PEMBINAAN USAHA
PEDOMAN TEKNIS
Peralatan Penanganan Pascapanen
Tanaman Perkebunan
Tahun 2013
KATA PENGANTAR
Pedoman Teknis Pelaksanaan Kegiatan
Peralatan Penanganan Pascapanen Tanaman
Perkebunan Tahun 2013 disusun sebagai acuan
dalam pelaksanaan kegiatan di daerah yang
dilaksanakan dengan dukungan dana APBN Tahun
Anggaran 2013 dalam bentuk Tugas Pembantuan
di Provinsi/ Kabupaten/Kota.
Pedoman teknis ini menjelaskan mengenai
pelaksanaan kegiatan di daerah terutama dalam
kaitannya dengan penyediaan sarana pascapanen
untuk kelompok tani dimana pada tahun 2013
penyediaan sarana pascapanen tersebut dilakukan
melalui belanja barang bukan lagi melalui
bantuan sosial langsung untuk masyarakat.
Pedoman teknis ini perlu dijabarkan lebih
lanjut dalam bentuk petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis yang lebih bersifat operasional.
Semoga Pedoman Teknis ini dapat
bermanfaaat dalam mendukung kelancaran dan
keberhasilan pelaksanaan pascapanen tanaman
perkebunan tahun 2013.
Jakarta, Desember 2012
Direktur Jenderal Perkebunan,
DAFTAR ISI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Penanganan
Penanganan
Penanganan
Penanganan
Penanganan
Penanganan
Penanganan
Penanganan
Penanganan
Mete
Pascapanen
Pascapanen
Pascapanen
Pascapanen
Pascapanen
Pascapanen
Pascapanen
Pascapanen
Pascapanen
Tanaman
Tanaman
Tanaman
Tanaman
Tanaman
Tanaman
Tanaman
Tanaman
Tanaman
Kakao
Kopi
Lada
Pala
Cengkeh
Nilam
Kelapa
Karet
Jambu
PEDOMAN TEKNIS
Penanganan Pascapanen Tanaman Kakao
Tahun 2013
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Komoditas kakao memegang peran penting
dalam perekonomian nasional dan merupakan
komoditas andalan Kawasan Timur Indonesia (KTI)
khususnya di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara,
dan
Sulawesi
Selatan.
Sebagai
komoditas
terpenting ketiga setelah karet dan kelapa sawit,
kakao merupakan salah satu sumber utama
pendapatan petani di 31 provinsi dengan
keterlibatan petani sejumlah 1.539.401 Kepala
Keluarga (Ditjen Perkebunan, 2011).
1.3 Tujuan
Tujuan
disusunnya
pedoman
teknis
pelaksanaan kegiatan pengembangan penanganan
pascapanen tanaman kakao adalah :
a. Memberikan petunjuk dan acuan bagi petugas di
provinsi
dan
kabupaten/
kota
dalam
pelaksanaan
kegiatan
pengembangan
penanganan pascapanen tanaman kakao.
b. Meningkatkan pencapaian mutu biji kakao
melalui penanganan pascapanen di tingkat
petani.
c. Meningkatkan nilai tambah, daya saing dan
harga jual biji kakao.
II.
Lokasi
Aceh
Sumut
Banten
Jateng
NTB
Sulteng
Sultra
Papua
Jenis
Penyediaan sarana,
alat dan mesin
pascapanen tanaman
kakao
Volume
1 KT
2 KT
2 KT
1 KT
2 KT
2 KT
1 KT
1 KT
7
DIY
Bimbingan
teknis
pascapanen kakao
2 KT
IV.
Barang
kepada
1) Dalam
rangka
percepatan
pelaksanaan
kegiatan,
identifikasi
serta
penetapan
kelompok sasaran penerima alat/ mesin
dilaksanakan paling lambat pada bulan Februari
2013.
2) Penentuan kelompok tani terpilih dilakukan
V.
1) Pembinaan
kelompok
dilakukan
secara
terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga
kelompok mampu mengembangkan usahanya
secara mandiri. Untuk itu diperlukan dukungan
dana pembinaan lanjutan yang bersumber dari
APBD.
2) Agar pelaksanaan kegiatan ini memenuhi kaidah
pengelolaan sesuai prinsip pelaksanaan tata
kepemerintahan yang baik (good governance)
dan pemerintah yang bersih (clean governance),
maka pelaksanaan kegiatan harus mematuhi
prinsip-prinsip: Mentaati ketentuan peraturan
dan perundangan, Membebaskan diri dari
praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),
Menjunjung tinggi keterbukaan informasi,
transparansi dan demokratisasi, Memenuhi asas
akuntabilitas.
3) Tanggung jawab pelaksanaan kegiatan ini baik
secara teknis maupun dalam pembinaan berada
pada dinas/kantor perkebunan atau yang
11
melaksanakan
fungsi
perkebunan
lingkup
provinsi/kabupaten/kota. Tanggung jawab atas
program dan kegiatan adalah Direktorat
Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian.
4) Pengendalian melalui jalur struktural dilakukan
oleh Dinas yang membidangi perkebunan
kabupaten dan provinsi serta Ditjen Perkebunan,
sedangkan pengendalian kegiatan dilakukan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA). Proses pengendalian
di setiap wilayah direncanakan dan diatur oleh
masing masing instansi.
5) Pengawasan dilaksanakan sesuai ketentuan yang
berlaku agar penyelenggaraan kegiatan dapat
menerapkan
prinsip
prinsip
partisipatif,
transparansi dan akuntabel.
VII. PEMBIAYAAN
Kegiatan
pelaksanaan
pengembangan
penanganan pascapanen kakao dibiayai dengan
dana APBN yang dialokasikan pada DIPA Ditjen
Perkebunan Tugas Pembantuan provinsi atau
Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2013.
VIII.
PENUTUP
14
Lampiran 1
REKAPITULASI ALAT/MESIN PASCAPANEN KAKAO 2013
No.
1
Provinsi
Aceh
Kabupaten
Pidie
( 1 KT)
Sumut
Serdang Bedagai
(2 KT)
Banten
Serang
(1 KT)
Pandeglang
(1 KT)
Jenis Alat
Mesin Pemecah buah kakao
Kotak Fermentasi
Alat ukur Kadar Air
Terpal
Gunting Tarik
Angkong/ Gerobak Sorong
Parang
Kotak Fermentasi
Alat Ukur Kadar Air
Terpal
Kotak Fermentasi
Alat Ukur Kadar Air
Terpal
Vol. (Unit)
1
12
1
40
60
60
60
12
1
80
12
1
80
15
Jateng
Batang
(1 KT)
NTB
Lombok Timur
(1 KT)
Lombok Utara
(1 KT)
Sulteng
Donggala
(1 KT)
Parigi Moutong
(1 KT)
1
12
1
50
8
1
60
8
1
60
1
9
1
45
1
9
1
45
16
Sultra
Kolaka
(1 KT)
Papua
Keerom
(1 KT)
1
6
1
45
1
9
1
70
KT : Kelompok Tani
17
Lampiran 2
SPESIFIKASI ALAT/MESIN PASCAPANEN KAKAO
1) Mesin Pemecah Buah Kakao
Spesifikasi :
- Kapasitas : 500 Kg/ jam
- Tipe silinder bergerigi, hopper besi beton
- Pemecah : besi pipa silinder bergerigi yang
berputar
- Bagian pengeluaran : plat aluminium
- Penggerak : motor bensin 5,5 PK
- Transmisi : pulley dan V-belt karet
2) Kotak Fermentasi Kakao
Spesifikasi :
- Kapasitas 40-50 Kg/ Batch tipe bak kayu
- Jenis kayu meranti
- Ketebalan papan kayu : 20 30 mm
- Siku penguat : plat aluminium
- Dimensi : 40 x 40 x 50 cm3
- 1 set terdiri dari dua kotak kayu yang
dilengkapi dengan 1 unit kaki/ dudukan
sebagai penyangga salah satu kotak
3) Alat Ukur Kadar Air
Spesifikasi :
- Skala meter : 5-15 %
- Tipe Digital
18
4) Terpal
Spesifikasi :
- Ukuran 6 x 5 m2
- Type bahan terpal A 12
5) Gunting Tarik
Spesifikasi :
- Bahan baja
- Jangkauan sampai 5 m
- Kemampuan memotong : Diameter 4 cm
6) Angkong
Spesifikasi :
- Kapasitas : 130 Kg
- Roda : karet mati diameter 13
7) Parang
Spesifikasi :
- Ukuran 26 inchi,
- Bahan terbuat dari baja per
- Handle dari kayu
19
Lampiran 3
BIMBINGAN TEKNIS PASCAPANEN KAKAO
a. Materi yang disampaikan :
- Kebijakan Direktorat Pascapanen
Pembinaan Usaha
- Pemeliharaan Tanaman
- Pengendalian Hama dan Penyakit
- Pemanenan
- Penanganan Pascapanen
- Fermentasi
- Jaminan mutu dan keamanan Pangan
- Kewirausahaan
- Pembukuan usaha kelompok
- Administrasi kelompok
- Strategi dan Jaringan Pemasaran
- Kelembagaan Usaha
- Praktek panen dan pascapanen
- Dinamika Kelompok
- Studi banding
dan
b. Waktu pelaksanaan
Pelaksanaan bimbingan teknis dilaksanakan
selama 14 hari (112 jpl) meliputi teori, praktek,
dinamika kelompok dan studi banding.
