Anda di halaman 1dari 45

APR

waterbirth
WATERBIRTH

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran adalah kejadian fisiologi yang normal yang mana kelahiran seorang
bayi merupakan peristiwa sosial yang dinantikan ibu dan keluarga selama 9 bulan. Ketika p
ersalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya, sedangkan peran petugas
kesehatan adalah memantau persalinan dan mendeteksi dini adanya komplikasi selama persalinan,
disamping juga bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks , dan janin turun ke dalam jalan
lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18-24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Salah satu hal penting yang terjadi pada proses persalinan adalah nyeri persalinan. Dalam
proses persalinan hal inilah yang paling dirasakan tidak menyenangkan bahkan menakutkan bagi
ibu. Saat ini proses persalinan pervaginam telah berkembang yang bertujuan memberi rasa
nyaman aman dan menyenangkan serta dapat mengurangi bahkan meniadakan perasaan cemas
dan menegangkan. Salah satu metode alternatif yang saat ini populer adalah persalinan dalam air
hangat atau dikenal sebagai water birth.
Bagi kebanyakan melahirkan di air atau water birth masih belum populer, berbeda dengan di
beberapa Negara Asia lain, metode ini justru menjadi pilihan utama ibu untuk melahirkan.
Di Indonesia, tidak semua rumah sakit dilengkapi fasilitas untuk persalinan dengan metode
water birth. Selain dibutuhkan tenaga medis yang terlatih khusus, pihak rumah sakit harus
memiliki kolam bersalin berdesain khusus (birth pool ).Strelisasi air perlu diperhatikan agar tidak
menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi yang dilahirkan.
Water Birth telah diterima dan dipraktekkan di banyak Negara seperti Amerika Serikat,
Kanada, Australia, dan New Zealand. Di Negara-negara Eropa termasuk Inggris dan Jerman
terdapat banyak Maternity Clinics yang menggunakan birthing tubs. Pada tahun 2006 Water
Birth Internasional mencatat lebih dari 300 rumah sakit di Amerika Serikat menawarkan fasilitas
tersebut.
The Royal College of Obstetricans and Gynecologist dan The Royal College of Midwife
mendukung persalinan dalam air bagi wanita yang sehat tanpa komplikasi pada kehamilannya.
Jika petunjuk praktis dijalankan dengan baik dalam hal mengontrol infeksi, manajemen rupture
tali pusat dan dengan kepatuhan pada persyaratan yang ada, komplikasi akan dapat dikurangi.
Di Indonesia Water Birth masih baru dan mulai populer ketika Liz Adianti Harlizon
melahirkan dengan metode ini, selasa 4 Oktober 2006 pukul 06.05 WIB di San Marie Family
Healthcare, Jakarta ditangani oleh dr.T.Otamar Samsudin SpOG dan dr.Keumala
Pringgadini,SpA. Di Bali telah ada sejak tahun 2003, Robin Lim dari klinik Yayasan Bumi Sehat
Desa Nyuh Kuning, Ubud-Bali telah menangani lebih dari 400 kasus Water Birth per tahun.
Sementara Rumah Sakit Umum di Bali yang pertama kali menyediakan fasilitas Water Birth
adalah Rumah Sakit Umum harapan Bunda.
1.2 Tujuan Umum
Untuk mempelajari dan mengkaji perkembangan metode persalinan Water birth di Indonesia dan
menganalisis kasus berdasarkan jurnal
1.3 Metode penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode studi pustaka, dan telaah jurnal.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi

2.2
a.
b.
2.3

A.
a.

b.

Water Birth merupakan salah satu metode alternatif persalinan pervaginam, dimana ibu
hamil aterm tanpa komplikasi bersalin dengan jalan berendam di air hangat ( yang dilakukan
pada bathtub atau kolam ) dengan tujuan mengurangi rasa nyeri saat terjadinya kontraksi dan
memberi rasa nyaman.1,2
Metode
Ada 2 metode water birth
Water birth murni, ibu masuk ke kolam persalinan setelah mengalami pembukaan 6 sampai
proses melahirkan terjadi.
Water birth emulsion, ibu hanya berada di dalam kolam hingga masa kontraksi akhir. Proses
melahirkan tetap dilakukan di tempat tidur.
Keuntungan
Metode Water Birth memiliki banyak keuntungan bagi ibu dan bayi dibandingkan dengan
metode persalinan tradisional. Ini dihubungkan secara signifikan dengan adanya pengurangan
penggunaan analgesik pemendekan persalinan kala I dan pengurangan angka episiotomi jika
dibandingkan dengan persalinan lainnya.2
Keuntungan Bagi Ibu
Mengurangi Nyeri Persalinan dan Memberi Rasa Nyaman
Nyeri persalinan berkurang disebabkan ibu berendam dalam air hangat yang membuat rileks
dan nyaman sehingga rasa sakit dan stress akan berkurang. Mengurangi rasa sakit adalah tujuan
utamanya, sedangkan secara teknis melahirkan dalam air pada dasarnya sama seperti melahirkan
normal, proses dan prosedurnya sama hanya tempatnya yang berbeda. Pada Water Birth ibu
melahirkan bayinya dalam kolam dengan posisi bebas dan yang paling dirasakan nyaman oleh
ibu. Kolam dapat terbuat dari fiber glass atau bahan lain.3
Adanya mitos yang menyebutkan pemanjangan fase-fase persalinan. Pada kenyataannya
Water Birth merupakan persalinan alamiah, dan tidak sepenuhnya mengurangi nyeri kontraksi.
Meskipun demikian banyak wanita merasakan adanya pengurangan nyeri sewaktu ada dalam air,
berendam dalam air hangat dan mengapung. Penelitian juga menunjukkan persalinan dalam air
sesungguhnya dapat memperpendek persalinan kala I dan tekanan darah menjadi lebih rendah di
banding persalinan konvensional. Ibu hamil yang berendam di dalam air hangat pada persalinan
dengan penyulit (distosia) dibandingkan dengan augmentasi standar menunjukkan bahwa angka
penggunaan epidural analgesia dan intervensi obstetri lebih rendah. Berendam dalam air akan
dapat mengurangi 75% nyeri persalinan, kemampuan mengapung ibu akan menolong untuk
relaksasi, pergerakan selama persalinan water birth yang lebih leluasa menyebabkan ibu nyaman
dan rileks, sedangkan air hangat akan membantu mengurangi nyeri.1
Mengurangi Tindakan Episiotomi
Dalam hal trauma perineum, dukungan air pada waktu kepala bayi crowning lambat akan
menurunkan risiko robekan dan dapat mengurangi keperluan akan tindakan episiotomi. Selain
itu, trauma perineum yang terjadi tidak berat dengan dijumpai lebih banyak kejadian intak
perineum.3
Masih terdapat mitos bahwa ibu yang melahirkan dalam air lebih mungkin untuk mengalami
robekan karena yang membantu persalinan kesulitan untuk melakukan episiotomi jika
diperlukan. Namun sesungguhnya ibu yang melahirkan dalam air hangat kurang mengalami
robekan karena air hangat dapat meningkatkan aliran darah dan mampu melunakkan jaringan di
sekitar perineum ibu. Ketika memerlukan episiotomi, penolong justru lebih mudah menjangkau
bagian perineum ibu untuk melakukan message atau tindakan lain. Kebanyakan episiotomi tidak

c.

d.

B.

2.4
1.
a.

diperlukan dan jika penolong menganggap selama proses persalinan terdapat keadaan emergensi
penolong akan membatalkan pelaksana metode ini.
Pemendekan Persalinan Kala I
Persalinan dan kelahiran di dalam air juga dapat mempercepat proses persalinan yang
dihubungkan secara signifikan dengan persalinan kala I yang akan menjadi lebih pendek. Dalam
hal ini ibu dapat lebih mengontrol perasaannya, menurunkan tekanan darah, lebih rileks, nyaman,
menghemat tenaga ibu, mengurangi keperluan obat-obatan dan intervensi lainnya, member
perlindungan secara pribadi, mengurangi trauma perineum, meminimalkan penggunaan
episiotomi, mengurangi kejadian seksio sesaria, memudahkan persalinan.3
Menurunkan Tekanan Darah
Dalam hal menurunkan tekanan darah, menurut Pre & Perinatal Psycology Association of
North America Conference, wanita dengan hipertensi akan mengalami penurunan tekanan darah
setelah berendam dalam air hangat selama 10-15 menit. Kecemasan yang mengakibatkan
peningkatan tekanan darah akan dapat dikurangi dengan berendam dalam air hangat.2
Keuntungan Bagi Bayi
Persalinan sendiri dapat menjadi masalah, mungkin juga mengganggu dan merupakan
pengalaman bagi bayi. Water Birth memberikan keuntungan terutama saat kepala bayi masuk ke
jalan lahir, dimana persalinan akan menjadi lebih mudah. Air hangat dengan suhu yang tepat
suasananya menyerupai lingkungan intrauterine sehingga memudahkan transisi dari jalan lahir ke
dunia luar. Air hangat juga dapat mengurangi ketegangan perineum dan member rasa nyaman
bagi ibu dan bayi, sehingga bayi lahir kurang mendapatkan trauma (oleh karena adanya efek
dapat melenturkan dan meregangkan jaringan perineum dan vulva) dibandingkan pada persalinan
air dingin dan tempat bersalin umumnya.4
Bayi yang lahir di dalam air tidak segera menangis, bayi tampak menjadi tenang. Bayi tidak
tenggelam jika dilahirkan di air, karena selama kehamilan bayi hidup dalam lingkungan air
(amnion) sampai terjadi transisi persalinan dari uterus ke permukaan air. Demikian pula masalah
lilitan tali pusat di leher, tidak menjadi masalah, sepanjang tidak ada deselerasi denyut jantung
bayi (yang menunjukkan fetal distress) sebagai akibatnya ketatnya lilitan tali pusat di leher.
Pemendekan persalinan kala I selain memudahkan persalinan bagi ibu juga baik untuk bayi yaitu
mencegah trauma atau resiko cedera kepala bayi, kulit menjadi lebih bersih, menurunkan risiko
bayi keracunan air ketuban.4
Kerugian Water Birth
Adapun risiko-risiko yang dapat timbul antara lain :
Risiko Maternal
Infeksi
Menurut European Journal of Obstetrics and Reproductive Biology 2007, Water Birth
merupakan avaluable alternative persalinan normal. Penelitian yang dipimpin oleh Rosanna
Zanetti-Daellenbach menemukan tidak ada perbedaan angka kejadian infeksi maternal maupun
neonatal atau parameter laboratorium termasuk luaran fetus dalam hal APGAR Score, pH darah
dan keperluan perawatan intensif.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa Water Birth menyebabkan risiko infeksi oleh karena
berendam dalam air yang tidak steril dan ibu dapat mengeluarkan kotoran saat mengedan dalam
kolam air. Namun penelitian menunjukkan bahwa traktus intestinal bayi mendapatkan
keuntungan dari paparan ini. Kelahiran tersebut dan diri kita sendiri tidak steril. Sekresi vagina
blood slim, cairan amnion, dan feses ibu ketika bayi masuk ke dalam rongga panggul,
keseluruhannya tidak steril.

Jika ibu dalam keadaan persalinan kala aktif, air tidak akan masuk ke jalan lahir sewaktu ibu
ada dalam kolam. Air dapat masuk ke vagina, namun tidak dapat masuk ke vagina bagian dalam,
ke serviks maupaun uterus. Penyakit infeksi tertentu, akan mati segera ketika kontak dengan air.
Salah satu cara yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi adalah menggunakan pompa
pengatur agar air tetap bersikulasi dengan filter/penyaring air sehingga jika air terminum tidak
beresiko infeksi. Kolam yang sudah disterilkan kemudian akan diisi air yang suhunya sekitar 32370C disesuaikan dengan suhu tubuh.4
b. Perdarahan Postpartum
Risiko perdarahan pada ibu dan bayi juga harus dipertimbangkan. Walaupun comparatif studi
di Swiss menunjukkan suatu hal yang positif, namun penelitian lain di Inggris tidak menemukan
adanya perbedaan yang bermakna antara metode Water Birth dengan metode persalinan lainnya.
Penyedia layanan Water Birth yang tidak berpengalaman akan sukar menilai jumlah
perdarahan post partum, sementara metode penanganannya telah berkembang dengan baik. Hal
ini menyebabkan sejumlah penyedia layanan lebih memilih melahirkan plasenta di luar kolam
seperti di The University of Michigan Hospital.
c.

Trauma Perineum
Penggunaan episiotomi pada Water Birth 8,3% tidak menunjukkan laserasi perineum derajat
tingkat III dan IV dan 25,7%, pada persalinan pervagianam biasa menunjukkan kejadian laserasi
perineum derajat tingkat III dan IV dengan angka penggunaan episiotomi lebih tinggi. A
Cochrane review oleh Cluett et all, membuktikan bahwa ada resiko terjadi trauma perineum pada
persalinan dengan Water Birth, namun tidak terdapat perbedaan yang bermkana pada luaran
klinik dalam hal trauma perineum. 3
Pada penelitian tahun 1991-1997 Obstetrics and Gynecology of Cantonal Hospital of
Frauenfeld, Switzerland membandingkan 3 group persalinan pervaginam: water birth, Maiabirthing stool, dan bedbirth mendapatkan angka kejadian episiotomy 12,8% pada water birth
27,7% pada Maia-birthing stool, dan 34,5% pada bedbirth. Ini secara statistic sangat bermakna.
Disamping angka episiotomy bedbirth terjadi paling tinggu juga menunjukkan derajat laserasi
perineum III dan IV (4,1%).
2. Risiko Neonatal
Terdapat risiko penting secara klinik pada bayi, termasuk masalah pernapasan, putusnya tali
pusat disertai perdarahan, dan penularan infeksi melalui air.
a. Terputusnya Tali Pusat
Mekanisme terputusnya tali pusat ini terjadi ketika bayi lahir sesegera mungkin dibawa ke
permukaan air tidak sedara gentle, jika tali pusat pendek akan dapat mengakibatkan tegangan
yang berlebihan pada tali pusat. Suatu review yang mengidentifikasi 16 artikel, melaporkan
adanya 63 komplikasi neonatal diakibatkan oleh water birth, salah satu diantaranya adalah
masalah putusnya tali pusat. Kasus terputusnya tali pusat kemungkinan disebabkan oleh terlalu
cepat mengangkat bayi kepermukaan sehingga menyebabkan tarikan cepat dari tali pusat yang
melampaui panjang tali dibandingkan biasanya.4
b. Takikardi
c. Infeksi
Risiko infeksi terjadi pada water birth. Infeksi saluran pernapasan pada bayi yang dilahirkan
secara water birth jarang terjadi namun resiko ini tetap harus diperhitungkan. Sejumlah kasus
yang mungkin membahayakan bayi antara lain infeksi herpes, perdarahan luas, dan berbagai

