Makalah Kasus 1 EMG
Makalah Kasus 1 EMG
030.09.185
Prasada Wedatama
030.09.186
Pryta Widyaningrum
030.09. 187
Puteri Rahmia
030.09.188
030.09. 190
030.09.191
030.09. 193
Ratiya Primanita
030.09.194
Raufina
030.09.195
030.09.196
BAB I
PENDAHULUAN
Diskusi tutorial Modul EMG kasus I dengan judul Seorang laki-laki yang
mengeluh sering lemas, lemah dan buang air kecil dimulai dengan sesi pertama pada
hari selasa, 6 Maret 2012 dan dilanjutkan dengan sesi kedua pada hari Kamis,8 Maret
2012 di Ruang 201. Masing-masing diskusi berjalan selama 2 jam. Pada diskusi sesi
pertama , jalannya diskusi dipimpin oleh Rayi Vialita dengan sekretarisnya Rayhan Adji
Harimurthi, dengan dibimbing oleh tutor kami Dr.Hartoto . Sesi kedua dipimpin oleh
Prasada Wedatama dengan sekretarisnya adalah Pramita Yulia Andini.
Robert 18 tahun, seorang mahasiswa semester pertama, belakangan ini selalu
merasa cepat lelah, lemas dan sering buang air kecil baik pada siang hari maupun malam.
Katanya setiap malam tidak kurang dari enam kali dia buang air kecil dan banyak. Ia pun
harus sering minum air pada malam hari karena setelah buang air kecil, dia merasa sangat
haus. Siang hari ia selalu memerlukan membeli soft drink, katanya untuk penawar
hausnya yang tidak tertahankan. Kemarin ia merasa sangat letih dan mengantuk hingga
tidak dapat berpikir jernih.Pada sesi pertama kelompok kami menentukan diagnosis kerja
dan diagnosis banding pada pasien ini serta memikirkan pemeriksaan anjuran yang dapat
digunakan untuk memastikan diagnosis kami. Pada sesi 2, kami menentukan
penatalaksanan pertama dan lanjutan untuk pasien ini.Selama diskusi kami memiliki
learning issue yang telah kami diskusikan.Diskusi kasus sesi pertama dan kedua
berlangsung dengan kondusif. Setiap peserta aktif memberikan pendapatnya masingmasing berdasarkan referensi yang mereka miliki.
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama
: Robert
Usia
: 18 tahun
:-
Pekerjaan
:-
Status
: Belum menikah
Anamnesis
Keluhan utama
Mengantuk
(pada penderita DM yang pertama dirangsang pada otak adalah pusat makan
karena sel-sel perifer tidak cukup mendapat nutrisi sehingga orang akan makan
banyak)
Apakah pernah mengalami penyakit akibat virus seperti campak atau lainnya?
(apabila pernah maka hal ini merupakan salah satu pencetus diabetes meitus tipe
1 yang menyebabkan kerusakan sel beta pancreas dan menimbulkan gejala seprti
keluhan pasien)
Riwayat keluarga:
Riwayat kebiasaan :
4
Riwayat Pengobatan :
Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Keadaan umum
Tanda vital
o Suhu
: compos mentis
:-
:-
o Pernapasan
:-
Status antropometri
5
Berat badan
: 60kg
Tinggi badan
: 175cm
BMI
: 19,6
= 25-29,9
o Obesity
= >30
Status Lokalis
Kepala
-
Mata
: tidak diketahui
Hidung
: tidak diketahui
Mulut
: tidak diketahui
Leher
: tidak diketahui
Paru-paru
: tidak diketahui
Jantung
: tidak diketahui
Thorax
Abdomen
-
Inspeksi
Palpasi
: tidak diketahui
a. Hepar
: tidak diketahui
b. Lien
: tidak diketahui
Perkusi
: tidak diketahui
Auskultasi
: tidak diketahui
Punggung
: tidak diketahui
Genitalia eksterna
: tidak diketahui
Ekstremitas
: tidak diketahui
Pemeriksaan Laboraturium
-
Urinalisa
Pada urinnya ditemukan glukosa +3 dan keton +2, leukosit 0-2/LPB, eritrosit 01/LPB, protein (-)
Pemeriksaan
Glukosa
Keton
Hasil
+3
+2
Nilai normal
Status
tidak terdapat di urin Meningkat
Tidak terdapat di Meningkat
Leukosit
protein
0-2/LPB
-
urin
0-2/LPB
Tidak terdapat
Eritrosit
0-1/LPB
urin
0-5/LPB
Normal
di Normal
Normal
Pengkajian Masalah
Masalah
Dasar Masalah
Cepat lelah Anamnesis
Hipotesis Penyebab
Hal ini terjadi karena
Upaya Diagnostik
- Gula
darah
dan lemas
sewaktu
darah
puasa
Kadar
Gula
Gula
darah
post prandial
7
Keton serum
tersedianya
Analisis
insulin
darah
untuk mengangkutnya ke
dalam sel dan membantu
metabolismenya
energy
Pemeriksaan
darah rutin
menjadi
sel
gas
tubuh
otot
kurang
Anamnesis
air
lemas1
Berdasarkan
kasus
kecil
(poliuria)
Gula
darah
sewaktu
-
Gula
darah
puasa
-
dalam
Gula
darah
post prandial
darahmeningkatkan
Keton serum
tekanan
Analisis
osmotik
Darah
darah
(karena
merupakan
cairan
maupun
Pemeriksaan
darah rutin
darah
penyaring
gas
Urinalisa
Gula
darah)
akan
timbul
banyak
kencing (poliuri)1.