20
c. Lokasi Pelaksanaan
Kegiatan bimbingan teknis pascapanen kakao
dilaksanakan khusus untuk Propinsi DI. Yogyakarta
di Kab. Kulon Progo dan Kab. Gunung Kidul untuk
mendukung kegiatan pembuatan Model Desa kakao
d. Peserta Bimbingan Teknis
Peserta bimbingan teknis untuk setiap
kabupaten adalah sebanyak 30 org peserta yang
berasal dari kelompok tani kabupaten setempat
21
PEDOMAN TEKNIS
Penanganan Pascapanen Tanaman Kopi
Tahun 2013
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu komoditas penting
di dalam perdagangan dunia yang melibatkan
beberapa negara produsen dan banyak negara
konsumen. Kopi, meskipun bukan merupakan
tanaman asli Indonesia, tanaman ini mempunyai
peranan penting dalam industri perkebunan di
Indonesia. Menurut Ditjen Perkebunan (2011),
areal perkebunan kopi di Indonesia pada tahun
2010 mencapai lebih dari 1,210 juta hektar dengan
total produksi sebesar 686.921 ton dimana 96%
diantaranya adalah areal perkebunan kopi rakyat,
dengan jumlah petani yang terlibat sebanyak
1.881.694 KK. Laju perkembangan areal kopi di
Indonesia rata-rata mencapai sebesar 2,11 % per
tahun.
Perkembangan yang cukup pesat tersebut
perlu di dukung dengan kesiapan teknologi dan
sarana pascapanen yang cocok untuk kondisi petani
agar mereka mampu menghasilkan biji kopi dengan
mutu seperti yang dipersyaratkan oleh Standard
Nasional Indonesia. Adanya jaminan mutu yang
pasti, ketersediaan dalam jumlah yang cukup dan
pasokan yang tepat waktu serta keberlanjutan
merupakan beberapa persyaratan yang dibutuhkan
agar biji kopi rakyat dapat dipasarkan pada tingkat
harga yang lebih menguntungkan.
II.
yang
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Lokasi
Aceh
Sumsel
Jambi
Bengkulu
Jabar
Jateng
Jatim
Bali
NTB
NTT
Sumut
lampung
Jenis
Penyediaan sarana,
alat dan mesin
pascapanen tanaman
kopi
Pelatihan
pascapanen kopi
Volume
1 KT
1 KT
4 KT
1 KT
2 KT
1 KT
2 KT
1 KT
1 KT
2 KT
2 KT
1 KT
1
T
IV.
Barang
kepada
V.
1) Pembinaan
kelompok
dilakukan
secara
terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga
kelompok mampu mengembangkan usahanya
secara mandiri. Untuk itu diperlukan dukungan
dana pembinaan lanjutan yang bersumber dari
APBD.
11
VII. PEMBIAYAAN
Kegiatan
pelaksanaan
pengembangan
penanganan pascapanen kopi dibiayai dengan dana
APBN yang dialokasikan pada DIPA Ditjen
Perkebunan Tugas Pembantuan provinsi atau
Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2013.
VIII.
PENUTUP
15
Lampiran 1
REKAPITULASI ALAT/MESIN PASCAPANEN KOPI 2013
No.
Provinsi
Kabupaten
Aceh
Sumsel
Gayo Lues
(1 KT)
Muara enim
(1 KT)
Jambi
Kerinci
(4 KT)
Bengkulu
Kepahyang
(1 KT)
Jawa Barat
Garut
Jenis Alat
-
Huller 500 Kg
Bangunan uph
Huller 500 Kg
Pulper 1 ton
Bangunan uph
Terpal
Pulper 200 Kg
Huller 100 Kg
terpal
Pulper 1 ton
Huller 500 kg
Terpal
Lantai jemur
Huller 100 Kg
Vol. (Unit)
1
1
1
1
1
20
4
4
32
1
1
60
1
1
16
( 1 KT)
Ciamis
( 1 KT )
6
7
Jateng
Jatim
Kendal (1 KT)
Bondowoso
(1 KT)
Nganjuk
(1 KT)
8
Bali
Bangli
(1 KT)
Pulper 200 Kg
Terpal
Alat sortasi biji 400 kg
Huller 100 Kg
Pulper 200 Kg
Terpal
Alat sortasi biji 400 kg
Huller 200 Kg
Pulper 1 ton
Huller 500 kg
Washer 500 kg
Para para
Terpal
Alat ukur kadar air
Pulper 1 ton
Huller 500 kg
terpal
Pulper 1 ton
Huller 500 Kg
Terpal
1
20
1
1
1
20
1
1
1
1
1
30
30
1
1
1
16
1
1
40
17
NTB
Sumbawa
(1 KT)
10
NTT
11
Lampung
Manggarai
(1 KT)
Manggarai Timur
(1 KT)
Lampung Barat
(1 KT)
12
Sumut
Samosir
(1 KT)
Para para
Alat ukur kadar air
Pulper 1 ton
Huller 500 kg
Terpal
Para para
Pulper 1 ton
Huller 500 kg
Pulper 1 ton
Huller 500 kg
Huller 500 Kg
Pulper 1 ton
Terpal
Alat sortasi biji 1 ton
Pulper 1 ton
Huller 500 kg
Alat sortasi biji 1 ton
Para para
40
1
1
1
30
30
1
1
1
1
1
1
50
1
1
1
1
10
KT : Kelompok Tani
18
Lampiran 2
SPESIFIKASI ALAT/MESIN PASCAPANEN KOPI
1. Pulper 1 ton/ jam
Spesifikasi :
- Kapasitas 1 ton/ jam
- Tipe : 2 silinder
- Penggerak : motor bensin 5.5 pk
2. Pulper 200 Kg/ jam
Spesifikasi :
- Kapasitas 200 Kg/ jam
- Tipe 1 silinder
- Penggerak : motor bensin 5.5 pk
3. Huller 500 Kg/ jam
Spesifikasi :
- Kapasitas 500 Kg/ jam
- Tipe silinder horisontal
- Penggerak : motor bensin 16 - 18 pk
4. Huller 200 Kg/ jam
Spesifikasi :
- Kapasitas 200 Kg/ jam
- Tipe silinder horisontal
- Penggerak : motor bensin 8 - 10 pk
5. Huller 100 Kg/ jam
Spesifikasi :
- Kapasitas 100 Kg/ jam
19
21
Lampiran 3
PELATIHAN PASCAPANEN KOPI
1) Materi yang disampaikan :
-
Pemeliharaan Tanaman
Pemanenan
Penanganan Pascapanen
Jaminan mutu dan keamanan Pangan
Strategi dan Jaringan Pemasaran
Kelembagaan Usaha
Praktek panen dan pascapanen
2) Waktu pelaksanaan
Pelatihan dilaksanakan selama 3 hari (24 jpl)
meliputi teori dan praktek.
