dengan
faktor
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
bentuk
pengorganisasian
biologi, maka semua konsep ekologi dapat ditata dalam kerangka ekosistem itu.
Komponen-komponen biota dari setiap ekosistem terangkat sebagai rantai energi
(food chain). Misalnya populasi di padang rumput dapat dicirikan oleh hubungan cara
makan menurut dua rantai hara sebagai berikut :
Rumput Hidup
Herbivora
Karnivora
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
biasanya memiliki ratusan jenis yang saling dipertautkan oleh kebiasaan makan.
Istilah-istilah produsen, herbivora,
karnivora
primer,
III,
Konsumen
IV
dan
Konsumen II, Konsumen III setelah mati akan dimakan oleh jenis Mikroorganisme
berupa Bakteri, Jamur dan Invertebrata tertentu (Dekomposer) dengan menguraikan
makanan tersebut.Dari bentuk substansi organik menjadi Detritus, unsur organik dan
mineral-mineral. Hasil penguraian tersebut dimanfaatkan lagi oleh produsen, sehingga
terjadi daur energi di dalam rantai makanan tersebut.
Urutan rantai makanan : P -----> K I -------> K II -----> K III -------> K
IV ----------> Dekomposer , dapat berubah, karena misalnya K IV tidak
hanya
memangsa K III, tetapi juga memakan P atau K lainnya- demikian pula K III
memangsa juga P , sehingga terjadilah Jaring-jaring makanan. Jaring-jaring hara
adalah satuan dasar ekologis ekosistem, sebab di sekitar itulah alih energi dan alih
hara terjadi.Gambar 5. memperlihatkan pola dasar alih energi dan alih hara dalam
ekosistem yang digeneralisasikan. Herbiovora dan karnivora digabungkan menjadi
konsumen (consumers) atau biofag (biophage) yang makan organisme hidup, untuk
Kursus Singkat Pengenalan AMDAL
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
dibedakan dari pengurai (consumers) atau saprofag (saprophage) yang makan bahan
organik mati. Gerakan energi dan gerakan hara mempunyai pola hubungan dengan
lingkungan abiotik dan dengan batas ekosistem yang sangat berbeda. Energi mengalir
di dalam ekosistem, karena diperoleh dari luar seperti energi cahaya dari matahari dan
akhirnya hilang dari ekosistem sebagai panas yang dilepaskan melalui pernapasan
pada semua anggota komunitas.Sebagian hara berputar dalam ekosistem. Tumbuhan
memperoleh hara dari lungkang (pool) lingkungan anorganik dalam atmosfer, air,
tanah, atau endapan di dalam ekosistem. Hara-hara ini lewat di sekitar jaring-jaring
hara dalam bentuk molekul organik, tetapi sebagian besar akhirnya kembali ke
lungkang anorganik dengan hancurnya bahan organik yang mati.Sementara itu bahan
organik dan anorganik dipindahkan dari satu ekosistem ke ekosistem lain dan ekspor
dan impor yang demikian biasanya disejajarkan dengan perpindahan dalam ekosistem.
Rantai makanan dan jaring-jaring makanan itu terdapat di darat maupun di
perairan. Di darat dapat berupa Tanaman ---------> Serangga -------> Burung --------->
Musang ------> Serigala ----->Harimau ; di perairan biasanya berupa fitoplankton ------>
Zooplankton ---------> Ikan kecil ---------> Ikan besar --------> Burung / Linsang/
Mammalia Air (Pesut). Gangguan terhadap salah satu rantai makanan tersebut, akan
merusak ekosistem dan menimbulkan dampak beruntun. Di dalam tubuh organisme
(termasuk manusia), dalam kegiatan kehidupannya (metabolisme tubuhnya), selain
mengumpulkan makanan, juga
dengan
demikian
jaring
makanan,
terjadi
peningkatan jumlah substansi beracun pada tingkat makanan di ujung rantai, keadaan
ini disebut dengan penggandaan secara biologis (Biological Magnification).Pada
Ikan diduga jumlah unsur kimia yang tergandakan secara biologis mempunyai
konsentrasi sebanyak 10
kimia
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
tubuh orang yang memakan ikan tadi. Demikianlah, terjadinya Kasus Penyakit
Minamata yang terkenal di Negara Jepang itu.
Sebagian besar ekosistem berubah-ubah dari waktu ke waktu, kadang- kadang
sangat cepat. Satu aliran lava gunung berapi yang baru akan segera dihuni oleh
tumbuhan dan binatang dan dapat berkembang menjadi sebuah hutan hujan jika
iklimnya cocok. Perubahan demikian disebut dengan suksesi (succession). Selama
terjadinya suksesi, biota berubah dalam komposisi jenis-jenisnya, dan lingkungan
abiotik termodifikasi oleh interaksi antara faktor fisik serta faktor kimia dan organisme. Misalnya, batuan menjadi tanah. Selama perubahan ini, tidak dapat dihindarkan
lagi terjadi pula perubahan pola dan besarnya energi serta perubahan alih hara.