Glukosa meningkat dalam
darah
8
malam hari
(nokturia)
sewaktu
-
cairan
intrasel
ekstra
ke
darah
puasa
intra
selperpindahan
Gula
Gula
darah
post prandial
Keton serum
sirkulasi
Analisis
darah
baiksemakin
(polidipsi)
penarikan
cairan
intrasel
otak
bahwa
kekurangan
darah
Gula
darah
puasa
-
Gula
darah
post prandial
-
Gula
sewaktu
(dehidrasi
intrasel)Akibatnya
Pemeriksaan
darah rutin
lebih
ke
darah
banyak
gas
Pemeriksaan
darah rutin
sel
cairan
ada
rangsangan
aldosteron
memberi
rangsang
hausIni
sebenarnya
adalah
mekanisme
kompensasi
soft
drinkkandungan
gula
makin
bertambah
Kemungkinan keluhan ini
berpikir
jernih
Pemeriksaan
darah rutin
Pemeriksaan
analisis
nocturiabangun
darah
gas
malamletihtidak
Gula darah
Pemeriksaan
keton serum
Dehidrasikurangnya
aliran
oksigen
pemeriksaan
elektrolit
ke
otaksulit konsentrasi1
Kebanyakan benda keton
di darahsirkulasi dan
aliran oksigen ke otak
kurangkurang
konsentrasi1
Mengantuk Anamnesis
Pemeriksaan
darah rutin
Pemeriksaan
analisis
nocturiabangun
darah
gas
malamletihmengantuk
Gula darah
Pemeriksaan
10
keton serum
Dehidrasikurangnya
pemeriksaan
elektrolit
ketoasidosi
didapatkan
keton +2
Mengantuk
ke
selasam
gas
darah
-
pemeriksaan
gula darah
lemak
meningkatdireduksi
analisis
pemeriksaan
keton serum
terdapat
peningkatan
produksi
hydroxybutyrate
dekarboksilasi aseton
meningkatkan konsentrasi
keton
sebagai
energy
Diabetes
alternativeketonuria2
Usia 18 tahun faktor genetic dan faktor
mellitus
Cepat
lingkungan
mengalami
virus,toksin,intake
ketonuria
nutrisi)autoantigen
BMI normal
hingga kurus
yang
Poliuria
darahmengaktifkan sel
tipe 1
-
ke
(infeksi
pemeriksaan
gula darah
pemeriksaan c
peptide
di
-
pemeriksaan
darah rutin
sirkulasi
-
urinalisa
11
Nokturia
Polidipsi
aktivasi
Mengantuk
makrofag,autoantigen
Cepat
letih
dan lemah
helper
dan
pemeriksaan
keton serum
antibody
sel
pulau
pancreaskerusakan sel
beta
pancreastidak
mampu
memproduksi
insulindm
Dehidrasi
intrasel
-
tipe
Poliuria dan
gejala3
Glukosa darah
polidipsi
penarikan cairan ke
Glukosuria
tinggi
intrasel
darah rutin
-
menciut
(dehidrasi
Pemeriksaan
analisis
lebih
gas
darah
Pemeriksaan
Pemeriksaan
elektrolit
intrasel)Akibatnya
tubuh memberi sinyal ke
otak
bahwa
sel
kekurangan
cairanmemberi
rangsang
hausglukosuriadiure
sis osmoticdehidrasi1
Diagnosis Kerja
-
12
Kelompok kami menegakan diagnosis kerja diabetes mellitus tipe 1 karena kelompok
kami melihat dari faktor keluhan pasien (poliuri, polidipsi, dan sulit konsentrasi),
antropometri pasien yang normal-kurus, dan terdapat banyak keton pada urin dan umur
pasien yang masih muda dan sesuai prevalensi umur pada diabetes mellitus tipe 1. Akan
tetapi untuk membuat diagnosis pasti diperlukan pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan lab glukosa darah dilakukan dua pemeriksaan yang pertama setelah
berpuasa (8jam) dan yang kedua pemeriksaan dilakukan dua jam setelah makan,
pemeriksaan peptide c untuk melihat kadar insulin di darah, dan ICAs.3
-
Dehidrasi
Dehidrasi ini merupakan diagnosis kerja yang kami tegakkan berdasarkan pengeluaran
urin yang banyak disertai dengan rasa haus yang tinggi.Ini merupakan keadaan emergensi
dan harus diatasi untuk mendapatkan keadaan umum pasien yang baik.2
Diagnosis Banding
Diabetes mellitus tipe 2
13
Selain itu, pada DM tipe II pasien memiliki BMI tinggi ,namun kasus ini BMI pasien
normal.
DM tipe II ini dapat dipastikan tersingkir apabila pada pemeriksaan didapatkan ada
ICSA,ICCA dan yang paling akurat ada penurunan C peptide.3
Adapun pemeriksaan tambahan yang kami gunakan untuk memastikan diagnosis kerja
adalah :
1.
2.
14
kadar glukosa darah yang diharapkan pada pasien ini adalah sesuai dengan
kriteria kadar glukosa darah pada DM, yaitu3:
1. Glukosa Darah Sewaktu (GDS) 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
Glukosa Darah Sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pda suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir.
2. Atau Glukosa Darah Puasa (GDP) 126 mg/dl ( 7 mmol/L)
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam.
3. Glukosa Darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
TTGO dilakukan sesuai standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara
dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.
3.