infeksi lainnya. Metode water birth tidak direkomendasikan pada bayi preterm. Berdasarkan
laporan kasus yang dipublikasikan, infeksi P.aeruginosa didapatkan pada bayi preterm.
Berdasarkan laporan kasus yang dipublikasikan infeksi P.aeruginosa didapatkan pada swab
telinga dan umbilikal bayi yang lahir dengan water birth.5
d. Hipoksia
Tali pusat secara terus menerus akan menyediakan darah beroksigen, sambil bayi merespon
stimulasi baru yaitu pertama kali mengisi paru-parunya dengan udara. Penundaan pengkleman
dan pemotongan tali pusat sangat bermanfaat dalam proses transisi bayi untuk hidup di luar
uterus. Ini akan memaksimalkan fungsi perfusi jaringan paru. Garland (2000) tidak
merekomendasikan pemotongan dan pengkleman tali pusat sampai bayi mencapai permukaan air
disebabkan oleh meningkatnya risiko hipoksia. Hipoksia bayi akan mengganggu babys dive
reflex, yang mengakibatkan penekanan respon menelan sehingga akan menimbulkan bayi
menghirup air selama proses water birth. Odent (1998) merekomendasikan pengkleman tali pusat
4-5 menit setelah persalinan. Namun menurut Austin, Bridges, Markiewicz and Abrahamson
(1997) penundaan pengkleman tali pusat dapat mengakibatkan polistemia. Berdasarkan hipotesa
bahwa air hangat mencegah vasokonstriksi tali pusat sehingga banyak darah ibu tertransfer ke
bayi (vasokontriksi terjadi ketika kontak dengan udara)
e. Aspirasi Air dan Tenggelam
Secara teoritis risiko terjadinya aspirasi air pada water birth sekitar 95%. Risiko masuknya air
ke dalam paru-paru bati dapat dihindari dengan mengangkat bayi yang lahir sesegera mungkin ke
permukaan air. Pemanjangan fase berendam mengakibatkan kekurangan oksigen emboli air dan
perdarahan. Air hangat mencegah pembekuan darah setelah persalinan dan juga risiko infeksi.4
2.5 Patofisiologi
1. Pengurangan Rasa Nyeri
Keuntungan yang diperoleh dengan motede persalinan ini adalah berkurangnya rasa nyeri
ketika persalinan berlangsung. Hal ini disebabkan oleh keadaan sirkulasi darah uterus yang
menjadi lebih baik, berkurangnya tekanan abdomen, serta meningkatnya produksi endorphin
(stress related hormone).
Berendam dalam air selama persalinan akan mengurangi tekanan pada abdomen ibu, dan
mengapung mengakibatkan kontraksi uterus lebih efisien dan sirkulasi darah lebih baik. Ini
menyebabkan sirkulasi dan oksigenasi darah otot uterus menjadi lebih baik. Persalinan dalam air
memberi keleluasaan ibu untuk bergerak bebas, dapat member rasa lebih rileks dan nyaman
sehingga ibu hamil mampu berkonsentrasi pada persalinannya dan oleh karena itu kondisi ibu
nyaman, maka sirkulasi darah dan oksigen dari plasenta ke janin berlangsung lebih baik, suhu
tubuh bayi menjadi hangat sesuai suhu tubuh ibu. Suhu tubuh yang baik ini akan mempengaruhi
oksigenasi bayi, sehingga bayi mampu beradaptasi terhadap lingkungan di luar rahim dengan
baik.
Air hangat dan tekanan dari pusaran air kolam tersebut merupakan salah satu sumber
penghilang rasa sakit selama persalinan dengan jalan mengurangi beban gravitasi secara alami,
sehingga ibu hamil dapat berubah posisi tanpa beban saat berendam di air. Berendam dalam air
hangat dapat merangsang respon fisiologi pada ibu hamil, sehingga dapat mengurangi nyeri
termasuk redistribusi volume darah, yang mana akan merangsang pelepasan oksitosin dan
vasopressin, sehingga akan meningkatkan level oksitosin dalam darah. Selain itu ada hipotesa
yang menyatakan bahwa air hangat akan dapat merelaksasi otot-otot dan mental selanjutnya

menyebabkan peningkatan pelepasan katekolamin, yang memungkinkan peningkatan perfusi,


relaksasi dan kontraksi uterus, sehingga dapat mengurangi nyeri kontraksi dan pemendekan fase
persalinan.1
2. Pengurangan Risiko Aspirasi
Ada beberapa faktor yang mencegah bayi menghirup air sewaktu bersalin. Pertama, terdapat
faktor penghambat yang secara normal ada pada setiap bayi. Bayi dalam kandungan
mendapatkan oksigen dari plasenta melalui tali pusat dan bernapas dengan menggerakkan otototot intercostal dan diafragma dengan pola teratur sejak usia kehamilan 10 minggu.
Janin menerima oksigen selama kehamilan melalui tali pusat sampai waktu ketika tali pusat
dipotong atau plasenta terlepas dari dinding rahim, rata-rata 2-10 menit setelah lahir hingga 30
menit. Kerja otot diafragma dan intercostals menyebabkan lebih banyak darah mengalir ke organ
vital termasuk otak sehingga dapat dilihat penurunan Fetal Beat Movement (FBM) pada profil
biofisik. Pada 24-48 jam sebelum onset persalinan spontan, bayi mengalami peningkatan level
prostaglandin E2 dari plasenta yang menyebabkan perlambatan dan penghentian gerakan napas.
Secara normal terlihat pergerakan otot kira-kira 40%. Ketika bayi lahir dan level prostaglandin
masih tinggi, otot bayi untuk pernapasan sederhana belum bekerja, hal tersebut merupakan
respon penghambatan pertama.
Respon penghambat kedua adalah fakta bahwa bayi-bayi yang lahir mengalami hipoksia akut
atau kekurangan oksigen, ini merupakan respon proses kelahiran.Hipoksia menyebabkan apnea
dan menelan bukan bernapas ataupun mengap-mengap. Jika janin mengalami kekurangan
oksigen berat dan lama, maka mengap-mengap dapat terjadi setelah lahir, mungkin air akan
terhirup ke dalam paru-paru. Jika bayi bermasalah selama persalinan, variabilitasnya akan
melebar yang tercatat pada Fetal Heart Rate, hal ini mengakibatkan prolonged bradicardia,
sehingga penolong akan meminta ibu untuk meninggalkan kolam sebelum bayi lahir.
Faktor ketiga yang menghambat bayi dalam pernapasan ketika berada di dalam air adalah
perbedaan temperatur. Temperatur air dibuat sesuai temperatur badan ibu. Temperatur air kolam
serupa dengan cairan amnion yang dapat menjadi faktor penghambatan. Penelitian terbaru dan
observasi di Jerman, Jepang, dan Rusia memberi kesan bahwa temperatur rendah pada waktu
lahir berkontribusi pada vigorous baby.
Cairan paru diproduksi dalam paru-paru dan secara kimia menyerupai cairan lambung. Cairan
ini akan keluar melalui mulut dan ditelan oleh janin. Bayi baru lahir sangat cerdas dan dapat
mendeteksi substansi apa yang mengenainya, dapat membedakan antara cairan amnion, air, susu,
dan ASI yang diakibatkan oleh adanya Dive Reflex. Pada kondisi bayi normal (dilihat dari
monitoring Fetal Heart Rate selama persalinan), kombinasi faktor-faktor tersebut mencegah bayi
bernapas di dalam air sampai bayi berada di atas permukaan air, dimana akan merangsang
mammalian diving reflex yang berhubungan dengan tekanan udara daerah nervus trigeminus
wajah.
Pada pernapasan bayi pertama kali terjadi adalah dengan merubah sirkulasi bayi, penutupan
shunt pada jantung, membuat sirkulasi pulmonal, merubah tekanan pada paru-paru, mendorong
cairan keluar yang akan mempersiapkan ruangan paru-paru dan mengizinkan pertukaran oksigen
dan karbondioksida. Proses ini memerlukan beberapa menit untuk memulai secara lengkap.
Selama waktu tertentu bayi masih menerima oksigen dari tali pusat. Tidak ada ancaman bahwa
bayi akan menghirup air selama proses kelahiran karena factor pencetus untuk menghirup
oksigen tidak aka nada sampai kepala bayi kontak dengan udara.4,5
3. Pemendekan Fase Persalinan

Persalinan dalam air kadangkala dihubungkan dengan penurunan intensitas kontraksi,


sehingga menyebabkan perlambatan persalinan. Tidak ada bukti kuat kriteria kapan saat yang
tepat untuk berendam pada persalinan kala I, sehingga persalinan awal akan lebih baik jika
ditangani dengan mobilisasi daripada berendam. Ada juga laporan bahwa air kadang-kadang
memberi efek melambatkan bahkan menghentikan persalinan jika digunakan terlalu dini dan
banyak dilaporkan bahwa kontraksi kurang efektif jika ibu berendam terlalu awal.4
4. Pengurangan Perdarahan Postpartum
Hilangnya darah ibu selama water birth sangat sedikit. Rata-rata darah yang hilang paa water
birth 5,26 g/l secara bermakna lebih rendah daripada land birth 8,08 g/l. Kehilangan darah pada
persalinan ini sukar dinilai terutama jika diakibatkan oleh penolong yang kurang berpengalaman
pada persalinan dalam air.
2.6 Indikasi dan Kontraindikasi
1. Syarat-syarat
a. Ibu hamil risiko rendah
b. Ibu hamil tidak mengalami infeksi vagina saluran kencing dan kulit
c. Tanda vital ibu dalam batas normal dan CTG bayi normal (baseline, variabilitas dan ada
akselerasi)
d. Idealnya, air hangat digunakan untuk relaksasi dan penanganan nyeri setelah dilatasi serviks
mencapai 4-5 cm
e. Pasien setuju mengikuti instruksi penolong, termasuk keluar dari kolam tempat berendam jika
diperlukan1,2
2. Kriteria / Indikasi
a. Merupakan pilihan ibu
b. Kehamilan normal 37 minggu
c. Fetus tunggal presentasi kepala
d. Tidak menggunakan obat-obat penenang
e. Ketuban pecah spontan < 24 jam
f. Kriteria non klinik seperti staf atau peralatan
g. Tidak ada komplikasi kehamilan (preeklampsia, gula darah tak terkontrol,dll)
h. Denyut jantung normal
i. Cairan amnion jernih
j. Persalinan spontan atau setelah menggunakan misoprostol atau pitocin1,2
3. Kontra Indikasi
a. Infeksi yang dapat ditularkan melalui kulit dan darah
b. Infeksi dan demam pada ibu
c. Herpes genitalis
d. HIV, Hepatitis
e. Denyut jantung abnormal
f. Perdarahan pervaginam berlebihan1,2
2.7 Prosedur Persalinan
1. Beberapa instrument essential yang harus dipersiapkan pada persalinan dengan metode water
birth antara lain:
a. Termometer air
b. Termometer ibu

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
2.
a.
b.
c.

d.

e.

Doppler anti air


Sarung tangan
Apron
Jaring untuk mengangkat kotoran
Alas lutut kaki, bantal, instrument partus set
Shower air hangat, portable/permanent pool
Handuk, selimut
Warmer dan peralatan resusitasi bayi
Selama Berlangsungnya Persalinan
Ibu masuk berendam ke dalam air direkomendasikan saat pembukaan 4-5 cm dengan kontraksi
uterus baik, ibu dapat mengambil posisi persalinan yang disukainya.
Volume air di dalam kolam berada di bawah pusar ibu, di isi air dengan suhu tubuh sekitar 37 C
(sesuai dengan suhu air ketuban dalam rahim)
Observasi dan monitoring antara lain:
i. Fetal Heart Rate (FHR) dengan doopler atau fetoskop setiap 30 menit selama persalinan kala
I aktif, kemudian setiap 15 menit selama persalinan kala II. Auskultasi dilakukan sebelum,
selama, setelah kontraksi.
ii. Penipisan dan pembukaan serviks dan posisi janin. Pemeriksaan vagina (VT) dapat
dilakukan di dalam air atau pasien di minta sementara keluar dari air untuk diperiksa.
iii. Status ketuban, jika terjadi ruptur ketuban, periksa FHR dan periksa adanya prolaps tali
pusat. Jika cairan ketuban mekonium pasien harus meninggalkan kolam.
iv. Tanda vital ibu diperiksa setiap 3 jam, dengan suhu setiap 2 jam (atau jika diperlukan). Jika
ibu mengalami pusing, periksa vital sign, ajarkan ibu mengatur napas selama kontraksi .
v. Dehidrasi ibu. Dehidrasi dibuktikan dengan adanya takikardi ibu dan janin dan peningkatan
suhu badan ibu. Jika tanda dan gejala dehidrasi terjadi, ibu diberikan cairan. Jika tidak berhasil
pasang infus ringer laktat (RL)
Manajemen Kala II
i. Mengedan seharusnya secara fisiologis. Ibu diperkenankan mengedan spontan, risiko
ketidakseimbangan oksigen dan karbondioksida dalam sirkulasi maternal-fetal berkurang, dan
juga akan dapat melelahkan ibu dan bayi.
ii. Persalinan, bila mungkin metode hand off. Ini akan meminimalkan stimulasi.
iii. Tidak diperlukan palpasi tali pusat ketika kepala bayi lahir, karena tali pusat dapat lepas dan
melonggar ketika bayi lahir. Untuk meminimalkan risiko tali pusat terputus dengan tidak
semestinya hindari tarikan ketika kepala bayi ke permukaan air. Tali pusat jangan diklem dan
dipotong ketika bayi masih ada di dalam air.
iv. Bayi seharusnya lahir lengkap dalam air. Kemudian sesegera mungkin dibawa kepermukaan.
Pada saat bayi telah lahir kepala bayi berada diatas permukaan air dan badannya masih di dalam
air untuk menghindari hipotermia. Sewaktu kepala bayi telah berada di atas air, jangan
merendamnya kembali.
Manajemen Kala III
i. Manajemen aktif dan psikologi tetap diberikan sampai ibu keluar kolam
ii. Saat manajemen aktif kala III, syntometrine dapat diberikan
iii. Estimasikan perdarahan
iv. Penjahitan perineum dapat di tunda sekurang-kurangnya 1 jam untuk menghilangkan retensi
air dalam jaringan (jika perdarahan tidak berlebihan)
2.8 Dasar penerapan water birth

Waterbirth itu sederhana. Dalam kesederhanaannya terdapat kompleksitas pertanyaan,


pilihan, pendapat, data penelitian, pengalaman perempuan dan pengamatan praktisi. Selama lima
tahun terakhir, rumah sakit di amerika serikat yang menggunakan metode persalinan waterbirth
melakukan pemeriksaan pada air yang digunakan untuk dilakuaknnya motode waterbirh,
kejadian ini membuat waterbirth menjadi berita yang populer di amerika serikat. Pemberitaan
mengenai waterbirth lebih banyak yang positif seperti setiap cerita kelahiran itu membuat ibu
bahagia dan senang, bayinya tengang, keluarga senang karena suskes melaksanakan waterbirth.
Pertanyaan yang sering muncul di surat kabar yang paling sering yaitu bagaimana bayi bernafas
selama waterbirth.4
Faktor Penghambat
Terdapat beberapa faktor yang mencegah terhirupnya air oleh bayi saat waterbirth.
Faktor-faktor penghambat/ pencegah ini biasanya ada pada semua bayi yang baru lahir. Bayi
dalam rahim mendapatkan oksigen dari plasenta, tetapi praktik untuk menghirup udara dengan
bergeraknya otot-otot interkostal dan diafragma dalam pola yang teratur dan berirama pada usia
10 minggu kehamilan. Cairan paru-paru yang dihasilkan mirip dengan cairan lambung. Cairan
ini telah naik sampai ke mulut dan biasanya ditelan oleh janin. 4
Dua puluh empat hingga empat puluh delapan jam sebelum onset persalinan spontan,
janin mengalami peningkatan penting dalam prostaglandin E2 dari plasenta yang menyebabkan
pernafasan janin mengalami perlambatan dan atau menghentikan gerakan pernapasan janin.
Dengan kerja otot-otot dari diafragma dan otot interkostal, ada lebih banyak darah mengalir ke
organ-organ vital, termasuk otak. Anda dapat melihat penurunan gerakan pernafasan janin pada
profil biofisik. Ketika bayi lahir dan tingkat prostaglandin masih tinggi, otot bayi untuk
pernapasan belum bekerja, sehingga melibatkan respon penghambatan pertama. 4
Sebuah respon penghambatan kedua adalah fakta bahwa bayi yang lahir mengalami
hipoksia akut atau kekurangan oksigen. Hipoksia menyebabkan apnea dan reaksi menelan, tidak
bernapas atau megap-megap. Jika janin mengalami hipoksia yang parah dan kekurangan oksigen
yang berkepanjangan saat lahir maka mungkin bayi akan menghirup air ke dalam paru-parunya.
Jika bayi yang dalam kesulitan selama persalinan tersebut, akan terjadi gangguan pada
denyut jantung janin biasanya bradikardia yang berkepanjangan, hal ini menyebabkan penolong
persalinan meminta ibu agar segera naik dari kolam dan mengakhiri waterbirth.
Perbedaan suhu adalah faktor lain yang dianggap menghambat bayi yang baru lahir untuk
memulai respon pernapasan pertama di dalam air. Suhu air yang digunakan mendekati suhu ibu
yang mencegah setiap deteksi perubahan dalam bayi yang baru lahir. Hal ini dapat
dipertimbangkan lagi dengan dibandingkan kelahiran pada zaman dahulu yang dilakukan di laut,
padahal suhu air laut lebih rendah dari suhu tubuh ibu, namun bayi yang lahir dalam lingkungan
ini dilaporkan baik-baik saja. Suhu air yang lebih rendah tidak merangsang bayi untuk bernapas
sementara.
Satu faktor lagi yang kebanyakan orang tidak menganggap tetapi yang sangat penting
dalam pelaksanaan waterbirth yaitu kenyataan bahwa air yang digunakan bersifat hipotonik dan
cairan paru-paru bersifat hipertonik. Cairan itu tidak bisa masuk ke paru-paru didasarkan pada
fakta bahwa larutan hipertonik lebih padat dan mencegah solusi hipotonik.
Tuhan membangun refleks otonom ke dalam semua bayi yang baru lahir untuk membantu
mereka menyusui. Bayi baru lahir sangat cerdas dan dapat mendeteksi substansi dalam
tenggorokannya. Hal ini dapat membedakan antara cairan ketuban, air, susu sapi atau susu
manusia. Bayi manusia akan menelan dan bernapas berbeda saat makan, minum susu sapi atau