3) Lokasi Pelaksanaan
Kegiatan
pelatihan
pascapanen
kopi
dilaksanakan khusus untuk Propinsi Lampung di
Kab. Lampung Barat
4) Peserta
Peserta pelatihan adalah sebanyak 35 org
peserta yang berasal dari kelompok tani kabupaten
setempat
22
PEDOMAN TEKNIS
Penanganan Pascapanen Tanaman Lada
Tahun 2013
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lada merupakan salah satu komoditas
ekspor tradisional andalan Indonesia, yang
diperoleh dari buah tanaman lada black pepper
(Piper nigrum Linn). Walaupun bukan tanaman asli
Indonesia peranannya sangat besar di dalam
perekonomian nasional. Riwayatnya sebagai
komoditas perdagangan Indonesia pun sangat
panjang karena tercatat sebagai produk pertama
Indonesia yang diperdagangkan ke Eropa melalui
Arabia dan Persia ( Wahid, 1996).
Hampir semua pertanaman lada di Indonesia
diusahakan dalam bentuk usaha tani kecil (small
holders) dan tersebar pada beberapa propinsi.
Daerah sentra produksi utama lada adalah
Lampung dan Sumatra Selatan (Bangka - Belitung).
Daerah daerah lada lainnya adalah Kalimantan
Barat, Kalimantan Timur, Bengkulu, dan Sulawesi
Selatan dan kini komoditas lada di Indonesia telah
berkembang di 24 propinsi. Lada hitam Indonesia
di perdagangan Internasional dikenal dengan nama
Lampung Black Pepper, sedangkan lada putih
dikenal dengan nama Muntok White pepper.
Dikenal dengan nama-nama tersebut karena
daerah Lampung dan Muntok (di pulau Bangka)
merupakan daerah sentra produksi pertama yang
mengembangkan lada di Indonesia. Dari seluruh
hasil produksi lada Indonesia sekitar 80 - 90 persen
1
pelaksanaan
kegiatan
pengembangan
penanganan pascapanen tanaman lada.
b. Meningkatkan pencapaian mutu lada melalui
penanganan pascapanen di tingkat petani.
c. Meningkatkan nilai tambah, daya saing dan
harga jual produk lada.
II.
Lokasi
Jenis
Kep. Babel Penyediaan sarana,
alat dan mesin
Kaltim
pascapanen Lada
Volume
2 KT
2 KT
7
IV.
Peraturan
Barang
kepada
4.3
V.
1) Pembinaan
kelompok
dilakukan
secara
terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga
kelompok mampu mengembangkan usahanya
secara mandiri. Untuk itu diperlukan dukungan
dana pembinaan lanjutan yang bersumber dari
APBD.
2) Agar pelaksanaan kegiatan ini memenuhi kaidah
pengelolaan
sesuai
prinsip
pelaksanaan
kepemerintahan yang baik (good governance)
dan pemerintah yang bersih (clean governance),
maka pelaksanaan kegiatan harus mematuhi
prinsip-prinsip: Mentaati ketentuan peraturan
dan perundangan, Membebaskan diri dari
praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),
Menjunjung tinggi keterbukaan informasi,
transparansi dan demokratisasi, Memenuhi asas
akuntabilitas.
3) Tanggung jawab pelaksanaan kegiatan ini baik
secara teknis maupun dalam pembinaan berada
11
12
VII. PEMBIAYAAN
Kegiatan
pelaksanaan
pengembangan
penanganan pascapanen lada dibiayai dengan dana
APBN yang dialokasikan pada DIPA Ditjen
Perkebunan Tugas Pembantuan provinsi atau
Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2013. ini dibiayai
dengan dana APBN yang dialokasikan pada DIPA
Ditjen Perkebunan Tahun Anggaran 2013.
VIII.
PENUTUP
15
Lampiran 1
REKAPITULASI ALAT/MESIN PASCAPANEN LADA 2013
No.
1
Provinsi
Kep. Babel
Kaltim
Kabupaten
Bangka Barat
(2 KT)
Kutai Kertanegara
(2 KT)
Mesin
Mesin
Mesin
Mesin
Jenis Alat
Perontok lada
Penggiling lada
Perontok lada
Penggiling lada
Vol. (Unit)
4
4
4
4
KT : Kelompok Tani
16
Lampiran 2
SPESIFIKASI ALAT/MESIN PASCAPANEN LADA
1. Mesin Perontok Lada
Spesifikasi :
- Kapasitas 650 700 Kg/Jam
- Motor penggerak : 5,5 HP
2. Mesin Penggiling lada
Spesifikasi :
- Kapasitas 400 500 kg/ jam
- Motor pengerak : 5,5 HP
17
PEDOMAN TEKNIS
Penanganan Pascapanen Tanaman Pala
Tahun 2013
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pala (Myristica Fragan Houtt) adalah tanaman
asli Indonesia yang berasal dari kepulauan Banda
dan Maluku. Tanaman pala menyebar ke Pulau
Jawa, pada saat perjalanan Marcopollo ke
Tiongkok yang melewati pulau Jawa pada tahun
1271 sampai tahun 1295. Pembudidayaan tanaman
pala terus meluas sampai ke Sumatera. Sampai
saat ini daerah penghasil utama pala di Indonesia
adalah Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Sumatra
Barat, Nanggroe Aceh Darusalam, Jawa Barat dan
Papua.
Buah pala berbentuk bulat berkulit kuning
jika sudah tua dan berdaging putih. Bijinya berkulit
tipis agak keras berwarna hitam kecokelatan yang
dibungkus fuli berwarna merah padam. Isi bijinya
putih, bila dikeringkan menjadi gelap kecokelatan
dengan aroma khas. Buah pala terdiri atas daging
buah (77,8%), fuli (4 %), tempurung (5,1%) dan biji
(13,1%) dan dikenal sebagai rempah yang memiliki
nilai ekonomi tinggi dan multiguna karena setiap
bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk bahan
berbagai industri. Biji dan fuli merupakan produk
utama dari tanaman pala, yang sebagian besar
untuk diekspor dan berfungsi sebagai rempah, baik
untuk keperluan sehari-hari maupun untuk industri
makanan dan minuman. Daging buah yang muda
banyak digunakan untuk makanan ringan dan
1
II.
atau
Kepala
perkebunan.
Dinas
yang
membidangi
Lokasi
Jawa Brt
Sulut
Maluku
Maluku Utr
Papua Brt
Jenis
Penyediaan sarana,
alat dan mesin
pascapanen dan
Pertemuan Teknis
Petani Pala
Volume
3 KT
3 KT
3 KT
3 KT
3 KT
IV.
Barang
kepada
V.
1) Pembinaan
kelompok
dilakukan
secara
terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga
kelompok mampu mengembangkan usahanya
secara mandiri. Untuk itu diperlukan dukungan
dana pembinaan lanjutan yang bersumber dari
APBD.
12
VII. PEMBIAYAAN
Kegiatan
pelaksanaan
pengembangan
penanganan pascapanen pala dibiayai dengan dana
APBN yang dialokasikan pada DIPA Ditjen
Perkebunan Tugas Pembantuan provinsi atau
Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2013.
VIII.
PENUTUP
16
Lampiran 1
REKAPITULASI ALAT/MESIN PASCAPANEN PALA 2013
No.