Pemeriksaan
Insulin,
C-Peptide,
dan
Insulin
Antibodi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan secaa radio immuno assey. Pemeriksaan kadar
insulin sekarang digantikan dengan pemeriksaan C-Peptide yang lebih stabil dan
disekresikan dalam jumlah yang sama dengan insulin,dimana kadar normal
insulin sendiri adalah 5-25 Uu/ml. Insulin antibodi terdapat pada penderita DM
yang mendapat pengobatan dengan suntikan Insulin. Pemeriksaan antibodi ini
tidak relevan secara klinis. Sebaliknya, pemeriksaan antibodi terhadap insulin
endogenus yang disebut insulinautoantibodi (IAA)/ICCA (islet cell citoplasmic
antibodies) sangat penting karena dapat terjadi pada 30 40 % anak yang
menderita IDDM dan merupakan bagian dari respon auto imun.Adapula
pemeriksaan ICSA(Islet cell surface antibodies).Namun untuk memastikkan dm
tipe 1 maka yang harus dilakukan adalah pemeriksaan c peptide dengan nilai
rendah karena produksi insulin pada DM tipe 1 terganggu akibat kerusakan sel
beta pancreas dan pada DM tipe 2 c peptide normal hingga meningkat karena
terjadi hiperinsulinemia.4
4.
Pemeriksaan urin
15
Urin dalam
waktu (rasio albumin kreatinin)
Kategori
tertent
u
Normal
Mikroalbuminuria
Makroalbuminuria
5.
mg/24jam
< 30
30 299
> 300
mg/menit
< 20
20 199
> 200
mg/mg kreatinin
< 30
30 299
> 300
16
Pada kasus ini masih terdapat suspek diabetic ketoasidosis akibat adanya
ketonuria.Dimana harus terdapat 3 hal yang harus dipenuhi yaitu adanya keton
serum positif, asidosis metabolic dan glukosa darah >250mg%4
6.
terhadap
darah
arteri
untuk
mengkaji
adanya
gangguan
8.
Patofisiologi
Patofisiologi diabetes mellitus tipe 13 :
17
Infeksi virus
Penyakit
Disposisi
genetik
Kerusakan sel
Defisiensi
insulin absolut
Proteolisis
Cepat
letih dan
lemah
Penurunan
berat badan
Kelemahan
otot
Asam amino
Benda
keton
Hepar :
Asam lemak berlebihasam asetoasetik direduksi
jadi beta asam oksibutirad mengalami
dekarboksilasiaseton
Lipolisis
Ginjal:
Glukosa darah dan keton
tinggiginjal tak sanggup
menyaring
seluruhnyaair dan
elektrolit tertarik keluar
urin
Osmolaritas
Hco3
H+
elektrolit
Ph darah
Aldosteron
d
Glukosuria,
ketoasidosis
e
Keton (+), Pada tipe 1 diabetes mellitus (IDDM) hterdapat kekurangan insulin absolute
Poliuria,
i Keadaan ini disebabkan oleh lesi pada
sehingga pasien membutuhkan insulin dari luar.
nokturia
d
Mengantuk
kehausan
Elektrolit loss
Fruity
sel beta pancreas karena mekanisme autoimun.,
dipicu
oleh
,tidaktertentu
bisa
r yang pada keadaan
odor
berpikir
infeksi virus. Pulau pancreas diinfiltrasi oleh a
limfosit T dan dapat
ditemukan
jernih
s
kussmaul
i
18
autoantibody terhadap jaringan pulau (ICA) dan insulin (IAA). ICA dalam beberapa
kasus dapat dideteksi berahun-tahun sebelum onset penyakit. Setelah kematian sel beta,
ICA akan menghilang kembali. Sekitar 80% pasieen membentk glutamate dekarboksilase
yang diekspresika di sel beta.DM tipe 1 lebih sering pada pembawa antigen HLA-DR3
dan HLA-DR4 yag berarti diisposisi genetic.3
Pada defisiensi insulin akut akan terjadi hiperglikemi karena tidak ada pengaruh
insulin, penimbunan glukosa di ekstrasel menyebabkan hiperosmolaritas. Transport
maksimal glukosa akan meningkat di ginjal yang menyebabkan glukosa di ekskresi ke
dalam urin. Hal ini menyebabkan dieresis osmotic yang disertai kehilangan air (poliuria),
natrium, dan kalium dari ginjal, dehidrasi intrasel, dan muncul rangsangan haus
(polidipsi). Dehidrasi yang menyebabkan hipovolemia ini merangsang aldosteron untuk
menaikan kalium, sedangkn pelepasan epinefrin dan glukokortitoid akan meningkatkan
katabolisme. Aliran darah ginjal yang menurun akan mengurangi ekskresi glukosa dari
ginjal sehingga mendorong hiperkalemia.3
Jika terjadi defisiensi insulin protein akan dipecah menjadi asam amino di otot
dan jaringan lain. Pemecahan ini disertai gangguan elektrolit akan menebabkan
keemahan otot. Lipolisis
19
Terapi dehidrasi
Saat pasien datang ke rumah sakit, segera berikan infus NaCl untuk memenuhi
kebutuhan cairan pasien.
Kecepatan infus:
1/2 jam pertama.
: 2 kolf (1000cc)
: 2 kolf (1000cc)
Bila gula darah kurang dari 200 mg, sebaiknya cairan infus diganti dengan glukosa 5
persen, untuk menghindari hipoglikemi2.
