Anda di halaman 1dari 7

FAKTOR RESIKO UNTUK SUSPEK GLOUKOMA PADA

PENDUDUK ASIA USIA MUDA DAN RAS CAUCASIAN


AMERIKA

1. PENDAHULUAN
Glaukoma adalah penyebab utama kebutaan di seluruh dunia yang irreversible dengan
prevalensi yang signifikan di Asia. Penyakit ini ditandai oleh kehilangan bertahap dari sel
ganglion retina utama menyebabkan penipisan lapisan serat saraf retina dan kemudian akan
meningkatkan rasio cup/disc. Peningkatan resiko glaukoma mungkin disebabkan oleh
biometrik okular individu termasuk parameter saraf optik, ketebalan sentral kornea, tekanan
intraokular dan riwayat keluarga penderita glaukoma.
Menurut sensus US 2010, penduduk Asia mengalami pertumbuhan tercepat daripada
ras lainnya di US. Glaukoma merupakan penyebab terbanyak kehilangan penglihatan
permanen di Asia Amerika. Pemahaman yang lebih baik dari faktor resiko glaukoma pada
populasi ini akan memajukan penduduk luas dan kesadaran kesehatan untuk pencegahan
glaukoma dan pengobatan pada awal pengenalan penyakit ini.
Walaupun perbedaan ras pada prevalensi glaukoma di ketahui, perbedaan pada
prevalensi dari faktor resiko utama untuk pengembangan glaukoma pada populasi muda yang
sehat tidak diketahui secara baik. Pengetahuan perbedaan ini esensial tidak hanya untuk
diagnosa awal glaukoma tapi juga untuk membuat keputusan terapi.
Beberapa studi di Asia melakukan penelitian faktor resiko glaukoma pada individu
pada pasien glaukoma atau hipertensi okular. Walaupun demikian, pembauran efek
sosioekonomi dan faktor geografi pada berbagai populasi terbatas antara kekuatan komperatif
dan penerapan pada Asia Amerika. Studi lainnya menganalisa faktor resiko individu di Asia
Amerika atau proses pengumpulan data pada biometrik okular dan faktor resiko lain pada
dewasa tua Asia Amerika. Pada studi ini, kami menganalisa profile faktor resiko keseluruhan
yang berhubungan dengan glaukoma pada cohort kesehatan yang unik, individu muda Asia
Amerika dan ras kaukasia Amerika.

2. METODE
120 mata bagian kanan dari 120 mahasiswa sehat berumur antara 21 sampai 40 tahun
(rata-rata 24,8 3,0 tahun) dari universitas california, San Fransisco (UCSF), sekolah
kedokteran gigi, kedokteran dan farmasi yang mengikuti penelitian cross-sectional ini.
Mahasiswa yang berpartisipasi di rekruit pada tahun 2009 melalui email pelayanan di kelas.
Pemeriksaan dilakukan di Beckman Vision Center UCSF oleh seorang optalmologist yang
bersertifikat. Persetujuan diperoleh oleh setiap orang yang berpartisipasi. The committe on
Human Research di UCSF menyetujui penelitian ini terlebih dahulu untuk pengumpulan data.

Peserta menanggapi kuesioner singkat termasuk pertanyaan tentang riwayat kesehatan masa
lalu, riwayat keluarga glaukoma, riwayat laser in situ keratomileusis (LASIK), dan etnis
identitas pribadi. Pemeriksaan mata yang komprehensif termasuk ketajaman penglihatan,
refraksi, oftalmoskopi indirek, TIO diukur dengan Goldmann tonometry, perimetry otomatis,
dan tomografi koherensi optik (OCT) untuk mengevaluasi kedua segmen anterior dan saraf
optik. The Swedesh Interactive threshold algorithm (SITA) 24-2 protokol pada Humphrey
Lapangan Analyzer (HFA2, Carl Zeiss Meditec, Inc., Dublin, CA) digunakan untuk standar
perimetry otomatis. Axial lengthmeasurements diperoleh dari IOL Master (Carl
ZeissMeditec, Inc., Dublin, CA); ketebalan kornea sentral dan kedalaman bilik mata depan
diukur dengan menggunakan segmen anterior koherensi optik tomograph (Visante OCT, Carl
ZeissMeditec, Inc., Dublin, CA). parameter disc dan RNFL dinilai menggunakan Fourierdomain koherensi optik tomography (FD-Oktober, RTVue-100, Optovue, Fremont, CA).