Unsur-unsur kimia yang penting bagi kelangsungan kehidupan mengalami daur
di dalam biosfer melalui jalur-jalur tertentu, dari lingkungan ke organisme dan dari
organisme kembali ke lingkungan. Dengan demikian unsur kimia itu dari lingkungan
(udara, air, tanah) memasuki organisme hidup melalui rantai dan jaring makanan dan
kembali ke lingkungan.Ditinjau dari unsur kimia , organisme hidup disusun oleh 6
unsur kimia yang merupakan 95 % dari massa organisme, yaitu C,O,H,N,P,S. Ada 40
unsur kimia lain penyusun organisme hidup antara lain Ca, Mg, K. Aliran dalam
bentuk daur ini disebut dengan Daur
Biogeokimia. Karena
rantai
makanan
merupakan saluran dari aliran energi, maka daur Biogeokimia dan Aliran Energi
merupakan dua proses utama yang terjadi di dalam suatu ekosistem.
Daur Biogeokimia dapat dibadakan atas 3 macam daur, yakni :
a) Daur Gas : C, O, N ;
b) Daur Sedimenter : P dan S ;
c) Daur Hidrologi : Perputaran Air.
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
tumbuhan pemanjat dan epifit. Pohon-pohon dalam masyarakat hutan tropis basah
banyak sekali jenisnya dan bervariasi ukurannya .Pohon-pohon besar mempunyai
tinggi antara 46 - 55 m, walapun ada diantaranya yang melebihi 60 m ( Richards, 1964).
Hutan alam di Kalimantan (Timur) termasuk ke dalam formasi hutan tropis
Indo-Malaya yang merupakan salah satu formasi hutan tropis yang terdapat di dunia
(Whitmore, 1975). Hujan yang terjadi terus menerus di sepanjang tahun dan suhu tinggi
di lantai hutan. Kondisi ini menyebabkan pelapukan bahan organik terjadi dengan
cepat yang kemudian diikuti oleh pencucian hara. Produksi serasah sangat tinggi
disertai proses dekomposisi dan penyerapan hara kembali oleh tumbuhan yang cepat.
Karena iklim yang mantap, putaran hara yang tertutup disertai waktu yang cukup
lama, maka dimensi pohon di hutan hujan tropis biasanya tinggi dan besar. Kondisi
pohon di hutan tropis tersebut memberi kesan seolah-olah tingkat kesuburan tanah
yang mendukung hutan ini sangat tinggi (Brotokusumo,1985).
Hutan hujan tropis dataran rendah sangat kaya akan jenis tumbuhan.Dari
20.000 jenis pohon yang ada di kawasan hutan Malayasia yang meliputi kawasan
semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, Philipina sampai Papua Nugini
diantaranya 4.000 jenis terdapat di Pulau Kalimantan.Kawasan hutan Malayasia ini
umumnya didominir oleh jenis-jenis dari suku Dipterocarpaceae, yang menurut
Ashton (1982) terdapat sekitar 380 spesies tersebar di seluruh kawasan dan diantaranya 300 spesies terdapat dalam hutan primer di Kalimantan.
3.2.Ekosistem Perairan Tawar
Menurut taksiran Dinas Perikanan lebih kurang 10 % dari
wilayah
Kalimantan Timur berupa perairan umum, yaitu sungai-sungai dan rawa seluas lebih
kurang 2.500.323 ha dan Danau 92.937 ha. Yang dimaksud dengan rawa di sini
adalah dataran-dataran rendah sepanjang sungai atau sekitar danau yang kadangkadang terkena pelimpahan air dalam musim hujan, waktu pasang dan bahkan pada
waktu-waktu lainnya juga.Luas danau yang tertera merupakan luas maksimum pada
waktu pasang penuh dan berkurang apabila air surut. Sebagian besar perairan umum
Kursus Singkat Pengenalan AMDAL
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
berada di Kabupaten Kutai yang luas sungai dan rawa-rawanya ditaksir 1.582.576
ha dan danaunya 91.120 ha. Data pada tahun 1992, luas perairan umum di Kabupaten
Kutai mencapai 199.407,32 ha dan 48 % diantaranya merupakan perairan danau yang
jumlahnya 76 buah dan tersebar di wilayah DAS Mahakam bagian tengah.Untuk
keperluan perikanan diperkirakan hanya 40 % dari areal perairan umum itu yang
bersifat produktif.
Perairan danau yang luas di Kabupaten Kutai yakni Danau Semayang, Danau
Melintang, Danau Jempang merupakan cekungan aluvial yang cukup luas (Singgih,
dkk, 1992).Keadaan debit airnya berfluktuasi ditentukan oleh musim dan pasang surut
sungai Mahakam, begitu juga dengan kualitas airnya dengan pH 5-6,air berwarna
coklat kekuning-kuningan/cerah.Keadaan pH ini diduga mempengaruhi pergerakan
masuk keluarnya ikan-ikan tertentu dan pesut Mahakam dari Sungai Mahakam ke
Danau Semayang, Danau Melintang dan sebaliknya.