Seandainya pada pemeriksaan kadar keton serum positif dan gula darah >250mg%
maka terjadi diabetic ketoasidosis yang merupakan emergensi, berikut tatalaksannya2 :
Jam ke infuse 1
JAM KE 0-1 : 2 koll
Infuse II (insulin)
Ppada jam ke 2 :
Koreksi K+
50 mEq/6 jam
(dalam infuse)bila
dilanjutkan dengan
kadar k:
drip 90mu/kgbb
dalam nacl 0,9%
Koreksi HCO3
Bila ph:
<7 : 100mEq
7-7,1 : 50 mEq
<3 : 75 mEq/6jam
>7,1 : 0
jam
<200mg% kecepatan
4,5-6 : 25 mEq/6
dikurangi
jam
45mu/kgbb
>6 : 0
20
Bergantung pada
200-300mg% selama
kebutuhan
12 jam dilakukan
drip insulin 1-2 unit
perjam disamping
diberikan dalam 15
dilakukan slidding
bila natrium
kadar glukosa
>155mEq/L ganti
darah :
nacl n
<200 : 200-250: 5 U
250-300: 10U
300-350: 15U
>350 : 20 U
Bila gula darah
<200mg%ganti
jam dapat
dextrose 5%
diperhitungkan
seminggu
kebutuhan insulin
juga
sehari
Check CVP
jangka
pendek,
penatalaksanaan
DM
bertujuan
untuk
jangka
Sedang
Buruk
80-109
110-139
>140
21
-2 jam
HbA1c (%)
Kolesterol total (mg/dl)
Kolesterol LDL
110-159
4-6
<200
160-199
6-8
200-239
>200
>8
>240
- tanpa PJK
<130
130-159
>159
- dengan PJK
Kolesterol HDL (mg/dl)
Trigliserida (mg/dl)
<100
>45
11-129
35-45
>129
<35
- tanpa PJK
<200
<200-249
>250
- dengan PJK
BMI/IMT
<150
<150-199
>200
- perempuan
18,9-23,9
23-25
- laki-laki
Tekanan darah (mmHg)
20 -24,9
<140/90
25-27
140-160/90-95
Akan tetapi, perbedaan utama antara penatalaksanaan DM tipe 1 yang mayoritas diderita
anak dibanding DM tipe 2 adalah kebutuhan mutlak insulin. Terapi DM tipe 1 lebih
tertuju pada pemberian injeksi insulin.
Penatalaksanaan DM tipe 1 menurut Sperling dibagi dalam 3 fase yaitu :
1. Fase akut/ketoasidosis
koma dan dehidrasi dengan pemberian cairan, memperbaiki keseimbangan asam
basa, elektrolit dan pemakaian insulin.
2. Fase subakut/ transisi
Bertujuan mengobati faktor-faktor pencetus, misalnya infeksi, dll, stabilisasi
penyakit
penyandang
glukosa
darah,
urin,
pemakaian
insulin
dan
22
Untuk itu WHO mengemukakan beberapa sasaran yang ingin dicapai dalam
penatalaksanaan penyandang DM tipe 1, diantaranya :
1. Bebas dari gejala penyakit
2. Dapat menikmati kehidupan sosial sepenuhmya
3. Dapat terhindar dari komplikasi penyakitnya
Untuk mencapai tujuan ini penatalaksanaan dibagi menjadi :
1. Pemberian insulin
2. Perencanaan makan
3. Latihan jasmani
4. Edukasi
5. Home monitoring (pemantauan mandiri )
Pemberian Insulin
Diabetes tipe 1 mutlak membutuhkan insulin karena pankreas tidak dapat
memproduksi hormon insulin. Maka seumur hidupnya pasien harus mendapatkan terapi
insulin untuk mengatasi glukosa darah yang tinggi. Penghentian suntikan akan
menimbulkan komplikasi akut dan bisa fatal akibatnya.
Suntikan insulin untuk pengobatan diabetes dinamakan terapi insulin. Tujuan terapi ini
terutama untuk :5
1. Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau mendekati normal.
2. Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis pada diabetes.
Keberhasilan terapi insulin juga tergantung terhadap gaya hidup seperti program diet dan
olahraga secara teratur.Struktur kimia hormon insulin bisa rusak oleh proses pencernaan
sehingga insulin tidak bisa diberikan melalui tablet atau pil. Satu-satunya jalan pemberian
insulin adalah melalui suntikan, bisa suntikan di bawah kulit (subcutan/sc), suntikan ke
dalam otot (intramuscular/im), atau suntukan ke dalam pembuluh vena (intravena/iv).
23
Ada pula yang dipakai secara terus menerus dengan pompa (insulin pump/CSII) atau
sistem tembak (tekan semprot) ke dalam kulit (insulin medijector).
Pemilihan tipe insulin tergantung pada beberapa factor, yaitu :
1. Respon tubuh individu terhadap insulin (berapa lama menyerap insulin ke dalam tubuh
dan tetap aktif di dalam tubuh sangat bervariasi dari setiap individu)
2. Pilihan gaya hidup seperti : jenis makanan, berapa banyak konsumsi alcohol, berapa
sering berolah raga, yang semuanya mempengaruhi tubuh untuk merespon insulin.
3. Berapa banyak suntikan per hari yang ingin dilakukan.
4. Berapa sering melakukan pengecekan kadar gula darah.
5. Usia
6. Target pengaturan gula darah.
Pada table didiskripsikan berbagai insulin dan cara kerjanya dalam tubuh. Sebagai
keterangan, insulin injeksi dengan data; onset (lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
insulin mencapai darah dan mulai menurunkan kadar gula darah, peak (periode waktu
dimana insulin paling efektif menurunkan gula darah) dan duration (berapa lama insulin
terus menurunkan kadar gula darah). Ketiga factor ini mungkin bervariasi, tergantung
respon tubuh seseorang. Kolom terakhir menjelaskan bagaimana hubungan jenis insulin
dengan waktu makan.
Tabel 2. Insulin yang Tersedia dan yang Akan Tersedia di Indonesia
Tipe Insulin
Ultra Short Acting
(Quick-Acting,
Rapid
Acting)
Mulai Kerja
15-30 min
Puncak
60-90
min
Lama Kerja
3-5 hr
Wakt pemberian
Digunakan bersamaan
makan.