1
Provinsi
Jawa Barat
Sulawesi Utr
Maluku
Maluku Utr
Kabupaten
Sukabumi
(3 KT)
Bitung
(3 KT)
Kota Ternate
Jenis Alat
pengering pala
Mesin pemecah cangkang
pala
terpal
Pengering Pala
Mesin pemecah cangkang
pala
Aflatoxin meter
Pengering Pala
Mesin pemecah cangkang
pala
Aflatoxin meter
Pengering Pala
Vol. (Unit)
3
3
48
3
3
3
3
3
3
3
17
(3 KT)
Papua Brt
Fak Fak
(3 KT)
3
3
3
3
3
KT : Kelompok Tani
18
Lampiran 2
SPESIFIKASI ALAT/MESIN PASCAPANEN PALA
1. Aflatoxin meter
Spesifikasi :
- Range ukur : 0.1 1 ng/ml (PPB)
- Sensitivitas : <0.1 ng/ ml
- Power : 40 W, 220 V, 50-60 Hz
2. Pengering Pala
Spesifikasi :
Tipe : Dry Box, Kapasitas : 2,5 ton / proses
Dimensi (pxlxt) : 6.5x2x1.5 m
Motor : 7,5 PK
Body : plast mild steel
Putaran blower : 1800 rpm
Blower : axial Kapasitas 200 Kg/ jam
3. Mesin pemecah cangkang pala
Spesifikasi :
Dimensi : 1500 x 900 x 1250 mm
Pengerak : Bensin 5, 5 HP
Transmisi : Gear Box dan Pulley
Roll : 1 buah
Kapasitas : 300-400 kg/ jam
4. Terpal
Spesifikasi :
- Ukuran 6 x 5 m2 , Type bahan terpal A 12
19
Lampiran 3
PERTEMUAN TEKNIS PETANI PALA
1) Materi yang disampaikan :
-
Penanganan Pascapanen
Jaminan mutu dan keamanan Pangan
Strategi dan Jaringan Pemasaran
Kelembagaan Usaha
Praktek pascapanen
2) Waktu pelaksanaan
Pertemuan teknis dilaksanakan selama 2 hari
(20 jpl) meliputi teori dan praktek.
3) Lokasi Pelaksanaan
Kegiatan pertemuan teknis petani pala
dilaksanakan untuk Propinsi Jawa Barat di Kab.
Sukabumi, Sulawesi Utara di Kab. Bitung, Maluku di
Seram Bag. Timur, Maluku Utara di Kota Ternate,
Papua Barat di Fak fak
4) Peserta
Peserta pertemuan teknis adalah sebanyak 45
org peserta yang berasal dari kelompok tani
kabupaten setempat
20
PEDOMAN TEKNIS
Penanganan Pascapanen Tanaman Cengkeh
Tahun 2013
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cengkeh (Syzigium aromaticum) merupakan
salah satu komoditas pertanian yang tinggi nilai
ekonominya. Baik sebagai rempah-rempah, bahan
campuran rokok kretek atau bahan dalam
pembuatan minyak atsiri. Produksi Cengkeh
mempunyai peranan yang cukup besar dalam
menunjang upaya peningkatan pendapatan negara
karena sampai saat ini Cukai rokok merupakan
salah satu sumber pendapatan negara yang sangat
besar
dibanding
dengan
sumber-sumber
pendapatan lainnya.
Besarnya cukai Rokok Kretek tergantung dari
perkembangan produksi Rokok Kretek yang
dihasilkan oleh Pabrik Rokok Kretek di Indonesia.
Sedangkan produksi Rokok baik kualitas maupun
kuantitasnya akan sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan pasokon Cengkeh yang merupakan
bahan baku utama produksi Rokok Kretek.
Berdasarkan data statistik perkebunan (2011),
luas areal Perkebunan Cengkeh nasional pada
tahun 2010 adalah 470.041 Ha dengan total
produksi sebesar 98.386 ton. 98 % dari luasan
kebun cengkeh tersebut diatas merupakan milik
petani sedangkan sisanya diusahakan oleh
Perusahaan baik milik negara maupun swasta.
Volume ekspor cengkeh nasional adalah sebesar
6.008 ton. Hal ini menunjukan bahwa produksi
1
cengkeh
nasional
sebagaian
besar
masih
dikonsumsi di dalam negeri, baik itu untuk
kebutuhan campuran rokok maupun untuk rempah
dan obat.
Pengusahaan cengkeh yang sebagian besar
diusahakan oleh petani membuat kualitas cengkeh
yang dihasilkan menjadi lebih beragam.
Penerapan Good Agricultural Practices (GAP)
dan Good Handling Practices (GHP) menjadi
jaminan bagi konsumen, bahwa produk yang
dipasarkan diperoleh dari hasil serangkaian proses
yang efisien, produktif dan ramah lingkungan.
Dengan demikian petani akan mendapatkan nilai
tambah berupa insentif peningkatan harga dan
jaminan pasar yang memadai.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka
diperlukan upaya pembinaan kepada petani/
kelompok tani oleh petugas/penyuluh/pendamping
agar dapat menerapkan teknologi pascapanen yang
baik dan benar berbasis Good Handling Practices
(GHP) dengan tidak mengabaikan prinsip-prinsip
Good Agricultural Practices (GAP).
1.2 Sasaran Nasional
a. Mendukung Program Peningkatan Produksi,
Produktivitas dan Mutu melalui kegiatan
penanganan pascapanen di
provinsi sentra
produksi Cengkeh.
2
II.
Lokasi
Gorontalo
Jabar
Jenis
Penyediaan sarana/
alat pascapanen
Cengkeh
Volume
2 KT
2 KT
IV.
Barang
kepada
V.
1) Pembinaan
kelompok
dilakukan
secara
terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga
kelompok mampu mengembangkan usahanya
secara mandiri. Untuk itu diperlukan dukungan
dana pembinaan lanjutan yang bersumber dari
APBD.
10
VII. PEMBIAYAAN
Kegiatan
pelaksanaan
pengembangan
penanganan pascapanen cengkeh dibiayai dengan
dana APBN yang dialokasikan pada DIPA Ditjen
Perkebunan Tugas Pembantuan provinsi atau
Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2013.
VIII.
PENUTUP
14
Lampiran 1
REKAPITULASI SARANA/ALAT PASCAPANEN CENGKEH 2013
No.
1
Provinsi
Gorontalo
Jawa Barat
Kabupaten
Gorontalo
(2 KT)
Cianjur
(2 KT)
Jenis Alat
Lantai jemur
terpal
Lantai jemur
terpal
Vol. (Unit)
2
50
2
50
KT : Kelompok Tani
15
Lampiran 2
SPESIFIKASI SARANA/ALAT PASCAPANEN
CENGKEH
1. Lantai Jemur
Spesifikasi :
- Ukuran : 15 x 15 m2
- ketebalan jadi : 0.2 m
- coran beton bertulang
2. Terpal
Spesifikasi :
- Ukuran 6 x 5 m2
- Type bahan terpal A 12
16
PEDOMAN TEKNIS
Penanganan Pascapanen Tanaman Nilam
Tahun 2013
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sentra tanaman nilam di Indonesia tersebar di
beberapa propinsi dimana sebagian besar berada di
wilayah Sumatera dan sisanya berada di wilayah
Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan beberapa wilayah
lain yang belum tercatat sebagai wilayah produsen
minyak nilam. Sebaran di wilayah Sumatera
terdapat di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera
Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan
Lampung.
Di
wilayah
Kalimantan
mulai
dikembangkan di Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Tengah, wilayah Sulawesi meliputi
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat
dan Sulawesi Tenggara sedangkan untuk wilayah
Jawa seperti Jawa Timur, Jawa Tengah,
Yogyakarta dan Jawa Barat tanaman nilam
dikembangkan dengan sistem tanaman sela.
Tanaman nilam di Indonesia sebagian besar
masih
diusahakan
oleh
petani
dengan
menggunakan benih asalan, teknologi yang
sederhana dan sarana produksi yang minimal. Oleh
karena itu produksi maupun produktifitas serta
mutu minyak yang dihasilkan masih rendah.
Keunggulan minyak nilam asal Indonesia telah
dikenal di berbagai negara pengimpor minyak
nilam seperti Amerika, Perancis, Belanda, Jerman,
Jepang, Singapura, Hongkong, Mesir dan Arab
Saudi. Minyak nilam dalam industri digunakan
1
II.
Lokasi
Lampung
Jawa Brt
Gorontalo
Jenis
Penyediaan sarana,
alat dan mesin
pascapanen Nilam
Volume
1 KT
3 KT
1 KT
7
4
5
6
Sulbar
Sulteng
Bali
2 KT
1 KT
1 KT
Bimbingan
pascapanen
teknis
1 KT
IV.
