Anda di halaman 1dari 4

2

AgroinovasI

Teknologi Budidaya Ubikayu


Untuk Mencapai Produksi Optimal
Hingga kini rata-rata hasil ubikayu nasional masih tergolong rendah, yaitu sekitar
18,2 ton per hektar. Dari segi teknis produksi, penyebab penting atas rendahnya tingkat
hasil ubikayu di tingkat petani adalah terbatasnya penggunaan varietas unggul yang
berdaya hasil tinggi dan kurangnya penggunaan pupuk.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, maka upaya peningkatan produksi
ubikayu baik untuk pangan maupun industri harus mendapat perhatian besar dari
semua pihak, termasuk dalam penyediaan teknologi produksinya.
Teknologi produksi ubikayu untuk mencapai hasil optimal
Beberapa komponen teknologi produksi kunci dan merupakan entry point
peningkatan produktivitas ubikayu adalah penggunaan varietas unggul, bibit
berkualitas, pengaturan waktu tanam, populasi dan jarak tanam, pemupukan, dan
pemanenan.
a. Varietas Unggul
Di antara komponen teknologi produksi, varietas unggul mempunyai peran penting
serta strategis, mengingat varietas unggul terkait dengan potensi hasil per satuan
luas, kualitas produk yang menentukan preferensi pengguna, serta potensial mudah
diadopsi petani apabila bibitnya tersedia. Sejak tahun 1978 hingga sekarang baru
berhasil dilepas 10 varietas unggul dengan karakter beragam seperti pada Tabel 1.
Dari pengujian di beberapa lokasi (uji multilokasi), hasil ubi segarnya berkisar antara
20102 ton/ha, tergantung pada varietas dan kondisi lahannya. Ada yang mempunyai
rasa enak (tidak pahit), agak pahit, dan pahit. Berdasarkan kadar HCN dan tingkat rasa
pahit, ubikayu dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok pahit dengan kadar
HCN lebih besar dari 100 ppm, agak pahit dengan kadar HCN 50100 ppm, dan ubikayu
tidak pahit dengan kadar HCN lebih kecil dari 50 ppm.
b. Bibit berkualitas.
Bibit ubikayu yang berkualitas merupakan modal utama dalam meningkatkan
produksi. Oleh karena itu penyediaan bibit (enam tepat) menjadi sangat penting.
Penyediaan bibit secara lokal melalui Jabalsim dapat mengatasi kelangkaan bibit
berkualitas pada saat musim tanam. Pada kondisi persediaan bibit yang kurang, dapat
digunakan stek mini (panjang 5-6 cm, dengan 3-4 mata tunas) dengan hasil yang tidak
berbeda dibandingkan stek biasa. Pada cara ini bibit perlu disemaikan dulu selama
bulan sebelum ditanam di lapang.

Edisi 29 Juni - 5 Juli 2011 No.3412 Tahun XLI

Badan Litbang Pertanian

AgroinovasI

Tabel 1. Varietas unggul ubikayu yang dilepas di Indonesia sejak tahun 1978.
No. Varietas
Hasil
Rasa
Kadar HCN Kadar Pati
(ton/ha) a)
(ppm)
(%)
1
Adira-1
22,0 b)
Tidak pahit
27,5
2
Adira-2
22,0 b)
Agak pahit
124,5
3
Adira-4
35,0 b)
Agak pahit
68,0
18,0 22,0
4. Malang-1
48,7 c)
Tidak pahit
< 40,0
5. Malang-2
42,0 c)
Tidak pahit
< 40,0
6. Darul Hidayah 102,1 c)
Tidak pahit
< 40,0
25,0 31,5
7. UJ-3
35,0 c)
Pahit
20,0 - 7,0
8. UJ-5
38,0 c)
Pahit
19,0 30,0
9. Malang-4
39,7 b)
Pahit
> 100,0
25,0 32,0
10. Malang-6
36,4 b)
Pahit
> 100,0
25,0 32,0
a) Hasil dalam bentuk umbi segar, b) Hasil rata-rata dari uji multilokasi.
c) Hasil tertinggi pada uji multilokasi.
Sumber: Suhartina (2005).
c. Populasi dan jarak tanam
Di samping varietas, jarak tanam atau populasi tanaman per hektar merupakan
komponen teknologi yang paling dulu mendapat perhatian para petani, sebab komponen
tersebut selain mudah dipahami dan diterapkan petani, juga sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Jarak tanam ubikayu yang sesuai sangat
ditentukan antara lain oleh sistem tanam, varietas dan kesuburan lahan.
Ubikayu yang ditanam pada sistem monokultur, jarak tanam yang umum
digunakan adalah 80-100 cm x 80-100 cm. Varietas ubikayu yang pertumbuhan
batangnya melebar seperti MLG-6 perlu ditanam pada jarak yang lebih lebar dibanding
varietas yang pertumbuhan batangnya tegak (UJ-3). Di Punggur, Lampung Tengah,
menanam ubikayu varietas UJ-3 dengan jarak tanam yang rapat (40.000 tanaman/
ha) dapat meningkatkan hasil ubikayu . Tapi untuk MLG-6, populasi optimum adalah
20.000 tanaman/ha (Tabel 2).
c. Waktu tanam. Periode awal pertumbuhan 1-3 bulan sesudah tanam dan pengisian
umbi merupakan periode kritis bagi ubikayu untuk menghasilkan umbi secara optimal.
Pada umumnya ubikayu akan menghasilkan secara optimal apabila pendapat pengairan
bulanan sebesar 100-150 mm, 200-300 mm dan 150 mm masing-masing pada periode
tanam hingga berumur tiga bulan, 4-10 bulan, dan saat menjelang panen.
d. Pemupukan
Untuk memperoleh hasil ubikayu yang tinggi pemupukan sangat diperlukan,
mengingat tanaman ini banyak dibudidayakan pada lahan yang tanahnya mempunyai
kesuburan sedang sampai rendah seperti tanah Alfisol (Mediteran), Oxisol (Latosol),
Badan Litbang Pertanian