Jenis
digunakan
bersamaan
Insulin Analogues
dengan
Insulin
longer-acting.
Aspart
ini
jenis
insulin
(NovoRapid,
Novolog)
Insulin
Lispro
(Humalog)
24
Intermediate-
1-2 hr
4-8 hr
16-24 hr
Digunakan
untuk
Acting (Isophane)
mencukupi
insulin
Insulatard,
Humulin N, NPH
ini
dikombinasi
biasa
dengan
1-3 hr
4-12 hr
16-24 hr
(Zinc-
Digunakan
untuk
mencukupi
insulin
based)
Monotard,
dikombinasi
Humulin
Lente,
Humulin Zn
short-acting.
4-24hr
Insulin
(nopeak)
Insulin
dengan
24-36 hr
Glargine
Digunakan
untuk
mencukupi
insulin
seharian.
(Lantus)
Insulin
Detemir
(Levemir)
Mixed
Insulin 30 min
(Short
2-8 hr
24 hr
Produk
ini
digunakan
biasanya
dua
kali
Intermedidiate-
Acting Insulin)
Premixed
Mixtard
adalah
30/70,
insulin
kombinasi
NovoMix,
Humulin 30/70
spesifik
insulin
intermediate-acting dan
insulin
short-acting
Pemberiaan makanan
-Jenis bahan makanan
Kabohidrat,
sebagai sumber energi, yang diberikan pada diabetes tidak boleh lebih dari 5556% dari total kebutuhan energi sehari, atau tidak boleh lebih dari 70% jika dikombinasi
dengan pemberian asam lemak tidak jenuh rantai tunggal. Pada setiap gram kabohidrat
terdapat kandungan energy sebesar 4kilokalori.
Rekomendasi pemberian kabohidrat :
1. kandungan total kalori pada makanan yang mengandung kabohidrat, lebih ditentukan
oleh jumlahnya dibandingkan dengan jenis kabohidrat itu sendiri.
2. dari total kebutuhan kalori perhari, 60-70% diantaranya berasal dari sumber
kabohidrat.
3. jumlah serat 25-50 gram per hari
4. jumlah sukrosa sebagai sumber energy tidak perlu dibatasi, namun jangan sampai lebih
dari total kalori perhari
5. sebagai pemanis dapat digunakan pemanis non kalori seperti sakarin, aspartame,
acesulfam dan sukralosa
6. penggunaan alcohol harus dibatasi tidak boleh lebih dari 10 gram/hari6
Protein
Jumlah kebutuhan protein yang direkomendasikan sekitar 10-15% dari total kalori
perhari. Pada penderita dengan kelainan ginjal, dimana diperlukan pembatasan asupan
protein sampai 40gram per hari, maka perlu ditambahkan pemberiaqn suplementasi asam
amino esensial. Rekomendasi pemberian protein :
1.
2.
Pada keadaan kadar glukosa darah yang terkontrol, asupan protein tidak akan
mempengaruhi konsentrasi glukosa darah.
26
3.
Pada keadaan kadar glukosa darah tidak terkontrol, pemberian protein sekitar 0,81,0mg/kg berat badan/hari
4.
Pada gangguan fungsi ginjal, jumlah asupan protein diturunkan sampai 0,85
gram/kg berat badan/hari dan tidak kurang dari 40gram
5.
Jika tidak terdapat komplikasi kardiovaskular, maka sumber protein nabati lebih
dianjurkan dari protein hewani.6
Lemak
Mempunyai kandungan energy sebesar 9 kilokalori per gramnya. Bahan makanan
ini sangat penting untuk membawa vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin
A,D,E,K. rekomendasi pemberian lemak :
1.
2.
Jika kadar kolestrol LDL lebih dari 100 mg/dl, asupan asam lemak jenuh
diturunkan sampai maksimal 7% dari total kalori per hari
3.
Konsumsi ikan seminggu 2-3 kali untuk mencukupi kebutuhan asam lemak
tidak jenuh rantai panjang.6
Latihan Jasmani
Latihan jasmani yang teratur membuat sensitivitas sel terhadap insulin menjadi
lebih baik..Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang mempunyai nilai aerobic
tinggi misalnya jalan cepat, renang, senam aerobic dan bersepeda. Frekuensi 3-5x
seminggu dan sebaiknya dipilih waktu yang tepat karena panas matahari dapat membakar
kalori lebih banyak yang bias mengakibatkan hipoglikemi.
Proporsi latihan yang efektif dan aman bagi pasien diabetes adalah yang
menganut menganut prinsip Continuous, Rhythmic, Interval, Progressive, Endurance
(CRIPE). sedapat mungkin mencapai sasaran 75-85%, denyut nadi maksimal (220-umur)
dan disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta.Continuous artinya
latihan harus berkesinambungan dan dilakukan terus-menerus atau tanpa henti. Misalnya
pasien memilih joging 30 menit, maka ia harus melakukannya selama 30 menit tanpa
istirahat.
27
2.
3.
Merubah pola hidup dengan mengurangi makanan yan menandung banyak gula,
terutama karbohidrat.
4.
5.
6.
7.
Menggunakan obat diabetes secara aman, teratur, dan pada waktu-waktu yang
tepat.
8.
28
9.
Melakukan perawatan kaki secara berkala, karena dikhawatirkan ada luka yang
sukar sembuh sehingga menyebabkan terjadinya ganggren dan dapat merugikan
pasien itu sendiri.
10.
11.
Perlu dilakukan Exercise Test terlebih dahulu karena mengingat usia pasien diatas
40 tahun.
12.