Barang
kepada
4) Kelompok
yang
mengalami
kesulitan
untuk
mengakses sumber permodalan, sehingga sulit untuk
menerapkan rekomendasi teknologi anjuran secara
penuh dan memanfaatkan peluang pasar.
V.
1) Pembinaan
kelompok
dilakukan
secara
terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga
kelompok mampu mengembangkan usahanya
secara mandiri. Untuk itu diperlukan dukungan
dana pembinaan lanjutan yang bersumber dari
APBD.
2) Agar pelaksanaan kegiatan ini memenuhi kaidah
pengelolaan
sesuai
prinsip
pelaksanaan
kepemerintahan yang baik (good governance)
dan pemerintah yang bersih (clean governance),
maka pelaksanaan kegiatan harus mematuhi
prinsip-prinsip: Mentaati ketentuan peraturan
dan perundangan, Membebaskan diri dari
praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),
11
VII. PEMBIAYAAN
Kegiatan
pelaksanaan
pengembangan
penanganan pascapanen nilam dibiayai dengan
dana APBN yang dialokasikan pada DIPA Ditjen
Perkebunan Tugas Pembantuan provinsi atau
Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2013.
VIII. PENUTUP
Kegiatan pembangunan perkebunan oleh
Pemerintah dilakukan antara lain melalui fasilitasi
pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas
dan
kapabilitas
kelompok
dan
partisipasi
masyarakat. Fasilitasi sarana alat mesin kelompok
tani merupakan salah satu cara untuk memfasilitasi
kelompok-kelompok petani yang bergerak dalam
bidang
perkebunan
agar
mandiri
dalam
menjalankan usahataninya yang pada akhirnya
kelompok-kelompok tersebut berkembang dan
14
15
Lampiran 1
REKAPITULASI ALAT/MESIN PASCAPANEN NILAM 2013
No.
1
Provinsi
Lampung
Kabupaten
Lampung Utara
Jawa Barat
Sumedang
Garut
Kuningan
Bali
Karang asem
Sulteng
Donggala
Jenis Alat
alat penyuling nilam
Bangunan UPH
alat penyuling nilam
Bangunan UPH
alat penyuling nilam
Bangunan UPH
alat penyuling nilam
Bangunan UPH
alat penyuling nilam
Bangunan UPH
alat penyuling nilam
Bangunan UPH
Vol. (Unit)
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
16
Sulbar
Majene
Polman
Gorontalo
Pahuwato
1
1
1
1
1
1
KT : Kelompok Tani
17
Lampiran 2
SPESIFIKASI ALAT/MESIN PASCAPANEN NILAM
1. Alat Penyuling Nilam
Spesifikasi :
- Kapasitas : 100-200 Kg
- Diameter tabung : 760 mm
- Material tabung : stainless steel 3 mm
- Sumber Pemanas : Kayu bakar
2. Bangunan UPH nilam
Spesifikasi :
- Bangunan terdiri dari rumah pelayuan,
bangunan sarana penyulingan (termasuk
tungku)
18
Lampiran 3
BIMBINGAN TEKNIS PETANI NILAM
1) Materi yang disampaikan :
-
Penanganan Pascapanen
Jaminan mutu dan keamanan Pangan
Strategi dan Jaringan Pemasaran
Kelembagaan Usaha
Praktek pascapanen
2) Waktu pelaksanaan
Bimbingan teknis dilaksanakan selama 2 hari
(20 jpl) meliputi teori dan praktek.
3) Lokasi Pelaksanaan
Kegiatan bimbingan teknis petani nilam
dilaksanakan untuk Propinsi Bali di Kab. Karang
asem.
4) Peserta
Peserta bimbingan teknis adalah sebanyak 30
org peserta yang berasal dari kelompok tani
kabupaten setempat.
19
DUKUNGAN PASCAPANEN
DAN PEMBINAAN USAHA
PEDOMAN TEKNIS
(PENANGANAN PASCAPANEN KELAPA)
TAHUN 2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luas
Areal (Ha)
Produksi
(Ton)
2006
2007
2008
2009
2010
3.788.892
3.787.989
3.783.074
3.799.124
3.739.350
3.131.158
3.193.266
3.239.672
3.257.969
3.166.666
Ekspor
(Ton)
Minyak
Kopra
Kelapa
519.973
238.359
739.923
323.288
649.362
247.022
571.157
209.046
567.497
231.397
Impor
(Ton)
Minyak
Kopra
Kelapa
8.990
7.366
271
125
232
18
287
-
Sesuai
dengan
Rencana
Strategis
Direktorat Pascapanen dan Pembinaan
Usaha Tahun
2010 2014 adalah:
1. Peningkatan ketersediaan dan penerapan
teknologi
pascapnen
tanaman
perkebunan.
2. Peningkatan mutu, nilai tambah dan daya
saing hasil perkebunan.
Program
Peningkatan
Produksi,
Produktivitas,
dan
Mutu
Tanaman
Perkebunan Berkelanjutan, kegiatan yang
akan dilaksanakan adalah :
1. Tercapainya optimalisasi penyediaan dan
pemanfaatan sarana pascapanen yang
telah diberikan pemerintah.
2. Dihasilkannya produk pascapanen yang
bermutu sesuai dengan permintaan pasar
3. Tercapainya harga yang proporsional bagi
petani
4. Tercapainya peningkatan nilai daya saing
nasional di pasar luar negeri
5. Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya
pada Direktorat Jenderal Perkebunan.
1) Provinsi Jambi
a) Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Rumah pengasapan untuk 3 poktan
masing-masing (ukuran 5x6 m).
b) Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Rumah pengasapan untuk 3 poktan
masing-masing (ukuran 5x6 m).
2) Provinsi Jawa Tengah
a) Kabupaten Banyumas
Peralatan
dan
perlegkapan
pembuatan gula semut untuk 7
poktan, masing-masing terdiri dari:
Wajan aluminium
Saingan nira stainless
Tungku hemat energi
Pengaduk
Oven pengering gula kelapa kristal
Pengukur kadar air
Pengayak gula ristal
3) Provinsi NTT
a) Kabupaten Timor Tengah Selatan
- UPH Sentra VCO dan Minyak Goreng
untuk 4 poktan, masing-masing terdiri
dari:
- (mesin parut kelapa, baskom plastik
besar, toples plastik besar, saringan
plastik untuk santan, pengaduk/sutel
kayu, selang plastik kecil, ember
plastik sedang, gayung plastik, sendok
plastik besar, toples plastik sedang,
7
pengaduk/sutel,
corong
sedang, botol kemasan
goreng 1 liter).
minyak
minyak
10
dan
dan
dan
7) Provinsi Maluku
a) Kabupaten Maluku Tenggara
Peralatan
dan
perlengkapan
pembuatan kopra untuk 2 poktan yang
terdiri dari:
Rumah pengasapan kopra
Lantai jemur Alat pengasapan
Alat uji kadar air kopra
Alat cungkil daging kelapa
11
12
Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan
kegiatan
penanganan
pascapanen tanaman kelapa, dilakukan
secara terus menerus dan berkelanjutan
meliputi:
1. Kegiatan Pusat
- Pelaksanaan kegiatan workshop dan
pembahasan pedoman;
- Sosialisasi, koordinasi, bimbingan,
pembinaan,
pengawalan dan
evaluasi kegiatan serta inventarisasi
alat pascapanen yang diwujudkan
dalam bentuk perjalanan dinas ke
provinsi
dan
kabupaten
yang
melaksanakan kegiatan ini.
- Pelaporan
- Dukungan administrasi.
2. Kegiatan Provinsi
- Melaksanakan pengadaan peralatan
atau perlengkapan pascapanen
13
3. Kegiatan Kabupaten
- Melaksanakan pengadaan peralatan
atau perlengkapan pascapanen
kelapa sesuai dengan Perpres
Nomor 54 tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
tanggal 6 Agustus 2010 apabila
dana bantuan berupa dana Tugas
Pembantuan Kabupaten.
- Pelaksanaan
koordinasi/konsultasi
oleh
dinas
kabupaten
yang
membidangi perkebunan ke provinsi
dan koordinasi ke lokasi dalam
rangka persiapan, pelaksanaan, dan
pembinaan.