Edisi 29 Juni - 5 Juli 2011 No.3412 Tahun XLI

AgroinovasI

Tabel 2. Pengaruh interaksi antara varietas dengan populasi tanaman terhadap hasil umbi ubikayu,
Punggur, Lampung Tengah 2006
Perlakuan
MLG-6
UJ-3

Hasil umbi (t/ha) pada populasi tanaman


10.000
20.000
30.000
13,46 d
15,17 cd
12,84 d
13,33 d
18,92 bc
20,87 ab

40.000
12,32 d
23,76 a

Sumber: Saleh et al., 2006


Keterangan: Angka-angka yang didampingi huruf sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 0,05.

dan Ultisol (Podsolik). Karena relatif banyak membutuhkan hara N dan K, ubikayu
tanggap terhadap pemupukan unsur hara tersebut.
Pada lahan kering bertanah Alfisol di Patuk (Gunung Kidul) dan Bantur (Malang)
yang mengandung K-dd (K-dapat ditukar) 0,2 me/100 g dan 0,5 me/100 g, pemberian
pupuk ZA sebagai sumber hara N dan S pada takaran yang meningkat dari 50 sampai
100 kg/ha selalu diikuti oleh peningkatan hasil umbi secara signifikan. Ubikayu di tanah
Alfisol juga tanggap terhadap pemupukan K hingga takaran 100 kg KCl/ha. Pupuk KCl
dianjurkan diaplikasi dua kali yaitu pada saat tanam dan umur 60 hari setelah tanam.
Lahan kering masam di luar Jawa tanahnya didominasi Ultisol (Podsolik) yang
banyak mengandung Al-dd dan miskin unsur hara serta bahan organik. Dari segi
keracunan Al, tanaman ubikayu tergolong tahan, karena kadar kritis kejenuhan Aldd bagi ubikayu adalah sekitar 80%, padahal tingkat kejenuhan Al-dd tanah Ultisol
di Indonesia umumnya jarang yang melampaui 75%. Walaupun demikian, pemberian
kapur dengan takaran rendah yang ditujukan untuk memupuk Ca dan/atau Ca + Mg
ternyata dapat meningkatkan hasil ubikayu, dan takaran kapurnya cukup 300 kg/ha.
Pada tanah Alfisol Bantur (Malang) yang kandungan bahan organiknya rendah
(kadar C-organik 1,04%), pemberian pupuk kandang dengan takaran 3 dan 6 ton/
ha dapat meningkatkan hasil ubikayu. Dalam praktik, penggunaan pupuk kandang
sekarang banyak dilakukan oleh petani ubikayu di Lampung, hal ini sebagian terkait
dengan semakin sulit dan mahal untuk mendapatkan dan membeli pupuk anorganik.
Sehubungan dengan ini maka usahatani integrasi ternaktanaman akan semakin
strategis untuk membantu petani dalam menyediakan pupuk organik.
e. Panen
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada umur optimal yakni 812 bulan, tergantung
varietasnya. Pemanenan yang melampaui umur optimal akan mempengaruhi mutu
karena meningkatnya kadar serat dan menurunnya kadar pati umbi. Penentuan saat
panen dapat dilakukan berdasarkan informasi umur panen pada deskripsi varietas.
Cara panen ubikayu dapat dilakukan dengan cara mencabut dengan tangan atau
dengan bantuan cangkul. Pada tanah yang keras, untuk menghindari tertinggalnya
umbi di dalam tanah dan terjadinya luka pada umbi, dapat digunakan alat pengungkit.
Menurut Purwadaria (1989), pemanenan dengan alat pengungkit ini relatif lebih efisien

Edisi 29 Juni - 5 Juli 2011 No.3412 Tahun XLI

Badan Litbang Pertanian

AgroinovasI

(67 jam/ha/orang) bila dibandingkan dengan cara mencabut dengan tangan (113 jam/
ha/orang). Demikian pula susut panennya (1,3%), relatif lebih kecil dibandingkan
dengan tangan (7%).
Gambar 1. a. Pengolahan tanah untuk ubikayu, b. Varietas unggul Malang-6,
c. Hamparan pertanaman ubikayu.

Badan Litbang Pertanian

Edisi 29 Juni - 5 Juli 2011 No.3412 Tahun XLI

Anda mungkin juga menyukai