Kriteria inklusi meliputi (1) usia 18 tahun atau lebih, (2) keturunan berkulit putih atau
Asia (Cina, Filipina, India timur, Korea, Vietnam, dan Lainnya), (3) berpartisipasi dalam
Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, Farmasi atau di UCSF sebagai mahasiswa tahun
pertama, dan (4) mampu untuk melakukan semua pengujian yang diperlukan seperti
dijelaskan di atas. Kriteria eksklusi meliputi (1) TIO> 21mmHg, (2) penyakit mata yang
signifikan, (3) sejarah penyakit intrakranial atau pembedahan intraokuler, dan (4) kehadiran
penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi konfigurasi disk optik seperti diabetes mellitus
atau hipertensi berat.
2.1.

FD-OCT Optovue RTVue-100 OCT (versi perangkat lunak 2.0.4.0) pencitraan


diperoleh pada setiap subjek tanpa satupun dilatasi, pemeriksa berpengalaman. Anlisis
kepala saraf optik dilakukan dengan tiga dimensi disc dan saraf kepala peta 4-mm
diameter protokol (NHM4) RTVue. Penentuan otomatis dari batas disk sebagaimana
digambarkan oleh tepi epitel pigmen retina yang digunakan dalam menghitung
pengukuran disc optik dalam penelitian ini. Analisis RNFL dilakukan dengan
menggunakan algoritma RNFL cepat (versi 3.4) yang tersedia dengan instrumen
RTVue OCT. Pengukuran saraf optik oleh OCT termasuk daerah disc, daerah cup,
daerah rim, Volume rim, Volume cup, cup/disc rasio (CDAR), horisontal rasio
cup/disc (CDR), vertikal CDR, ketebalan RNFL, ketebalan hemisphere superior
RNFL, dan ketebalan hemisphere inferior RNFL. variabel dikoreksi untuk pengaruh
panjang aksial oleh faktor (3,382)d(0,01306)d(x-1,82)d, dimana d adalah dimensi yaitu
1 untuk pengukuran linier, 2 untuk pengukuran daerah, dan 3 untuk volume, dan =
AL yang diterbitkan sebelumnya (Gambar 1)

2.2.

Analisis Statistik. Regresi linier dilakukan untuk variabel kontinyu; regresi


logistik dilakukan untuk hasil biner. Kami melakukan analisis kontrol untuk usia,
jenis kelamin, dan refraksi, perbandingan faktor risiko glaukoma di Asia ( = 54) dan
Kaukasia ( = 41). variabel yang diukur termasuk riwayat keluarga, IOP,persamaan
sferis, panjang aksial (AL), ketebalan kornea sentral (CCT), deviasi tengah (MD),
pola standar deviasi (PSD), dan disc dan parameter RNFL. Kami hanya memasukkan

mata kanan di analisis. Semua tes dilakukan ke 2-sisi, dan nilai a kurang dari 0,05
dianggap signifikan secara statistik. analisis statistik dilakukan dengan menggunakan
R versi 2.12 untuk Macintosh (R Yayasan statistik Komputasi, Wina, Austria).