Curah hujan rata-rata di DAS Mahakam ini dari tahun 1987-1991 sebesar 1.879
mm, rata-rata hari hujan 92 hari dengan kondisi iklim termasuk tipe iklim basah dari
Schmidt dan Ferguson.Pada saat musim kemarau sebagian rawa menjadi kering dan
danau-danau menjadi dangkal, bahkan pada puncak musim kemarau kedalaman
danau hanya mencapai 0.5-1.0 m, sebagian besar Danau mengalami kekeringan,
hanya tersisa alur-alur air di tengahnya.
Jenis fauna yang menggunakan ekosistem danau sebagai habitatnya adalah
terutama pesut Mahakam, burung dan beberapa jenis ikan (4 jenis dari
familia
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
perairan yang terbuka (tidak dibatasi tepian danau) dari permukaan air sampai
kedalaman konpensasi, yaitu kedalaman dimana intensitas cahaya mencapai nilai
dimana fotosintesis seimbang dengan respirasi.Pada umumnya nilai ini sama dengan
1 % intensitas cahaya matahari yang mencapai permukaan air. Komunitas jasad di sini
terdiri plankton, nekton dan kadang-kadang nueston.Sedangkan mintakat profundal
merupakan dasar perairan yang lapisan air di atasnya tidak lagi mengalami penetrasi
cahaya matahari yang efektif, sehingga pada daerah ini sangat terbatas kehidupan.Hasil
produksi perikanan dari perairan Danau, Sungai dan rawa yang luasnya 104.707 ha,
pada waktu musim hujan dan ditambah pula dengan +
diperkirakan mampu menghasilkan ikan sebanyak 20.000 - 35.000 ton per tahun dengan
taksiran pendapatan dari daerah ini mencapai lebih dari 4 milyar rupiah per tahun (TAD,
1987). Fauna yang terdapat di perairan umum yang terpenting ialah jenis-jenis ikan,
kura-kura air tawar, ular air/besisi, ikan hias dan pesut (Orcaella brevirostris).
Jenis-jenis ikan Kalimantan Timur telah lama menjadi sumber ekonomi yang
penting bagi rakyat. Selain dikonsumsi di Kalimantan Timur sendiri dipasarkan juga
diekspor ke luar negeri. Jenis-jenis ikan ekonomis penting tersebut berupa udang
(antara lain udang galah atau Macrobrachium sp.), patin ( Helicophagus typus), gabus
(Ophiocephalus striatus), repang (Puntius javanicus), baung (Macrones nemurus),
kendia (Thynichthys
vailanti),
jelawat
(Leptobarbus
(Trichogaster pectoralis), biawan (Helostoma teminci), dll Jenis-jenis ikan hias belum
banyak diteliti di Kalimantan Timur. Akan tetapi dari pengamatan-pengamatan serta
referensi yang ada diketahui bahwa Kalimantan Timur mengandung potensi jenisjenis ikan hias air tawar. Jenis-jenis ikan hias ini terdapat di perairan sungai Muara
Kaman sampai Muara Ancalong serta di daerah Hulu Mahakam yang terdapat banyak
riamnya Jenis-jenis buaya terdapat pada perairan sungai banyak ditemukan di rawarawa, akan tetapi juga sering ditemukan di muara-muara sungai. Juga penelitian
tentang
buaya
di Kalimantan Timur
belum
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
10
Beberapa puluh tahun yang lalu banyak sekali ditemukan, namun saat ini sudah
jarang bahkan sangat sukar sekali ditemukan.Hal ini akibat perburuan terhadap buaya
ini meningkat untuk diekspor kulitnya. Jenis kura-kura air tawar yang dikenal
masyarakat terdapat di sungai-sungai Kecamatan Pasir Belengkong, Kabupaten
Pasir dan Kecamatan Muara Muntai, Kabupaten Kutai untuk diambil telurnya.
3.3. Ekosistem Laut
Ekosistem laut merupakan lingkungan hidup manusia yang terluas.Kepulauan
Indonesia memiliki ribuan pulau besar dan kecil dengan garis pantai yang sangat
panjang, salah satu yang terpanjang di dunia (81.000 km)
Kanada. Laut merupakan cadangan terbesar untuk bahan-bahan mineral, energi dan
bahan makanan.Persediaan Mn di laut dikatakan lebih kurang 1000 kali dibandingkan
dengan persediaan di darat, selain itu masih banyak bahan-bahan
mineral
yang
oleh
laut
dan
selat-selat
yang
biasanya
sampai ke
untuk
membentuk jaring-jaring
protein yang
ikan/hewan laut memiliki hampir 20 jenis asam amino. Bandingkan protein dari
tumbuhan / hewan darat hanya mengandung maksimal 10 jenis asam amino.
Kursus Singkat Pengenalan AMDAL
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
11
fungsi
macam, antara lain ; sebagai pelindung pantai untuk tempat berpijah,tumbuh, mencari
makan dan perlindungan bagi banyak jenis-jenis ikan yang berpotensi ekonomi. Oleh
karena itu mutlak perlu agar sebagian komunitas-komunitas itu dilindungi.
