Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KANKER SERVIKS
A. DEFINISI KANKER SERVIKS
Kanker serviks adalah penyaki akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal di sekitarnya.
B. ETIOLOGI KANKER SERVIKS
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor
resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain:
1. Umur Pertama Kali Melakukan Hubungan Seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan
seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda. Suami/pasangan seksualnya melakukan
hubungan seksual pertama pada usia di bawah 18 tahun, berganti-ganti
pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks.
2. Jumlah Kehamilan dan Partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma
serviks.
3. Jumlah Perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
4. Infeksi Virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks.
5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
yang erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan.

Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas


makanan kurang.
6. Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non-sirkumsisi
hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
7. Merokok dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi di
serviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terusmenerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
C. KLASIFIKASI PERTUMBUHAN SEL KANKER SERVIKS
Mikroskopis
1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis. Displasia
berat terjadi pada dua pertiga epidermis hampir tidak dapat dibedakan
dengan karsinoma insitu.
2. Stadium Karsinoma Insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan
epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh
di daerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan
endoserviks.
3. Stadium Karsionoma Mikroinvasif
Pada karksinoma mikroinvasif, di samping perubahan derajat pertumbuhan
sel meningkat juga sel tumor menembus membran basalis dan invasi pada
stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membran basalis, biasanya tumor ini
asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
4. Stadium Karsinoma Invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar
dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul di area bibir posterior
atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior
atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
5. Bentuk Kelainan dalam Pertumbuhan Karsinoma Serviks

Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh ke arah vagina dan


dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke dalam vagina, bentuk
pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif
meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium.
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambat laun
lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
Markroskopis
1. Stadium Preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa.
2. Stadium Permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum.
3. Stadium Setengah Lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio.
4. Stadium Lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus
dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

D. KLASIFIKASI KLINIS
(FIGO, 1978)
1. Stadium 0

: Karsinoma intraephitelial. Stadium ini tidak dimasukkan ke

dalam statistik terapeutik untuk karsinoma invasif


2. Stadium I
: Karsinoma terbatas pada serviks
3. Stadium Ia
: Karsinoma invasif hanya ditemukan secara mikroskopik
4.
5.
6.
7.

disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis


Stadium Ib : Lesi invasif > 5 mm
Stadium Ib1 : Lesi klinis berukuran < 4 mm
Stadium Ib2 : Lesi klinis berukuran > 4 mm
Stadium II
: Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai ke panggul

telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi 2/3 bagian proksimal
8. Stadium IIa : Mengenai vagina tetapi tidak jelas mengenai parametrium

9. Stadium IIb

: Jelas sampai ke parametrium, tetapi belum sampai ke dinding

panggul
10. Stadium III : Sudah sampai dinding panggul dan 1/3 bagian bawah vagina
11. Stadium IIIa : Tidak mencapai dinding panggul tetapi 1/3 bawah vagina
terkena
12. Stadium IIIB : Perluasan ke dinding panggul atau hidronefrosis atau ginjal
tidak berfungsi
13. Stadium IV : Proses keganasan telah keluar dari dinding panggul kecil dan
melibatkan mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau telah bermetastase
keluar panggul atau ke tempat yang jauh
14. Stadium IVa : Penyebaran sampai organ di dekatnya
15. Stadium IVb : Telah bermetastase jauh.
E. GEJALA KLINIS KANKER SERVIKS
Pada tahap permulaan kanker, sudah menimbulkan perdarahan melalui vagina,
misalnya:
1. Setelah melakukan koitus atau perdarahan menstruasi lebih banyak atau
timbul perdarahan menstruasi lebih sering.
2. Timbul perdarahan diantara siklus menstruasi.
3. Apabila kanker sudah berada pada stadium lanjut bisa terjadi perdarahan
spontan dan nyeri pada rongga panggul.
4. Keluhan dan gejala akibat bendungan kanker penderita mengalami halangan
air seni.
5. Sembab anggota badan tengah karena terjadi penekanan pembuluh darah
balik.
6. Nyeri pada pinggang bagian bawah.
7. Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita.
8. Perdarahan sesudah menopause.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan: murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan: tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2. Schillentest

Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat


yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan
berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu
dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan: dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah
untuk melakukan biopsy.
Kelemahan: hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio,
sedang kelainan pada skuamosa columnar junction dan intraservikal tidak
terlihat.
4. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap smear) dengan pembesaran sampai 200 kali.
5. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
G. TERAPI
1. Irradiasi
a. Dapat dipakai untuk semua stadium
b. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
c. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
2. Dosis
Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak di serviks.
3. Komplikasi irradiasi
a. Kerentanan kandungan kencing
b. Diarrhea
c. Perdarahan rectal
d. Fistula vesico atau rectovaginalis.
4. Operasi
a. Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II
b. Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal.
5. Kombinasi
a. Irradiasi dan pembedahan

Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan


bertambahnya

vaskularisasi,

odema.

Sehingga

tindakan

operasi

berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula,


di samping itu juga menambah penyebaran ke sistem limfe dan peredaran
darah.
b. Cytostatika: Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio
resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi,
diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.

H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Data dasar
Pengumpulan data pada klien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa,

pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang.


Data klien
Identitas klien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama,

alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir.


Keluhan utama
Klien biasanya datang dengan keluhan intraservikal dan disertai keputihan

menyerupai air.
Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan

seperti perdarahan, keputihan, dan rasa nyeri intraservikal.


Riwayat penyakit sebelumnya
Data yang perlu dikaji adalah :
Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi
kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang menderita kanker.
Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya: kanker serviks sering dijumpai
pada kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas
dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh,
serta tingkat personal hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital.
Data khusus:
a. Riwayat kebidanan: paritas, kelainan menstruasi, lama, jumlah dan warna
darah, adakah hubungan perdarahan dengan aktivitas, apakah darah
keluar setelah koitus, pekerjaan yang dilakukan sekarang
b. Pemeriksaan penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear, kolposkopi, servikografi,
pemeriksaan visual langsung, gineskopi.

2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


a. Resiko kekurangan volume cairan
Definisi: berisiko mengalami dehidrasi vascular, selular, atau intraselular
Faktor risiko:
1) Kehilangan volume cairan aktif
7

2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

Kurang pengetahuan
Penyimpangan yang mempengaruhi absorb cairan
Penyimpangan yang mempengaruhi akses cairan
Penyimpangan yang mempengaruhi asupan cairan
Kehilangan berlebihan melalui rute normal (misal diare)
Usia lanjut
Berat badan ekstrem
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan (misal

status

hipermetabolik)
10) Kegagalan fungsi regulator
11) Kehilangan cairan melalui rute abnormal (misal selang menetap)
12) Agens fermasutikal (misal diuretic)
Kriteria hasil:
1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ, urine
normal, HT normal
2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitis turgor kulit baik,
membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Intervensi:
1) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2) Monitor status hidrasi (kelembapan membran mukosa, nadi adekuat,
3)
4)
5)
6)

tekanan darah otostatik), jika diperlukan


Monitor vital sign
Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
Monitor status nutrisi
Kolaborasi pemberian cairan IV.

b. Resiko Infeksi b.d imunitas tidak adekuat, pemajanan terhadap patogen


meningkat
Definisi: mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik
Faktor resiko:
1) Prosedur invasif
2) Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen
3) Trauma
4) Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
5) Ruptur membran amnion
6) Agen farmasi (imunosupresan)
7) Malnutrisi

8) Peningkatan paparan lingkungan pathogen


9) Imunosupresi
10) Ketidakadekuatan imun buatan
11) Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia,
penekanan respon inflamasi)
12) Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma
jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi
pH, perubahan peristaltik)
13) Penyakit kronik (Diabetes Melitus, Obesitas)
Kriteria hasil:
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2) Mendeskripsikan proses penularan

penyakit,

faktor

yang

mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya.


3) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
4) Jumlah leukosit dalam batas normal
5) Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi:
Kontrol infeksi
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Bersikan lingkungan secara tepat setelah digunakan oleh pasien


Ganti peralatan pasien setiap selesai tindakan
Batasi jumlah pengunjung
Ajarkan cuci tangan untuk menjaga kesehatan individu
Anjurkan pasien untuk cuci tangan dengan tepat
Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci tangan
Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan setelah

meninggalkan ruangan pasien


8) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
9) Lakukan universal precautions
10) Gunakan sarung tangan steril
11) Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur IV
12) Lakukan teknik perawatan luka yang tepat
13) Ajarkan pasien untuk pengambilan urin porsi tengah
14) Tingkatkan asupan nutrisi
15) Anjurkan asupan cairan
16) Anjurkan istirahat
17) Berikan terapi antibiotic

18) Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala dari
infeksi
19) Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana mencegah infeksi
Managemen nutrisi
1) Tanyakan pada pasien tentang alergi terhadap makanan
2) Tanyakan makanan kesukaan pasien
3) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah kalori dan tipe nutrisi
4)
5)
6)
7)
8)
9)

yang dibutuhkan
Anjurkan masukan kalori yang tepat yang sesuai dengan gaya hidup
Anjurkan peningkatan masukan zat besi yang sesuai
Anjurkan peningkatan masukan protein dan vitamin C
Anjurkan untuk banyak makan buah dan minum
Pastikan diit tidak menyebabkan konstipasi
Berikan pasien diit tinggi protein, tinggi kalori.

c. Ansietas b.d kurang informasi mengenai orosedur pengobatan


Definisi: perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respon autonom (sumber sering sekali tidak spesifik atau tidak diketahui
oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan memampukan individu bertindak
menghadapi ancaman.
Batasan karakteristik:
Affektif :
1) Gelisah, distress
2) Kesedihan yang mendalam
3) Ketakutan
4) Perasaan tidak adekuat
5) Berfokus pada diri sendiri
6) Peningkatan kewaspadaan
7) Iritabillitas
8) Gugup senang berlebihan
9) Rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan
10) Peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten
11) Bingung, menyesal
12) Ragu/tidak percaya diri
13) Khawatir
10

Kriteria hasil:
1) Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
2) Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas
3) Vital sign dalam batas normal
4) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan.
Intervensi:
1) Gunakan pendekatan yang menenangkan
2) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien
3) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
4) Pahami perspektif pasien terhadap situasi nyeri
5) Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
6) Dorong keluarga untuk menemani anak
7) Lakukan back/neck rub
8) Dengarkan dengan penuh perhatian
9) Identifikasi tingkat kecemasan
10) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
11) Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
12) Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

d. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum, tirah baring


Definisi: Ketidakcukupan energi psikologis atau

fisiologis

untuk

melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus


atau yang ingin dilakukan.
Batasan karakteristik:
1) Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
2) Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
3) Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
4) Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia
5) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
6) Dispnea setelah beraktivitas
7) Menyatakan merasa letih
8) Menyatakan merasa lemah
11

Faktor yang berhubungan:


1)
2)
3)
4)
5)

Tirah baring atau immobilisasi


Kelemahan umum
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Immobilitas
Gaya hidup monoton

Kriteria hasil:
1) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

darah, nadi dan RR


Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
Tanda-tanda vital normal
Energi psikomotor
Level kelemahan berkurang
Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat
Status kardiopulmonari adekuat
Sirkulasi status baik
Status respirasi: pertukaran gas dan ventilasi adekuat

Terapi aktivitas:
1) Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan
program terapi yang tepat
2) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
3) Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan sosial
4) Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
5)
6)
7)
8)

diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan


Bantu untuk mendapatkan alat bantu aktivitas seperti kursi roda, kroek
Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan di waktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam

beraktivitas
9) Sediakan pengutatan positif bagi yang aktif beraktivitas
10) Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
11) Monitor respon fisik, emosi, dan spiritual
e. Gangguan citra tubuh b.d tahapan perkembangan penyakit dan terapi
penyakit (post kemoterapi)
Definisi: konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik individu

12

1)
2)
3)
4)

Batasan karakteristik:
Perilaku mengenali tubuh individu
Perilaku menghindari tubuh individu
Perilaku memantau tubuh individu
Respon non-verbal terhadap perubahan aktual pada tubuh (missal penampilan,

5)

struktur, fungsi)
Respon non-verbal terhadap persepsi perubahan pada tubuh (misal

6)

penampilan, struktur, dan fungsi)


Mengungkapkan perasaan yang mencerminkan perubahan pandangan tentang

7)

tubuh individu (misal penampilan, struktur dan fungsi)