3. KESIMPULAN
120 mata kanan orang muda, subyek sehat yang memenuhi kriteria inklusi dianalisis
dalam penelitian ini. Subjek memiliki usia rata-rata 24,8 3,0 tahun, rata-rata sferis setara
-3,81 3.19D, dan rata-rata panjang aksial (AL) 25,1 0,04 mm. Tujuh puluh tiga (61%)
adalah perempuan. Lima puluh empat diidentifikasi sebagai Asia (35 Chinese, 4 Filipina, 5
East India, 5 Korea, Vietnam 5) dan 41 sebagai Kaukasia (Tabel 1).
Ketika pemeriksaan ditemukan miopia, sebagai perancu yang potensial di pengukuran
OCT, seperti yang diharapkan, parameter yang tidak benar diukur oleh OCT memperlihatkan
kecenderungan yang kuat terhadap penurunan pengukuran sebagai peningkatan myopia.
Penjelasan fenomena ini dapat dieliminasi melalui faktor panjang aksial (Gambar 1) [12].
Analisis regresi mengontrol umur, jenis kelamin, dan kesalahan, menunjukkan bahwa
etnis Amerika Asia secara signifikan terkait dengan lebih sedikit sferis equivalen (miopia
yang lebih besar; <0,001), perpanjangan panjang aksial ( = 0,007), IOP lebih besar (
<0,001), dan ratio area sup/disc yang lebih besar CDAR ( = 0.012) (Tabel 2). Faktor risiko
lain termasuk ketebalan lapisan serabut saraf retina, riwayat keluarga (OR 0.83; 95% CI:
0.29, 2.37), ketebalan kornea sentral, Humphrey deviasi rata-rata, dan Humphrey pola standar
deviasi tidak bervariasi secara signifikan antara orang Asia dan Kaukasia (> 0,05). Dalam
studi ini, kami menemukan bahwa rata-rata orang Amerika Asia, dibandingkan dengan
Kaukasia, memiliki 2.95 0.64 D miopia yang lebih besar; IOP rata-rata mereka adalah lebih
besar dari 2.74 0.62mmHg; dan ratio area cup/disc adalah lebih besar 0,12 0.046.
4. DISKUSI
Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa dalam populasi yang dipilih dari orangorang muda, mahasiswa pascasarjana yang sehat, etnis Amerika Asia, tidak tergantung usia
atau jenis kelamin, terkait dengan oculometric profil ditandai dengan IOP yang lebih besar,
peningkatan miopia, dan CDAR yang lebih besar dibandingkan dengan keturunan Kaukasia
Amerika. Walaupun demikian, riwayat keluarga glaukoma, RNFL, dan CCT tidak bervariasi
secara signifikan antara kelompok-kelompok etnis ini.
Sejauh mana faktor risiko untuk pengembangan glaukoma pada individu dengan mata
yang sehat adalah sama dengan mereka untuk perkembangannya tidak sepenuhnya jelas;
namun, faktor risiko dan prediktor biometrik diperiksa dalam study yang dipilih untuk
asosiasi statistik dan kepentingan klinis. Untuk alasan yang sama, penyedia perawatan mata
cenderung untuk menganggap ada hubungannya dengan perjalanan penyakit glaukoma [24].
Dalam studi ini, kami melihat beberapa faktor risiko sangat didukung oleh bukti dan
perbandingan antara Amerika Asia dan Kaukasia Amerika. Faktor yang diduga termasuk

peninggian IOP [6-8], peningkatan ratio disc/cup [8], CCT [5], kesalahan bias [13-18], dan
riwayat keluarga glaukoma [8, 9].

Table 1: Demographic and ocular characteristics (mean standard deviation) for all subjects,
the Asian American subgroup, and Caucasian American subgroup. RNFL: retinal nerve fiber
layer. All optical coherence tomography (OCT) measurements were taken with the RTVue100 Fourier-domain OCT

1. Age in years 24.83


2. Female Spherical
equivalent (D)
3. IOP (mmHg)
4. Disc area (mm)
5. Cup area (mm)
6. Rim area (mm)
7. Rim volume (mm3)
8. Cup volume (mm 3)
9. Cup to disc area ratio
10. Horizontal cup to disc
ratio
11. Vertical cup to disc ratio
RNFL thickness

All subject
2.99 24.35

sian Americans
3.02 25.48

casian Americans
2.36

73/120 (61%)

33/54 (61%)

30/41 (72%)

-3.81 3.19

5.57 3.38

2.67 2.23

13.83 3.05

15.24 3.2

12.65 2.3

1.92 0.52

2.00 0.54

1.84 0.50

0.55 0.47

0.63 0.50

0.45 0.38

1.37 0.42

1.37 0.42

1.40 0.41

0.21 0.14

0.21 0.15

0.23 0.13

0.10 0.14

0.13 0.18

0.06 0.08

0.27 0.19

0.30 0.18

0.23 0.18

0.55 0.25

0.62 0.19

0.46 0.28

0.47 0.23

0.51 0.20

0.42 0.26

109.49 11.1

112.51 9.46

107.13 12.8

106.98 16.2

111.67 10.7

104.75 14.5

111.10 11.5

113.35 10.2

109.56 13.1

530 40

530 40

540 40

25.1 0.04

25.81 0.64

24.62 1.66

3.34 0.25

3.33 0.28

3.36 0.22

12. Superior hemisphere


thickness
13. Inferior hemisphere
thickness
14. Central corneal thickness
15. Axial length (mm)
16. Anterior chamber depth
(mm)