3.4.Ekosistem-ekosistem Pesisir/Pantai
Wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan ( interface) antara darat dan laut;
ke arah darat, ditentukan sebagai wilayah daratan yang tergenang ataupun tidak
tergenang yang dipengaruhi oleh proses-proses kelautan seperti pasang, angin laut, dan
intrusi garam ; ke arah laut, ditentukan sebagai wilayah laut yang dipengaruhi oleh
proses-proses alami daratan (land base) seperti sedimentasi, masuknya air tawar,
dan
kegiatan-kegiatan
manusia
seperti pencemaran
dan
penebangan
hutan
yang
lainnya
melainkan merupakan satu matarantai. Hal ini disebabkan oleh adanya aliran energi
dan aliran makanan diantara
ekosistem-ekosistem
persamaan dalam toleransi fisik antara satu sistem dengan yang lainnya serta terdapatnya organisme-organisme yang
mendiami
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
12
yang kompleks ini, yaitu : faktor fisika, aliran makanan dan bahan organik terlarut
(dissolve organic matter), aliran partikel bahan organik (particulate organic matter),
migrasi hewan serta adanya akibat dari kegiatan manusia (Ogden dan Gladfelter,
1983).
Perpindahan materi dan energi di antara ekosistem-ekosistem di dalam
wilayah pesisir ini baik antara wilayah pesisir dengan sistem lahan atas ataupun
dengan sistem lepas pantai hampir keseluruhannya melalui perairan. Selain itu juga
dipergunakan di dalam setiap kegiatan ekonomi, budidaya pertanian, budidaya
perikanan, pengangkutan, rekreasi dan turisme, serta sebagai tempat pembuangan
limbah.Jadi perairan dapat dipertimbangkan sebagai suatu sistem kekuatan terpadu
yang besar bagi wilayah pesisir (Clarck, 1985).
a. Ekosistem Hutan Mangrove
Ekosistem ini merupakan ekosistem hutan yang toleran terhadap salinitas air
dan terdapat di wilayah pasang surut di daerah tropis dan sub tropis.Di Asia Tenggara
tercatat 30 jenis dengan variasi florestik yang erat kaitannya dengan variasi habitat
satu ke habitat lainnya.Di Kalimantan Timur, luas hutan Mangrove diperkirakan
562.000 ha (Wirakusumah, 1978) dan menyebar dari pantai Timur bagian utara samai
selatan.9 (Estuaria S.Adang, S.Mahakam, S.Berau, S.Bulongan dan S. Sesayap dan
estuari sungai-sungai kecil). Dari arah laut, vegetasi di daerah ini dapat dibagi
menjadi tiga zona yakni zona pertumbuhan (yang ditumbuhi oleh aneka ragam jenis
bakau-bakauan), zona mantap (yang didominasi oleh pohon-pohon nipah ), dan zona
yang lebih banyak dipengaruhi oleh air tawar.
Di bagian terdepan yang terbuka, spesies Sonneratia caseolaris membentuk
tegakan yang rendah kerapatannya.Avicenia officenalis yang berbentuk pohon sampai
setinggi 20 meter membentuk tegakan yang makin ke belakang makin rapat sampai
jarak tertentu.Makin ke belakang, kemudian berasosiasi dengan
Bruguera dan
Rhizopora dan Alqiceras yang berbentuk semak.Pada tanah yang telah stabil di tempat
terbuka ini dijumpai Acrostichum aureum Ldan Acanthus ilicofolius L.Makin ke arah
Kursus Singkat Pengenalan AMDAL
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
13
hulu kemudian dihuni Rhizopora mucronata yang memiliki volume kayu komersil
tertinggi di bandingkan dengan Bruguera parvifolia dan Bruguera sexagulata. Pada
dataran lumpur yang kosong di pelopori oleh Sonneratia, kemudian diikuti tegakan
Avicenia yang makin jauh ke dalam makin padat sampai pada jarak tertentu menipis
lagi dan mulai bercampur dengan Acrostichum. Di belakangnya baru terdapat nipah
atau spesies lain.
IV. DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP
KOMPONEN LINGKUNGAN HAYATI
4.1.Dimensi Ekologis
Setiap ekosistem alamiah memiliki empat fungsi pokok bagi kehidupan manusia
adalah :
(1) jasa-jasa pendukung kehidupan,
(2) jasa-jasa kenyamanan,
(3) penyedia sumberdaya alam, dan
(4) penerima limbah ( Ortoland, 1984).
Jasa-jasa pendukung (life support services) mencakup berbagai
hal
yang
diperlukan bagi eksistensi kehidupan manusia, seperti udara dan air bersih serta ruang
untuk mendukung segenap kegiatan manusia. Jasa-jasa kenyamanan (amenity services)
yang disediakan oleh ekosistem alamiah adalah berupa suatu lokasi beserta atributnya
yang indah
dan
menyejukkan
yang
dapat
dapat
produksi.Sedangkan
proses
puannya dalam menyerap limbah dari kegiatan manusia, sehingga menjadi suatu
kondisi yang aman.
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
14
manusia,
maka
lingkungan yang dapat menyebabkan turunnya kualitas lingkungan, resistensi hama dan
vektor, punahnya beberapa flora dan fauna, gangguan terhadap kesehatan manusia dan
lain sebagainya.