- Pelaporan
14
- Dukungan administrasi.
- Dapat berupa dukungan pelatihan
bagi petani yang mendapat bantuan.
Adapun capaian serapan
kegiatan harus mencapai :
Triwulan I : 30 %
Triwulan II: 60 %
Triwulan III: 100 %
anggaran
PROVINSI
1.
Jambi
2.
Jawa
Tengah
3.
Nusa
Tenggara
Timur
JENIS BANTUAN
Rumah pengasapan
berukuran ukuran 5x6 m
di Kabupaten Tanjung
Jabung Barat dan
tanjung Jabung Timur
Peralatan dan
perlegkapan pembuatan
gula semut di Kabupaten
Banyumas
Bantuan UPH VCO dan
Nata De Coco di
Kabupaten Timur Tengah
Selatan, Belu dan Ende
UPH Sentra VCO dan
Minyak Goreng beserta
bimbingan teknis
UPH Sentra Nata De
15
VOL
(KT)
6
12
4.
Kalimantan
Barat
5.
Kalimantan
Tengah
6.
Sulawesi
Utara
7.
Maluku
8.
Maluku
Utara
Coco beserta
bimbinganteknis
Peralatan dan
Perlengkapan Pengolah
Cocomesh di Kabupaten
Singkawang
Peralatan dan
perlengkapan pembuatan
gula semut di Kabupaten
Banyumas
Rumah pengasapan kopra
dan peralatannya di
Kabupaten Minahasa,
Minahasa Utara dan
Minahasa Selatan
Peralatan dan
perlengkapan pembuatan
kopra di Kabupaten
Maluku Tenggara dan
Maluku Tenggara Barat
Rumah pengasapan kopra
dan lantai jemur di
Kabupaten Hakmahera
Utara dan Halmahera
Barat
16
22
D. Simpul Kritis
Permasalahan
dalam
penanganan
pascapanen produk kelapa nasional adalah:
Masih terbatasnya produk olahan kelapa
yang dilaksanakan oleh kelompok tani
Kualitas produk olahannya yang masih
rendah
Kebersihan dalam proses pengolahan
yang masih kurang.
Sebagai upaya dalam mengatasi
permasalahan tersebut maka Direktorat
Jenderal Perkebunan memberikan fasilitasi
peralatan pascapanen tanaman kelapa
untuk kelompok tani di daerah sasaran.
Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut,
terdapat beberapa simpul kritis yang perlu
diwaspadai antara lain:
1. Kelompok sasaran penerima bantuan
2. Proses pelaksanaan pengadaan barang
3. Spesifikasi teknis peralatan penanganan
pascapanen kelapa
4. Pemanfaatan barang bantuan oleh
kelompok tani
17
18
20
22
23
24
25
DUKUNGAN PASCAPANEN
DAN PEMBINAAN USAHA
PEDOMAN TEKNIS
(PENANGANAN PASCAPANEN KARET)
TAHUN 2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut undang-undang nomor 18 tahun
2004
tentang
Perkebunan
bahwa
perkebunan
mempunyai
fungsi
(1)
ekonomi,
yakni
untuk
peningkatan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, (2)
ekologi, yakni peningkatan konservasi
tanah dan air, penyerap karbon, penyedia
oksigen, penyangga kawasan lindung (3)
dan sosial budaya, yakni sebagai perekat
dan pemersatu bangsa.
Karet (Hevea brasiliensis. Sp) adalah salah
komoditi perkebunan yang peranan penting
dalam perekonomian Indonesia yang
pembinaanya ada di bawah Direktorat
Jenderal Pekebunan.
Pada tahun 2010 luas areal karet di
Indonesia mencapai 3.445.121 Ha, jumlah
produksi sebesar 2.591.935 ton dan
produktivitas sebesar 935 Kg/Ha/Th. Usaha
perkebunan karet dapat menyerap tenaga
kerja sebanyak 2.077.450 orang. (Statistik
Perkebunan 2009-2011).
Dari total luas areal perkebunan karet di
Indonesia, sebagian besar terdiri dari
perkebunan rakyat seluas 2.934.378 Ha
1
B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan
Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen
Karet adalah :
1. Memberikan pedoman bagi kelompok
tani dan petugas lapangan dalam
penanganan pascapanen karet sehingga
menghasilkan produk yang berkualitas
baik, menekan kehilangan hasil dan
meningkatkan
efisiensi
usaha
pascapanen.
2. Meningkatkan ketrampilan kelompok
tani dalam penanganan pascapanen
karet
C. Sasaran Nasional
Sasaran nasional sesuai dengan rencana
strategis Kementerian Pertanian untuk
periode 2010-2014 yang akan ditindak
lanjuti dan dilaksanakan oleh Direktorat
Pascapanen
dan
Pembinaan
Usaha,
Direktorat Jenderal Perkebunan antara
lain :
1. Penyediaan
dan
Pengembangan
Prasarana dan Sarana Pertanian
2. Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing,
Industri Hilir, Pemasaran dan Ekspor
Hasil Pertanian.
untuk
untuk
untuk
Mangkok sadap
Ring mangkok sadap
Talang sadap
Bak pembeku aluminium
Bahan pembeku lateks
2) Kabupaten Batubara
Bantuan
peralatan
panen
4 poktan yang terdiri dari:
Pisau sadap
Mangkok sadap
Ring mangkok sadap
Talang sadap
Bak pembeku aluminium
Bahan pembeku lateks
c) Provinsi Riau
1) Kabupaten Kuantan Singingi
Bantuan
peralatan
panen
4 poktan yang terdiri dari:
Pisau sadap
Mangkok sadap
Ring mangkok sadap
Talang sadap
Bak pembeku aluminium
Bahan pembeku lateks
untuk
untuk
2) Kabupaten Kampar
Bantuan
peralatan
panen
4 poktan yang terdiri dari:
Pisau sadap
Mangkok sadap
Ring mangkok sadap
Talang sadap
Bak pembeku aluminium
Bahan pembeku lateks
d) Provinsi Sumatera Selatan
1) Kabupaten Musi Banyuasin
Bantuan
peralatan
panen
4 poktan yang terdiri dari:
Pisau sadap
Mangkok sadap
Ring mangkok sadap
Talang sadap
Bak pembeku aluminium
Bahan pembeku lateks
2) Kabupaten Muara Enim
Bantuan
peralatan
panen
4 poktan yang terdiri dari:
Pisau sadap
Mangkok sadap
Ring mangkok sadap
Talang sadap
Bak pembeku aluminium
Bahan pembeku lateks
untuk
untuk
untuk
3) Kabupaten Prabumulih
Bantuan
peralatan
panen
4 poktan yang terdiri dari:
Pisau sadap
Mangkok sadap
Ring mangkok sadap
Talang sadap
Bak pembeku aluminium
Bahan pembeku lateks
4) Kabupaten Ogan Ilir
Bantuan
peralatan
panen
4 poktan yang terdiri dari:
Pisau sadap
Mangkok sadap
Ring mangkok sadap
Talang sadap
Bak pembeku aluminium
Bahan pembeku lateks
e) Provinsi Bengkulu
1) Kabupaten Bengkulu Utara
Bantuan
peralatan
panen
4 poktan yang terdiri dari:
Pisau sadap
Mangkok sadap
Ring mangkok sadap
Talang sadap
Bak pembeku aluminium
Bahan pembeku lateks
untuk
untuk
untuk
10
2) Kabupaten Seluma
Bantuan
peralatan
panen
4 poktan yang terdiri dari:
Pisau sadap
Mangkok sadap
Ring mangkok sadap
Talang sadap
Bak pembeku aluminium
Bahan pembeku lateks
untuk
11
g) Provinsi Banten
1) Kabupaten Lebak
Bantuan
peralatan
panen
untuk
3 poktan yang terdiri dari:
Hand mangel (1 batik + 2 polos/tebal
& tipis)
Pondok Hand Mangel
2) Kabupaten Pandeglang
Peralatan
dan
perlengkapan
pembuatan kopra untuk 3 poktan yang
terdiri dari:
Hand mangel (1 batik + 2 polos/tebal
& tipis)
Pondok Hand Mangel
h) Provinsi Jawa tengah
1) Kabupaten Cilacap
Bantuan
peralatan
panen
3 poktan yang terdiri dari:
Pisau sadap
Mangkok sadap
Ring mangkok sadap
Talang sadap
Bak pembeku aluminium
Bahan pembeku lateks
untuk
12
untuk
13
Pisau sadap
Mangkok sadap
Ring mangkok sadap
Talang sadap
Bak pembeku aluminium
Bahan pembeku lateks
k) Kalimantan Selatan
1) Kabupaten Balangan
Bantuan
peralatan
panen
3 poktan yang terdiri dari:
Pisau sadap
Mangkok sadap
Ring mangkok sadap
Talang sadap
Bak pembeku aluminium
Bahan pembeku lateks
untuk
2) Kabupaten Banjar
Bantuan peralatan panen untuk
1
poktan yang terdiri dari:
Gudang pengolahan hasil semi permanen
ukuran 4 x 5 m
Rumah asap semi permanen ukuran 6 x 4
x8 m
Gudang sortasi 4 x 5 m
Meja Sortasi
Press Sit Asap (packing)
Gunting, kaca transparan, meja
Timbangan duduk
Instalasi Air Bersih
Gudang penyimpanan (trasito)
14
3) Kabupaten Tabalong
Bantuan
peralatan
panen
3 poktan yang terdiri dari:
Pisau sadap
Mangkok sadap
Ring mangkok sadap
Talang sadap
Bak pembeku aluminium
Bahan pembeku lateks
4) Kabupaten Kota Baru
Bantuan
peralatan
panen
4 poktan yang terdiri dari:
Pisau sadap
Mangkok sadap
Ring mangkok sadap
Talang sadap
Bak pembeku aluminium
Bahan pembeku lateks
untuk
untuk
15
2. Kegiatan Provinsi
- Melaksanakan pengadaan peralatan
atau perlengkapan pascapanen karet
sesuai dengan Perpres Nomor 54
tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah tanggal 6
Agustus 2010 apabila dana bantuan
berupa dana Tugas Pembantuan
Provinsi.