ASI karena refleks menelan. Semua faktor ini bergabung untuk mencegah bayi yang lahir ke
dalam air untuk mengambil napas sampai dia diangkat ke permukaan.
Nafas Pertama Bayi
Apa yang memulai napas pada bayi baru lahir? Segera setelah lahir saat bayi pindah dari
air ke permukaan,rantai kompleks kimia, respon hormonal dan fisik memulai napas pertama
bayi. Banyak bidan melaporkan bahwadengan water birth sedikit lebih lama biru. Penilaian
APGAR pada water birth dilakukan pada 1,5 menit. Beberapa hal terjadi sekaligus pada
bayi, sirkulasi janin berubah
menjadi sirkulasi bayi
baru
lahir, pengalaman paru oksigen
untuk pertama kalinya, dan tali pusar ditarik menyebabkan arteri umbilikalis menutup. 4
Napas pertama adalah tergantung pada tekanan dari bagian tersebut melalui jalan
lahir, dan kemudianpembukaan refleksif dada dikompresi menciptakan ruang hampa. Bayi baru
lahir dilahirkan ke dalam air dilindungioleh semua faktor penghambat yang disebutkan di
atas dan ditangguhkan menunggu untuk diangkat keluar dari airdan ke pelukan ibu.
Semua cairan hadir dalam alveoli paru-paru secara otomatis terdorong keluar ke dalam
sistem vaskular dari tekanan sirkulasi paru sehingga meningkatkan volume darah untuk bayi
yang baru lahir seperlimanya atau 20 %.Sistem limfatik menyerap sisa cairan melalui ruang
interstisial dalam jaringan paru-paru. Peningkatan volume darahsangat penting untuk kesehatan
bayi, dibutuhkan sekitar enam jam untuk semua cairan paru-paru menghilang.
Hasil
Ketika kita melihat kembali pada analisis statistik dari bayi yang lahir dalam air itu
membuktikan bahwa faktor-faktor penghambat lebih daripada teori. Sebuah studi yang dilakukan
di Inggris antara 1994 dan 1996 dan diterbitkan pada tahun 1999 laporan tentang hasil 4.032
kelahiran dalam air. Kematian perinatal adalah 1,2 per 1.000, tetapi tidak ada kematian yang
dikaitkan dengan kelahiran di dalam air. Dua bayi dirawat untuk mendapatkan perawatan khusus
kemungkinan berkaitan dengan terhisapnya air. Diperkirakan bahwa ada lebih dari 150.000
kelahiran dengan metode waterbirth di seluruh dunia antara tahun 1985 dan 1999.
Tidak ada laporan kematian bayi karena terhisapnya air. Pada awal kemunculan
waterbirth dilaporkan bayi meninggal di dalam air. Kematian bayi ini disebabkan bukan karena
terhirupnya air melainkan karena bayi di biarkan selama 15 menit di dalam air. Pada beberapa
titik plasenta terlepas dari dinding rahim dan menghentikan aliran oksigen ke bayi. Ketika bayi
di bawa ke permukaan bayi sudah tidak bisa bernafas dan meninggal. Pada otopsi bayi itu
dilaporkan terdapat air di paru-paru dan kematian yang disebabkan karena asphyxia. Ini adalah
alasan mengapa bayi harus segera diangkat ke permukaan setelah lahir.
Terdapat beberapa pendapat dalam pengangkatan bayi dari air Water Babies: The
Aquanatal Experience in Ostend. Dalam videonya tercatat 47 detik segera setelah lahir bayi di
angkat dari dalam air, namun para pengamat yang mengamati video ini mengatakan waktu
pengengkatan 1-5 menit. Membawa bayi keluar dari air terlalu cepat bisa menimbulkan traumatis
dan juga dapat menyebabkan tali pusat putus. Hal ini juga telah dilaporkan oleh sejumlah bidan
dan doctors.
Jika kejadian terputusnya tali pusat tidak diketahui hal ini dapat meningkatkan angka
transfusi darah pada bayi. Tali pusat yang putus dapat dihindari dengan membawa bayi keluar
dari air perlahan dan lembut. Ibu yang ingin mengambil bayi mereka sendiri perlu diingatkan
untuk tidak melakukannya terlalu cepat. Ketidakmampuan untuk secara akurat menilai
kehilangan darah dalam air adalah alasan yang diberikan oleh beberapa bidan tidak membiarkan
ibu tetap di dalma air dan meminta ibu untuk keluar segera setelah bayi lahir. Kehilangan darah
dalam air memang sulit diperkirakan namun dengan cara mengidentifikasi warna air yang

semakin gelap itu dapat membantu. Menjatuhkan senter ke dasar kolam memungkinkan untuk
melihat perdarah dan mekonium selama persalinan.
Beberapa rumah sakit masih membatasi wanita melakukan motode water birth jika
selaput ketubannya telah pecah. Padaha hal ini tidak masuk akal karena beberapa penelitian
mengatakan tidak ada bukti morbiditas infeksi yang meningkat dengan atau tanpa pecah ketuban
dalam waterbirth. Pengendalian infeksi, terutama di rumah sakit, memerlukan ketekunan dan
perhatian terhadap pedoman/ aturan yang ketat antara dan selama kelahiran. Membersihkan dan
merawat semua peralatan yang digunakan untuk waterbirth akan mencegah penyebaran infeksi.
Dalam sebuah studi acak dilakukan di Oregon Health Science University Hospital pada tahun
1999, kultur dilakukan dari kolam lahir portabel sebelum, selama dan setelah kelahiran, serta dari
selang untuk mengisi dan sumber air keran. Dalam semua kasus tidak ada bakteri dikultur dari
kolam kelahiran tapi ditemukan pada keran air bakteri Pseudomonas. Dalam sebuah penelitian di
Inggris dari 541 persalinan dengan waterbirth tidak ada infeksi serius yang timbul selama
periode 3 tahun. Pseudomonas aeruginosa adalah satu-satunya bakteri persisten yang ditemukan
pada kedua bayi yang diuji positif pada apusan telinga. Tidak ada pengobatan yang diperlukan.
Beberapa orang tua prihatin tentang infeksi atau kontaminasi dari virus seperti HIV atau
hepatitis. Tidak ada alasan untuk membatasi ibu HIV-positif dari waterbirth. Semua bukti
menunjukkan bahwa HIV virus rentan terhadap air hangat dan tidak dapat hidup dalam
lingkungan. Namun, Kewaspadaan universal masih perlu ditaati dan pembersihan yang tepat dari
semua peralatan setelah kelahiran harus dilakukan. Perhatian juga harus diberikan kepada yang
tepat
membersihkan pompa drain, selang, jaring filter, keran dan item lainnya yang kembali
dipergunakan untuk prose persalinan berikutnya. Isu
membersihkan jet mandi permanen terpasang telah menghasilkan beberapa kekhawatiran dan
diskusi selama beberapa tahun terakhir.

Waktu masuk ke kolam


Salah satu isu yang berulang dalam literatur dan menyuarakan dalam perhatian ibu dan
bidan mereka adalah: kapan waktu yang tepat seorang ibu bersalin masuk ke dalam kolam.
Banyak rumah sakit menggunakan aturan 5cm, hanya mengizinkan ibu untuk memasuki kolam
ketika mereka berada pada fase aktif dan pembukaan lebih dari 5cm. Beberapa data fisiologis
mendukung aturan ini, tetapi setiap situasi harus dievaluasi.
Beberapa ibu merasakan kenyamanan jika masuk ke dalam kolam sebelum onset
persalinan karena berguna untuk efek menenangkan. Air terkadang memperlambat atau
menghentikan persalinan jika digunakan terlalu dini. Di sisi lain, jika kontraksi kuat dan teratur
yang menimbulkan pembukaan akan membantu menghilangkan nyeri ibu. Terlalu cepatnya ibu
memasuki kolam dapat membuat kontraksi menjadi kurang efektif. Kemudian lagi, bidan
melaporkan bahwa beberapa wanita mengalami lambatnya pembukaan saat berendam terlalu
dini. Perendaman yang mendalam tampaknya menjadi faktor kunci. Jika kolam renang atau
mandi tidak cukup dalam, setidaknya menyediakan air hingga batas payudara dan benar-benar
menutupi perut, maka manfaat berendam yang paling menyolok adalah redistribusi volume
darah, yang merangsang pelepasan oksitosin dan vasopressin. Vasopresin juga dapat bekerja
untuk meningkatkan tingkat oxytocin.

Pengurangan nyeri langsung terasa saat memasuki kolam cukup terlihat. Jika bidan atau dokter
ingin melakukan pemeriksaan vagina sementara
Ibu ada di dalam air, itu jauh lebih mudah bagi ibu untuk menolak. Mobilitas nya memungkinkan
dia untuk bergerak cepat ke sisi lain dari kolam renang.
Pemeriksaan vagina dapat dengan mudah dilakukan di dalam air, tetapi untuk mempertahankan
kewaspadaan universal, diperlukan sarung tangan panjang. Kontrol bahwa perempuan
mendapatkan dengan mampu bergerak bebas di dalam air sering membantu mereka menilai
kemajuan mereka sendiri baik dengan merasakan gerakan bayi lebih intensif atau benar-benar
mampu untuk memeriksa diri mereka sendiri secara internal. Perempuan melaporkan bahwa
air mengintensifkan hubungan dengan bayi pada saat yang sama mengurangi rasa sakit.
Mereka dapat merasakan gerakan bayi, turun dan mendorong melalui jalan lahir. Trauma
perineum yang dilaporkan umumnya kurang parah. Salah satu manfaat terbaik dari waterbirth
adalah tidak ada tindakan
episiotomi. Posisi ibu yang tegak, memiliki ibu dalam posisi fisiologis yang baik untuk
melahirkan bayinya.

2.9 Penerapan Water Birth di Indonesia


Walaupun water birth semakin populer, tapi tidak semua rumah sakit melengkapi fasilitas
persalinannya dengan metode water birth, karena proses kelahiran ini membutuhkan tenaga
medis yang terlatih dan fasilitas kolam bersalin/birth pool khusus berukuran antara 1,6 x 1,2 atau
2 m yang diisi dengan air yang steril sampai volume air dalam kolam berada di bawah pusar ibu,
baik ketika proses kelahiran dengan duduk, berdiri, ataupun tiduran. Air dalam kolam juga
disesuaikan dengan suhu tubuh, yaitu sekitar 37 0 C, sama dengan suhu air ketuban. Hal ini
diperlukan agar saat kelahiran bayi tidak merasakan perbedaan suhu yang ekstrem antara di
dalam perut dengan di luar, dan agar bayi tidak mengalami hipotermia atau hipertermia. Fasilitas
pendukung lainnya adalah pompa pengatur, agar air tetap bersirkulasi. Sejauh ini baru beberapa
Rumah sakit di Jakarta dan Bali yang sudah menyediakan fasilitas water birth tentunya dengan
biaya yang masih relatif tinggi. Tetapi sekarang water birth sudah tersedia di Bandung. Berikut
gambar fasilitas water birth di salah satu klinik di Bandung.

1. Analisis kebutuhan masyarakat


Dalam proses persalinan nyeri merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindarkan karena itu
sangat diperlukan penanganan nyeri yang tepat sehingga wanita dapat melewati persalinannya
dengan meminimalkan trauma karena nyeri. Dalam hal ini water birth memberikan beberapa
keuntungan bagi wanita yang akan bersalin, salah satunya adalah sebagai pain relief. Terapi
menggunakan panas pada water birth dapat mengurangi ketegangan dan mengurangi nyeri yang
dirasakan secara signifikan. Air hangat pada kolam juga akan memberikan rasa nyaman, tenang
dan rileks, pada keadaan rileks ini tubuh akan melepaskan endorphin ( semacam morfin yang
dibentuk oleh tubuh sendiri ) untuk mngurangi rasa sakit. Karena itu water birth menjadi salah

satu alternatif metode untuk mengatasi kebutuhan wanita atas kenyamanan saat bersalin dengan
meminimalkan nyeri yang dirasakan.

2. Analisis demografi
Water birth adalah sebuah metode persalinan yang memerlukan persiapan yang cukup rumit,
dan tentunya menghabiskan biaya yang cukup mahal. Water birth sudah berkembang di kota-kota
besar di Indonesia contohnya Jakarta, Bali dan yang terbaru di Bandung. Masyarakat yang
tinggal di kota besar dan memiliki tingkat ekonomi cukup akan mampu menjangkau metode
alternatif persalinan ini dengan mudah. Hal ini akan jauh berbeda dengan masyarakat di daerah
terpencil, karena pemerataan fasilitas kesehatan di indonesia masih merupakan suatu masalah
maka metode terbaru ini tidak bisa diakses oleh seluruh masyarakat di penjuru Indonesia.
3. Analisis Sumber Daya
Dalam metode water birth diperlukan alat-alat dan bahan-bahan penunjang misalnya
tub/kolam persalinan, pompa sirkulasi, air steril, dan pemanas air. Diperlukan juga tenaga
kesehatan terlatih untuk menangani persalinan dengan metode water birth ini. Tenaga kesehatan
tersebut pasti telah melalui tahap pelatihan terlebih dahulu. Hal-hal tersebut lah yang masih
menjadi suatu hambatan penerapan water birth di indonesia sehingga hanya berkembang di
beberapa daerah saja. Di Indonesia sendiri water birth baru berkembang beberapa tahun
belakangan ini, sedangkan di negara-negara barat misalnya New Zealand water birth sudah
berkembang sejak tahun 80an karena itu penerapannya sudah sangat maju.
4. Analisis kebijakan / perundangan-undangan
Sejauh ini belum ada undang-undang atau kebijakan pemerintah secara khusus mengenai
water birth atau bahkan metode alternatif lainnya. Jadi belum ada kejelasan mengenai pengaturan
water birth termasuk sejauh mana bidan memiliki kompetensi di dalamnya. Itulah juga yang
menjadi salah satu penghambat penerapan water birth di indonesia.

BAB III
ANALISA KASUS
3.1 KASUS
Sumber : Departments of Paediatrics, Obstetrics and Gynaecology, and Microbiology, North
Middlesex Hospital, London
Bayi laki-laki cukup bulan, BB 3600 gram lahir dengan persalinan waterbirth. Ibunya
tidak mengalami demam sebelum persalinan dan ketuban pecah kurang dari 12 jam. Kondisi
saan lahir baik, Apgar score normal. Setelah 11 jam pasca kelahiran ia mengalami dua kali
episode sianosis. Ia tidak menyusu dengan baik. Pada pemeriksaan perifer nampak sianosis dan
tampak bintik-bintik pada kulit. Kemungkinan septicemia dipertimbangkan. Sekret dari telinga
dan umbilikal, urine, darah, dan cairan cerebrospinal diambil untuk pemeriksaan kultur. Pada
bayi itu diberikan terapi penisilin dan gentamisin per IV. Setelah 48 jam pemberian gentamicin
diganti menjadi ceftazidime. Tanpa penyulit 2 hari kemudian masalah teratasi dan setelah 7 hari
terapi antibiotik diberhentikan.
Hasil dari kultur urin, darah dan cairan cerebrospinal adalah steril. Spesimen yang
diambil dari inkubator pun menunjukan hal serupa. Tetapi spesimen yang diambil dari kolam
persalinan, selang pengisi, keran dan selang pembuangan ditemukan bakteri Pseudomonas

Aeruginosa begitupun dengan hasil spesimen dari umbilikal, ditemukan jenis bakteri yang sama.
Kontaminasi pada kolam persalinan tetap terjadi meskipun telah dilakukan pencucian secara
teliti dengan air panas dan detergen kemudian diakhiri pengeringan setiap setelah persalinan.

