga dibandingkan dengan masalah sampah.
Kemungkinan ini terkait dengan sifat fisik sampah yang mudah terlihat jika
pengelolaannya kurang optimal. Kebersihan dan kesehatan suatu kota atau wilayah

secara mudah dinilai dari ada tidaknya sampah yang berserakan tidak terurus.
Sementara saluran drainase dan air limbah menjadi aspek yang prioritasnya
dinomorduakan.
5.3.9. Media Publikasi
Untuk dapat mengukur saluran informasi yang tepat dalam mengkampanyekan
sanitasi, perlu disurvey juga sejauhmana efektifitas dari materi publikasi yang
biasanya disiapkan oleh pemilik program. Bentuk publikasi yang umumnya dipakai
untuk menunjang kampanye apapun biasanya terdiri dari, antara lain : spanduk,
poster,

billboard,

leaflet/selebaran,

dan

lain-lain.

Materi-materi

publikasi

ini

tentunya secara ideal dibuat keseluruhannya untuk menunjang program kampanye.


Namun dengan mempertimbangkan keterbatasan anggaran, maka perlu dipetakan
mana diantara pilihan-pilihan tersebut yang mempunyai efektifitas yang tinggi. Hal
itu tersirat dari tingkat terpaan media tersebut terhadap masyarakat. Semakin
sering masyarakat mengakses media tersebut, maka efektifitasnya dapat dikatakan
baik. Sebaliknya, semakin jarang masyarakat diterpa oleh media tersebut, semakin
rendah tingkat efektifitasnya.
Secara deskriptif tampak dari hasil survey lapangan bahwa efektifitas yang paling
tinggi adalah media leaflet/selebaran. Responden di Kota Malang dalam hal ini
seringkali mendapatkan informasi tentang sanitasi khususnya dari leaflet/selebaranselebaran. Persentasenya sebanyak 19.5%. Di samping leaflet/selebaran, efektifitas
yang tinggi juga ada pada media spanduk. Spanduk yang diletakan di pinggirpinggir jalan menerpa sekitar 10.0% responden. Ini menyiratkan bahwa ada
sebagian responden yang memperhatikan spanduk-spanduk yang terpasang di
seputar kota. Urutan berikutnya adalah poster (8.1%). Format poster yang mudah
ditempel di berbagai sudut kota dan tempat-tempat strategis lainnya, ternyata
berhasil mengambil perhatian sejumlah responden. Namun dibandingkan spanduk,
efektifitas poster ini lebih rendah. Salah satu penjelasan yang mungkin adalah
disebabkan karena kecilnya format tulisan yang ada pada poster, sehingga tidak
disadari atau diketahui oleh responden apa pesan yang ada di dalam spanduk
tersebut. Sementara itu poster-poster tentang sanitasi ini juga bersaing dengan
poster-poster lain yang kadang-kadang lebih menarik tampilannya. Bandingkan

dengan spanduk yang hanya berisi tulisan dengan pesan-pesan tertentu yang akan
lebih mudah ditangkap dan diingat oleh responden.
Yang cukup mengherankan adalah rendahnya efektifitas billboard yang hanya
sebesar 1%. Penjelasan yang mungkin adalah karena jumlah billboard yang
dipasang terlampau sedikit jumlahnya, sementara biaya pemasangannya memang
relative sangat mahal. Tentunya ini terkait dengan kemampuan dan prioritas
pemerintah daerah dalam mengalokasikan anggarannya. Berbeda dengan spanduk
yang biayanya relative murah, sehingga dapat diproduksi relative banyak dan
menerpa cukup banyak masyarakat, maka billboard yang hanya sedikit ini,
tampaknya cenderung kurang diperhatikan oleh masyarakat.