Peregangan otot harus dilakukan sebelum melakukan olah raga, sekitar 5-10
menit.
13.
Hindari olah raga pada suhu terlalu panas atau terlalu dingin.
14.
Hindari olah raga berat bila kadar glukosa lebih dari 250mg
15.
Prognosis
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad malam
Ad functionam
: malam
Komplikasi
Komplikasi diabetes melitus dapat dibagi menjadi dua kategori mayor : Pertama
komplikasi metabolik akut dan kedua komplikasi vaskular jangka panjang.
KOMPLIKASI METABOLIK AKUT
Komplikasi metabolik diabetes disebabkan oleh perubahan yang relatif akut dari
konsentrasi glukosa plasma. Komplikasi yang paling serius dari diabetes tipe 1 adalah
ketoasidosis diabetik.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya apabila kadar insulin sangat menurun,
pasien akan mengalami hiperglikemia dan glukosuria berat, penerunan lipogenesis,
29
peningkatan lipolisis dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai pembentukan
benda keton(asetoasetat, hidroksibutirat, dan aseton) dari hati. Peningkatan keton dalam
plasma menghasilkan ketosis. Peningkatan produk keton meningkatkan ion beban
hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria bersamaan dengan ketonuria jelas juga
dapat menyebabkan diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidrasi dan kehilangan
elektrolit.
Pasien dapat menjadi hipotensi dan mengalami syok. Akhirnya akibat penurunan
oksigen otak, pasien akan mengalami koma dan meninggal.3
KOMPLIKASI KRONIK JANGKA PANJANG
Komplikasi vaskular jangka panjang dari diabetes melibatkan pembuluh
pembuluh
kecil
(mikroangiopati)
dan
pembuluh
darah
sedang
dan
besar
(makroangiopati).
MIKROANGIOPATI
Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan
arteriola retina (retinopati diabetika), glomerulus ginjal (nefropati diabetika), dan saraf
saraf perifer (neuropati diabetika), otot otot serta kulit.3
Retinopati diabetik
Manifestasi dini retinopati berupa mikroaneurisma (pelebaran sakular yang kecil)
dari arteriola retina. Akibatnya perdarahan, neovaskularisasi, dan jaringan parut retina
dapat mengakibatkan kebutaan. Pengobatan yang paling berhasil untuk retinopati adalah
fotokoagulasi keseluruhan retina.
Nefropati diabetika
Manifestasi dini nefropati berupa proteinuria dan hipertensi. Gula yang tinggi
dalam darah akan bereaksi dengan protein sehingga mengubah struktur dan fungsi sel,
termasuk membran basal glomerulus. Akibatnya, penghalang protein rusak dan terjadi
kebocoran protein ke urin (albuminuria). Jika hilangnya fungsi neuron terus berlanjut,
30
pasien akan mengalami insufisiensi ginjal dan uremia. Pada tahap ini, pasien mungkin
membutuhkan dialisis atau transplantasi ginjal.
Neuropati diabetika
Neuropati disebabkan oleh karena gangguan jalur poliol (glukosa sorbitol
fruktosa) akibat kekurangan insulin. Terdapat penimbunan sorbitol pada jaringan saraf
yang menimbulkan neuropati. Perubahan biokimia dalam jaringan saraf akan
mengganggu kegiatan metabolik sel schwan dan menyebabkan hilangnya akson.
Kecepatan konduksi motorik akan berkurang pada tahap dini perjalanan neuropati.
Selanjutnya timbul nyeri, parastesia, berkurangnya sensasi getar dan proprioseptik, dan
gangguan motorik yang disertai hilangnya reflek tendon dalam, kelemahan otot, dan
atrofi. Neuropati diabetik dapat menyerang saraf perifer, saraf kranial, maupun saraf
otonom.
MAKROANGIOPATI
Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran histoligik berupa atherosklerosis.
Gangguan biokimia yang disebabkan insufisiensi insulin dapat menyebabkan jenis
penyakit vaskular ini. Gangguan ini berupa : 1. Penimbunan sorbitol dalam intima
vaskular, 2. Hiperlipoproteinemia, 3. Kelainan pembekuan darah.
Pada akhirnya, makroangiopati diabetik ini akan mengakibatkan penyumbatan
vaskular. Jika mengenai arteri arteri perifer, maka dapat menyebabkan insufisiensi
vaskuler perifer yang disertai klaudikasio intermiten dan gangren pada ekstremitas serta
insufisiensi serebral dan stroke. Jika yang terkena adalah arteri koronaria dan aorta, maka
dapat mnegakibatkan angina dan infark miokardium.3
BAB III
PEMBAHASAN
DIABETES MELLITUS
DEFINISI
31
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di
dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin
secara adekuat.6
Pada pasien, diagnosis kerja kami adakah diabetes tipe 1 akibat adanya gejala dan
ketonuria yang cepat dan biasanya diakibatkan karena insulin yang tidak diproduksi
karena kerusakan sel beta, namun itu dapat dipastikan dengan pemeriksaan penunjang
yang disarankan.
32
intraselular pada subunit beta. Subunit ini melakukan autofosforilasi yang kemudian
mengaktivasi protein kinasenya sendiri, menghasilkan kaskade reaksi fosforilasi dan
defosforilasi intraselular yang digunakan untuk mengekspresikan kerja insulin.