- Pelaksanaan koordinasi/konsultasi oleh
dinas provinsi yang membidangi
perkebunan, koordinasi ke kabupaten
dalam rangka persiapan, pelaksanaan
dan pembinaan.
- Pelaporan
- Dukungan administrasi
- Dapat berupa dukungan pelatihan bagi
petani yang mendapat bantuan.
3. Kegiatan Kabupaten
- Melaksanakan pengadaan peralatan
atau perlengkapan pascapanen karet
sesuai dengan Perpres Nomor 54
tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah tanggal 6
Agustus 2010 apabila dana bantuan
berupa dana Tugas Pembantuan
Kabupaten.
- Pelaksanaan koordinasi/konsultasi oleh
dinas kabupaten yang membidangi
perkebunan ke provinsi dan koordinasi
17
anggaran
2.
Jenis Bantuan
Provinsi
Aceh
Bantuan peralatan
panen dan
pascapanen karet di
Kabupaten Aceh
Tamiang dan Aceh
Utara
Provinsi
Sumatera
Utara
Bantuan peralatan
panen dan
pascapanen karet di
Kabupaten Serdang
Bedagai dan Batubara
Volume
(KT)
8
18
3.
Riau
Bantuan peralatan
panen dan pascapanen
karet di Kabupaten
Kuantan Singingi dan
Kampar
4.
Sumatera
Selatan
Bantuan peralatan
panen dan pascapanen
karet di Kabupaten
Musi Banyuasin, Muara
Enim, Prabumulih,
Ogan Ilir
16
5.
Bengkulu
6.
Jawa Barat
7.
Banten
8.
Kalimantan
Barat
Bantuan peralatan
panen dan pascapanen
karet di Kabupaten
Bengkulu dan Seluma
Bantuan peralatan
panen dan pascapanen
karet di Kabupaten
Cianjur dan Sukabumi
Bantuan peralatan
panen dan pascapanen
karet di Kabupaten
lebak dan Pandeglang
Bantuan peralatan
panen dan pascapanen
karet di Kabupaten
Melawi dan Sambas
19
9.
Kalimantan
Tengah
10. Kalimantan
Selatan
Bantuan peralatan
panen dan pascapanen
karet di Kabupaten
Lamandau
Bantuan peralatan
panen dan pascapanen
karet di
KabupatenBalangan,
Tabalong, Kota Baru,
Banjar
11
D. Simpul Kritis
Permasalahan
dalam
penanganan
pascapanen karet nasional adalah rendahnya
kualitas bahan olah karet (bokar) yang
dihasilkan oleh petani. Sebagai upaya dalam
mengatasi permasalahan tersebut maka
Direktorat Jenderal Perkebunan memberikan
fasilitasi peralatan pascapanen tanaman karet
untuk kelompok tani di daerah sasaran. Dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut, terdapat
beberapa simpul kritis yang perlu diwaspadai
antara lain:
1. Kelompok sasaran penerima bantuan
2. Proses pelaksanaan pengadaan barang
3. Spesifikasi teknis peralatan penanganan
pascapanen karet
4. Pemanfaatan barang bantuan oleh kelompok
tani
20
21
B. Mekanisme Penyaluran
Kelompok Tani
Barang
Kepada
22
dan
24
25
26
28
VIII. PENUTUP
Penyusunan Pedoman Teknis Kegiatan
Peningkatan Penanganan Pascapanen Tanaman
Karet Tahun 2013 dimaksudkan sebagai acuan
bagi semua pihak yang terkait dalam kegiatan
Pengembangan
Penanganan
Pascapanen
Tanaman Karet.
Pedoman Teknis ini akan ditindaklanjuti
dengan Petunjuk Pelaksanaan di tingkat
Provinsi dan Petunjuk Teknis di tingkat
Kabupaten.
Diharapkan
dengan
adanya
Pedoman Teknis ini kegiatan Penanganan
Pascapanen Tanaman Karet Tahun Anggaran
2013 dapat terlaksana dengan baik sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
29
DUKUNGAN PASCAPANEN
DAN PEMBINAAN USAHA
PEDOMAN TEKNIS
(PENANGANAN PASCAPANEN JAMBU METE)
TAHUN 2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jambu mete (Anacardium occidentale
L) adalah salah satu komoditas perkebunan
yang potensial dikembangkan di Indonesia
karena memiliki arti ekonomis yang baik
sebagai bahan baku agroindustri, baik untuk
pasar dalam negeri maupun pasar ekspor.
Produk utama tanaman mete adalah
kacang mete dengan produk sampingnya
berupa buah semu dan cairan kulit biji mete
yang dikenal dengan CNSL (Cashew Nut Shell
Liquid). Sampai saat ini peluang pasar
kacang mete baik untuk kebutuhan dalam
negeri maupun ekspor masih sangat terbuka.
Sebagai komoditas ekspor kacang mete
memiliki prospek yang baik karena kacang
mete sangat digemari terutama sebagai
makanan kecil (snack) dan sebagai penyedap
rasa berbagai jenis makanan seperti es krim,
coklat batangan dan kue-kue.
Sentra tanaman mete tersebar di
Kawasan Timur Indonesia dan sebagian besar
pertanamannya ( 98%) diusahakan dalam
bentuk perkebunan rakyat. Penghasil utama
mete di Indonesia yaitu Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Jawa
Timur dan Jawa Tengah.
Ekspor
Impor
Volume
Nilai
Volume
Nilai
(Ton)
(000
(Ton)
(000
US$)
US$)
2006
63,406
56,584
19
65
2007
83,646
82,833
1,237
1,718
2008
66,990
77,755
1,090
1,743
2009
68,767
82,650
2,724
3,997
2010
45,593
71,581
2,008
3,171
Sumber : Data Statistik Perkebunan,
Indonesia 2010 2012 komoditi
Jambu Mete
Permasalahan yang banyak ditemukan
pada komoditas mete pada umumnya adalah
gelondong mete yang dihasilkan masih
banyak bercampur antara buah mete tua,
muda, cacat dan bercampur dengan kotoran.