5.3.10. Kesenian Daerah


Kesenian tradisional sebagai salah satu media untuk menyampaikan informasi
jugadapat mempunyai peran yang cukup signifikan dalam menunjang kampanye
sanitasi. Di beberapa kalangan masyarakat, khususnya yang tergolong usia lanjut,
kesenian tradisional seperti wayang kulit dan wayang golek masih dianggap cukup
efektif dalam menyampaikan pesan-pesan pembangunan. Dan secara umum
terlihat bentuk kesenian seperti srimulat/ketoprak, tari-tarian dan nyanyian
tradisional,

dan

lain

sebagainya

juga

masih

mendapatkan

apresiasi

dari

masyarakat. Jenis-jenis kesenian tradisional seperti itu masih memiliki pemirsapemirsa yang relatif cukup banyak.
Dari survey lapangan tampak bahwa tarian dan nyanyian tradisional, walaupun
tidak diurai lebih rinci, disenangi oleh 32.1% responden Kota Malang. Nyanyian
tradisional itu sendiri mungkin bisa dalam bentuk langgam, keroncong, ngremo, dan
lain sebagainya. Sedangkan tarian tradisional dapat berbentuk sendratari atau juga
tarian tunggal. Selain tari dan lagu/nyanyian tradisional, kesenian yang bercorak
komedi/lawakan, seperti ludruk atau ketoprak mendapat persentase 27.1%. Angka
ini cukup tinggi dan menyiratkan bahwa bentuk-bentuk penyampaian pesan yang
dibawakan secara humoris dapat diterima oleh sebagian masyarakat. Oleh karena

itu dua bentuk kesenian tradisional ini dapat direkomendasikan untuk dijadikan
salah satu program pendukung kampanye sanitasi.
Adapun wayang kulit dan wayang golek, persentasenya relative kecil, yakni masingmasing 6.1% dan 1.2%. Namun dengan persentase yang rendah ini bukan berarti
bentuk kesenian tradisional seperti ini tidak dapat digunakan untuk mendukung
kampanye sanitasi. Sebagaimana disampaikan di awal, bahwa kesenian wayang itu
umumnya disukai oleh kalangan usia lanjut, maka dapat dikatakan bahwa inilah
media yang efektif untuk menjangkau masyarakat golongan usia lanjut tersebut.
Sehingga

dalam

kondisi-kondisi

tertentu

media

wayang

ini

tetap

dapat

dimanfaatkan.

5.4. Keterlibatan Swasta dalam Layanan Sanitasi


5.4.1. Subsektor Limbah Cair
Ada beberapa perusahaan yang memberi perhatian dalam layanan sanitasi
khususnya subsector limbah cair. Keterlibatan swasta ini terutama dalam jasa
penyedot tinja. Ada 6 perusahaan penyedot tinja yang terdaftar di Dinas
Pertamanan dan Kebersihan (DKP) dan aktif. Selain itu, beberapa perusahaan yang
lain memberikan dukungan berupa dana untuk pembangunan saluran rumah (SR).
Lebih lanjut dapat dilihat dalam table berikut ini:
Subsektor
Limbah Cair

Nama
Perusahaan
CV. Prayogo,
Semeru Karya,
Sawahan Jaya,
Sinar Jaya,
Abadi,
Pratama

Kegiatan

CV Penyedia layanan
CV penyedot tinja
CV
CV
CV

Keterangan
Dari keenam Cv
tersebut
yang
aktif membuang
limbah ke IPLT
hanya 3, yakni CV
Prayogo,
CV
Semeru
Karya
dan CV Pratama.
Sisanya
tidak
aktif
atau
membuang
limbah ke sungai