Gangguan lingkungan sebagai akibat adanya aktivitas manusia akhir-akhir ini
telah mendapat perhatian yang serius bukan saja terhadap kesehatan manusia, tetapi
juga terhadap komponen-komponen biologi lainnya. Hal ini nampak juga di Indonesia
dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup yang kemudian diperbaiki pada Undang-Undang
Pengelolaan Lingkungan Hidup No.23 Tahun 1997. Demikian juga telah ditetapkan
jenis-jenis flora dan fauna yang dilindungi oleh Undang-Undang. Lingkungan hayati
sangat penting bagi kehidupan kita, karena sulit dipisahkan dengan kegiatan manusia.
Adanya gangguan terhadap komponen lain di dalam sistem ekologi akhirnya akan
merugikan manusia sebagai bagian dari sistem ekologi tersebut.
Berikut beberapa contoh Dampak Kegiatan Pembangunan Terhadap beberapa
Komponen Hayati.
4.2.1. DAMPAK PEMBANGUNAN DI BIDANG PERTANIAN
Dengan berkembangnya kemajuan teknologi menyebabkan kemajuan yang
sangat pesat dalam bidang pertanian. Dalam menyelenggarakan Panca Usaha Tani
Kursus Singkat Pengenalan AMDAL
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
15
pestisida
masih
dimungkinkan
meningkat
terus
selaras
dengan
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
16
menunjukan bahwa sapi yang makan rumput yang terkontaminasi pestisida diel drin
setelah 100 hari susu sapi tersebut tercemar oleh pestisida tersebut. Pestisida dapat
menimbulkan pengaruh sampingan terhadap lingkungan antara lain :
- Tumbuhnya resistensi hama.
- Musnahnya predator hama.
- Hilangnya organisme yang bermanfaat.
- Kepunahan sumber daya nutfah.
- Peledakan kembali hama.
- Peledakan hama sekunder, dan yang lain-lain.
Telah diketahui bahwa pestisida disamping menguntungkan tetapi juga
menimbulkan kerugian bagi manusia sendiri. Untuk menekan serendah-rendahnya
akibat yang merugikan dan penggunaan pestisida maka harus terus menerus dilakukan
usaha antara lain dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara
yang tepat dan benar dalam menggunakan pestisida dan pengawasan peredaran dan
penyimpanan jenis pestisida terutama jenis organoklorin.
4.2.2. DAMPAK PEMBANGUNAN DI BIDANG KEHUTANAN/HPHTI DAN
PERTAMBANGAN TERHADAP KOMPONEN HAYATI
Hutan adalah merupakan suatu bentuk ekosistem yang komplek karena
didalamnya terdapat komponen ekosistem tersebut, seperti flora, fauna, mikroorganisme, iklim dan tanah. Jika suatu ekosistem hutan diubah atau ditebang,
seyogyanya kita terlebih dahulu harus mengetahui secara seksama mengenai sudutsudut kerawanan atau kesensitifan dari ekosistem yang bersangkutan. Dengan demikian
kegiatan pembangunan dapat diharapkan dapat memperhatikan elastisitas daya dukung
dari suatu sistem ekologi.
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
17
degradasi
tanah
di
Bumi
diperkirakan telah mencapai 1,2 milyar ha, terbesar di Asia ( 435 juta ha) dan Afrika
(321 juta ha). Sebagian besar disebabkan erosi akibat air dan angin yang dihasilkan
aktivitas
pertanian,
penebangan
hutan
(deforestasi)
kelestarian
akan
menyebabkan
kerawanan
ekosistem
hutan
tegakan
tinggal
dan
sudah pasti
memusnahkan hutan yang berada di atasnya serta merubah pula bentang alam yang
asli.Pada areal bekas penambangan, dimana hanya tinggal lapisan batuan induk,
pemulihan alami vegetasi tentu saja sangat sulit dan lama .Disamping itu merusak
areal berbagai spesies pohon sebagai sumber plasma nuftah mengakibatkan pula
Kursus Singkat Pengenalan AMDAL
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
18
Dipterocarpacea dataran rendah, hutan mangrove, hutan rawa dan rawa gambut yang
ada di kawasan wilayah pantai merupakan wilayah yang mendapat tekanan
penduduk yang sangat kuat, dibandingkan dengan wilayah tengah dan hulu.Hal
ini disebabkan
wilayah hutan yang dekat dengan pusat penyebaran penduduk akan cepat terkikis oleh
petani urban maupun oleh penduduk kota non petani yang membuka hutan dengan
motivasi pengusahaan hutan.
Perladangan berpindah, suatu sistem perladangan tradisional dan telah banyak
ditiru oleh pendatang justru memberi dampak terhadap hutan. Menurut Kartawinata,.
et al (1981), perladangan berpindah telah mengakibatkan 400.000 ha tanah menjadi
formasi alang-alang dan + 2.4 Juta ha hutan sekunder. Data pada tahun 1993, belum
dapat dihimpun dan diduga setelah 12 tahun kemudian akan bertambah menjadi lebih
luas.Perladangan berpindah menurut Agung (1988), telah menyebabkan hilangnya
20 m kayu komersial dan 66.57 m kayu non komersial per ha.