Mengungkapkan persepsi yang mencerminkan perubahan individu dalam
penampilan.
Objektif:
1)
2)
3)
4)
5)

Perubahan actual pada fungsi


Perubahan actual pada struktur
Perilaku mengenali tubuh individu
Perilaku memantau tubuh individu
Perubahan dalam kemampuan memperkirakan hubungan special tubuh

terhadap lingkungan
6) Perubahan dalam keterlibatan social
7) Perluasan batasan tubuh untuk menggabungkan obyek lingkungan
8) Secara sengaja menyembunyikan bagian tubuih
9) Secara sengaja menonjolkan bagian tubuh
10) Kehilangan bagian tubuh
11) Tidak melihat bagian tubuh
12) Tidak menyentuh bagian tubuh
13) Trauma pada bagian yang tidak berfungsi
14) Secara tidak sengaja menonjolkan bagian tubuh
Subjektif:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

Depersonalisasi kehilangan melalui kata ganti yang netral


Depersonalisasi bagian melalui kata ganti yang netral
Penekanan pada kekuatan yang tersisa
Ketakutan terhadap reaksi orang lain
Fokus pada penampilan masa lalu
Perasaan negatif tentang sesuatu
Personalisasi kehilangan dengan menyebutkannya
Focus pada perubahan
Focus pada kehilangan

13

10) Menolak memverifikasi perubahan actual


11) Mengungkapkan perubahan gaya hidup
Factor yang berhubungan:
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Biofisik, kognitif
Budaya, tahap perkembangan
Penyakit, cedera
Perseptual, psikososial, spiritual
Pembedahan, trauma
Terapi penyakit

Kriteria hasil:
1)
2)
3)
4)

Body image positif


Mampu mengidentifikasi kekuatan mental
Mendiskripsikan secara factual perubahan fungsi tubuh
Mempertahankan interaksi social

Intervensi:
1) Kaji secara verbal dan non-verbal respon klien terhadap tubuhnya
2) Monitor frekuensi mengkritik dirinya
3) Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis
penyakit
4) Dorong klien mengungkapkan perasaannya
5) Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu
6) Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil.
f. Gangguan eliminasi urin b.d obstruksi mekanik, penyebab multiple
Definisi: disfungsi pada eliminasi urine
Batasan karakteristik:
1) Disuria
2) Sering kemih
3) Inkontinensia
4) Nokturia
5) Retensi
6) Dorongan
Faktor yang berhubungan:
1)
2)
3)
4)

Obstruksi anatomic
Penyebab multiple
Gangguan sensori motoric
Infeksi saluran kemih

Kriteria hasil:
14

1)
2)
3)
4)
5)
6)

Kandung kemih kosong secara penuh


Tidak ada residu urine > 100 200 cc
Intake cairan dalam rentang normal
Bebas dari ISK
Tidak ada spasme bladder
Balance cairan seimbang

Intervensi:
1) Lakukan

penilaian

kemih

yang

komprehensif

berfokus

pada

inkontinensia (misalnya output urin, pola berkemih, fungsi kognitif,


dan masalah kencing praeksisten)
2) Memantau penggunaan obat dengan sifat antikolinergik atau properti
alpha agonis
3) Memonitor efek dari obat-obatan yang diresepkan, seperti calcium
channelblockers dan antikolinergik
4) Menyediakan penghapusan privasi
5) Gunakan kekuatan sugesti dengan menjalankan air atau disiram toilet
6) Merangsang reflek kandung kemih
7) Sediakan waktu yang cukup untuk pengosongan kandung kemih
8) Gunakan spirit wintergreen di pispot
9) Menyediakan maneuver creede yang diperlukan
10) Gunakan double-vold teknik
11) Masukan kateter kemih sesuai ukuran
12) Anjurkan klien/ keluarga untuk merekam out put urine
13) Intruksikan cara-cara untuk menghindari konstipasi
14) Memantau asupan dan keluaran
15) Memantau tingkat distensi kandung kemih
16) Membantu dengan toilet secara berkala
17) Memasukkan pipa ke dalam lubang tubuh untuk sisa
18) Menerapkan kateterisasi intermitten
19) Merujuk ke spesialis urologi.

15

16

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction.

17

Anda mungkin juga menyukai