Table 2: Regression analysis comparing several variables between Asian Americans and
Caucasian Americans, controlling for age and sex. Axial length was included in the

adjustment for those variables marked with anterisk( ).SE: standard error. Measurements
were taken with Fourier-domain optical coherence tomography.
Variabl

1. Spherical equivalent (D)


2. Axial length (mm)
3. Intraocular pressure
(mmHg)
4. Retinal nerve fiber layer
thickness
5. Cup to disc area ratio
6. Central corneal thickness

Effec size (Asians as


reference) SE

2.95 0.64
1.03 0.38
2.74 0.62
3.60 2.73
0.12 0.046
1.66 8.20

P value

< 0.001
0.007
< 0.001
0.19
0.012
0.84

Kami menemukan IOP lebih besar 2.74 0.62mmHg inAsian Amerika dibandingkan
dengan Kaukasia Amerika pada siswa yang sehat dan muda. IOP sebagai faktor risiko untuk
terjadinya glaukoma sudut terbuka primer (POAG) yang telah diteliti dalam populasi yang
berbeda [6-8]. Dalam studi ini, ada 10% sampai 14% peningkatan risiko glaukoma setelah
lebih dari 5 sampai 9 tahun pada subyek dengan dasar IOPS 1mmHg atau lebih besar dari
rata-rata. Penelitian sebelumnya telah menyimpulkan bahwa CCT-disesuaikan IOP lebih
tinggi di masyarakat Amerika Afrika (16,12 3.27mmHg) daripada masyarakat Kaukasia
(14,32 2.93mmHg), tapi tidak pada masyarakat Amerika Asia [22, 25]. Namun, kami
menemukan bahwa masyarakat Asia Amerika yang muda dan sehat memiliki IOP lebih tinggi
dari Caucasians. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan usia subjek antara penelitian
kami dan penelitian lain, dimana, subjek yang lebih tua disertakan. Selain itu, hipertensi,
indeks massa tubuh, dan indikator gaya hidup lainnya lebih menonjol pada orang tua
dibandingkan dengan penduduk muda yang mempengaruhi IOP [8, 26].
Dalam kohort Asia Amerika, vertikal dan horisontal rasio cup yang lebih besar, dan
CDAR (kontrol untuk kesalahan bias) lebih besar 0,12 0,046 dibandingkan dengan
Kaukasia, sesuai dengan temuan kelompok kami terdahulu pada kelompok etnis tersebut
[20]. Sementara CDAR belum diteliti sebagai luas sebagai ratio cup/disc, namun perlu dicatat
bahwa untuk rasio cup/disk lebih besar dari 0,7 berhubungan dengan peningkatan risiko
glaukoma [8], dan dalam beberapa populasi, risiko perjalanan dari POAG meningkat sebesar
25% untuk setiap peningkatkan dari 0,1 pada ratio horisontal cup/disc dan sebesar 32% untuk
peningkatan inkremental yang sama pada ratio vertikal cup/disc [27]. Hal ini tidak mungkin
bahwa ukuran cup yang lebih besar dan CDAR yang lebih besar pada Asian American muda
ini selalu menunjukkan kecurigaan atau penyakit glaukoma, karena subjek kami memiliki
lapang pandang normal dan analisis lapisan serat saraf.
Miopia telah lama diidentifikasi sebagai faktor risiko POAG [13-17] berkaitan dengan
risiko 2 sampai 3 kali lebih tinggi pada glaukoma [27]. Miopia dan glaukoma semakin lazim

