TINJUAN PUSTAKA
Definisi
Tuberkolosis adalah penyakit paru paru yang menyerang perenkim paru-paru
yang disebabkan oleh Mycobacterium. Penyakit ini dapat juga menyebar ke bagian
tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. (Imran, Somantri:
2007)
Tuberkolosis adalah penyakit menular lansung yang disebabkan oleh kuman
TBC (mycobacterium tuberculosis). Sebgian besar kuman TBC menyerang paruparu, tetapi dapt jug mengenai organ tubuh lainya. Kuman ini berbentuk batang
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena
itu disebut juga basil tahan asam(BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar
matahari lansun,tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam tempat yang gelap dan
lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama
beberapa
tahun.
(Depkes
Republik
Indonesia
2002)pedoman
nasional
penangulangan tb
Tuberkulosis adalah infeksi saluran pernafasan bawah. Penyakit ini
disebabkan oleh mikroorganisme mycobacterium tuberkulosis, yang biasanya
ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (doplet), dari satu individu ke individu
yang lainya, dan membentuk kolonisasi di bronkiolus atau alveolus. Kuman ini
juga dapat masuk melaui saluran pencernaan dan kulit. (Elizabeth J. Corwin. 2009
buku patofisiologi)
2.
Etiologi
Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang
berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagai besar komponen M.
Tuberkolosis adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap
asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini
adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Olek karena itu
tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang kandung oksigenya
tinggi. Derah tersebut menjadi tempat yang kon dusif untuk penyakit tuberkulosis.
3.
Sistem pernapasan terdiri dari hidung, paring, laring, trakea, bronkus dan
paru-paru yang akan diuraikan dibawah ini
a. Hidung
Hidung adalah bangunan berongga yang terbagi oleh sebuah sekat
ditengah menjadi rongga hidung kiri dan kanan. Masing-masing rongga di bagian
depan berhubungan keluar melalui nares (cuping hidung) anterior dan di belakang
berhubungan dengan bagian atas faring (nasofaring). (Tambayong, 2001)
b. Faring
Faring adalah suatu pipa muskular dibelakang rongga hidung dan mulut
dan didepan vertebra servikalis. Laring di bagi menjadi tiga bagian yaitu
nasofaring, orofaring dan laringofaring. (Scanlon, 2006)
c. Laring
Laring (kotak suara) bukan hanya jalan udara dari faring ke saluran napas
lainnya, namun juga menghasilkan sebagian besar suara yang dipakai untuk
berbicara dan bernyanyi. (Tambayong, 2006)
Laring mempunyai peran utama yaitu sebagai saluran udara, sebagai pintu
pengatur perjalanan udara pernafasan dan makanan (switching mechanism) serta
sebagian organ penimbul suara. Peran sebagai pengatur perjalanan udara
pernafasan dan makanan dilakukan oleh epiglotis sedangkan peran sebagai organ
penimbul suara dilakukan oleh pita suara (korda vokalis).
d. Trakea
Trakea disokong oleh cincin tulang rawan berbentuk seperti sepatu kuda
yang panjangnya kurang lebih 12,5 cm (5 inci). Permukaan posterior trakea agak
pipih dibandingkan disekelilingnya karena cincin tulang rawan didaerah tersebut
tidak sempurna, dan letaknya tepat didepan esofagus. (Price, 2005)
e. Bronkus dan Bronkiolus
Bronkus utama kanan lebih pendek dan lebih lebar dibandingkan dengan
bronkus utama kiri dan merupakan kelanjutan dari trakea yang arahnya hampir
vertikal. Sebaliknya bronkus utama kiri lebih panjang dan lebih sempit
dibandingkan dengan lobus utama kanan dan merupakan kelanjutan dari trakea.
(Price, 2005).
f. Paru-Paru
Menurut Syaifuddin (2006), Paru-paru adalah salah satu organ sistem
pernapasan yang sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa,
4. Patofisiologi/patway
Infeksi diawali karen seseorang menghirup basil M. Tuberculosis. Bakteri
menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat
bertumpuk. Perkembangan tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke are lain
paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui limfe dan aliran darah
kebagian tubuh lain (ginjal, tulang, dan korteks serebri) dan area lain dari paruparu (lobus atas). Selanjutnya,sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan
melakukan reaks), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan
(melisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui mengenai nama, umur, jenis kelamin,
alamat, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan dan status perkawinan.
b. Riwayat Kesehatan Klien
Riwayat kesehatan klien terdiri dari kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan
sekarang, yang terdiri dari keluhan utama/alasan masuk rumah sakit dan keluhan
waktu didata, dan riwayat kesehatan keluarga
c. Aktivitas / Istirahat
Gejala
Napas pendek karena kerja, kesulitan tidur pada malam atau demam
malam hari, menggigil atau berkeringat.
