Anda di halaman 1dari 7

Simplisia Rimpang lengkuas (Languatis Rhizoma)

Pemerian simplisia berbentuk potongan memanjang, warna cokelat kemerahan, bau


khas, rasa agak pedas. Potongan memanjang 4-6 cm, tebal 1-2 cm, warna permukaan cokelat
kemerahan, kadang-kadang bercabang, ujung bengkok, terdapat bentuk cincin horisontal
yang berwarna putih dan tidak beraturan pada permukaan rimpang, patahan rimpang berserat,
berbutir-butir kasar dan berwarna cokelat.
Secara mikroskopik berbentuk fragmen pengenal berupa berkas pengangkut, parenkim
korteks, butir amilum, parenkim dengan idioblas, serabut sklerenkim dan parenkim dengan
butir amilum.
Senyawa identitas yang dimiliki berupa galangin, yang memiliki struktur sebagai
berikut.
GAMBAR GALANGIN
Pola kromatografi untuk perlakuan dengan metode kromatografi lapis tipis dengan
parameter sebagai berikut:
Fase gerak

: Kloroform P-metanol P(95:5)

Fase diam

: Silika gel 60 F254

Larutan uji

: 1% dalam etanol P, gunakan larutan uji KLT

Larutan pembanding: Kurkumin 0,5% dalam etanol P


Volume penotolan : Totolkan masing-masing 10 L larutan uji dan larutan pembanding
Deteksi

: UV366

sehingga diperoleh 4 noda yang memiliki Rf sebagai berikut 0,25, 0,45, 0,73, 0,91
dimana pembanding kurkumin memiliki Rf 0,73.

susut pengeringan tidak lebih dari 10 %, kadar abu total tidak lebih dari 3,9%, kadar
abu tidak larut asam tidak lebih dari 3,7%, kadar sari larut air tidak kurang dari 4,5%, sari
larut etanol tidak kurang dari 2,0 % (FHI, 2008).

Simplisia Rimpang jahe ( Zingiberis Rhizoma)


Pemerian rimpang jahe berupa rimpang agak pipih bagian ujung bercabang pendek,
warna putih kekuningan, bau khas, rasa pedas. Bentuk bundar telur berbalik, pada setiap
cabang terdapat parut melukuk kedalam. Dalam bentuk potongan, panjang umumnya 3-4 cm,
tebal 1-6,5 mm. Bagian luar berwarna cokelat kekuningan , beralur memanjang, kadangkadang terdapat serat bebas. Bekas patahan pendek dan berserat dan berserat menonjol.
Secara mikroskopik memiliki fragmen pengenal berupa butir amilum yang banyak,
pembuluh kayu, berkas pengangkut, periderm, serabut dan jaringan gabus tangensial.
Rimpang jahe memiliki senyawa identitas berupa shagaol yang memiliki struktur kimia
sebagai berikut;
GAMBAR SHAGAOL
Metode Kromatografi lapis tipis dilakukan dengan pola kromatografi sebagai berikut:
Fase gerak

: Toluen P Etil asetat P(93:7:

Fase diam

: Silika gel 60 F254

Larutan uji

: 10% dalam etanol P, gunakan larutan uji KLT

Larutan pembanding: Eugenol 1% dalam etanol P


Volume penotolan : Totolkan masing-masing 3 L larutan uji dan 1 L larutan
pembanding
Deteksi

: Anisaldehid-asam sulfat LP, panaskan lempeng pada suhu 100C


selama 5-10 menit

Sehingga diperoleh 3 noda yang memiliki Rf sebagai berikut 0,80, 0,97, 1,05 dimana
pembanding eugenol memiliki Rf 0,82.
Susut pengeringan tidak lebih dari 10 %, kadar abu total tidak lebih dari 4,2%, kadar
abu tidak larut asam tidak lebih dari 3,2%, kadar sari larut air tidak kurang dari 15,8%, sari
larut etanol tidak kurang dari 5,7 % (FHI, 2008).