Disamping itu kacang mete yang dihasilkan
banyak yang pecah. Hal ini menunjukkan
bahwa penanganan pascapanen belum
dilaksanakan dengan baik dan benar. Oleh
karena itu diperlukan pedoman teknis
penanganan pascapanen mete untuk menjadi
acuan seluruh stakeholders yang terkait
dengan penanganan pascapanen buah mete.
B. Tujuan
Tujuan
yang
ingin
dicapai
dari
penyusunan Pedoman teknis Penanganan
Pascapanen Mete ini adalah :
1. Menurunkan kehilangan hasil panen mete
dan menekan kehilangan hasil dan
meningkatkan efisiensi usaha pascapanen
2. Meningkatkan mutu hasil olahan mete
sehingga
sesuai
Standar
Nasional
Indonesia (SNI).
3. Meningkatkan nilai tambah hasil mete.
C. Sasaran Nasional
Sasaran nasional sesuai dengan rencana
strategis Kementerian Pertanian untuk
periode 2010-2014 yang akan ditindak
lanjuti dan dilaksanakan oleh Direktorat
Pascapanen
dan
Pembinaan
usaha,
Direktorat Jenderal Perkebunan antara
lain :
1. Penyediaan dan Pengembangan Prasarana
dan Sarana Pertanian
2. Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing,
Industri Hilir, Pemasaran dan Ekspor Hasil
Pertanian
Sesuai
dengan
Rencana
Strategis
Direktorat Pascapanen dan Pembinaan
Usaha Tahun
2010 2014 adalah:
1. Peningkatan ketersediaan dan penerapan
teknologi
pascapnen
tanaman
perkebunan.
3
Kacip ceklok
Wadah penampung kacang mete
Meja kerja
Plastik kemasan 5 kg polos
Plastik kemasan 0, 5 kg berlabel
Loyang plastik
- Pelaksanaan
koordinasi/konsultasi
oleh dinas provinsi yang membidangi
perkebunan, koordinasi ke kabupaten
dalam rangka persiapan, pelaksanaan
dan pembinaan.
- Pelaporan
- Dukungan administrasi
- Dapat berupa dukungan pelatihan bagi
petani yang mendapat bantuan.
3. Kegiatan Kabupaten
- Melaksanakan pengadaan peralatan
atau perlengkapan pascapanen jambu
mete sesuai dengan Perpres Nomor 54
tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah tanggal 6
Agustus 2010 apabila dana bantuan
berupa dana Tugas Pembantuan
Kabupaten.
- Pelaksanaan koordinasi/konsultasi oleh
dinas kabupaten yang membidangi
perkebunan ke provinsi dan koordinasi
ke lokasi dalam rangka persiapan,
pelaksanaan, dan pembinaan.
- Pelaporan
- Dukungan administrasi.
- Dapat berupa dukungan pelatihan bagi
petani yang mendapat bantuan.
10
Lokasi
Jenis Bantuan
Volume
(KT)
Nusa
Penyediaan Sarana Pendukung
Tenggara (alat dan bangunan)
Barat
pendukung pascapanen untuk
komoditas Jambu Mete
- Pengadaan kacip
- Lantai Jemur
Nusa
Penyediaan Sarana Pendukung
Tenggara (alat dan bangunan)
Timur
pendukung pascapanen untuk
komoditas Jambu Mete
Oven dryer
Vaccum packing
Ginset 5 kva
Alat ukur kadar air
Kacip ceklok
Wadah penampung kacang
mete
Meja kerja
Plastik 5 kg polos
Plastik 0,5 kg berlabel
Loyang plastic
11
D. Simpul Kritis
Permasalahan
dalam
penanganan
pascapanen
biji
mete
dan
produk
sampingnya (cangkang mete dan buah semu)
secara nasional adalah:
Masih terbatasnya produk olahan biji
mete dan produk sampingnya (cangkang
mete dan buah semu) yang dilaksanakan
oleh kelompok tani
Kualitas produk olahannya yang masih
rendah
Kebersihan dalam proses pengolahan yang
masih kurang.
Sebagai upaya
dalam mengatasi
permasalahan tersebut maka Direktorat
Jenderal Perkebunan memberikan fasilitasi
peralatan pascapanen tanaman karet untuk
kelompok tani di daerah sasaran. Dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut, terdapat
beberapa simpul kritis yang perlu
diwaspadai antara lain:
1. Kelompok sasaran penerima bantuan
2. Proses pelaksanaan pengadaan barang
3. Spesifikasi teknis peralatan penanganan
pascapanen jambu mete
4. Pemanfaatan barang bantuan oleh
kelompok tani.
12
13
Calon
sudah
aktif,
baru,
14
dapat
dipercaya
serta
mampu
mengembangkan usaha/kegiatan melalui
kerjasama kelompok, dengan jumlah
anggota minimal 25 orang
2. Kelompok yang bersangkutan tidak
mendapat penguatan modal atau fasilitasi
lain untuk kegiatan yang sama/sejenis
pada saat yang bersamaan atau mendapat
modal pada tahun-tahun sebelumnya
(kecuali kegiatan yang diprogramkan
secara bertahap dan saling mendukung)
3. Kelompok yang bersangkutan tidak
bermasalah dengan perbankan, kredit
atau sumber permodalan lainnya
4. Kelompok yang megalami kesulitan untuk
mengakses sumber permodalan, sehingga
sulit untuk menerapkan rekomendasi
teknologi anjuran secara penuh dan
memanfaatkan peluang pasar.
Kriteria calon kelompok sasaran lebih rinci
diatur dalam Pedoman yang diterbitkan oleh
eselon I maupun Petunjuk Pelaksanaan yang
diterbitkan provinsi dan Petunjuk Teknis yang
diterbitkan oleh Kabupaten/Kota seseuai
kondisi petani dan sosial budaya setempat.
Disamping kriteria umum calon kelompok
sasaran,
diharapkan
masing-masing
kabupaten/kota menyusun Kriteria Teknis
Calon Kelompok Sasaran.
15
17
B. Pelaporan
Tim Teknis Kabupaten / Kota dan Tim
Pembina Provinsi wajib membuat laporan
tentang pelaksanaan kegiatan yang terdiri
dari :
1) Laporan Perkembangan, berisi realisasi
kegiatan yang sedang berjalan dan
permasalahan yang dihadapi serta usulan
pemecahannya
dengan
periode
triwulanan.
2) Laporan Akhir, berisi realisasi kegiatan
yang berhasil dilaksanakan hingga akhir
tahun anggaran, permasalahan yang
dihadapi dan usulan tindak lanjut yang
perlu dilakukan, yang dibuat setelah
program berakhir.
Laporan pelaksanaan kegiatan Dana
Tugas Pembantuan per bulan sebagaimana
diatur dalam Sistem SIMONEV tersebut di
atas agar dikirim setiap tanggal 10 bulan
pelaporan
kepada
Direktur
Jenderal
Perkebunan
c.q.
Sekretaris
Ditjen
Perkebunan.
VII. PEMBIAYAAN
Kegiatan Penanganan Pascapnen Tanaman
Jambu mete Tahun 2013 ini dibiayai dari dana
APBN melalui DIPA Direktorat Jenderal
Perkebunan
Tugas
Pembantuan
(TP)
Provinsi/Kabupaten.
18
VIII. PENUTUP
Penyusunan Pedoman teknis Peningkatan
Penanganan Pascapanen Tanaman Mete Tahun
2013 dimaksudkan sebagai acuan bagi semua
pihak
yang
terkait
dalam
kegiatan
Pengembangan
Penanganan
Pascapanen
Tanaman Mete.
Pedoman teknis ini akan ditindak lanjuti
dengan Petunjuk Pelaksanaan di tingkat
Provinsi dan Petunjuk Teknis di tingkat
Kabupaten.
Diharapkan
dengan
adanya
Pedoman teknis ini kegiatan Penanganan
Pascapanen Tanaman Mete Tahun Anggaran
2013 dapat terlaksana dengan baik sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
19