3.2 PEMBAHASAN
Meskipun metode persalinan dengan water birth menjadi populer dalam dekade terakhir
namun evidence based yang dapat dijadikan pedoman tentang keuntungan dan bahaya water
birth dirasa belum cukup. Penulis telah melaporkan penemuan kasus ini. Meskipun hasil kultur
menunjukan hasil yang steril namun bayi tersebut menunjukan tanda-tanda septikemia dan
berespon terhadap terapi antibiotik yang diberikan. Kasus ini menyoroti bahaya potensial yang
dapat terjadi pada metode persalinan water birth ini. Peneliti mendukung adanya pengawasan
secara teratur sistem pemeliharaan kolam persalianan dengan ketat. Kebijakan yang dilakukan
Rumah Sakit setelah terjadinya kasus ini adalah dengan pengambilan sampel rutin dari kolam
persalianan setiap setelah water birth dilakukan. Peneliti telah memperpendek waktu pengisian
kolam persalinan dan air yang digunakan adalah air yang diproses dengan pemanasan dan
disinfeksi.
Gambaran berbeda didapatkan dari penelitian lain yang dipublikasikan European Journal
of Obstetrics & Gynecology. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk menilai efek water birth
dan tingkat infeksi ibu juga bayi. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian
prospektif observasional (1998-2002) pada 513 wanita. Dalam penelitian ini membandingkan
tiga kelompok, kelompok pertama wanita yang menjalani persalinan waterbirth, kelompok kedua
wanita yang melakukan fase berendam kemudian bersalin normal pervaginam di tempat tidur,
dan kelompok ketiga wanita yang bersalin pervaginam normal di tempat tidur tanpa didahului
fase perendaman.
Hasil dari penelitian ini adalah tidak ditemukannya perbedaan efek yang signifikan antara
tiga kelompok tersebut. Tidak ditemukan infeksi maternal pada persalinan dengan metode water
birth, namun ditemukan efek persalinan water birth yang timbul yaitu kejadian konjungtivitis
yang meningkat. Konjungtivitis terjadi pada neonatus yang lahir dengan water birth yaitu
sebanyak 5 bayi dari total 89 persalinan dengan metode water birth.
Hasil signifikan yang diperoleh pada penelitian ini adalah pada kelompok ibu yang
melakukan water birth yaitu penurunan penggunaan analgesik, durasi kala II dan Kala III
menjadi lebih singkat dan menurunnya prosedur episotomi. Dapat ditarik kesimpulan dari jurnal
ini bahwa water birth merupakan alternatif lain yang bermanfaat untuk persalinan.

BAB IV
SIMPULAN

Bagi kebanyakan melahirkan di air atau water birth merupakan masih belum populer.
Berbeda dengan di beberapa Negara Asia lain, metode ini justru menjadi pilihan utama ibu untuk
melahirkan. Metode water birth merupakan metode alternative bagi ibu hamil yang akan

melahirkan dan merupakan suatu metode melahirkan dengan keuntungan lebih rileks dan dapat
mengurangi rasa sakit secara signifikan sampai sekitar 80%.
Air hangat pada kolam juga akan memberikan rasa nyaman, tenang dan rileks, pada
keadaan rileks ini tubuh akan melepaskan endorphin ( semacam morfin yang dibentuk oleh tubuh
sendiri ) untuk mngurangi rasa sakit. Air hangat juga mampu untuk menghambat impuls-impuls
saraf yang menghantarkan rasa sakit, sehingga membuat persalinan tidak begitu terasa berat.
Penerapan water birth di indonesia sudah mengalami perkembangan khususnya di kotakota besar, tetapi belum bisa diakses oleh seluruh masyarakat luas, dikarenakan belum seluruh
rumah sakit memfasilitasi water birth dan biaya persalinannya pun relatif mahal.

DAFTAR PUSTAKA

11. Siswosuharjo, Suwignyo, dr. Panduan Lengkap Hamil Sehat. Jakarta : Penebar plus. 2011.
22. Wickham, Sara. Midwifery Best Pactice vol. 5. 2008.
33. Harper, Barbara. Waterbirth Basic. 2004. Waterbirth International Resource and Referral Service
44. Rawal, A Shah, F Stirk, S Mehtar. Departments of Paediatrics, Obstetrics and Gynaecology, and
Microbiology, North Middlesex Hospital, London. 1994.
55. Rosanna A. Zanetti-Daellenbach. European Journal of Obstetrics & Gynecology and
Reproductive Biology. Maternal and neonatal infections and obstetrical outcome in water birth.
2007.
66. Journal New Zealand College of Midwives. Waterbirth protocols: five North
Island hospitals in New Zealand. 2004.
Diposkan 5th April 2013 oleh ayu rosma
0

Tambahkan komentar

ayu's blog

Klasik

Kartu Lipat

Majalah

Mozaik

Bilah Sisi

Cuplikan

Kronologis

1.
OCT

14

KEBIDANAN : PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT (PJT)


Definisi
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) ditegakkan apabila pada pemeriksaan ultrasonografi
(USG) perkiraan berat badan janin berada di bawah persentil 10 dibawah usia kehamilan atau
lebih kecil dari yang seharusnya (sesuai grafik). Terminologi kecil untuk masa kehamilan
adalah berat badan bayi yang tidak sesuai dengan masa kehamilan dan dapat muncul pada bayi
cukup bulan atau prematur. Pada umumnya janin tersebut memiliki tubuh yang kecil dan risiko
kecacatan atau kematian bayi kecil akan lebih besar baik pada saat dilahirkan ataupun setelah
melahirkan.
Kejadian PJT bervariasi, berkisar 4-8% pada negara maju dan 6-30% pada negara
berkembang. Hal ini perlu menjadi perhatian karena besarnya kecacatan dan kematian yang
terjadi akibat PJT. PJT terbagi atas dua, yaitu:
1. Gangguan pertumbuhan janin simetris
Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin yang tidak simetris, semua organ
mengecil secara proporsional. Faktor yang berkaitan dengan hal ini adalah kelainan kromosom,
kelainan organ (terutama jantung), infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Other Agents <Coxsackie
virus, Listeria), Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simplex/Hepatitis B/HIV, Syphilis),
kekurangan nutrisi berat pada ibu hamil, dan wanita hamil yang merokok
2. Gangguan pertumbuhan janin asimetris (tidak simetris)
Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu kejadian lebih lama dibandingkan
gangguan pertumbuhan janin simetris. Beberapa organ lebih terpengaruh dibandingkan yang
lain, lingkar perut adalah bagian tubuh yang terganggu untuk pertama kali, kelainan panjang

tulang paha umumnya terpengaruhi belakangan, lingkar kepala dan diameter biparietal juga
berkurang. Faktor yang mempengaruhi adalah insufisiensi (tidak efisiennya) plasenta yang
terjadi karena gangguan kondisi ibu termasuk diantaranya tekanan darah tinggi dan diabetes
dalam kehamilan dalam kehamilan.
Manifestasi klinik
Bayi-bayi lahir IUGR biasanya tampak kurus, pucat dan berkulit keriput; tali pusat umunya
tampak rapuh dan layu dibandingkan pada bayi normal yang tampak tebal dan kuat; Intra Uterin
Growt Syndrom (IUGR) muncul sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan jaringan atau sel.
Penyebab
Pada umumnya 75% janin dengan PJT memiliki proporsi tubuh yang kecil, 15-25% terjadi
karena insufisiensi uteroplasenta, 5-10% terjadi karena infeksi selama kehamilan atau kecacatan
bawaan.
1. Penyebab ibu
a. Fisik ibu yang kecil dan kenaikan berat badan yang tidak adekuat
Faktor keturunan dari ibu dapat mempengaruhi berat badan janin. Kenaikan berat tidak adekuat
selama kehamilan dapat menyebabkan PJT. Kenaikan berat badan ibu selama kehamilan
sebaiknya 9-16 kg.
apabila wanita dengan berat badan kurang harus ditingkatkan sampai berat badan ideal ditambah
dengan 10-12 kg
b. Penyakit ibu kronik
Kondisi ibu yang memiliki hipertensi kronik, penyakit jantung sianotik, diabetes, serta penyakit
vaskular kolagen dapat menyebabkan PJT. Semua penyakit ini dapat menyebabkan preeklampsia yang dapat membawa ke PJT
c. Kebiasaan seperti merokok, minum alkohol, dan narkotik
2. Penyebab janin
a. Infeksi selama kehamilan
Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV)
adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT
b. Kelainan bawaan dan kelainan kromosom
Kelaianan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung bawaan yang berat sering
berkaitan dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan
ketuban berlebih). Trisomi 13 dan sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT
c. Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin)
Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol
dapat menyebabkan PJT
3

3. Penyebab plasenta (ari-ari)


a. Kelainan plasenta sehingga menyebabkan plasenta tidak dapat menyediakan nutrisi yang baik
bagi janin seperti, abruptio plasenta, infark plasenta (kematian sel pada plasenta), korioangioma,
dan plasenta previa
b. Kehamilan kembar
c. Twin-to-twin transfusion syndrome
Tanda dan Gejala
PJT dicurigai apabila terdapat riwayat PJT sebelumnya dan ibu dengan penyakit kronik.
Selain itu peningkatan berat badan yang tidak adekuat juga dapat mengarah ke PJT. Dokter dapat
menemukan ukuran rahim yang lebih kecil dari yang seharusnya.
Persalinan pada PJT
Beberapa keadaan dimana janin dengan PJT harus dilahirkan, adalah :
1. Janin dengan kromosom normal dengan usia kehamilan lebih dari 36 minggu lengkap
2. Oligohidramnion pada kehamilan 36 minggu atau lebih
3. Deselerasi lambat berulang pada usia kehamilan berapapun
4. Tidak terdapat pertumbuhan pada pemeriksaan USG dalam jangka waktu 3 minggu
Sedangkan pada usia kehamilan kurang dari 36 minggu, persalinan harus dipikirkan
padakeadaan berikut ini :
1. Tidak terdapatnya pertumbuhan janin dalam jangka waktu 3 minggu dan memiliki paruyang
matang
2. Anhidramnion pada kehamilan 30 minggu atau lebih
3. Terdapat AEDF (absent umbilical artery end diastolic flow) dan REDF (reversed umbilical artery
end distolic flow)
4. Pola denyut jantung janin yang abnormal menetap
Cara persalinan tergantung dari etiologi yang mendasari, adanya asidosis dan usia
kehamilan.Janin normal yang kecil dapat dilahirkan bila tanpa adanya komplikasi. Begitu juga
pada janindengan PJT tanpa adanya hipoksemia. Janin dengan anomali yang tidak dapat hidup
juga harusdilahirkan pervaginam. Janin dengan kelainan yang tidak mematikan harus ditangani
sesuaidengan jenis kelainannya. Secara umum, kelainan yang dapat dikoreksi dengan
pembedahanharus ditunda kelahirannya selama mungkin, secara tehnik makin besar dan tua janin
makinmudah dilakukan koreksi bedah.
Komplikasi
1. Anomali janin
2. Asfiksia perinatal
3. Persalinan operatif
4. Kematian perinatal
5. Hipoglikemia dan hipokalsemia neonatal

6. Enterokolitis nekrotikan
7. longterm handicap
Penurunan jumlah cairan amnion sangat berhubungan dengan PJT. Morbiditas akan terjadi
bila AFI < 5 cm.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) diperlukan untuk mengukur pertumbuhan janin. Selain
itu USG juga dapat digunakan untuk melihat kelainan organ yang terjadi. Pengukuran lingkar
kepala, panjang tulang paha, dan lingkar perut dapat dilakukan untuk menilai pertumbuhan janin
melalui USG. Penggunaan ultrasound doppler dapat digunakan untuk melihat aliran dari
pembuluh darah arteri umbilikalis.

Terapi
Kecacatan dan kematian janin meningkat sampai 2-6 kali pada janin dengan PJT.
Tatalaksana untuk kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi yang paling efektif
sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan
meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera dilahirkan. PJT
jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin ini, dan bila kelainan
kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel
plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan
a. Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom serta infeksi
dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik. Apabila
istirahat di rumah tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan
pada janin termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta pertumbuhan janin
menggunakan USG setiap 3-4minggu.
b. Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya terapi
suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat maka
nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat, penggunaan narkotik dan alkohol,
makasemuanya harus dihentikan.
c. Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur. Pengawasan ketat
selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah melahirkan. Operasi
caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif neonatal care segera
setelahdilahirkan sebaiknya dilakukan. Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan
meningkat pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh insufisiensi plasenta yang
diperparah dengan proses melahirkan
Kondisi bayi. Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal (kekurangan
oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi mekonium (terhisap cairan mekonium). PJT yang parah
dapat mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh turun) dan hipoglikemia (gula darah berkurang).

Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan pertumbuhan bayi
yang terlambat setelah dilahirkan, dimana janin dengan PJT asimetris lebih dapat catch-up
pertumbuhan setelah dilahirkan.
Pencegahan
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga, faktor seperti diet,
istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi yang serius selama
kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari dokternya; makan makanan yang
bergizi tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi stress;
berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi dari protein, vitamin,
mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari anemia serta
pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus
baik.
Prognosis
Pada kasus- kasus IUGR yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati (stilbirth) atau
jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang dalam masa kanak-kanak
nantinya. Kasus IUGR dapat muncul sekalipun ibu dalam kondisi sehat.
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan dengan menanyakan riwayat ibu
apakah faktor-faktor ibu seperti dijelaskan diatas ada atau tidak, periksa tinggi fundus uteri
(TFU) apakah sesuai atau tidak dengan kehamilan, lakukan Ultrasonograf (USG) fetomaternal,
periksa denyut jantung janin dengan menggunakan Doppler velocimetry.

Diposkan 14th October 2013 oleh ayu rosma


0

Tambahkan komentar

2.
OCT

14

KEBIDANAN : DAFTAR TILIK PERSALINAN NORMAL IMD


PENUNTUN BELAJAR
ASUHAN PERSALINAN NORMAL KALA II DENGAN IMD

Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati dengan menggunakan skala sbb :
1.
Perlu perbaikan : Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau
dihilangkan
2.
Mampu
: Langkah benar dan berurutan , tetapi kurang tepat atau pelatih
perlu
membantu / mengingatkan hal-hal kecil yang tidak begitu berarti
1.
Mahir
: Langkah dikerjakan dengan benar tepat tanpa ragu-ragu atau
tanpa
perlu bantuan dan sesuai dengan urutan
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15 Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi )
di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5-6 cm.
16 Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah
bokong ibu.
17 Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan
18 Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
Lahirnya kepala
19 Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter
5-6 cm membuka vulva maka lindingi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih
dan kering. Tangan yang lain mengendalikan kepala
bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan
atau bernapas cepat dan dangkal.
20 Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan
ambil tindakan yang sesuai jika itu terjadi, dan segera
lanjutkan proses kelahiran bayi
Jika tali pusat melilit leher dengan longgar, lepaskan
melalui bagian atas kepala bayi
Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat
di sua tempat dan potong diantara dua klem tersebut.
21 Tunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran
paksi luar secara spontan.
Lahirnya bahu
22 Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang
secara biparietal. Menganjurkan kepada ibu untuk
meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan

kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan


muncul di bawah arkus pubisdan kemudian gerakan
arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirnya badan dan tungkai
23 Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah
perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan
siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah
atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri
punggung ke arah bokong dan tungkai bawah janin
untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri diantara kedua mata kaki janin)
Langkah IMD
32 Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit
bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu
bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari putting.
33 Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang
topi untuk menghangatkan bayi

Diposkan 14th October 2013 oleh ayu rosma


0

Tambahkan komentar

2
OCT

11

KEBIDANAN : PENYAKIT YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN


Penyakit Kardiovaskuler dalam kehamilan

Penyakit jantung adalah penyebab tersering ketiga kematian


wanita berusia antara 25 dan 44 tahun (Martin dkk, 1999). Karena relatif sering terjadi pada
wanita usia subur, penyakit jantung menjadi penyulit sekitar 1% kehamilan.
Aspek fisiologis penyakit jantung dalam kehamilan.
Perubahan hemodinamik nyata yang dirangsang oleh kehamilan menimbulkan dampak besar
pada penyakit jantung yang diidap oleh wanita hamil. Aspek paling penting adalah bahwa selama
kehamilan curah jantung (cardiac output) meningkat sebesar 30-50%. Pada kehamilan awal,
peningkatan awal mungkin disebabkan menguatnya stroke volume yang tampaknya terjadi akibat
penurunan resistensi vaskuler disertai penurunan tekanan darah. Pada tahap kehamilan lanjut
juga terjadi peningkatan tekanan denyut istirahat stroke volume semakin meningkat, mungkin
berkaitan dengan meningkatnya pengisian diastolic karena bertambahnya volume darah
Prognosis
Kemungkinan hasil yang baik bagi ibu hamil dengan penyakit jantung bergantung pada
kapasitas jantung fungsional, penyulit lain yang semakin memperberat beban jantung, dan
kualitas perawatan medik yang diberikan. Faktor psikologis dan sosioekonomi juga mungkin
berperan besar, karena bagi sebagian wanita diperlukan tirah baring selama kehamilannya.