dan sawah. Tarif


retribusi di IPLT
Rp 10.000 per
tanki
kapasitas
3
3m dan 5 m3
Limbah Cair

Perusahaanperusahaan kecil
di
sekitar
pemukiman

Bantuan pipa ke
masyarakat
untuk sambungan
rumah
(SR) ke
system
offsite
IPAL

5.4.2. Subsektor Limbah Padat


Tingginya hunian di kota Malang menyebabkan developer mengambil langkah untuk
mengelola sampahnya secara mandiri. Di beberapa perumahan menyediakan
layanan pengumpulan sampah sementara (TPS) yang berskala perumahan yang
berupa container besar. Dari container ini kemudian diangkut oleh petugas DKP
dibuang ke TPS atau TPA. Hal ini terlihat di beberapa perumahan menengah ke atas
seperti di Araya, Permata Jingga, Riverside, Istana Dieng, dsb, dst, dll
Untuk sampah sampah yang anorganik, dipisahkan tersendiri oleh pemulung di TPA
Supit Urang untuk disetor ke perusahaan pengepul sampah. Ada perusahaan
pengepul sampah di TPA Supit Urang yang mengumpulkan sampah anorganik dari
gelas, besi, kertas, plastic, dsb.
Khusus untuk limbah kertas, di kota Malng terdapat satu perusahaan daur ulang
kertas menjadi kerajinan daur ulang, PT Gaya Baru Papperindo. Kapasitas produksi
perusahaan ini mencapai 30 tin perhari.
Selain itu, pihak swasta juga terlibat dalam studi lingkungan , kampanye sadar
lingkungan dan pembangunan sarana sanitasi. Sarana sanitasi yang sering
dibangun adalah penyediaan tempat sampah di tempat umum, pembangunan MCK,
dsb. Lain lagi yang diupayakan oleh Perum Jasa Tirta. Perusahaan milik pemerintah
ini melakukan suatu upaya komprehensif untuk melindungi DAS Brantas dari
buangan limbah padat baik upaya secara fisik maupun non fisik. Lebih lanjut upaya
Perum Jasa Tirta dapat dilihat dari table berikut:

Nama Program
- Identifikasi Potensi Pem

Tah
un
2004

buangan Sampah Di Malang


(Kerjasama Antara PJT I dg
FT Unmer Malang)
Bentuk Kegiatan :
- Kajian Tentang Identifikasi
Pembuangan Sampah Di
Daerah
Bantaran Sungai Kali Brantas
Malang

- Perlindungan DPS Brantas

Lokasi

Biaya

Lokasi Penelitian :
Jembatan Pendem s.d
Kampus
III UnMuh Malang dan
Jembatan
Kemerdekaan/Embong
Brantas
sampai Gadang

48.000.000

Kondisi
Saat Ini
-

2005

RW 01 Kelurahan
Mergosono

3.300.000

tdk
terpantau

- Laporan / monitoring
penggunaan
gerobak & tong
sampah di RW 01
kelurahan Mergosono
oleh PSIK
FK Unibraw minimal
selama bebera
pa kali pemakaian /
rentang waktu
tertentu tidak ada

2005

RW III Kelurahan
Gadingkasri

4.500.000

tdk
terpantau

- Laporan / monitoring
pemanfaatan
MCK selama rentang
waktu tertentu
oleh Pengurus RW III
Kel. Gading
Kasri tidak ada

2005

RW 05 Kelurahan
Mergosono

2.840.000

tdk
terpantau

- Laporan / monitoring
penggunaan
gerobak & tong
sampah di RW 05
kelurahan Mergosono
oleh PSIK
FK Unibraw minimal
selama bebera
pa kali pemakaian /
rentang waktu
tertentu tidak ada

2008

RW 04 Kelurahan
Mergosono

1.500.000

tdk
terpantau

- Laporan / monitoring
penggunaan
bantuan dana & 8 bh

(Kerjasama Antara PJT I dg


PSIK FK Unibraw)
Bentuk Kegiatan :
- Pengadaan Gerobak & Tong
Sampah

- Perlindungan DPS Brantas


(Kerjasama Antara PJT I dg
RW III Kel. Gadingkasri)
Bentuk Kegiatan :
Pembangunan MCK

- Perlindungan DPS Brantas


(Kerjasama Antara PJT I dg
PSIK FK Unibraw)
Bentuk Kegiatan :
- Pengadaan Gerobak & Tong
Sampah

- Perlindungan DPS Brantas


(Kerjasama Antara PJT I dg

Kendala

keranjang taka
kura di RW 04 Kel
Mergosono
oleh HMP FT Unibraw
minim selama
beberapa kali
pemakaian/rentang
waktu tertentu tidak
ada

HMP FT Unibraw)
Bentuk Kegiatan :
Bantuan Dana & 8 Buah
Keranjang Takakura
j

- Perlindungan DPS Brantas

2008

Kedungkandang

750.000

tdk
terpantau

- Laporan / monitoring
penggunaan
tempat sampah karet
di daerah Ke
dung kandang oleh
Pengurus RW III
Kel. Kedungkandang
minimal selama
beberapa kali
pemakaian / rentang
waktu tertentu tidak
ada