Jenis-jenis kehidupan tumbuhan dan hewan, serangga, cendawan, serta
bakteri yang begitu kaya di hutan hujan belantara ini amat banyak macamnya, dan
merupakan hasil perkembangan hutan tersebut paling tidak minimal seratus juta tahun
yang lalu. Interpretasi yang menganggap bahwa tanah di hutan hujan tropis dataran
rendah sangat subur adalah tidak benar. Lapisan tanah subur di top soil adalah tipis.
Jika hutan ditebangi dan dibuka, maka lapisan tanah yang subur dan tipis ini segera
dihanyutkan oleh hujan.Dengan demikian yang tumbuh adalah semak belukar.
Pada tahun 1986 dilaporkan di seluruh Indonesia terdapat 43 juta ha lahan yang
rusak dan tidak produktif, 23 juta ha adalah semak belukar dan 20 juta yang ditumbuhi alang-alang.Jumlah lahan yang rusak tiap tahun bertambah
besar akibat
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
19
Jenis-jenis
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
20
dibanding keuntungan. Untuk membuat hutan baru sangat sulit, biasanya cenderung
menjadi padang alang-alang.
c. Hutan Pantai Pasir dan Karang
Pantai berpasir dan berkarang merupakan habitat berbagai jenis tanaman perdu antara
lain komunitas rerumputan, terna dan tumbuhan menjalar, seperti Ichenum muticum,
Widelia biflora, Ipomoea pescaprae dan Cyperus pedunculatus. Pada tempat-tempat
tertentu terdapat jenis Pandan. Komunitas terna ini berkembang menjadi komunitas
jenis perdu dan pohon pioneer seperti Casuarina equisetifolia. Pada pantai yang
tidak berpasir karena abrasi, tidak terdapat komunitas Pascaprae, hanya komunitas
Barringtonia sangat rawan terhadap terjadinya proses abrasi pantai yang dapat
menghambat proses terjadinya hutan secara lengkap.
d. Hutan Pegunungan
Hutan yang berada dipegunungan terdiri dari jenis yang secara genetis dan
lingkungan, mampu tumbuh dengan suhu rendah, intensitas cahaya rendah dan
sebaliknya kelembaban tinggi.
mempunyai fungsi konservasi terhadap tanah, air yang lebih baik, disamping tingkat
kerawanannya rendah.
f. Hutang Mangrove
Hutan mangrove terbentuk oleh karena keadaan tempat tumbuh, berupa pantai
berkadar garam tertentu dan berlumpur. Perairan di pantai yang sifat airnya payau ini
diketemukan jenis yang jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan jenis
hutan daratan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaannya adalah :
Kursus Singkat Pengenalan AMDAL
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
21
a. Perubahan kadar garam tertentu, sebagai akibat curah hujan yang membawa
lumpur dan merubah muara (estuari).
b. Adanya gangguan dari berbagai jenis benthos, dengan demi-
kian dapatlah
perhubungan.Seperti
halnya
dengan
ekosistem
pesisir,
ekosistem perairan umum juga mengalami nasib yang sama.Saat ini ekosistem ini telah
mendapat tekanan penduduk yang sangat besar sehingga baik kualitas maupun
kualitas ekosistem tersebut cenderung menurun. Hal ini terutama disebabkan oleh
masuknya berbagai bahan pencemar yang berasal dari berbagai aktivitas manusia
seperti HPH,Pertambangan, Perladangan di sekitar DAS dan Transportasi. Indikasi
ini terutama ditandai dengan semakin
gulma air di danau, menurunnya produktivitas tangkapan ikan dari tahun ke tahun
dan semakin ekslusifnya mobilitas beberapa hewan endemik ( misalnya kehidupan
pesut).
Dampaknya Terhadap Flora :
Secara umum kegiatan pembalakan hutan meliputi kegiatn /tahapan antara
laian pembukaan wilayah hutan, seperti penataan batas, pembuatan jalan angkutan,
jalan sarad, tempat pengumpulan sementara, penebangan, penyeradan dan lain
sebagainya yang merupakan sumber dampak. Dalam proses penebangan kerusakan
tanaman terjadi karena kerobohan pohon, akibat dari penebangan dan atau
penyeradan oleh kendaraan berat. Banyak pohon yang bukan sararan roboh dan
melebihi banyaknya pohon yang ditebang, dari berbagai tingkat pertumbuhan.
Dampak lanjutan dapat menimbulkan erosi gen.
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
22
kemampuan penyangga dari hutan mangrove, serta hilangnya daya serap organisme
rawa gambut. Habitat fauna gilirannya akan hilang begitu saja, sehingga yang
tadinya hewan-hewan liar familiar berkeliaran. Pada habitatnya tidak terlihat lagi,
yang tahan terhadap lingkungan baru akan tetap tinggal, sedangkan yang lain akan
lenyap secara pelan-pelan. Berkurangnya hutan akan meningkatkan kandungan
CO2 di udara, yang timbul terutama dari pembakaran bahan bakar fossil, ditambah
lagi dengan pembakaran hutan, yang akhirnya dapat meningkatkan suhu di atmosfir
sebagaimana halnya dengan efek rumah kaca.
