6 Fosfoglukonolakton
Glukosa 6 fosfat dehidrogenase
methemoglobin
NADP+
NADPH
reduksi
Hemoglobin
GSSG
GLUTATION
REDUKTASE
2 GSH
Glutation
peroksidase
H2O2
H2O
Pada kasus :
Defisiensi G6PD
Demam
Menuju ke eritrosit
Penurunan NADPH
Pemecahan yang mendadak dan cepat tidak diikuti proses pembentukkan eritrosit baru dengan
cepat
Pucat sekali
Pengangkutan oksigen ke
jaringan berkurang drastis
Skema 1:
Pada dasarnya, sel darah merah memiliki mekanisme untuk melindungi selnya agar dapat tetap
hidup selama 120 hari dan bertahan apabila terdapat zat oksidatif yang menyerang sel tersebut.
Mekanisme tersebut adalah HMP shunt dengan hasil NADPH oleh enzim glukosa 6 fosfat
dehidrogenase yang berfungsi untuk mereduksi glutation oksidatif (GSSG) menjadi glutation
reduktif (GSH) dibantu dengan enzim glutation reduktase. Perubahan tersebut diikuti dengan
pemecahan peroksida menjadi H2O dengan bantuan glutation peroksidase.Selain itu,NADPH
juga mereduksi methemoglobin menjadi hemoglobin.
Pada kasus defisiensi G6PD yang kami duga menjadi penyebab gejala pasien,terjadi penurunan
fungsi HMP shunt sehingga saat pasien mengalami demam terjadilah peningkatan zat oksidatif
pada tubuh diikuti dengan penggunaan obat penurunan panas (kami duga parasetamol atau
aspirin) yang bersifat oksidatif.Peningkatan zat oksidatif ini menyebabkan sel eritrosit tidak
mampu menahan membrane selnya untuk bertahan dan melakukan hemolisis yang cepat.
Hemolisis ini memiliki peran terhadap penurunan Hb dan pengangkutan oksigen ke jaringan dan
ke kulit, sehingga pasien mendadak lemas dan pucat sekali.
Patofisiologi Anemia hemolitik et causa defisiensi glucose 6 fosfat dehidrogenase (G6PD)
Skema II :
Pembentukkan eritrosit
baru tidak sesuai dengan
pemecahannya
Defisiensi G6PD
Anemia hemolitik
Hemolisis intravaskular
hemolisis ekstravaskular
Hemoglobin plasma
Oksidasi hb
Ditangkap
haptoglobulin
Heme
Hb menuju
ginjal
Globin
Met hb
Menuju limpa
untuk
difagositosis
Hemolitik
melebihi
kapasitas
haptoglobin
Kerja haptoglobin
menurun
Denaturasi
hemoglobin
dan penurunan
pembentukkan
ikatan disulfide
eritrosit
Terbentuk
presipitat hb dlm
bentuk hemin
yang ada
dipermukaan sel
Dengan
pewarnaan
supravital
terlihat badan
Heinz pada
SADT
Hasil
hemolisis ke
limpa sedikit
Hemoglobin pecah
Epitel tubulus
masih mampu
menyaring hb
supaya tidak
keluar urin
BESI
Porfirin
Mudah lisis
Tdk
splenomegali
Disimpan sebagai
cadangan untuk
pembentukkan hb
Besi
Diangkut oleh
transferin
Tidak sebabkan
ikterik
Porfirin
Bilirubin indirek
Tidak
hepatomegali
SGOT dan
SGPT normal
urin
ginjal
direduksi jadi
urobilinogen
Aliran
darah
Feses
Ke usus
Urobilinogen di
oksidasi jadi
urobilin
0,8 mg/dl
Bilirubin direk
Sekresi
bilirubin ke
empedu
Larut air
Dapat mewarnai
jaringan
Dapat menyebabkan
ikterik
Skema II:
Pada kasus anemia hemolitik akibat defisiensi G6PD dapat terjadi 2 proses hemolitik
yaitu hemolitik intravascular dan hemolitik ekstravaskular.
Hemolitik intravascular berperan pada pengangkutan dan perubahan hemoglobin yang
tertimbun dalam plasma akibat pemecahan eritrosit.Proses pertama hemoglobin yang bebas akan
diangkut haptoglobin untuk dibawa ke limpa kemudian difagosit ,namun pada anemia hemolitik
hemoglobin yang meningkat tajam di plasma membuat haptoglobin menurun sehingga
hemoglobin bebas bertambah dan akan menyebabkan gejala lain pada anemia hemolitik. Selain
itu, haptoglobin yang menurun memiliki pengaruh pada pemeriksaan fisik pasien yaitu tidak
ditemuinya splenomegali akibat pada kasus ini tidak ada penggunaan berlebihan pada limpa.