Kaitan antara reseptor insulin dengan kaskade fosforilasi lainnya dapat berupa
suatu famili protein yang disebut substrat reseptor insulin ( Insulin receptor substrate,
IRS). Dua protein IRS, yaitu IRS-1 dan IRS-2, bersifat esensial untuk ekspresi kerja
insulin yang komplet. Autofosforilasi reseptor insulin menyebabkan fosforilasi tirosin
pada protein IRS. Hal ini membuat protein IRS mampu berikatan dengan kelompok
protein sinyal yang mengandung domain pensinyal dan proses pengikatan ini akhirnya
menimbulkan berbagai efek insulin pada transpor glukosa, sintesis glikogen, sintesis
protein, dan mitogenesis.
Insulin mengkonversi glukosa menjadi glikogen, dan reaksi ini dikontrol oleh
glikogen sintetase yang bersifat inaktif dalam keadaan terfosforilasi, dan menjadi aktif
oleh defosforilasi. Di sisi lain, fosforilase hepatik diaktivasi oleh fosforilasi. Fosforilase
hepatik mengaktivasi glikogenolisis.telah diketahui bahwa insulin bekerja pada
metabolisme glikogen melalui inhibisi fosforilasi kedua enzim ini, kemungkinan melakui
mekanisme yang melibatkan domain SH2.
Transporter glukosa. Insulin menstimulasi ambilan glukosa secara selular, suatu
kerja fisiologis utama insulin. Glukosa diambil ke dalam sel oleh transporter glukosa
melalui proses difusi terfasilitasi. Transporter dapat mentransfer glukosa dan gula lainnya
melintasi membran sel menuruni gradien konsentrasi kimiawi. Transporter glukosa
memiliki struktur dan kebutuhan ion yang berbeda pada jaringan satu dengan jaringan
lainnya.
Internalisasi reseptor. Setelah reseptor mengikat insulin, kompleks hormonreseptor meninggalkan membran melalui proses endositosis dan masuk ke dalam
sel.setelah berikatan dengan reseptor, kompleks tersebut menjadi terselubungi di dalam
suatu celah berlapisan yang dibentuk melalui invaginasi dan fusi permukaan sel. Begitu
berada di dalam sel, celah tersebut menjadi tidak terlapisi dan membentuk suatu
34
endosom. Endosom melepaskan reseptor dan insulin; reseptor kemudian didaur ulang ke
membran dan insulin didegradasi. Proses internalisasi reseptor dapat merupakan suatu
regulasi efek insulin dengan membatasi jumlah reseptor yang dapat berikatan dengan
hormon. Proses ini merupakan mekanisme down-regulation reseptor insulin.8
Pada pasien ini,terjadi :
faktor
genetic
nutrisi) autoantigen
dan
di
sel
faktor
beta
lingkungan
pancreas
dan
(infeksi
ada
virus,toksin,intake
yang
ke
sirkulasi
lipoprotein lipase. Jika tidak ada insulin, lipoprotein terakumulasi di sirkulasi. Insulin
juga melawan kerja glukagon, suatu hormon yang memacu produksi badan keton. Badan
keton, aseton, asam asetoasetat, dan asam -hidroksibutirat, merupakan sumber energi
bagi otot dan otak, terutama saat puasa lama. Zat-zat ini merupakan turunan lipid dan
diproduksi dalam kondisi kekurangan insulin. Badan keton menghambat oksidasi glukosa
dam asam lemak sehingga menyebabkan penggunaan badan keton sebagai sumber energi.
Jika laju produksi melebihi laju penggunaannya, akan terjadi ketoasidosis.
Otot. Insulin menstimulasi ambilan asam amino ke dalam otot skelet dan
mengikatkan penempelan asam amino ke protein. Kedua efek ini bersifat independen,
tidak tergantung pada kerja insulin pada transpor glukosa ke dalam sel.8
Kekurangan insulin
Kekurangan insulin menimbulkan keadaan katabolik berat. Tanpa insulin, glukosa
tidak dapat diambil oleh jaringan sehingga timbul hiperglikemia. Sel kekurangan sumber
energi dan menimbulkan respons glikogenolisis, glukoneogenesis, dan lipolisis untuk
menghasilkan glukosa untuk energi. Hal ini memperparah hiperglikemia dan
menimbulkan asidosis melalui peningkatan produksi badan keton, yang dapat berakibat
fatal. Penghancuran protein dan lemak tubuh menyebabkan penurunan berat badan, yang
disebut wasting, dan asidosis menyebabkan vasodilatasi dan hipotermia. Pasien menjadi
hiperventilasi untuk membuang asidosis dalam bentuk karbon dioksida. Penurunan
keadaan anabolik dan hiperglikemia menyebabkan fatig (kelelahan).
Kelelahan pada pasien ini juga diakibatkan waktu tidur yang terganggu akibat
nokturia.
Glukosa diekskresi di urin dalam bentuk diuresis yang selanjutnya dapat
menyebabkan kehilangan cairan dan garam tubuh. Pasien menjadi dehidrasi, selalu
merasa haus dan minum air dalam jumlah banyak (polidipsi), pada kasus pasien
meminum soft drink yang mengandung gula tinggi sehingga memperberat hiperglikemia
dan hipertonik sehingga dehidrasi semakin berat.
36
Pasien kemudian akan jatuh dalam koma,apabila pada pasien ini keadaan umum
dan keluhan tidak diperbaiki bida menyebabkan hal tersebut,etiologinya belum
dimengerti sepenuhnya, namun dapat merupakan efek kombinasi dari hiperketonemia,
termasuk dehidrasi, hiperosmolaritas akibat hiperglikemia, dan masalah dengan
mikrosirkulasi serebral.8
Terapi Pompa Insulin pada pasien Diabetes Melitus Tipe 1
Pompa insulin merupakan suatu alat yang tampak seperti pager yang digunakan untuk
mengelola masuknya insulin ke dalam tubuh pasien diabetes. Sebuah pompa insulin
terdiri dari sebuah tabung kecil (Syringe) yang berisikan insulin dan microcomputer yang
membantu pasien untuk menentukan berapa banyak insulin yang diperlukan. Insulin
dipompakan melalui selang infus yang terpasang dengan sebuah tube plastic ramping
yang disebut cannula, yang dipasang pada kulit subkutan perut pasien. Selang infus harus
diganti secara teratur setiap minggunya. Di Indonesia, alat ini masih jarang digunakan
walaupun sudah ada distributornya. Akan tetapi di negara lain seperti Amerika,
penggunaan alat ini kini menjadi favorit pasien diabetes karena keefektifan
penggunaanya.