Berkurangnya permukaan transpirasi dan payung tajuk hutan, dapat
menyebabkan kenaikan suhu, yang selanjutnya dapat mengganggu ekosistem, bahkan
dapat meningkatkan frekuensi kebakaran hutan. Jenis-jenis yang terdapat di lahan
basah akan menghadapi ancaman yang sama dengan lahan/hutan kering, dengan
kehilangan habitat alami. Hal ini terjadi karena perubahan penggunaan lahan dan
penurunan keanekaragaman karena kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh
pemungutan sumber daya yang berlebihan.
Dampak Terhadap Fauna :
Punahnya jenis-jenis penting dengan significansi tertentu pada suatu ekosistem,
dapat membahayakan dan mengakibatkan punahnya jenis-jenis lain.
Hilangnya
Apabila suatu sistem kekurangan jenis penting tertentu, seperti burung, lebah atau
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
23
kalong, yang berperan dalam proses penyerbukan dan penyebaran biji, maka reproduksi
tumbuhan yang ada hubungannya juga terlambat.
Hanya 15% saja biji pepohonan tropis yang disebarkan oleh angin, sebagian
besar tergantung kepada hewan, sehingga apabila hewan-hewan ini punah, juga akan
mengakibatkan punahnya jenis-jenis pohon yang berhubungan.
Demikian juga sebaliknya, apabila rusaknya habitat dalam skala besar, riskan
akan kepunahan hewan-hewan tersebut. Kepunahan jenis yang demikian tidak dapat
dilihat secara langsung, tetapi hanya nampak pada saat masing-masing pohon/jenis
tanaman yang mengalami proses penyebaran biji dimasa lalu menjadi mati dengan
sendirinya.
Hal yang sama juga terjadi pada jenis hewan yang berperan sebagai
polinator.
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
24
pesisir.
Daerah
tangkapan ini sering dihubungkan dengan perairan dangkal dimana ekosistem pesisir
merupakan wilayah yang tinggi
produktivitasnya
dengan
adanya
hutan
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
25
tepian
sungai
yang
mengalir
menuju
pesisir.
Hal
itulah
yang
itu
bervariasi
ketebalannya, di beberapa pesisir ketebalan hutan ini bahkan tidak sampai 200 meter,
sehingga gangguan dengan intensitas sama akan menyebabkan kawasan ini menjadi
rawan. Contoh yang jelas, saat ini Hutan Mangrove antara Teluk Balikpapan
hingga Muara Sungai Mahakam boleh dikatakan telah rusak.
Pemanfaatan hutan bakau ( mangrove) untuk berbagai jenis keperluan
seperti kayu bakar, pembuatan arang, kayu untuk diekspor , bahan baku bagi pabrik
kertas, pembuatan chipboard, dan lainnya.
Bahkan hutan bakau telah banyak diubah menjadi tempat persawahan,
pertambakan, perindustrian, real estate, dan lainnya. Biasnya dengan hilangnya
hutan bakau di suatu wilayah pesisir akan segera diikuti oleh penurunan produksi
perikanan (khususnya udang) di perairan sekitarnya, menghilangnya jenis-jenis biota
tertentu dari ekosistem, terkikisnya pantai oleh gempuran ombak dan kadangkadang juga meningkatnya penyakit malaria di daerah tersebut.
Ekosistem laut (Teluk) sangat rawan terhadap pencemaran sebab adanya
pertumbuhan penduduk yang cepat dan perkembangan teknologi yang pesat,
sehingga di beberapa daerah Teluk telah mendapat tekanan yang sangat berat dan hal ini
menimbulkan kerusakan-kerusakan yang parah diberbagai tempat di dunia.Sumber
Kursus Singkat Pengenalan AMDAL
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
26
minyak
dan
pembuangan,
kotoran
lewat
udara,biosida
transportasi
dan
pembuangan
limbahnya, namun perlu diinsyafi bahwa setiap ekosistem memiliki daya dukung
(carrying capasity) tertentu untuk menyerap apa yang masuk ke dalam sistemnya.
Setiap sistem alami, termasuk laut memiliki kemampuan untuk mengembalikan
kesehatannya kembali seperti sedia kala
bila
ada
gangguan
dari
luar.Namun
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
27
disebabkan oleh Methyl mercurie chlorid .Perlu diketahui bahwa kasus ini baru
terungkap setelah 26 tahun sejak awal limbah kimia yang mengandung air raksa itu
dibuang (1930 dibuang dan baru dikenal pada tahun 1956/1960) Begitu juga dengan
penyakit Itai-itai yang disebabkan oleh Cd.
Limbah panas dapat menimbulkan thermal schock, meningkatkan kepekaan
organisme akuatik terhadap parasit, penyakit dan toksin kimia, perubahan pola migrasi,
menurunnya kadar DO, meningkatkan keperluan oksigen, menimbulkan eutrofikasi,
menurunkan produksi telur dan kemampuan bertahannya hidup larva ikan,
terganggunya rantai makanan akuatik, berubahnya komposisi spesies.