1.
2.
3.
4.
5.

Diagnosis Penyakit Jantung


Di bawah ini ada sejumlah gejala dan temuan klinis yang mungkin menunjukkan penyakit
jantung. Wanita hamil yang tidak memiliki satupun dari gejala dan tanda tersebut jarang
memiliki penyakit jantung serius.
Indikator Klinis Penyakit Jantung Selama Kehamilan
Gejala :
1. Ortopnea atau dispnea progesif
2. Batuk malam hari
3. Hemoptisis
4. Sinkop
5. Nyeri dada
Temuan Klinis :
Sianosis
Jari tabuh (clubbing finger)
Pelebaran persisten vena leher
Murmur sistolik derajat 3/6 atau lebih
Murmur diastolik

6.
7.
8.
9.
1.
2.
3.

1.

2.
3.
4.

1.

2.

3.

Kardiomegali
Aritmia persisten
Bunyi split-second persisten
Criteria untuk hipertensi pulmonal
Pemeriksaan Diagnosis :
Elektrokardiografi
Foto toraks
Ekokardiografi
Klasifikasi Klinis
Klasifikasi Klinis yang bermanfaat tahun 1928 oleh New York Heart Association. Klasifikasi
tidak lagi hanya pada gejala klinis, tetapi pada hendaya (disability) yang lampau dan sekarang
serta tidak dipengaruhi oleh tanda- tanda fisik :
Kelas I. Tidak terganggu (uncompromised) : pasien dengan penyakit jantung dan tidak ada
pembatasan dalam aktivitas fisik. Mereka tidak memperlihatkan gejala insufisiensi jantung atau
meraskan nyeri angina
Kelas II Agak terganggu (slighty compromised) : pasien dengan penyakit jantung dan sedikit
pembatasan dalam aktivitas fisik.
Kelas III Jelas terganggu (markedly compromised) : pasien dengan penyakit jantung dan
pembatasan nyata dalam aktivitas fisik.
Kelas IV Terganggu parah (severely compromised) : pasien dengan penyakit jantung dan tidak
mampu melakukan aktivitas fisik apapun tanpa merasa tidak nyaman.
Penyakit Katup Jantung
Stenosis Mitralis
Endokarditis rematik menyebabkan tiga perempat dari kasus stenosis mitral. Katup yang
mengerut menghambat aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel. Keluhan paling menonjol
adalah dispnea akibat hipertensi vena pulmonalis dan edema paru. Gejala umumnya adalah rasa
lelah, palpitasi, batuk dan hemoptisis
Penatalaksanaan pada kehamilan :
Pasien dianjurkan untuk membatasi aktivitas fisik. Apabila timbul gejala bendungan paru,
aktivitas semakin dibatasi, asupan natrium dalam makanan dikurangi, dan pasien mulai diberikan
diuretik
Insufisiensi Mitral
Regurgitasi mitral terjadi apabila penutupan daun-daun katup mitral tidak sempurna sewaktu
sistol, dan hal ini kemudian akan diikuti oleh dilatasi ventrikel kiri dan hipertrofi eksentrik.
Stenosis Aorta
Stenosis aorta merupakan penyakit penuaan, dan pada wanita berusia kurang dari 30 tahun,
kelainan ini merupakan penyakit congenital. Kelainan stenosis tersering adalah stenosis bicuspid.
Penatalaksanaan pada kehamilan :
Untuk wanita hamil asimtomatik, tidak diperlukan pengobatan kecuali pengawasan ketat. Pada
wanita yang bergejala, pembatasan ketat aktivitas dan terapi infeksi secara dini. Apabila gejala

menetap, walaupun pasien sudah tiring baring, harus dipertimbangkan penggantian katup
(valvotomi) dengan menggunakan bedah pintas kardiopulmonal
4. Insufisiensi Aorta
Regurgitasi aorta adalah aliran darah diastolik dari aorta ke dalam ventrikel kiri. Yang sering
menjadi penyebab inkompetensi katup aorta adalah demam rematik, kelainan jaringan ikat, dan
kelainan congenital didapat. Insufisiensi akut dapat terjadi pada endokarditis bakterialisis atau
diseksi aorta. Pada penyakit kronik, terjadi hipertrofi ventrikel kiri dan dilatasi. Hal ini diikuti
oleh rasa lelah, dispnea, dan edema yang muncul secara lamba, walaupun kemudian terjadi
perburukan cepat.

1.

2.

3.

4.

Penyakit Jantung Kongenital


Defek Septum
Defek Septum secara spontan menutup 90% pada kanak-kanak. Pada dewasa, hampir 75% defek
ini bersifat paramembranosa, dan gangguan fisiologis dengan ukuran lesi tersebut. Apabila
ukuran lesi lebih besar daripada orifisium katup aorta, gejala akan timbul dengan cepat, dan
sebagian besar anak menjalani perbaikan secara bedah sebelum timbul hipertensi pulmonal.
Duktus Arteriosus Persisten
Seperti yang lainnya, konsekuensi fisiologis kelainan ini bergantung pada ukurannya. Kelainan
yang signifikan sudah diperbaiki pada masa kanak-kanak. Sejumlah wanita dengan duktus
persisten yang belum diperbaiki akan mengalami hipertensi pulmonal. Pada mereka dapat terjadi
gagal jantung, dan apabila tekanan darah sistemik menurun, akan terjadi pembalikan darah aliran
dari arteri pulmonalis ke aorta yang menyebabkan sianosis.
Penyakit Jantung Sianotik
Apabila kelainan jantung kongenital menyebabkan pirau kanan ke kiri darah melewati kapiler
paru, akan timbul sianosis. Kelainan klasik dan paling sering dijumpai pada kehamilan
adalah Tetralogi Fallot. Kelainan ini ditandai dengan defek septum ventrikel yang besar,
hipertrofi ventrikel kanan, dan overriding aorta . Besar kecilnya pirau berbanding terbalik
dengan resistensi vaskular sistemik.Pada kehamilan, setiap penyakit yang dipersulit dengan
hipoksemia berat pada ibu kemungkinan besar akan menyebabkan keguguran, kelahiran
prematur, atau kematian janin.
Sindrom Eisenmenger
Sindrom ini adalah hipertensi pulmonal sekunder yang timbul pada setiap kelainan jantung yang
menyebabkan resistensi vaskular paru lebih besar daripada resistensi vaskular sistemik dan
sedikit banyak terjadi di pirau kanan-ke kiri.

Penyakit Kardiovaskular Lain


1. Hipertensi Pulmonal
Tekanan darah pulmonal yang tinggi umumnya terjadi akibat penyakit jantung atau paru, kausa
yang tersering adalah pirau kiri ke kanan disertai timbulnya sindroma Eisenmenger. Kausa lain

2.

3.

4.

5.

a.

b.
c.
6.
a.
b.
7.

8.

adalah penyakit paru kronik, hemoglobinopati, pemakaian kokain, HIV, dan obat penekan nafsu
makan. Hipertensi pulmonal merupakan penyulit dan memiliki prognosis kehamilan yang sangat
buruk
Prolaps Katup Mitral
Diagnosis ini menyiratkan adanya penyakit jaringan ikat patologis sering disebut degenerasi
miksomatosayang mungkin mengenai katup itu sendiri, anulus.
Kardiomiopati Peripartum
Ini adalah diagnosis eksklusi serupa dengan kardiomiopati dilatasi idiopatik yang terjadi pada
orang dewasa tidak hamil. Etiologi ini menerangkan wanita yang mengalami gagal jantung
peripartum tanpa etiologi yang jelas.
Kardiomiopati pada Kehamilan
Wanita dengan kardiomiopati memperlihatkan gejala dan tanda gagal jantung kongestif. Dispnea
selalu ada, dan gejala lain meliputi ortopnea, batuk, palpitasi, dan nyeri dada. Temuan utama
biasanya kardiomegali yang mencolok.
Endokarditis Infektif
Infeksi ini mengenai endotel jantung dan menimbulkan vegetasi-vegetasi yang biasanya
mengendap di katup
Endokarditis bakterialis subakut : biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri bervirulensi rendah
yang mengenai suatu kelainan yang sudah ada. Kelainana tersebut biasanya adalah infeksi katup
alami.
Endokarditis akut : biasanya disebabkan oleh stafilokokus positif koagulase
Endokarditis infeksi jarang pada kehamilan jarang terjadi selama kehamilan dan nifas
Aritmia
Bradiaritmia
Takiaritmia
Penyakit jantung iskemik
Penyakit arteri koroner, yang dapat menyebabkan infark miokardium, merupakan penyulit yang
jarang terjadi pada kehamilan
Kardiomiopati hipertrofik
Kelainan terletak di otot miokardiumium, dan ditandai dengan dengan hipertrofi miokardiumium
ventrikel kiri idiopatik yang dapat menyebabkan gradien tekanan aliran keluar ventrikel kiri

1.

Referensi :

Manuaba. 2006. Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan, dan Keluarga berencana


untuk Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta
2.
Yeyeh, Ai Rukiyah. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi). Jakarta : TIM
3.
Prawiroharjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo : Jakarta

4.
5.

Yulianti, Lia. 2010. Asuhan Kebidanan IV. Jakarta : TIM.


Nugroho, Taufan. 2010. Kasus Emergensi Kebidanan.
Diposkan 11th October 2013 oleh ayu rosma
0

Tambahkan komentar

2.
OCT

10

Persiapan ujian CPNS 2013???? DISINI TEMPATNYA


Sistem

CAT

dalam

ujian

CPNS

2013

Seleksi CPNS 2013 menggunakan sistem Computer Assisted Test (CAT), akan dimulai pada tanggal 29
September 2013. Penggunaan metode computer assisted test (CAT), akan lebih menjamin transparansi
dan obyektivitas serta menutup peluang terjadinya KKN. Hal ini merupakan langkah baru yang dilakukan
oleh
Kementerian
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
dan
Reformasi
Birokrasi.
Dengan berubahnya sistem seleksi penerimaan CPNS, tentu saja akan meningkatkan persaingan yang
sangat ketat namun jauh dari kecurangan. Dalam hal ini setiap peserta tes perlu mempersiapakan diri
dengan mempelajari bagaimana sistem CAT ini dan berlatih menggunakan software CAT tersebut.
Software
CAT
seleksi
CPNS
dapat
anda
peroleh disini

Banyak orang telah mempelajari software iniyang dilengkapi dengan ratusan soal- soal latihan yang
sering
muncul
dalam
beberapa
tahun
terakhir.
DAPATKAN SOFTWARE CAT dan LATIHAN SOAL, Klik DISINI

Diposkan 10th October 2013 oleh ayu rosma


0

Tambahkan komentar

3.
APR

waterbirth
WATERBIRTH

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran adalah kejadian fisiologi yang normal yang mana kelahiran seorang
bayi merupakan peristiwa sosial yang dinantikan ibu dan keluarga selama 9 bulan. Ketika p
ersalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya, sedangkan peran petugas
kesehatan adalah memantau persalinan dan mendeteksi dini adanya komplikasi selama persalinan,
disamping juga bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks , dan janin turun ke dalam jalan
lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18-24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Salah satu hal penting yang terjadi pada proses persalinan adalah nyeri persalinan. Dalam
proses persalinan hal inilah yang paling dirasakan tidak menyenangkan bahkan menakutkan bagi
ibu. Saat ini proses persalinan pervaginam telah berkembang yang bertujuan memberi rasa
nyaman aman dan menyenangkan serta dapat mengurangi bahkan meniadakan perasaan cemas
dan menegangkan. Salah satu metode alternatif yang saat ini populer adalah persalinan dalam air
hangat atau dikenal sebagai water birth.
Bagi kebanyakan melahirkan di air atau water birth masih belum populer, berbeda dengan di
beberapa Negara Asia lain, metode ini justru menjadi pilihan utama ibu untuk melahirkan.
Di Indonesia, tidak semua rumah sakit dilengkapi fasilitas untuk persalinan dengan metode
water birth. Selain dibutuhkan tenaga medis yang terlatih khusus, pihak rumah sakit harus
memiliki kolam bersalin berdesain khusus (birth pool ).Strelisasi air perlu diperhatikan agar tidak
menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi yang dilahirkan.
Water Birth telah diterima dan dipraktekkan di banyak Negara seperti Amerika Serikat,
Kanada, Australia, dan New Zealand. Di Negara-negara Eropa termasuk Inggris dan Jerman
terdapat banyak Maternity Clinics yang menggunakan birthing tubs. Pada tahun 2006 Water
Birth Internasional mencatat lebih dari 300 rumah sakit di Amerika Serikat menawarkan fasilitas
tersebut.
The Royal College of Obstetricans and Gynecologist dan The Royal College of Midwife
mendukung persalinan dalam air bagi wanita yang sehat tanpa komplikasi pada kehamilannya.
Jika petunjuk praktis dijalankan dengan baik dalam hal mengontrol infeksi, manajemen rupture
tali pusat dan dengan kepatuhan pada persyaratan yang ada, komplikasi akan dapat dikurangi.
Di Indonesia Water Birth masih baru dan mulai populer ketika Liz Adianti Harlizon
melahirkan dengan metode ini, selasa 4 Oktober 2006 pukul 06.05 WIB di San Marie Family
Healthcare, Jakarta ditangani oleh dr.T.Otamar Samsudin SpOG dan dr.Keumala
Pringgadini,SpA. Di Bali telah ada sejak tahun 2003, Robin Lim dari klinik Yayasan Bumi Sehat
Desa Nyuh Kuning, Ubud-Bali telah menangani lebih dari 400 kasus Water Birth per tahun.
Sementara Rumah Sakit Umum di Bali yang pertama kali menyediakan fasilitas Water Birth
adalah Rumah Sakit Umum harapan Bunda.