di populasi Asia [28]. Dalam penelitian ini kami menemukan bahwa miopia yang lebih besar
(2,9 D) lebih sering terjadi pada anak muda Amerika Asia daripada di Kaukasia dalam
penelitian kohort kami. Morfologi kepala saraf optik sering berubah dikaitkan dengan miopia
yang dapat meniru atau menyerupai perubahan glaukoma mempersulit diagnosis dan
pemantauan [29-31]. disc optik miring, terkait dengan miopia, terdapat dalam sekitar empat
dari 1000 mata Cina dewasa di Cina Utara [32]. Doshi et al. mengidentifikasi kelompok kecil
pria muda Cina-Amerika yang keliru didiagnosis dengan glaukoma atau dianggap tersangka
glaukoma, tapi temuan okular stabil, dan mengatributkan kondisi ini pada miopia dan cakram
miring [31]. banyak yaang sedang diobati dengan terapi IOP rentah untuk glaukoma, kondisi
yang mana mereka mungkin tidak memilikinya.
Pengukuran CCT, prediktor signifikan dari risiko yang lebih tinggi perkembangan
perubahan glaukoma yang parah, [5] telah rutin dalam penatalaksanaan glaukoma sekarang
namun tidak berbeda secara signifikan antara pasien glaukoma Asia dan Kaukasia-Amerika,
[22] sesuai dengan temuan kami. Menariknya kami juga menemukan tidak ada variasi rasial
dalam pola waris yang dilaporkan, meskipun riwayat keluarga menderita glaukoma telah
dikaitkan dengan keberadaan dan tingkat keparahan POAG di Cina [9].
Keterbatasan penelitian kami sulit untuk disebutkan. idealnya semua Data akan
dikirim dari populasi prospektif besar berdasarkan studi kohort, terutama mengingat
glaukoma sebagai penyakit yang progresif, berhubungan dengan faktor-faktor lingkungan
seperti tingkat pendidikan minimal [33] dan kota lokal[34-37]. Sepanjang jalur tersebut,
sampel kami cocok untuk individu subgroup ras Asian yang tidak memadai untuk
mendukung analisis subkelompok. Kami berharap bahwa hasil yang kami dapatkan akan
mendorong penyelidikan lebih lanjut ke dalam variasi etnis subkelompok. Seperti dalam
semua studi perbandingan multiple yang dilakukan, berkesempatan bisa memainkan peran
dalam beberapa asosiasi yang signifikan untuk diamati. Untuk menghindari risiko ini, kita
sengaja memilih semua faktor risiko potensial yang relevan berdasarkan pada penelitian
sebelumnya.
Meskipun studi ini mungkin dipengaruhi oleh bias seleksi yang melekat dalam proses
perekrutan sukarela, kami meminimalkan kemungkinan ini dan bias lainnya melalui analisis
dikontrol untuk pembauran variabel yang diketahui dan diminimalkan variasi interobserver
dan interoperative melalui standarisasi pemeriksa dan pengaturan klinik. Hal ini dicatat
bahwa kami tidak memasukkan gonioscopy dalam studi ini karena sedikitnya toleransi
penduduk relawan yang sehat untuk pemeriksaan invasif gonioscopic. Walaupun demikian
kami memilih untuk meminimalkan ketidaknyamanan peserta dengan menggunakan
tomografi segmen anterior sebagai cara untuk menilai sudut. Kami tidak menemukan sudut
sempit, yang tidak mengejutkan mengingat usia muda kelompok studi tersebut.
Terakhir, ketika membandingkan studi kami dengan orang lain, sangat penting untuk
diingat usia muda dan demografi unik lainnya dari subjek studi kelompok kami, sebagai
mahasiswa pascasarjana Amerika Asia, dibandingkan dengan sebagian besar penelitian pada
subjek lain. Sementara kami percaya, hal ini membuat penelitian kami sangat menarik dan
inovatif, kami sarankan berhati-hati saat generalisasi hasil ini. Temuan kami menunjukkan

bahwa Asia Amerika cenderung memiliki TIO tinggi, miopia tinggi, dan ratio cup/disc yang
lebih besar membuat mereka tampil lebih dicurigai menderita glaukoma dari pada populasi
muda Kaukasia. Sesuai dengan temuan ini, Asian American mungkin beresiko lebih tinggi
untuk menderita glaukoma, sehingga penting untuk mengingat variasi rasial ketika
mendiagnosis glaukoma. Untuk menentukan apakah ini parameter positif untuk peningkatan
risiko penyakit maka memerlukan studi lebih lanjut. Kami berharap bahwa penelitian ini akan
berfungsi sebagai titik awal untuk evaluasi longitudinal faktor resiko glaukoma dalam
pertumbuhan populasi ini.

Anda mungkin juga menyukai