2008

SDN Tlogomas I,
Lowokwaru

350.000

tdk
terpantau

- Laporan / monitoring
penggunaan
1 unit komposterr di
SDN Tlogomas
oleh KKNBS UM
minimal selama
beberapa kali
pemakaian / rentang
waktu tertentu tidak
ada

2008

RW V Kel. Samaan
Malang

3.000.000

tdk
terpantau

- Laporan / monitoring
penggunaan
1 unit alat pencacah
sampah di
RW V Kel. Samaan
oleh Pengurus
RW V Kel. Samaan
minimal selama
beberapa kali
pemakaian / rentang
waktu tertentu tidak
ada

2008

Kec. Blimbing, Klojen,


Lowokwaru

1.500.000

tdk
terpantau

- Laporan / monitoring
penggunaan
tempat sampah karet
di daerah Kec.
Blimbing, Klojen oleh
BEM Unibraw

(Kerjasama Antara PJT I dg


RW III Kel. Kedungkandang)
Bentuk Kegiatan :
Pengadaan Tempat Sampah
Karet sejumlah 25 buah

- Perlindungan DPS Brantas


(Kerjasama Antara PJT I dg
KKNBS UM)
Bentuk Kegiatan :
Bantuan 1 Unit Komposter

- Perlindungan DPS Brantas


(Kerjasama Antara PJT I dg
RW V Kel. Samaan Malang)
Bentuk Kegiatan :
Bantuan 1 Unit Alat Pencacah
Sampah

- Perlindungan DPS Brantas


(Kerjasama Antara PJT I dg
BEM Unibraw)

minimal selama
beberapa kali pema
kaian / rentang waktu
tertentu tidak
ada

Bentuk Kegiatan :
Pengadaan Tempat Sampah
Karet sejumlah 50 buah

- Penataan Lingkungan

2008

Kota Malang

30.000.000

2009

Sungai
Kedungkandang

11.775.000

tdk
terpantau

Kota Malang
(Kerjasama Antara PJT I dg
CKNet INA)
Bentuk Kegiatan :
- Studi Penataan Lingkungan
Kota Malang
- Pelatihan Enumerator
Penilaian Resiko Kes Ling

- Perlindungan DPS Brantas


(Kerjasama Antara PJT I dg
Lembaga Perdamaian Dan
Pendidikan Indonesia)
Bentuk Kegiatan :
Pelatihan Sanitasi Sungai dan
Kurikulum Lingkungan Koordi
nasi Lapangan, Pelatihan Sa
nitasi, Kurikulum Lingkungan
Sungai Bagi Peneliti

- Laporan hasil
pelaksanaan studi
penataan lingkungan
kota malang
dalam bentuk
rekomendasi
belum dapat
terselesaikan karena
belum dapat
terselesaikannya lem
bar kuisioner yang
telah tersebar ke
masyarakat
- Laporan tentang
keberlanjutan
hasil pelatihan
penilaian resiko
Kes. Ling belum ada
- Laporan pelaksanaan
pelatihan
dari Lembaga
Perdamaian dan Pen
didikan Indonesia tidak
ada

5.4.3. Subsektor Drainase


Keterlibatan swasta pada subsector drainase sangat minim. Hal ini dikarenakan
seluruh program pembangunan dan perbaikan drainase dilakukan oleh Dinas PuCipta Karya dengan alokasi dari APBD. Khusus untuk perumahan baru, biasanya
developer akan membangun saluran drainase tersendiri di dalam perumahan yang
kemudian disambungkan dengan system drainase yang sudah ada.

Ada juga perusahaan yang memperbaiki saluran drainase secara rutin, karena
secara kebetulan saluran drainase yang ada masuk ke dalam lokasi perusahaan
tersebut,

sehingga

perusahaan.

perawatannya

secara

otomatis

menjadi

tanggungjawab

Anda mungkin juga menyukai