1.2 Tujuan Umum


Untuk mempelajari dan mengkaji perkembangan metode persalinan Water birth di Indonesia dan
menganalisis kasus berdasarkan jurnal
1.3 Metode penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode studi pustaka, dan telaah jurnal.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Water Birth merupakan salah satu metode alternatif persalinan pervaginam, dimana ibu
hamil aterm tanpa komplikasi bersalin dengan jalan berendam di air hangat ( yang dilakukan
pada bathtub atau kolam ) dengan tujuan mengurangi rasa nyeri saat terjadinya kontraksi dan
memberi rasa nyaman.1,2
2.2 Metode
Ada 2 metode water birth
a. Water birth murni, ibu masuk ke kolam persalinan setelah mengalami pembukaan 6 sampai
proses melahirkan terjadi.
b. Water birth emulsion, ibu hanya berada di dalam kolam hingga masa kontraksi akhir. Proses
melahirkan tetap dilakukan di tempat tidur.
2.3 Keuntungan
Metode Water Birth memiliki banyak keuntungan bagi ibu dan bayi dibandingkan dengan
metode persalinan tradisional. Ini dihubungkan secara signifikan dengan adanya pengurangan
penggunaan analgesik pemendekan persalinan kala I dan pengurangan angka episiotomi jika
dibandingkan dengan persalinan lainnya.2
A. Keuntungan Bagi Ibu
a. Mengurangi Nyeri Persalinan dan Memberi Rasa Nyaman
Nyeri persalinan berkurang disebabkan ibu berendam dalam air hangat yang membuat rileks
dan nyaman sehingga rasa sakit dan stress akan berkurang. Mengurangi rasa sakit adalah tujuan
utamanya, sedangkan secara teknis melahirkan dalam air pada dasarnya sama seperti melahirkan
normal, proses dan prosedurnya sama hanya tempatnya yang berbeda. Pada Water Birth ibu
melahirkan bayinya dalam kolam dengan posisi bebas dan yang paling dirasakan nyaman oleh
ibu. Kolam dapat terbuat dari fiber glass atau bahan lain.3
Adanya mitos yang menyebutkan pemanjangan fase-fase persalinan. Pada kenyataannya
Water Birth merupakan persalinan alamiah, dan tidak sepenuhnya mengurangi nyeri kontraksi.
Meskipun demikian banyak wanita merasakan adanya pengurangan nyeri sewaktu ada dalam air,
berendam dalam air hangat dan mengapung. Penelitian juga menunjukkan persalinan dalam air
sesungguhnya dapat memperpendek persalinan kala I dan tekanan darah menjadi lebih rendah di
banding persalinan konvensional. Ibu hamil yang berendam di dalam air hangat pada persalinan
dengan penyulit (distosia) dibandingkan dengan augmentasi standar menunjukkan bahwa angka
penggunaan epidural analgesia dan intervensi obstetri lebih rendah. Berendam dalam air akan
dapat mengurangi 75% nyeri persalinan, kemampuan mengapung ibu akan menolong untuk
relaksasi, pergerakan selama persalinan water birth yang lebih leluasa menyebabkan ibu nyaman
dan rileks, sedangkan air hangat akan membantu mengurangi nyeri.1

b. Mengurangi Tindakan Episiotomi


Dalam hal trauma perineum, dukungan air pada waktu kepala bayi crowning lambat akan
menurunkan risiko robekan dan dapat mengurangi keperluan akan tindakan episiotomi. Selain
itu, trauma perineum yang terjadi tidak berat dengan dijumpai lebih banyak kejadian intak
perineum.3
Masih terdapat mitos bahwa ibu yang melahirkan dalam air lebih mungkin untuk mengalami
robekan karena yang membantu persalinan kesulitan untuk melakukan episiotomi jika
diperlukan. Namun sesungguhnya ibu yang melahirkan dalam air hangat kurang mengalami
robekan karena air hangat dapat meningkatkan aliran darah dan mampu melunakkan jaringan di
sekitar perineum ibu. Ketika memerlukan episiotomi, penolong justru lebih mudah menjangkau
bagian perineum ibu untuk melakukan message atau tindakan lain. Kebanyakan episiotomi tidak
diperlukan dan jika penolong menganggap selama proses persalinan terdapat keadaan emergensi
penolong akan membatalkan pelaksana metode ini.
c. Pemendekan Persalinan Kala I
Persalinan dan kelahiran di dalam air juga dapat mempercepat proses persalinan yang
dihubungkan secara signifikan dengan persalinan kala I yang akan menjadi lebih pendek. Dalam
hal ini ibu dapat lebih mengontrol perasaannya, menurunkan tekanan darah, lebih rileks, nyaman,
menghemat tenaga ibu, mengurangi keperluan obat-obatan dan intervensi lainnya, member
perlindungan secara pribadi, mengurangi trauma perineum, meminimalkan penggunaan
episiotomi, mengurangi kejadian seksio sesaria, memudahkan persalinan.3
d. Menurunkan Tekanan Darah
Dalam hal menurunkan tekanan darah, menurut Pre & Perinatal Psycology Association of
North America Conference, wanita dengan hipertensi akan mengalami penurunan tekanan darah
setelah berendam dalam air hangat selama 10-15 menit. Kecemasan yang mengakibatkan
peningkatan tekanan darah akan dapat dikurangi dengan berendam dalam air hangat.2
B. Keuntungan Bagi Bayi
Persalinan sendiri dapat menjadi masalah, mungkin juga mengganggu dan merupakan
pengalaman bagi bayi. Water Birth memberikan keuntungan terutama saat kepala bayi masuk ke
jalan lahir, dimana persalinan akan menjadi lebih mudah. Air hangat dengan suhu yang tepat
suasananya menyerupai lingkungan intrauterine sehingga memudahkan transisi dari jalan lahir ke
dunia luar. Air hangat juga dapat mengurangi ketegangan perineum dan member rasa nyaman
bagi ibu dan bayi, sehingga bayi lahir kurang mendapatkan trauma (oleh karena adanya efek
dapat melenturkan dan meregangkan jaringan perineum dan vulva) dibandingkan pada persalinan
air dingin dan tempat bersalin umumnya.4
Bayi yang lahir di dalam air tidak segera menangis, bayi tampak menjadi tenang. Bayi tidak
tenggelam jika dilahirkan di air, karena selama kehamilan bayi hidup dalam lingkungan air
(amnion) sampai terjadi transisi persalinan dari uterus ke permukaan air. Demikian pula masalah
lilitan tali pusat di leher, tidak menjadi masalah, sepanjang tidak ada deselerasi denyut jantung
bayi (yang menunjukkan fetal distress) sebagai akibatnya ketatnya lilitan tali pusat di leher.
Pemendekan persalinan kala I selain memudahkan persalinan bagi ibu juga baik untuk bayi yaitu
mencegah trauma atau resiko cedera kepala bayi, kulit menjadi lebih bersih, menurunkan risiko
bayi keracunan air ketuban.4
2.4 Kerugian Water Birth
Adapun risiko-risiko yang dapat timbul antara lain :
1. Risiko Maternal
a. Infeksi

Menurut European Journal of Obstetrics and Reproductive Biology 2007, Water Birth
merupakan avaluable alternative persalinan normal. Penelitian yang dipimpin oleh Rosanna
Zanetti-Daellenbach menemukan tidak ada perbedaan angka kejadian infeksi maternal maupun
neonatal atau parameter laboratorium termasuk luaran fetus dalam hal APGAR Score, pH darah
dan keperluan perawatan intensif.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa Water Birth menyebabkan risiko infeksi oleh karena
berendam dalam air yang tidak steril dan ibu dapat mengeluarkan kotoran saat mengedan dalam
kolam air. Namun penelitian menunjukkan bahwa traktus intestinal bayi mendapatkan
keuntungan dari paparan ini. Kelahiran tersebut dan diri kita sendiri tidak steril. Sekresi vagina
blood slim, cairan amnion, dan feses ibu ketika bayi masuk ke dalam rongga panggul,
keseluruhannya tidak steril.
Jika ibu dalam keadaan persalinan kala aktif, air tidak akan masuk ke jalan lahir sewaktu ibu
ada dalam kolam. Air dapat masuk ke vagina, namun tidak dapat masuk ke vagina bagian dalam,
ke serviks maupaun uterus. Penyakit infeksi tertentu, akan mati segera ketika kontak dengan air.
Salah satu cara yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi adalah menggunakan pompa
pengatur agar air tetap bersikulasi dengan filter/penyaring air sehingga jika air terminum tidak
beresiko infeksi. Kolam yang sudah disterilkan kemudian akan diisi air yang suhunya sekitar 32370C disesuaikan dengan suhu tubuh.4
b. Perdarahan Postpartum
Risiko perdarahan pada ibu dan bayi juga harus dipertimbangkan. Walaupun comparatif studi
di Swiss menunjukkan suatu hal yang positif, namun penelitian lain di Inggris tidak menemukan
adanya perbedaan yang bermakna antara metode Water Birth dengan metode persalinan lainnya.
Penyedia layanan Water Birth yang tidak berpengalaman akan sukar menilai jumlah
perdarahan post partum, sementara metode penanganannya telah berkembang dengan baik. Hal
ini menyebabkan sejumlah penyedia layanan lebih memilih melahirkan plasenta di luar kolam
seperti di The University of Michigan Hospital.
c.

Trauma Perineum
Penggunaan episiotomi pada Water Birth 8,3% tidak menunjukkan laserasi perineum derajat
tingkat III dan IV dan 25,7%, pada persalinan pervagianam biasa menunjukkan kejadian laserasi
perineum derajat tingkat III dan IV dengan angka penggunaan episiotomi lebih tinggi. A
Cochrane review oleh Cluett et all, membuktikan bahwa ada resiko terjadi trauma perineum pada
persalinan dengan Water Birth, namun tidak terdapat perbedaan yang bermkana pada luaran
klinik dalam hal trauma perineum. 3
Pada penelitian tahun 1991-1997 Obstetrics and Gynecology of Cantonal Hospital of
Frauenfeld, Switzerland membandingkan 3 group persalinan pervaginam: water birth, Maiabirthing stool, dan bedbirth mendapatkan angka kejadian episiotomy 12,8% pada water birth
27,7% pada Maia-birthing stool, dan 34,5% pada bedbirth. Ini secara statistic sangat bermakna.
Disamping angka episiotomy bedbirth terjadi paling tinggu juga menunjukkan derajat laserasi
perineum III dan IV (4,1%).
2. Risiko Neonatal
Terdapat risiko penting secara klinik pada bayi, termasuk masalah pernapasan, putusnya tali
pusat disertai perdarahan, dan penularan infeksi melalui air.
a. Terputusnya Tali Pusat
Mekanisme terputusnya tali pusat ini terjadi ketika bayi lahir sesegera mungkin dibawa ke
permukaan air tidak sedara gentle, jika tali pusat pendek akan dapat mengakibatkan tegangan

yang berlebihan pada tali pusat. Suatu review yang mengidentifikasi 16 artikel, melaporkan
adanya 63 komplikasi neonatal diakibatkan oleh water birth, salah satu diantaranya adalah
masalah putusnya tali pusat. Kasus terputusnya tali pusat kemungkinan disebabkan oleh terlalu
cepat mengangkat bayi kepermukaan sehingga menyebabkan tarikan cepat dari tali pusat yang
melampaui panjang tali dibandingkan biasanya.4
b. Takikardi
c. Infeksi
Risiko infeksi terjadi pada water birth. Infeksi saluran pernapasan pada bayi yang dilahirkan
secara water birth jarang terjadi namun resiko ini tetap harus diperhitungkan. Sejumlah kasus
yang mungkin membahayakan bayi antara lain infeksi herpes, perdarahan luas, dan berbagai
infeksi lainnya. Metode water birth tidak direkomendasikan pada bayi preterm. Berdasarkan
laporan kasus yang dipublikasikan, infeksi P.aeruginosa didapatkan pada bayi preterm.
Berdasarkan laporan kasus yang dipublikasikan infeksi P.aeruginosa didapatkan pada swab
telinga dan umbilikal bayi yang lahir dengan water birth.5
d. Hipoksia
Tali pusat secara terus menerus akan menyediakan darah beroksigen, sambil bayi merespon
stimulasi baru yaitu pertama kali mengisi paru-parunya dengan udara. Penundaan pengkleman
dan pemotongan tali pusat sangat bermanfaat dalam proses transisi bayi untuk hidup di luar
uterus. Ini akan memaksimalkan fungsi perfusi jaringan paru. Garland (2000) tidak
merekomendasikan pemotongan dan pengkleman tali pusat sampai bayi mencapai permukaan air
disebabkan oleh meningkatnya risiko hipoksia. Hipoksia bayi akan mengganggu babys dive
reflex, yang mengakibatkan penekanan respon menelan sehingga akan menimbulkan bayi
menghirup air selama proses water birth. Odent (1998) merekomendasikan pengkleman tali pusat
4-5 menit setelah persalinan. Namun menurut Austin, Bridges, Markiewicz and Abrahamson
(1997) penundaan pengkleman tali pusat dapat mengakibatkan polistemia. Berdasarkan hipotesa
bahwa air hangat mencegah vasokonstriksi tali pusat sehingga banyak darah ibu tertransfer ke
bayi (vasokontriksi terjadi ketika kontak dengan udara)
e. Aspirasi Air dan Tenggelam
Secara teoritis risiko terjadinya aspirasi air pada water birth sekitar 95%. Risiko masuknya air
ke dalam paru-paru bati dapat dihindari dengan mengangkat bayi yang lahir sesegera mungkin ke
permukaan air. Pemanjangan fase berendam mengakibatkan kekurangan oksigen emboli air dan
perdarahan. Air hangat mencegah pembekuan darah setelah persalinan dan juga risiko infeksi.4
2.5 Patofisiologi
1. Pengurangan Rasa Nyeri
Keuntungan yang diperoleh dengan motede persalinan ini adalah berkurangnya rasa nyeri
ketika persalinan berlangsung. Hal ini disebabkan oleh keadaan sirkulasi darah uterus yang
menjadi lebih baik, berkurangnya tekanan abdomen, serta meningkatnya produksi endorphin
(stress related hormone).
Berendam dalam air selama persalinan akan mengurangi tekanan pada abdomen ibu, dan
mengapung mengakibatkan kontraksi uterus lebih efisien dan sirkulasi darah lebih baik. Ini
menyebabkan sirkulasi dan oksigenasi darah otot uterus menjadi lebih baik. Persalinan dalam air
memberi keleluasaan ibu untuk bergerak bebas, dapat member rasa lebih rileks dan nyaman
sehingga ibu hamil mampu berkonsentrasi pada persalinannya dan oleh karena itu kondisi ibu

nyaman, maka sirkulasi darah dan oksigen dari plasenta ke janin berlangsung lebih baik, suhu
tubuh bayi menjadi hangat sesuai suhu tubuh ibu. Suhu tubuh yang baik ini akan mempengaruhi
oksigenasi bayi, sehingga bayi mampu beradaptasi terhadap lingkungan di luar rahim dengan
baik.
Air hangat dan tekanan dari pusaran air kolam tersebut merupakan salah satu sumber
penghilang rasa sakit selama persalinan dengan jalan mengurangi beban gravitasi secara alami,
sehingga ibu hamil dapat berubah posisi tanpa beban saat berendam di air. Berendam dalam air
hangat dapat merangsang respon fisiologi pada ibu hamil, sehingga dapat mengurangi nyeri
termasuk redistribusi volume darah, yang mana akan merangsang pelepasan oksitosin dan
vasopressin, sehingga akan meningkatkan level oksitosin dalam darah. Selain itu ada hipotesa
yang menyatakan bahwa air hangat akan dapat merelaksasi otot-otot dan mental selanjutnya
menyebabkan peningkatan pelepasan katekolamin, yang memungkinkan peningkatan perfusi,
relaksasi dan kontraksi uterus, sehingga dapat mengurangi nyeri kontraksi dan pemendekan fase
persalinan.1
2. Pengurangan Risiko Aspirasi
Ada beberapa faktor yang mencegah bayi menghirup air sewaktu bersalin. Pertama, terdapat
faktor penghambat yang secara normal ada pada setiap bayi. Bayi dalam kandungan
mendapatkan oksigen dari plasenta melalui tali pusat dan bernapas dengan menggerakkan otototot intercostal dan diafragma dengan pola teratur sejak usia kehamilan 10 minggu.
Janin menerima oksigen selama kehamilan melalui tali pusat sampai waktu ketika tali pusat
dipotong atau plasenta terlepas dari dinding rahim, rata-rata 2-10 menit setelah lahir hingga 30
menit. Kerja otot diafragma dan intercostals menyebabkan lebih banyak darah mengalir ke organ
vital termasuk otak sehingga dapat dilihat penurunan Fetal Beat Movement (FBM) pada profil
biofisik. Pada 24-48 jam sebelum onset persalinan spontan, bayi mengalami peningkatan level
prostaglandin E2 dari plasenta yang menyebabkan perlambatan dan penghentian gerakan napas.
Secara normal terlihat pergerakan otot kira-kira 40%. Ketika bayi lahir dan level prostaglandin
masih tinggi, otot bayi untuk pernapasan sederhana belum bekerja, hal tersebut merupakan
respon penghambatan pertama.
Respon penghambat kedua adalah fakta bahwa bayi-bayi yang lahir mengalami hipoksia akut
atau kekurangan oksigen, ini merupakan respon proses kelahiran.Hipoksia menyebabkan apnea
dan menelan bukan bernapas ataupun mengap-mengap. Jika janin mengalami kekurangan
oksigen berat dan lama, maka mengap-mengap dapat terjadi setelah lahir, mungkin air akan
terhirup ke dalam paru-paru. Jika bayi bermasalah selama persalinan, variabilitasnya akan
melebar yang tercatat pada Fetal Heart Rate, hal ini mengakibatkan prolonged bradicardia,
sehingga penolong akan meminta ibu untuk meninggalkan kolam sebelum bayi lahir.
Faktor ketiga yang menghambat bayi dalam pernapasan ketika berada di dalam air adalah
perbedaan temperatur. Temperatur air dibuat sesuai temperatur badan ibu. Temperatur air kolam
serupa dengan cairan amnion yang dapat menjadi faktor penghambatan. Penelitian terbaru dan
observasi di Jerman, Jepang, dan Rusia memberi kesan bahwa temperatur rendah pada waktu
lahir berkontribusi pada vigorous baby.
Cairan paru diproduksi dalam paru-paru dan secara kimia menyerupai cairan lambung. Cairan
ini akan keluar melalui mulut dan ditelan oleh janin. Bayi baru lahir sangat cerdas dan dapat
mendeteksi substansi apa yang mengenainya, dapat membedakan antara cairan amnion, air, susu,
dan ASI yang diakibatkan oleh adanya Dive Reflex. Pada kondisi bayi normal (dilihat dari
monitoring Fetal Heart Rate selama persalinan), kombinasi faktor-faktor tersebut mencegah bayi
bernapas di dalam air sampai bayi berada di atas permukaan air, dimana akan merangsang