Tanda
d. Intergritas Ego
Gejala
Tanda
e. Makanan / Cairan
Gejala
Tanda
f. Nyeri / Kenyamanan
Gejala
Tanda
g. Pernapasan
Gejala
Tanda
h. Keamanan
Gejala
Tanda
i. Interaksi Sosial
Gejala
j. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala
Elektrolit
Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi.
Analisa Gas Darah (AGD)
Dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru-paru.
m. Prioritas Keperawatan
1) Meningkatkan/mempertahankan ventilasi/oksigen adekuat.
2) Mencegah penfebaran infeksi.
3) Mendukung perilaku/tugas untuk mempertahankan kesehatan
4) Meningkatkan strategi koping efektif
5) Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan kebutuhan
pengobatan
n. Tujuan Pemulangan
1) Fungsi pernapasan adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu
2) komplikasi dicegah
3) pola hidup/perilaku berubah diadopsi untuk mencegah penyebaran infeksi
4) Proses penyakit / prognosis, program pengobatan dipahami.
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan TB paru menurut Doengoes (2000)
adalah:
a. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tak
adekuat; penurunan kerja silia/statis sekret; kerusakan jaringan atau tambahan
infeksi; penurunan pertahanan/penekanan proses inflamasi; malnutrisi, terpajan
lingkungan; kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret kental atau
sekret darah; kelemahan; upaya batuk-buruk; edema trakeal atau faringeal.
c. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan
efektif paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar- kapiler; sekret kental;
edema bronchial.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan;
sering batuk/produksi sputum; dispnea; anoreksia; ketidak cukupan sumber
keuangan.
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, aturan tindakan dan
pencegahan berhubungan dengan kurang terpajan
e. pada/salah interpretasi informasi; keterbatasan kognitif; tak akurat/tak lengkap
informasi yang ada.
3.
Perencanaan
Tahap selanjutnya setelah diagnosa keperawatan adalah merencanakan
tindakan keperawatan dimulai dari memprioritaskan diagnosa keperawatan,
menetapkan tujuan dan kriteria hasil serta tindakan/intervensi.
a.
1)
Intervensi:
a) Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara
selama batuk, bersin, meludah dan bicara.
Rasional :
b) Anjurkan pasien untuk batuk atau bersin dan mengeluarkan pada tisu dan
menghindari meludah. Kaji pembuangan sekali pakai dan tehnik mencuci
tangan yang tepat.
Rasional :
c)
d)
Infeksi
berlanjut
akan
meningkatkan
penyebaran
infeksi.
g) Dorong memilih atau mencerna makanan seimbang. Berikan makanan sering,
kecil dalam jumlah makanan yang tepat.
Rasional :
Adanya
ketahanan
anoreksia/malnutrisi
terhadap
proses
sebelumnya
infeksi
dan
menurunkan
membantu
2)
3)
4)
3) Berikan klien posisi semi fowler. Bantu pasien untuk batuk dan latihan nafas
dalam.
Rasional : Posisi membentu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan
upaya pernafasan. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis
Mencegah
pengeringan
membran
mukosa,
membantu
mengencerkan sekret
7) Berikan
obat-obat
sesuai
indikasi;
agen
mukolitik,
bronkodilator,
kortikosteroid.
Rasional : Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret,
bronkodilator
meningkatkan
ukuran
lumen
percabangan
2)
3)
Intervensi:
1)
2)
2)
3)
Intervensi
1) Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, turgor kulit, BB, integritas
mukosa oral, kemampuan/ketidakmampuan menelan, riwayat mual, muntah
atau diare.
Rasional :
2) Pastikan pola diit biasa pasien yang disukai atau tidak disukai.
Rasional :
Menurunkan rasa tak enak karena sisa sputum atau obat untuk
pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.
6) Makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.
Rasional :
banyak
10) Awasi pemeriksaan laboratorium seperti HB, BUN, protein serum dan
albumin.
Rasional :
pemahaman
proses
penyakit/prognosis
dan
kebutuhan
pengobatan.
2) Melakukan prilaku/perubahan pola hiduo untuk memperbaiki kesehatan umum
dan menurunkan resiko pengaktifan ulang TB.
Intervensi:
1) Kaji ulang tingkat pemahaman klien tentang proses penyakit
Rasional :
Mengetahui
sejauh
mana
pemahaman
klien
mengenai
penyakitnya
2) Kaji kemampuan dan kemauan klien untuk belajar, kelemahan, tingkat
partisipasi, lingkungan dan media terbaik bagi klien.
Rasional :
Memberikan
kesempatan
untuk
memperbaiki
kesalahan
konsepsi/peningkatan ansietas.
6) Dorong untuk tidak merokok.
Rasional :
Meskipun
tidak
merangsang
berulangnya
TB,
tetapi