Simplisia Daun Jambu biji (Psidii Folium)


Pemerian Daun jambu biji berupa lembaran daun, warna hijau; bau khas aromatik; rasa
kelat. Daun tunggal, bertangkai pendek, panjang tangkai daun 0,5-1 cm; helai daun berbentuk
bundar menjorong, panjang 5-13 cm, lebar 3-6 cm; pinggir daun rata agak menggulung
keatas; permukaan atas agak licin, warna hijau kecoklatan; ibu tulang daun dan tulang cabang
menonjol pada permukaan bawah , betulang menyirip.
Secara mikroskopik fragmen pengenal untuk daun jambu biji berupa epidermis bawah
dengan kristal kalsium oksalat, rambut penutup, stomata tipe anomositis, berkas pengangkut
dan mesofil dengan kelenjar minyak.
Senyawa identitas yang digunakan untuk daun jambu biji yaitu kuersetin dengan
struktur kimia sebagai berikut :
GAMBAR KUERSETIN
Metode Kromatografi lapis tipis dilakukan dengan pola kromatografi sebagai berikut:
Fase gerak

: Kloroform P- aseton P-asam formiat P(10:2:1)

Fase diam

: Silika gel 60 F254

Larutan uji

: 1% dalam etanol P, gunakan larutan uji KLT

Larutan pembanding: Kuersetin 0,1% dalam etanol P


Volume penotolan : Totolkan masing-masing 20 L larutan uji dan 2 L larutan
pembanding
Deteksi

: Aluminium klorida LP

Sehingga diperoleh 5 noda yang memiliki Rf sebagai berikut 0,10, 0,25, 0,45, 0,70,
0,90 dimana pembanding kuersetin memiliki Rf 0,70.

Susut pengeringan tidak lebih dari 10 %, kadar abu total tidak lebih dari 9,0%, kadar
abu tidak larut asam tidak lebih dari 0,8%, kadar sari larut air tidak kurang dari 18,2%, sari
larut etanol tidak kurang dari 15,0 % (FHI, 2008).

Simplisia Rimpang Temulawak ( Curcumae Rhizoma)


Pemerian rimpang temulawak berupa keping tipis, bentuk bundar atau jorong, ringan,
keras, rapuh, garis tengah hingga 6 cm, tebal -5 mm; permukaan luar berkerut , warna
kekuningan hingga cokelat; bidang irisan berwarna cokelat kuning buram, melengkung tidak
beraturan, tidak rata, sering dengan tonjolan melingkar pada batas antara silinder pusat
dengan korteks; korteks sempit, tebal 3-4mm. Bekas patahan berdebu, warna kuning jingga
hingga cokelat jingga terang. Bau khas, rasa tajam dan agak pahit.
Secara mikroskopik fragmen pengenal rimpang temulawak berupa berkas pengangkut,
parenkim korteks, serabut sklerenkim, butir amilum dan jaringan gabus.
Senyawa identitas yang digunakan yaitu Xantorizol dengan struktur kimia sebagai
berikut ;
GAMBAR XANTORIZOL
Metode Kromatografi lapis tipis dilakukan dengan pola kromatografi sebagai berikut:
Fase gerak

: Toluen P-etil asetat P (93:7)

Fase diam

: Silika gel 60 F254

Larutan uji

: 0,1% dalam toluen P, gunakan larutan uji KLT

Larutan pembanding: xantorizol 0,1% dalam toluenl P


Volume penotolan : Totolkan masing-masing 20 L larutan uji dan 5 L larutan
pembanding
Deteksi

: Biru permanen LP dan amonium hidroklorida

Sehingga diperoleh 8 noda yang memiliki Rf sebagai berikut 0,03, 0,13, 0,38, 0,44,
0,50, 0,73, 0,85, 0,90 dimana pembanding xantorizol memiliki Rf 0,50.
Susut pengeringan tidak lebih dari 13 %, kadar abu total tidak lebih dari 4,8%, kadar
abu tidak larut asam tidak lebih dari 0,7%, kadar sari larut air tidak kurang dari 9,1 %, sari
larut etanol tidak kurang dari 3,6 % (FHI, 2008).

Anda mungkin juga menyukai