Indikasi penggunaan terapi insulin harus memenuhi kriteria di bawah ini :
-
Ingin lebih bebas beraktifitas dan gaya hidup yang lebih fleksibel
Ketika seseorang memutuskan untuk menggunakan terapi pompa insulin, ada beberapa
hal yang harus diperhatikan yakni :
1. Mengecek kadar glukosa darah ( setidaknya 4 hari sekali, sebelum makan) untuk
mengetahui berapa dosis insulin yang diperlukan untuk mengontrol kadar glukosa
darah tubuh
37
2. Mulai memahami makanan yang anda makan. Apakah makanan tersebut membuat
kadar glukosa darah tinggi atau tidak.
3. Perhatikan secara teratur ( setiap setelah makan) pompa insulin untuk
meminimalisir kerusakan.
Menurut studi yang dilakukan National Institute of Health selama 10 tahun terhadap 1000
penderita diabetes melitus tipe 1, didapatkan bahwa penggunaan terapi insulin yang
intensif, seperti contohnya menggunakan pompa insulin, dapat mengurangi komplikasi
diabetes secara efektif. Studi ini menunjukan bahwa terapi insulin intensif :
-
Sebelum adanya pompa insulin, satu cara yang bisa digunakan untuk memasukan insulin
ke dalam tubuh yakni dengan menyuntikan insulin secara terus menerus ke tubuh setiap
harinya. Pompa insulin bekerja seperti pankreas dan telah diprogram secara otomatis
untuk memasukan insulin ke dalam tubuh kapan pun diperlukan.
Terapi pompa insulin atau yang dikenal dengan sebutan Continuous Subcutaneous
Insulin Infusion (CSII) merupakan terapi yang paling menyerupai metode fisiologi tranfer
insulin ke dalam tubuh. Insulin yang dipergunakan dalam pompa insulin adalah insulin
prandial (short atau rapid acting insulin), sehingga dosis basal akan tertutupi oleh dosis
prandial bolus yang diberikan secara intensif selama 24 jam.
Menurut studi retrospektif yang dilakukan Nimri, penggunaan pompa insulin terbukti
menunjukan perbaikan kontrol glikemik terhadap anak yang menderita diabetes tipe 1.
Kemajuan ini diikuti dengan penurunan insiden hipoglikemia dan penambahan berat
badan terhadap anak-anak tersebut yakni 36.5 menjadi 11.1 kejadian per 100 pasientahun.
Keuntungan penggunaan pompa insulin yakni :
1. Terbebas dari penggunan multiple daily injection insulin
38
39
BAB V
PENUTUP DAN UCAPAN TERIMAKASIH
Kesimpulan
Pasien pada kasus ini kami diagnosis kerja berupa diabetes mellitus tipe 1 dan adanya
suspek ketoasidosis dan dehidrasi karena ada ketonuria dan pada pemeriksaan penunjang
kami menyarankan pemeriksaan darah rutin, gula darah, pemeriksaan c peptide, keton
serum dan analisis gas darah untuk memastikan diagnosis dan penatalaksanaan agar
pasien dapat meningkatkan kualitas hidup dan keadaan umum akibat keadaan emergensi
dapat diperbaiki.
Penutup dan Ucapan Terima Kasih
Secara keseluruhan kasus ini terasa sulit, tapi sangat memicu diskusi yang kondusif dari
seluruh peserta diskusi. Kami menyadari bahwa diskusi dan laporan kami masih belum
sempurna dan, dengan bimbingan dan panduan dari para dosen, akan berusaha untuk
terus memperbaikinya. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada segenap
keluarga besar trisakti secara umum, dan secara khusus kepada seluruh staff dan
kontributor Modul Organ EMG.
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood L. Human Physiology from Cells to System. In : Santoso BI,
editors.Organ Endokrin Perifer. 2th ed. Jakarta : EGC ; 2001.p. 667-77.
2. Soewondo P.Ketoasidosis Diabetik. In :Waspadji S, Rachman AM, Lesmana LA,
Widodo D, Isbagio H, Alwi I, et al, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 3 rd ed.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2009.p.1906-1911.
3. Schteingart DE.Pankreas:Metabolisme Glukosa dan Diabetes Melitus. Dalam: Prince
SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6.
Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC; 2006.p.1259-70.
4. Sutedjo AY. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboraturium. Yogyakarta : Amara books;2008.p.112-116.
5. Infaworldhealth.In
the
balance
of
diabetes
mellitus.
Available
at
http://www.infahealth.com/health-medicine/in-the-balance-of-diabetes-mellitus/.
Updated: August 15th, 2011. Accessed on: 10 March 2012.
6. Yunir EM,Soebardi S. Terapi Non Farmakologis pada Diabetes Melitus. In :Waspadji
S, Rachman AM, Lesmana LA, Widodo D, Isbagio H, Alwi I, et al, editors. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 3rd ed. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2009.p.1891-5.
7. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
8. Greenstein B, Wood D. At A Glance: Sistem Endokrin. Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga, 2010. p. 81-5.
41