mammalian diving reflex yang berhubungan dengan tekanan udara daerah nervus trigeminus
wajah.
Pada pernapasan bayi pertama kali terjadi adalah dengan merubah sirkulasi bayi, penutupan
shunt pada jantung, membuat sirkulasi pulmonal, merubah tekanan pada paru-paru, mendorong
cairan keluar yang akan mempersiapkan ruangan paru-paru dan mengizinkan pertukaran oksigen
dan karbondioksida. Proses ini memerlukan beberapa menit untuk memulai secara lengkap.
Selama waktu tertentu bayi masih menerima oksigen dari tali pusat. Tidak ada ancaman bahwa
bayi akan menghirup air selama proses kelahiran karena factor pencetus untuk menghirup
oksigen tidak aka nada sampai kepala bayi kontak dengan udara.4,5
3. Pemendekan Fase Persalinan
Persalinan dalam air kadangkala dihubungkan dengan penurunan intensitas kontraksi,
sehingga menyebabkan perlambatan persalinan. Tidak ada bukti kuat kriteria kapan saat yang
tepat untuk berendam pada persalinan kala I, sehingga persalinan awal akan lebih baik jika
ditangani dengan mobilisasi daripada berendam. Ada juga laporan bahwa air kadang-kadang
memberi efek melambatkan bahkan menghentikan persalinan jika digunakan terlalu dini dan
banyak dilaporkan bahwa kontraksi kurang efektif jika ibu berendam terlalu awal.4
4. Pengurangan Perdarahan Postpartum
Hilangnya darah ibu selama water birth sangat sedikit. Rata-rata darah yang hilang paa water
birth 5,26 g/l secara bermakna lebih rendah daripada land birth 8,08 g/l. Kehilangan darah pada
persalinan ini sukar dinilai terutama jika diakibatkan oleh penolong yang kurang berpengalaman
pada persalinan dalam air.
2.6 Indikasi dan Kontraindikasi
1. Syarat-syarat
a. Ibu hamil risiko rendah
b. Ibu hamil tidak mengalami infeksi vagina saluran kencing dan kulit
c. Tanda vital ibu dalam batas normal dan CTG bayi normal (baseline, variabilitas dan ada
akselerasi)
d. Idealnya, air hangat digunakan untuk relaksasi dan penanganan nyeri setelah dilatasi serviks
mencapai 4-5 cm
e. Pasien setuju mengikuti instruksi penolong, termasuk keluar dari kolam tempat berendam jika
diperlukan1,2
2. Kriteria / Indikasi
a. Merupakan pilihan ibu
b. Kehamilan normal 37 minggu
c. Fetus tunggal presentasi kepala
d. Tidak menggunakan obat-obat penenang
e. Ketuban pecah spontan < 24 jam
f. Kriteria non klinik seperti staf atau peralatan
g. Tidak ada komplikasi kehamilan (preeklampsia, gula darah tak terkontrol,dll)
h. Denyut jantung normal
i. Cairan amnion jernih
j. Persalinan spontan atau setelah menggunakan misoprostol atau pitocin1,2
3. Kontra Indikasi
a. Infeksi yang dapat ditularkan melalui kulit dan darah
b. Infeksi dan demam pada ibu

c.
d.
e.
f.

Herpes genitalis
HIV, Hepatitis
Denyut jantung abnormal
Perdarahan pervaginam berlebihan1,2

2.7 Prosedur Persalinan


1. Beberapa instrument essential yang harus dipersiapkan pada persalinan dengan metode water
birth antara lain:
a. Termometer air
b. Termometer ibu
c. Doppler anti air
d. Sarung tangan
e. Apron
f. Jaring untuk mengangkat kotoran
g. Alas lutut kaki, bantal, instrument partus set
h. Shower air hangat, portable/permanent pool
i. Handuk, selimut
j. Warmer dan peralatan resusitasi bayi
2. Selama Berlangsungnya Persalinan
a. Ibu masuk berendam ke dalam air direkomendasikan saat pembukaan 4-5 cm dengan kontraksi
uterus baik, ibu dapat mengambil posisi persalinan yang disukainya.
b. Volume air di dalam kolam berada di bawah pusar ibu, di isi air dengan suhu tubuh sekitar 37 C
(sesuai dengan suhu air ketuban dalam rahim)
c. Observasi dan monitoring antara lain:
i. Fetal Heart Rate (FHR) dengan doopler atau fetoskop setiap 30 menit selama persalinan kala
I aktif, kemudian setiap 15 menit selama persalinan kala II. Auskultasi dilakukan sebelum,
selama, setelah kontraksi.
ii. Penipisan dan pembukaan serviks dan posisi janin. Pemeriksaan vagina (VT) dapat
dilakukan di dalam air atau pasien di minta sementara keluar dari air untuk diperiksa.
iii. Status ketuban, jika terjadi ruptur ketuban, periksa FHR dan periksa adanya prolaps tali
pusat. Jika cairan ketuban mekonium pasien harus meninggalkan kolam.
iv. Tanda vital ibu diperiksa setiap 3 jam, dengan suhu setiap 2 jam (atau jika diperlukan). Jika
ibu mengalami pusing, periksa vital sign, ajarkan ibu mengatur napas selama kontraksi .
v. Dehidrasi ibu. Dehidrasi dibuktikan dengan adanya takikardi ibu dan janin dan peningkatan
suhu badan ibu. Jika tanda dan gejala dehidrasi terjadi, ibu diberikan cairan. Jika tidak berhasil
pasang infus ringer laktat (RL)
d. Manajemen Kala II
i. Mengedan seharusnya secara fisiologis. Ibu diperkenankan mengedan spontan, risiko
ketidakseimbangan oksigen dan karbondioksida dalam sirkulasi maternal-fetal berkurang, dan
juga akan dapat melelahkan ibu dan bayi.
ii. Persalinan, bila mungkin metode hand off. Ini akan meminimalkan stimulasi.
iii. Tidak diperlukan palpasi tali pusat ketika kepala bayi lahir, karena tali pusat dapat lepas dan
melonggar ketika bayi lahir. Untuk meminimalkan risiko tali pusat terputus dengan tidak
semestinya hindari tarikan ketika kepala bayi ke permukaan air. Tali pusat jangan diklem dan
dipotong ketika bayi masih ada di dalam air.

iv. Bayi seharusnya lahir lengkap dalam air. Kemudian sesegera mungkin dibawa kepermukaan.
Pada saat bayi telah lahir kepala bayi berada diatas permukaan air dan badannya masih di dalam
air untuk menghindari hipotermia. Sewaktu kepala bayi telah berada di atas air, jangan
merendamnya kembali.
e. Manajemen Kala III
i. Manajemen aktif dan psikologi tetap diberikan sampai ibu keluar kolam
ii. Saat manajemen aktif kala III, syntometrine dapat diberikan
iii. Estimasikan perdarahan
iv. Penjahitan perineum dapat di tunda sekurang-kurangnya 1 jam untuk menghilangkan retensi
air dalam jaringan (jika perdarahan tidak berlebihan)
2.8 Dasar penerapan water birth
Waterbirth itu sederhana. Dalam kesederhanaannya terdapat kompleksitas pertanyaan,
pilihan, pendapat, data penelitian, pengalaman perempuan dan pengamatan praktisi. Selama lima
tahun terakhir, rumah sakit di amerika serikat yang menggunakan metode persalinan waterbirth
melakukan pemeriksaan pada air yang digunakan untuk dilakuaknnya motode waterbirh,
kejadian ini membuat waterbirth menjadi berita yang populer di amerika serikat. Pemberitaan
mengenai waterbirth lebih banyak yang positif seperti setiap cerita kelahiran itu membuat ibu
bahagia dan senang, bayinya tengang, keluarga senang karena suskes melaksanakan waterbirth.
Pertanyaan yang sering muncul di surat kabar yang paling sering yaitu bagaimana bayi bernafas
selama waterbirth.4
Faktor Penghambat
Terdapat beberapa faktor yang mencegah terhirupnya air oleh bayi saat waterbirth.
Faktor-faktor penghambat/ pencegah ini biasanya ada pada semua bayi yang baru lahir. Bayi
dalam rahim mendapatkan oksigen dari plasenta, tetapi praktik untuk menghirup udara dengan
bergeraknya otot-otot interkostal dan diafragma dalam pola yang teratur dan berirama pada usia
10 minggu kehamilan. Cairan paru-paru yang dihasilkan mirip dengan cairan lambung. Cairan
ini telah naik sampai ke mulut dan biasanya ditelan oleh janin. 4
Dua puluh empat hingga empat puluh delapan jam sebelum onset persalinan spontan,
janin mengalami peningkatan penting dalam prostaglandin E2 dari plasenta yang menyebabkan
pernafasan janin mengalami perlambatan dan atau menghentikan gerakan pernapasan janin.
Dengan kerja otot-otot dari diafragma dan otot interkostal, ada lebih banyak darah mengalir ke
organ-organ vital, termasuk otak. Anda dapat melihat penurunan gerakan pernafasan janin pada
profil biofisik. Ketika bayi lahir dan tingkat prostaglandin masih tinggi, otot bayi untuk
pernapasan belum bekerja, sehingga melibatkan respon penghambatan pertama. 4
Sebuah respon penghambatan kedua adalah fakta bahwa bayi yang lahir mengalami
hipoksia akut atau kekurangan oksigen. Hipoksia menyebabkan apnea dan reaksi menelan, tidak
bernapas atau megap-megap. Jika janin mengalami hipoksia yang parah dan kekurangan oksigen
yang berkepanjangan saat lahir maka mungkin bayi akan menghirup air ke dalam paru-parunya.
Jika bayi yang dalam kesulitan selama persalinan tersebut, akan terjadi gangguan pada
denyut jantung janin biasanya bradikardia yang berkepanjangan, hal ini menyebabkan penolong
persalinan meminta ibu agar segera naik dari kolam dan mengakhiri waterbirth.
Perbedaan suhu adalah faktor lain yang dianggap menghambat bayi yang baru lahir untuk
memulai respon pernapasan pertama di dalam air. Suhu air yang digunakan mendekati suhu ibu
yang mencegah setiap deteksi perubahan dalam bayi yang baru lahir. Hal ini dapat
dipertimbangkan lagi dengan dibandingkan kelahiran pada zaman dahulu yang dilakukan di laut,
padahal suhu air laut lebih rendah dari suhu tubuh ibu, namun bayi yang lahir dalam lingkungan

ini dilaporkan baik-baik saja. Suhu air yang lebih rendah tidak merangsang bayi untuk bernapas
sementara.
Satu faktor lagi yang kebanyakan orang tidak menganggap tetapi yang sangat penting
dalam pelaksanaan waterbirth yaitu kenyataan bahwa air yang digunakan bersifat hipotonik dan
cairan paru-paru bersifat hipertonik. Cairan itu tidak bisa masuk ke paru-paru didasarkan pada
fakta bahwa larutan hipertonik lebih padat dan mencegah solusi hipotonik.
Tuhan membangun refleks otonom ke dalam semua bayi yang baru lahir untuk membantu
mereka menyusui. Bayi baru lahir sangat cerdas dan dapat mendeteksi substansi dalam
tenggorokannya. Hal ini dapat membedakan antara cairan ketuban, air, susu sapi atau susu
manusia. Bayi manusia akan menelan dan bernapas berbeda saat makan, minum susu sapi atau
ASI karena refleks menelan. Semua faktor ini bergabung untuk mencegah bayi yang lahir ke
dalam air untuk mengambil napas sampai dia diangkat ke permukaan.
Nafas Pertama Bayi
Apa yang memulai napas pada bayi baru lahir? Segera setelah lahir saat bayi pindah dari
air ke permukaan,rantai kompleks kimia, respon hormonal dan fisik memulai napas pertama
bayi. Banyak bidan melaporkan bahwadengan water birth sedikit lebih lama biru. Penilaian
APGAR pada water birth dilakukan pada 1,5 menit. Beberapa hal terjadi sekaligus pada
bayi, sirkulasi janin berubah
menjadi sirkulasi bayi
baru
lahir, pengalaman paru oksigen
untuk pertama kalinya, dan tali pusar ditarik menyebabkan arteri umbilikalis menutup. 4
Napas pertama adalah tergantung pada tekanan dari bagian tersebut melalui jalan
lahir, dan kemudianpembukaan refleksif dada dikompresi menciptakan ruang hampa. Bayi baru
lahir dilahirkan ke dalam air dilindungioleh semua faktor penghambat yang disebutkan di
atas dan ditangguhkan menunggu untuk diangkat keluar dari airdan ke pelukan ibu.
Semua cairan hadir dalam alveoli paru-paru secara otomatis terdorong keluar ke dalam
sistem vaskular dari tekanan sirkulasi paru sehingga meningkatkan volume darah untuk bayi
yang baru lahir seperlimanya atau 20 %.Sistem limfatik menyerap sisa cairan melalui ruang
interstisial dalam jaringan paru-paru. Peningkatan volume darahsangat penting untuk kesehatan
bayi, dibutuhkan sekitar enam jam untuk semua cairan paru-paru menghilang.
Hasil
Ketika kita melihat kembali pada analisis statistik dari bayi yang lahir dalam air itu
membuktikan bahwa faktor-faktor penghambat lebih daripada teori. Sebuah studi yang dilakukan
di Inggris antara 1994 dan 1996 dan diterbitkan pada tahun 1999 laporan tentang hasil 4.032
kelahiran dalam air. Kematian perinatal adalah 1,2 per 1.000, tetapi tidak ada kematian yang
dikaitkan dengan kelahiran di dalam air. Dua bayi dirawat untuk mendapatkan perawatan khusus
kemungkinan berkaitan dengan terhisapnya air. Diperkirakan bahwa ada lebih dari 150.000
kelahiran dengan metode waterbirth di seluruh dunia antara tahun 1985 dan 1999.
Tidak ada laporan kematian bayi karena terhisapnya air. Pada awal kemunculan
waterbirth dilaporkan bayi meninggal di dalam air. Kematian bayi ini disebabkan bukan karena
terhirupnya air melainkan karena bayi di biarkan selama 15 menit di dalam air. Pada beberapa
titik plasenta terlepas dari dinding rahim dan menghentikan aliran oksigen ke bayi. Ketika bayi
di bawa ke permukaan bayi sudah tidak bisa bernafas dan meninggal. Pada otopsi bayi itu
dilaporkan terdapat air di paru-paru dan kematian yang disebabkan karena asphyxia. Ini adalah
alasan mengapa bayi harus segera diangkat ke permukaan setelah lahir.
Terdapat beberapa pendapat dalam pengangkatan bayi dari air Water Babies: The
Aquanatal Experience in Ostend. Dalam videonya tercatat 47 detik segera setelah lahir bayi di
angkat dari dalam air, namun para pengamat yang mengamati video ini mengatakan waktu