Proses
kedua
hemoglobin
yang
bebas
akan
dioksidasi
menjadi
methemoglobin.Methemoglobin bersifat oksidatif sehingga memperberat keadaan hemolitik
yang terjadi.Oksidasi hemoglobin yang terjadi menyebabkan adanya denaturasi hemoglobin dan
penurunan pembentukkan ikatan disulfide sehingga terbentuk presipitat hemin yang menuju
permukaan sel eritrositsehingga terlihat gambar Heinz body pada SADT dengan pewarnaan
supravital, dan ini menyebabkan perubahan elastisitas pada eritrosit maka hemolisis makin berat.
Proses ketiga, hemoglobin bebas menuju ke ginjal, epitel tubulus ginjal secara normal
akan menahan hb di darah.Pada kasus ini ginjal masih mampu melakukan fungsinya dengan baik
sehingga tidak ditemukan hemoglobinuria disertai ureum kreatinin yang normal.
Hemolitik ekstravaskular terjadi pada pemecahan heme dan globin.Pada pemecahan
globin akan disimpan sebagai cadangan untuk membentuk hemoglobin baru.
Pemecahan heme akan menghasilkan besi dan porfirin.Besi akan bersama transferin
diangkut untuk menjadi ferritin sebagai cadangan besi dalam pembuatan heme.
Porfirin di katabolisme menjadi bilirubin indirek.Pada kasus ini,akibat hemolisis yang
berlebihan hasil katabolisme porfirin yaitu bilirubin indirek akan meningkat (2,5 mg/dl)namun
karena bilirubin indirek sifatnya larut lemak dan tidak mewarnai jaringan maka bilirubin indirek
tidak menyebabkan ikterik.
Bilirubin indirek dengan transport albumin dibawa ke hati dan dikonjugasikan oleh asam
glukoronat menjadi bilirubin direk.Bilirubin direk memiliki sifat larut air dan dapat mewarnai
jaringan.Pada kasus ini terjadi peningkatan bilirubin direk menjadi 0,8mg/dl akibat adanya
peningkatan bilirubin indirek yang harus dikonjugasikan oleh hati(dari hemolisis yang
berlebihan),namun karena peningkatan belum lebih dari 1mg/dl maka pada pasien ini tidak
ditemukan ikterik.Keadaan hati yang masih mampu melakukan fungsinya tanpa ada perubahan
morfologi selnya ini walau sudah ada peningkatan kerja member hasil pemeriksaan tidak
hepatomegali dan SGOT SGPT normal.
Bolirubin direk akan menuju darah dan vesica fellea kemudian yang darah menuju ginjal
dan vesica fellea menju usus lalu bilirubin direk di reduksi menjadi urobilinogen kemudian
keluar melalui urin dan feses diikuti dengan oksidasi urobilinogen menjadi urobilin.Pada kasus
ini terjadi peningkatan urobilin dan urobilinogen akibat hemolisis yang berlebihan,
Patofisiologi Anemia hemolitik et causa defisiensi glucose 6 fosfat dehidrogenase (G6PD)
Skema III :
Netrofil
batang
dan
monosit
meningkat
sedikit
Defisiensi G6PD
Anemia hemolitik
eritrosit
banyak pecah
dan
bentuknya
bermacammacam fase
Sulit lakukan
roelaux dan
pengendapan
LED
Ada difuse
basofilik
eritrosit
pada
pewarnaa
n wright
giemsa
Peningkatan
jumlah
retikulosit
pada
pewarnaan
supravital
Eritrosit
banyak
yang mati
dan tua
Eritrosit tetap
memiliki
morfologi
normal namun
tahanan
membran
selnya kurang
Pada SADT
bentuk
eritrositnya
normositik
normokrom
MCV : N
MCH : N
Sel muda
eritrosit
banyak
mengandung
G6PD
Ada sferosit
pada SADT
dengan
pewarnaan
wright
giemsa
MCHC : N
Skema III:
Peningkatan retikulosit pada kasus ini menggambarkan adanya respon baik terhadap kekurangan
eritrosit di jaringan,namun karena pemecahan yang begitu cepat retikulosit yang banyak tersebut
belum vukup waktu untuk matang tetapi sumsum tulang menghasilkan yang baru terus sehingga
semakin berat anemia hemolitik tersebut maka peningkatan retikulositnya akan semakin berat.
Retikulosit merupakan sel muda eritrosit yang mengandung lebih banyak G6PD daripada
eritrosit maka perbanyakan retikulosit pada kasus ini juga memiliki maksud untuk menambahkan
G6PD pada tubuh pasien agar hemolisis berkurang.
Retikulosit yang tinggi dan keadaan anemia akut pada pasien ini dapat memberikan hasil positif
palsu pada pemeriksaan G6PD serum, sehingga pada pemeriksaan harus terdapat nilai sel darah
yang normal maka akan didapat nilai G6PD serum yang sebenarnya.