Kejadian munculnya penyakit yang disebabkan oleh dampak limbah panas
Industri telah diketahui dari kasus di Teluk Ciguatera, USA.Penyakit ini disebabkan
oleh racun Ciguatoksin yang dibawa oleh Bakteri Toksis/virus yang terdapat pada
selubung polisakarida Alga Cyanophyceae.Seperti diketahuan, peningkatan suhu air
laut akan memacu perkembangan populasi Cyanophyceae dan dengan demikian akan
menimbulkan
penyakit
Ciguatera.Penyakit
bibir,tangan dan kaki kaku dan gemetar, panas-dingin, mual linu-linu pada persendian
dan gatal-gatal.
V.PENGELOLAAN LINGKUNGAN UNTUK MITIGASI DAMPAK KEGIATAN
TERHADAP KOMPONEN HAYATI
Untuk menangani dampak penting terhadap komponen flora-fauna terestrial
dari hasil evaluasi AMDAL, penanganan dampak penting dilakukan
dengan
sangat
ditentukan oleh jenis dam derajat dampak negatif yang diprediksikan. Diperlukan
prediksi terhadap dampak langsung maupun tidak langsung, dengan harapan usahausaha penanganannya akan menjamin kelestarian fungsi ekosistem di tapak proyek
tersebut atau setidak-tidaknya meminimasi dampak negatif yang akan terjadi.
Kursus Singkat Pengenalan AMDAL
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
28
Komponen satwa liar yang terkena dampak kegiatan HPH meliputi habitat,
kelimpahan satwa
yang
dilindungi
dan
keanekaragaman
jenisnya. Kegiatan-
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
29
5. Perlindungan ekosistem atau species merupakan suatu aspek pokok usaha yang lebih
luas dan keras dari rencana-rencana dan peraturan manusia dalam menggunakan
sumber alam.
6. Perlindungan alam selain terhadap sumber daya hayati juga memperhatikan pula
sumber daya non hayati seperti, air, tanah, unsur hara dan atmosfir.
Berdasarkan tujuan pokok perlindungan alam, pemerintah Indonesia (PHPA) telah
melakukan usaha-usaha antara lain :
- Melindungi jenis-jenis flora dan fauna dalam habitat alaminya seperti adanya cagar
alam, suaka marga satwa, dan lain-lain.
- Mempertahankan jenis-jenis flora dan fauna diluar habitat alaminya seperti di kebun
binatang, kebun raya, dan lain-lain.
- Usaha pemeliharaan dan penangkapan binatang dan tumbuhan liar.
- Usaha melakukan pengawasan lalulintas perdagangan binatang dan tumbuhan liar.
- Menetapkan jenis flora dan fauna langka yang ditetapkan Undang-undang.
Dari daftar yang dikeluarkan Direktorat PPA tahun 1978, terdapat kurang lebih
135 marga dari 62 familia yang termasuk langka. Jenis binatang yang dilindungi
berdasarkan Peraturan Pemerintah dan Surat Keputusan menteri Pertanian tahun 1970,
1972, 1973, 1977, 1978, 1978, 1979, 1980, seluruhnyya tercatat kurang lebih 600 jenis.
5.1. Pendekatan Teknologi
Pendekatan ini adalah penerapan cara-cara atau teknologi yang tepat dan sesuai
untuk digunakan menanggulangi dan mengendalikan (mengelola) dampak penting
dengan mempertimbangkan efektivitas, efisiensi dan ekonomis antara lain :
(a) Melakukan penanaman areal kosong, bekas tebangan,kawasan lindung dan
kawasan lainnya untuk meningkatkan kerapatan tegakan
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
30
yang ditanam adalah jenis pakan dan cover, antara lain : meranti, keladus, kapur
dan
keruing
(pucuk
dan
tunas
untuk
pakan
Owa-Owa),
merkunyit,
mendarahan, kapol dan rotan (daun,pucuk untuk pakan, pohon untuk cover
beruk), beringin, dahu,ebony (buah, daun untuk pakan, pohon untuk Macaca
fascicularis ), bengkirai, trema, kujijang ( daun, pucuk untuk pakan kancil dan
kijang) dan jenis-jenis dipterocarpaceae yang menjadi cover dan pakan burung
rangkong, burungmadu serta kuau.
(b) Memelihata arean Virgin forest
satwa
dengan
fauna
serta
areal
hutan
baik
%,
areal
40
ditempuh
pemrakarsa
yang
dilindungi
undang-undang,
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
harmonis
dengan masyarakat
31
sekitar guna
dengan
horizontal
Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri & Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi
32
BAHAN ACUAN
Anonim, 1992. Report of the Indonesian Country Study on Biological
MENKLH-Jakarta.
Diversity.
Deshmukh Ian, 1992. Ekologi dan Biologi Tropik. Yayasan Obor, Jakarta.
Johan Iskandar.1983.Penetapan Metode Pengukuran dan Cara Analisis Asfek
Fauna. Kursus Penyusunan AMDAL (AMDAL -B). KMKLLH- UNPAD,
Bandung.
Krebs,C.J.1978. Ecology. Harper & Row, Publisher, New York.
Miller,Tyler.G.1975.Living in the Environment,
Concepts,
Problems
Alternatives. Wadsworth Publishing Company, Inc, Belmont, California.
and