pengengkatan 1-5 menit. Membawa bayi keluar dari air terlalu cepat bisa menimbulkan traumatis
dan juga dapat menyebabkan tali pusat putus. Hal ini juga telah dilaporkan oleh sejumlah bidan
dan doctors.
Jika kejadian terputusnya tali pusat tidak diketahui hal ini dapat meningkatkan angka
transfusi darah pada bayi. Tali pusat yang putus dapat dihindari dengan membawa bayi keluar
dari air perlahan dan lembut. Ibu yang ingin mengambil bayi mereka sendiri perlu diingatkan
untuk tidak melakukannya terlalu cepat. Ketidakmampuan untuk secara akurat menilai
kehilangan darah dalam air adalah alasan yang diberikan oleh beberapa bidan tidak membiarkan
ibu tetap di dalma air dan meminta ibu untuk keluar segera setelah bayi lahir. Kehilangan darah
dalam air memang sulit diperkirakan namun dengan cara mengidentifikasi warna air yang
semakin gelap itu dapat membantu. Menjatuhkan senter ke dasar kolam memungkinkan untuk
melihat perdarah dan mekonium selama persalinan.
Beberapa rumah sakit masih membatasi wanita melakukan motode water birth jika
selaput ketubannya telah pecah. Padaha hal ini tidak masuk akal karena beberapa penelitian
mengatakan tidak ada bukti morbiditas infeksi yang meningkat dengan atau tanpa pecah ketuban
dalam waterbirth. Pengendalian infeksi, terutama di rumah sakit, memerlukan ketekunan dan
perhatian terhadap pedoman/ aturan yang ketat antara dan selama kelahiran. Membersihkan dan
merawat semua peralatan yang digunakan untuk waterbirth akan mencegah penyebaran infeksi.
Dalam sebuah studi acak dilakukan di Oregon Health Science University Hospital pada tahun
1999, kultur dilakukan dari kolam lahir portabel sebelum, selama dan setelah kelahiran, serta dari
selang untuk mengisi dan sumber air keran. Dalam semua kasus tidak ada bakteri dikultur dari
kolam kelahiran tapi ditemukan pada keran air bakteri Pseudomonas. Dalam sebuah penelitian di
Inggris dari 541 persalinan dengan waterbirth tidak ada infeksi serius yang timbul selama
periode 3 tahun. Pseudomonas aeruginosa adalah satu-satunya bakteri persisten yang ditemukan
pada kedua bayi yang diuji positif pada apusan telinga. Tidak ada pengobatan yang diperlukan.
Beberapa orang tua prihatin tentang infeksi atau kontaminasi dari virus seperti HIV atau
hepatitis. Tidak ada alasan untuk membatasi ibu HIV-positif dari waterbirth. Semua bukti
menunjukkan bahwa HIV virus rentan terhadap air hangat dan tidak dapat hidup dalam
lingkungan. Namun, Kewaspadaan universal masih perlu ditaati dan pembersihan yang tepat dari
semua peralatan setelah kelahiran harus dilakukan. Perhatian juga harus diberikan kepada yang
tepat
membersihkan pompa drain, selang, jaring filter, keran dan item lainnya yang kembali
dipergunakan untuk prose persalinan berikutnya. Isu
membersihkan jet mandi permanen terpasang telah menghasilkan beberapa kekhawatiran dan
diskusi selama beberapa tahun terakhir.

Waktu masuk ke kolam


Salah satu isu yang berulang dalam literatur dan menyuarakan dalam perhatian ibu dan
bidan mereka adalah: kapan waktu yang tepat seorang ibu bersalin masuk ke dalam kolam.
Banyak rumah sakit menggunakan aturan 5cm, hanya mengizinkan ibu untuk memasuki kolam
ketika mereka berada pada fase aktif dan pembukaan lebih dari 5cm. Beberapa data fisiologis
mendukung aturan ini, tetapi setiap situasi harus dievaluasi.

Beberapa ibu merasakan kenyamanan jika masuk ke dalam kolam sebelum onset
persalinan karena berguna untuk efek menenangkan. Air terkadang memperlambat atau
menghentikan persalinan jika digunakan terlalu dini. Di sisi lain, jika kontraksi kuat dan teratur
yang menimbulkan pembukaan akan membantu menghilangkan nyeri ibu. Terlalu cepatnya ibu
memasuki kolam dapat membuat kontraksi menjadi kurang efektif. Kemudian lagi, bidan
melaporkan bahwa beberapa wanita mengalami lambatnya pembukaan saat berendam terlalu
dini. Perendaman yang mendalam tampaknya menjadi faktor kunci. Jika kolam renang atau
mandi tidak cukup dalam, setidaknya menyediakan air hingga batas payudara dan benar-benar
menutupi perut, maka manfaat berendam yang paling menyolok adalah redistribusi volume
darah, yang merangsang pelepasan oksitosin dan vasopressin. Vasopresin juga dapat bekerja
untuk meningkatkan tingkat oxytocin.
Pengurangan nyeri langsung terasa saat memasuki kolam cukup terlihat. Jika bidan atau dokter
ingin melakukan pemeriksaan vagina sementara
Ibu ada di dalam air, itu jauh lebih mudah bagi ibu untuk menolak. Mobilitas nya memungkinkan
dia untuk bergerak cepat ke sisi lain dari kolam renang.
Pemeriksaan vagina dapat dengan mudah dilakukan di dalam air, tetapi untuk mempertahankan
kewaspadaan universal, diperlukan sarung tangan panjang. Kontrol bahwa perempuan
mendapatkan dengan mampu bergerak bebas di dalam air sering membantu mereka menilai
kemajuan mereka sendiri baik dengan merasakan gerakan bayi lebih intensif atau benar-benar
mampu untuk memeriksa diri mereka sendiri secara internal. Perempuan melaporkan bahwa
air mengintensifkan hubungan dengan bayi pada saat yang sama mengurangi rasa sakit.
Mereka dapat merasakan gerakan bayi, turun dan mendorong melalui jalan lahir. Trauma
perineum yang dilaporkan umumnya kurang parah. Salah satu manfaat terbaik dari waterbirth
adalah tidak ada tindakan
episiotomi. Posisi ibu yang tegak, memiliki ibu dalam posisi fisiologis yang baik untuk
melahirkan bayinya.

2.9 Penerapan Water Birth di Indonesia


Walaupun water birth semakin populer, tapi tidak semua rumah sakit melengkapi fasilitas
persalinannya dengan metode water birth, karena proses kelahiran ini membutuhkan tenaga
medis yang terlatih dan fasilitas kolam bersalin/birth pool khusus berukuran antara 1,6 x 1,2 atau
2 m yang diisi dengan air yang steril sampai volume air dalam kolam berada di bawah pusar ibu,
baik ketika proses kelahiran dengan duduk, berdiri, ataupun tiduran. Air dalam kolam juga
disesuaikan dengan suhu tubuh, yaitu sekitar 37 0 C, sama dengan suhu air ketuban. Hal ini
diperlukan agar saat kelahiran bayi tidak merasakan perbedaan suhu yang ekstrem antara di
dalam perut dengan di luar, dan agar bayi tidak mengalami hipotermia atau hipertermia. Fasilitas
pendukung lainnya adalah pompa pengatur, agar air tetap bersirkulasi. Sejauh ini baru beberapa
Rumah sakit di Jakarta dan Bali yang sudah menyediakan fasilitas water birth tentunya dengan
biaya yang masih relatif tinggi. Tetapi sekarang water birth sudah tersedia di Bandung. Berikut
gambar fasilitas water birth di salah satu klinik di Bandung.

1. Analisis kebutuhan masyarakat


Dalam proses persalinan nyeri merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindarkan karena itu
sangat diperlukan penanganan nyeri yang tepat sehingga wanita dapat melewati persalinannya
dengan meminimalkan trauma karena nyeri. Dalam hal ini water birth memberikan beberapa
keuntungan bagi wanita yang akan bersalin, salah satunya adalah sebagai pain relief. Terapi
menggunakan panas pada water birth dapat mengurangi ketegangan dan mengurangi nyeri yang
dirasakan secara signifikan. Air hangat pada kolam juga akan memberikan rasa nyaman, tenang
dan rileks, pada keadaan rileks ini tubuh akan melepaskan endorphin ( semacam morfin yang
dibentuk oleh tubuh sendiri ) untuk mngurangi rasa sakit. Karena itu water birth menjadi salah
satu alternatif metode untuk mengatasi kebutuhan wanita atas kenyamanan saat bersalin dengan
meminimalkan nyeri yang dirasakan.

2. Analisis demografi
Water birth adalah sebuah metode persalinan yang memerlukan persiapan yang cukup rumit,
dan tentunya menghabiskan biaya yang cukup mahal. Water birth sudah berkembang di kota-kota
besar di Indonesia contohnya Jakarta, Bali dan yang terbaru di Bandung. Masyarakat yang
tinggal di kota besar dan memiliki tingkat ekonomi cukup akan mampu menjangkau metode
alternatif persalinan ini dengan mudah. Hal ini akan jauh berbeda dengan masyarakat di daerah
terpencil, karena pemerataan fasilitas kesehatan di indonesia masih merupakan suatu masalah
maka metode terbaru ini tidak bisa diakses oleh seluruh masyarakat di penjuru Indonesia.
3. Analisis Sumber Daya
Dalam metode water birth diperlukan alat-alat dan bahan-bahan penunjang misalnya
tub/kolam persalinan, pompa sirkulasi, air steril, dan pemanas air. Diperlukan juga tenaga
kesehatan terlatih untuk menangani persalinan dengan metode water birth ini. Tenaga kesehatan
tersebut pasti telah melalui tahap pelatihan terlebih dahulu. Hal-hal tersebut lah yang masih
menjadi suatu hambatan penerapan water birth di indonesia sehingga hanya berkembang di
beberapa daerah saja. Di Indonesia sendiri water birth baru berkembang beberapa tahun
belakangan ini, sedangkan di negara-negara barat misalnya New Zealand water birth sudah
berkembang sejak tahun 80an karena itu penerapannya sudah sangat maju.
4. Analisis kebijakan / perundangan-undangan
Sejauh ini belum ada undang-undang atau kebijakan pemerintah secara khusus mengenai
water birth atau bahkan metode alternatif lainnya. Jadi belum ada kejelasan mengenai pengaturan
water birth termasuk sejauh mana bidan memiliki kompetensi di dalamnya. Itulah juga yang
menjadi salah satu penghambat penerapan water birth di indonesia.

BAB III
ANALISA KASUS
3.1 KASUS
Sumber : Departments of Paediatrics, Obstetrics and Gynaecology, and Microbiology, North
Middlesex Hospital, London
Bayi laki-laki cukup bulan, BB 3600 gram lahir dengan persalinan waterbirth. Ibunya
tidak mengalami demam sebelum persalinan dan ketuban pecah kurang dari 12 jam. Kondisi

saan lahir baik, Apgar score normal. Setelah 11 jam pasca kelahiran ia mengalami dua kali
episode sianosis. Ia tidak menyusu dengan baik. Pada pemeriksaan perifer nampak sianosis dan
tampak bintik-bintik pada kulit. Kemungkinan septicemia dipertimbangkan. Sekret dari telinga
dan umbilikal, urine, darah, dan cairan cerebrospinal diambil untuk pemeriksaan kultur. Pada
bayi itu diberikan terapi penisilin dan gentamisin per IV. Setelah 48 jam pemberian gentamicin
diganti menjadi ceftazidime. Tanpa penyulit 2 hari kemudian masalah teratasi dan setelah 7 hari
terapi antibiotik diberhentikan.
Hasil dari kultur urin, darah dan cairan cerebrospinal adalah steril. Spesimen yang
diambil dari inkubator pun menunjukan hal serupa. Tetapi spesimen yang diambil dari kolam
persalinan, selang pengisi, keran dan selang pembuangan ditemukan bakteri Pseudomonas
Aeruginosa begitupun dengan hasil spesimen dari umbilikal, ditemukan jenis bakteri yang sama.
Kontaminasi pada kolam persalinan tetap terjadi meskipun telah dilakukan pencucian secara
teliti dengan air panas dan detergen kemudian diakhiri pengeringan setiap setelah persalinan.

3.2 PEMBAHASAN
Meskipun metode persalinan dengan water birth menjadi populer dalam dekade terakhir
namun evidence based yang dapat dijadikan pedoman tentang keuntungan dan bahaya water
birth dirasa belum cukup. Penulis telah melaporkan penemuan kasus ini. Meskipun hasil kultur
menunjukan hasil yang steril namun bayi tersebut menunjukan tanda-tanda septikemia dan
berespon terhadap terapi antibiotik yang diberikan. Kasus ini menyoroti bahaya potensial yang
dapat terjadi pada metode persalinan water birth ini. Peneliti mendukung adanya pengawasan
secara teratur sistem pemeliharaan kolam persalianan dengan ketat. Kebijakan yang dilakukan
Rumah Sakit setelah terjadinya kasus ini adalah dengan pengambilan sampel rutin dari kolam
persalianan setiap setelah water birth dilakukan. Peneliti telah memperpendek waktu pengisian
kolam persalinan dan air yang digunakan adalah air yang diproses dengan pemanasan dan
disinfeksi.
Gambaran berbeda didapatkan dari penelitian lain yang dipublikasikan European Journal
of Obstetrics & Gynecology. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk menilai efek water birth
dan tingkat infeksi ibu juga bayi. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian
prospektif observasional (1998-2002) pada 513 wanita. Dalam penelitian ini membandingkan
tiga kelompok, kelompok pertama wanita yang menjalani persalinan waterbirth, kelompok kedua
wanita yang melakukan fase berendam kemudian bersalin normal pervaginam di tempat tidur,
dan kelompok ketiga wanita yang bersalin pervaginam normal di tempat tidur tanpa didahului
fase perendaman.
Hasil dari penelitian ini adalah tidak ditemukannya perbedaan efek yang signifikan antara
tiga kelompok tersebut. Tidak ditemukan infeksi maternal pada persalinan dengan metode water
birth, namun ditemukan efek persalinan water birth yang timbul yaitu kejadian konjungtivitis
yang meningkat. Konjungtivitis terjadi pada neonatus yang lahir dengan water birth yaitu
sebanyak 5 bayi dari total 89 persalinan dengan metode water birth.
Hasil signifikan yang diperoleh pada penelitian ini adalah pada kelompok ibu yang
melakukan water birth yaitu penurunan penggunaan analgesik, durasi kala II dan Kala III
menjadi lebih singkat dan menurunnya prosedur episotomi. Dapat ditarik kesimpulan dari jurnal
ini bahwa water birth merupakan alternatif lain yang bermanfaat untuk persalinan.

BAB IV
SIMPULAN

Bagi kebanyakan melahirkan di air atau water birth merupakan masih belum populer.
Berbeda dengan di beberapa Negara Asia lain, metode ini justru menjadi pilihan utama ibu untuk
melahirkan. Metode water birth merupakan metode alternative bagi ibu hamil yang akan
melahirkan dan merupakan suatu metode melahirkan dengan keuntungan lebih rileks dan dapat
mengurangi rasa sakit secara signifikan sampai sekitar 80%.
Air hangat pada kolam juga akan memberikan rasa nyaman, tenang dan rileks, pada
keadaan rileks ini tubuh akan melepaskan endorphin ( semacam morfin yang dibentuk oleh tubuh
sendiri ) untuk mngurangi rasa sakit. Air hangat juga mampu untuk menghambat impuls-impuls
saraf yang menghantarkan rasa sakit, sehingga membuat persalinan tidak begitu terasa berat.
Penerapan water birth di indonesia sudah mengalami perkembangan khususnya di kotakota besar, tetapi belum bisa diakses oleh seluruh masyarakat luas, dikarenakan belum seluruh
rumah sakit memfasilitasi water birth dan biaya persalinannya pun relatif mahal.

DAFTAR PUSTAKA

11. Siswosuharjo, Suwignyo, dr. Panduan Lengkap Hamil Sehat. Jakarta : Penebar plus. 2011.
22. Wickham, Sara. Midwifery Best Pactice vol. 5. 2008.
33. Harper, Barbara. Waterbirth Basic. 2004. Waterbirth International Resource and Referral Service
44. Rawal, A Shah, F Stirk, S Mehtar. Departments of Paediatrics, Obstetrics and Gynaecology, and
Microbiology, North Middlesex Hospital, London. 1994.
55. Rosanna A. Zanetti-Daellenbach. European Journal of Obstetrics & Gynecology and
Reproductive Biology. Maternal and neonatal infections and obstetrical outcome in water birth.
2007.
66. Journal New Zealand College of Midwives. Waterbirth protocols: five North
Island hospitals in New Zealand. 2004.
Diposkan 5th April 2013 oleh ayu rosma
0

Tambahkan komentar

Memuat

Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai