PENDAHULUAN
suatu
penyakit
yang
disebabkan
oleh
virus
Dengue
Famili
Rumusan masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.4. Tujuan
Mahasiswa dapat menjelaskan :
1. Definisi penyakit DHF pada anak.
2. Etiologi penyakit DHF pada anak.
3. Manifestasi klinik penyakit DHF pada anak.
4. Patofisiologi penyakit DHF pada anak.
5. Komplikasi penyakit DHF pada anak.
6. Klasifikasi penyakit DHF pada anak.
7. Pemeriksaan Penunjang DHF pada anak.
8. Penatalaksanaan penyakit DHF pada anak.
BAB II
HEMATOLOGI DAN SISTEM IMUN
2.1 Hematologi
Darah adalah medium transport tubuh. Darah terdiri dari komponen cair dan
komponen padat. Komponen cair darah disebut plasma, berwarna kekuningkuningan yang terdiri dari:
a. Air : terdiri dari 91 92 %
b. Zat padat yang terdiri dari 7 9 %. Terdiri dari :
1) Protein ( albumin, globulin, fibrinogen )
2) Bahan anorganik ( natrium, kalsium, kalium, fosfor, besi dan iodium )
3) Bahan organic ( zat-zat nitrogen non protein, urea, asam urat, kreatinin,
xantin, asam amino, fosfolipid, kolesterol, gluksa dll )
c. Komponen padat darah terdiri dari :
1) Sel darah merah eritrosit adalah cakram bikonkaf dengan diameter sekitar
8,6 m. eritrosit tidak memiliki nukleus. Eritrosit terdiri dari membran luar,
hemoglobin ( ptotein yang mengandung besi ) dan karbon anhidrase
( enzim yang terlibat dalam transport karbondioksida ). Pembentukan
eritrosit dirangsang oleh glikoprotein dan eritropoetin dari ginjal. Jumlah
eritrosit normal yaitu : laki-laki : 4,5 5,5 106 / mm3 dan prempuan : 4,1
5,1 106 / mm3. fungsi eritrosit adalah mengangkut dan melakukan
pertukaran oksigen dan karbondioksida. Pada orang dewasa umur eritrosit
adalah 120 hari.
2) Sel darah putih
Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah peranan utama sel darah putih.
Jumlah normalnya adalah 4.000 11.000 / mm3. 5 jenis sel darah putih
yaitu :
I.
Neutrofil 55 %
II.
Eosinofil 2 %
III.
Basofil 0,5 1 %
IV. Monosit 6 %
V. Limfosit 36 %
3) Trombosit
Trombosit adalah sel darah tak berinti yang berasal dari sitoplasma
megakariosit. Hitung trombosit antara 150-400 X 10 9/ltr, sedangkan umur
trombosit berkisar antara 7-10 hari. Sel ini memegang peranan penting
pada hemostasis karena trombosit membentuk sumbat hemostatik untuk
menutup luka. Pembentukan sumbat hemostatik terjadi melalui beberapa
tahap yaitu adhesi trombosit, agregrasi trombosit dan reaksi pelepasan.
Dalam keadaan tidak teraktivasi, trombosit berbentuk cakram bikonveks
dengan diameter 2-4 m dan volumenya 7-8 fl. Selubung eksternal
trombosit lebih tebal dan padat dari sel dan banyak mengandung
glikoprotein yang berfungsi sebagai reseptor. Glikoprotein I dan V adalah
reseptor untuk trombin, glikoprotein Ib merupakan reseptor untuk faktor
3
sering
dijumpai)
mengandung
antagonis
heparin,
faktor
simpanan
nukleotida
adenin,
sintesis
prostaglandin
untuk dibuang
Mempertahankan keseimbangan asam basa
Mengatur keseimbangan air
Mengatur suhu tubuh
Transport hormon
4) Plasma darah
Merupakan cairan darah yang berwarna kekuning kuningaan, yang
mengandung 91 % air , sari sari makanan, garam garam mineral, sisa- sisa
KONSTITUEN
DESKRIPSI
SOLVEN: AIR
SOLUT:
PROTEIN
-
Albumin
Globulin
Fibrinogen
NITROGEN NON
PROTEIN
BAHAN
MAKANAN
BAHAN
REGULATOR
GAS-GAS
PERNAFASAN
ELEKTROLIT
Gibson, John 2002 : Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat Edisi . Jakarta :
EGC.
2.2 IMUNOLOGI PADA TUBUH
Antibodi non-netralisasi yang terbentuk akan bersirkulasi bebas di darah
atau menempel di sel fagosit mononuklear yang merupakan tempat utama
infeksi virus dengue. Antibodi non-netralisasi yang menempel pada sel fagosit
mononuklear berperan sebagai reseptor dan generator replikasi virus. Kemudian
virus dengue dengan mudah masuk dan menginfeksi sel fagosit (mekanisme
aferen). Selanjutnya virus bereplikasi di dalam sel fagosit dan bersama sel
fagosit yang telah terinfeksi akan menyebar ke organ lain seperti hati, usus,
limpa, dan sumsum tulang belakang (mekanisme eferen). Adanya sel fagosit
yang terinfeksi akan memicu respon dari sel imun lain sehingga muncul
berbagai manifestasi klinis yang disebut sebagai mekanisme efektor.
Mekanisme efektor dimulai dengan aktivasi sel T helper (CD4), T sitotoksik
(CD8), dan sistem komplemen oleh sel fagosit yang terinfeksi. Th selanjutnya
berdiferensiasi menjadi Th1 dan Th2. Th1 akan melepaskan IFN-, IL-2, dan
limfokin sedangkan Th2 melepaskan IL-4, IL-5, IL-6, dan IL-10. Selanjutnya
IFN- akan merangsang monosit melepaskan TNF-, IL-1, PAF, IL-6, dan
histamin. Limfokin juga merangsang makrofag melepas IL-1. IL-2 juga
merupakan stimulan pelepasan IL-1, TNF-, dan IFN-. Pada jalur komplemen,
kompleks imun akan menyebabkan aktivasi jalur komplemen sehingga
dilepaskan
C3 a
dan
C5 a
histamin. Hasil akhir respon imun tersebut adalah peningkatan IL-1, TNF-,
IFN-, IL-2, dan histaminIL-1, TNF-, dan IFN- dikenal sebagai pirogen
endogen sehingga timbul demam. IL-1 langsung bekerja pada pusat
termoregulator sedangkan TNF- dan IFN- bekerja tidak secara langsung
karena merekalah yang merangsang pelepasan IL-1. Mekanisme IL-1
menyebabkan demam yaitu daerah spesifik IL-1 adalah preoptik dan
hipothalamus anterior dimana terdapat corpus callosum lamina terminalis
(OVLT). OVLT terletak di dinding rostral ventriculus III dan merupakan
sekelompok saraf termosensitif (cold dan hot sensitive neurons). IL-1 masuk ke
dalam OVLT melalui kapiler dan merangsang sel memproduksi serta
melepaskan PGE2. Selain itu, IL-1 juga dapat memfasilitasi perubahan asam
arakhidonat menjadi PGE2. Selanjutnya PGE2 yang terbentuk akan berdifusi ke
dalam hipothalamus atau bereaksi dengan cold sensitive neurons. Hasil akhir
mekanisme
menyebabkan
tersebut
adalah
aktivasi
sistem
peningkatan
saraf
thermostatic
simpatis
untuk
set
poin
menahan
yang
panas
dihalau, sejumlah kecil sel menetap sebagai sel memori sehingga pajanan dari dua
antigen yang sama akan memicu serangan imunitas secara cepat dan hebat. Imunitas
merupakan lini pertama tubuh terhadap infeksi, namun imunitas tersebut dapat
memicu respon imun didapat yang timbul lebih lambat dan lebbih spesifik . Begitu
terfaktifkan, sel imun akan berkomuniasi dengan sitokinin dan kemokin. Sel-sel ini
akan membunuh virus, bakteri dan sel asing lain dengan mengeluarkan berbagai
sitoknin lain dan mengaktifkan sistem komplemen.
Sitokinin
Sitokin adalah molekul-molekul mirip hormon yang biasanya bekerja dengan
cara parenkin untuk mengatur sistem imun. Sitokinin tidak hana dikeluarkan oleh
limfosit dan makrofag tetapi di keluarkan oeh sel endotel, neuron, sel glia, dan jenis
sel lain. Sebagaian besar sitokinin diberi nama sesuai efeknya, misalnya faktor
diferensiasi sel B, faktor stimulasi sel B2. Namun, terdapat kesepakatan bahwa
apabila sekuens asam amino dari suatu faktor pada manusia setelah diketahui, nama
faktor tersebut akan dubah menjadi interkulin dengan demikian nama sel B diubah
mejadi interkulin 4 . Banyak dari reseptor untuk sitokini dan faktor pertumbuhan
hematopoitik, serta reseptor untuk prolaktin, dan hormon pertumbuhan
menjadi
III.
Sitokin
Interkulin-1
Sel penghasil
Makrofag
Aktifitas Utana
Makna Klinis
patogenesis
sepsis,
reumatoid
syok
artritis
dan
10
aterosklerosis
Interkulin-2
Sel Th1
Mengaktifakan
Menginduksi
Makrofag
Sel Th2 sel mast, Mengaktifakan
yang
sel
telah
diaktifkan limfokin
Merangsang
Interkulin-5
karenanya
pada alergi.
Antibodi
monoklonal
eosinofil
terhadap
IL-5
untuk menghambat
Interkulin 6
Sel
Th2
dan Mengaktifakn
makrofag
eosinofilia
fase-
lambat
yang
diinduksi
oleh
antigen
Dibentuk
B;
pada
merangsang penyakit
castle
bekerja
sebagai
faktor
pertumbuhan
autokrin
Interkulin-8
Kemotaksis
mieloma.
bagi Kadarnya
pada
penyakit
pada
dengan
neurofilia sehingga
bepotensi
sebagai
11
penanda
Interkulin-11
penyakit.
protein Mengurangi
aktivitas
fase akut
trombositopenia
akibat kemoterapi
Interkulin-12
Merangsang
pembentukan
sebagai
Infenteron
Inteferon
oleh
adjuvan
untuk vaksin.
untuk
mengobati
melanoma, infeksi
hepatitis
kronik,
infeksi hepatitis C
kronik
sarkoma
Inteferon
dan
Kaposi
terkait-AIDS
Sel yang terinfeksi Induksi resistensi sel Digunakan untuk
virus
mengurangi
frekuensi
dan
keparahan
kekambuhan pada
Inteferon
Mengaktifkan
sklerosis multipel
Digunakan untuk
makrofag;
meningkatkan
penghancuran
bakteri yang telah
difagositosit
pada
penyakit
granulomatosa
12
kronik.
Imunitas bawaan.
Sel yang memperantarai imunitas bawaan meliputi neutrofi, makrofag, dan sel
pembunuh alami/ntural killer (NK), yaitu limfosit besar bukan termsuk sel T tetapi
bersifat sitotoksin.Semua sel ini berespons terhadap sekuens lemak dan karbohidrat
khas yang dijumpai di dinding sel bakteri dan berespons terhadap zat-zat khas yang
terdapat di sel tumor dan dan sel cangkokan. Selain itu , sebagaian bakteri
menyebabkan pelepasan asam urat dari jairngan yang rusak, dan kristal asam urat
mengaktifakn sistem imun. Sel-sel yang telah aktif menimbulkan efeknya melalui
sitem komplemen dan sistem lain.sitokin dari sel-sel ini juga mengaktifkan sel-sel
sistem imun yang didapat.
Penghubung penting dalam imunitas bawaan pada Drosophila adalah suatu
protein reseptor yang diberi nama toll, yang mengikat antigen jamur dan memicu
aktifitas-aktifitas gen-gen yang menjadi berbagai protein anti jamur. Pada manusia,
banyak reseptor mirip toll (toll like reseptor TLRs) yang berhasil di identifikasi .
Salah satunya TLR-4mengikat lipoposakarida bakteri dan suatu protein .yang disebut
CD14, dan hal ini memicu rangakaian proses intra sel yang mengaktifkan transkripsi
gen berbagai protein yang berperan ada responsi imunitas bawaan. Hal ini penting
karena pada lipoposakarida bakteri yang dihasilkan oleh bakteri gram-negatif
merupakan penyebab syok sepsis. TLR-2
13
berupa protein dal polipeptida, tetapi anti bodi terhadap asam nukleat dan lemak juga
dapat terbentuk bila terdapat pada bentuk nukleoprotein dan lipoprotein dan secara
eksperimental dapat tercipta antibodi terhadap molekul-molekul yang lebih kecil jika
molekul tersebut berkaitan dengan protein. Imunitas diperoleh dari dua komponen :
imunitas humoral dan imunitas selular .Imunitas humoral diperantarai oleh antibodi
imunoglobin darah berupa fraksi
Limfosit B
Ekuivalen bursa
(hati, sumsung tulang)
Timus
Limfosit T
Sel T CD 4
Sel B
memori
Sel T sitotoksin
(kebanyakan CD8)
Imunitas Selular
Sel T
memori
Sel plasma
IgG
IgA
IgM
IgD
Imunitas
IgEHumoral
14
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 DEFINISI
Dengue haemoragic fever adalah penyakit demam akut yang disertai dengan
adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang
dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada
dua hari pertama (Soeparman; 1987; 16).
Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever) ialah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam
tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.(Suriadi, 2001 : 57)
Demam Berdarah Dengue ialah suatu penyakit demam berat yang sering
mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan
hemostasis dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan protein. (Nelson,
2000 : 1134)
3.2 ETIOLOGI
15
1. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus
dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di
Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus
dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer
dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan
baik yang berasal dari sel sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster
Kidney) maupun sel sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.
(Soedarto, 1990; 36).
2. Vector
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis
dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi
dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap
serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis
yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui
gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah
perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk
tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada
genangan Air bersih yang terdapat bejana bejana yang terdapat di dalam
rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang
lubang pohon di dalam potonganbambu, dilipatan daun dan genangan air
bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai
menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari
dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37).
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka
ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga
ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun
16
virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika
seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu
mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula
terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya
jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.
(Soedarto, 1990 ; 38).
3.3 PATOFISIOLOGI
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek
virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengakt,ivasi sistem komplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan
plasma mealui endotel dinding itu. Terjadinya trombositopenia, menurunnya
fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagalasi (protambin, faktor V, VII,
IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan
hebat, teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut. Nilai
hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan
kematian.
3.4 KLASIFIKASI
Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF)
dibagi menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu :
1) Derajat I
Panas 2 7 hari , gejala umum tidak khas, uji taniquet hasilnya positif
2) Derajat II
17
19
5) Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika
kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6) Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
7) Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
8) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9) Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
10) Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan
tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
11) Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.
Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera
dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak
perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak
20 30 ml/kg BB.
12) Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga
mengancam terjadinya dehidrasi.
13) Hematokrit yang cenderung mengikat.
3.9 PENCEGAHAN
Vaksin pencegahan DBD hingga saat ini belum tersedia, oleh sebab itu
pencegahan dititik beratkan pada pemberantasan nyamuk dengan penyemprotan
insektisida dan upaya membasmi jentik nyamuk yang dilakukan dengan 3 M
yaitu:
1) Menguras tempat tempat penampungan air secara teratur sekurang
kurangnya sekali seminggu atau penaburan bubuk abate ke dalamnya.
2) Menutup rapat tempat penampungan air.
3) Mengubur atau menyingkirkan barang barang bekas yang dapat
menampung air Pemberantasan vector:
a. Fogging ( penyemprotan )
Kegiatan ini dilakukan bila hasil penyelidikan epidemiologis memenuhi
kriteria
b. Abatisasi
Semua tempat penampungan air di rumah dan bangunan yang ditemukan
jentik nyamuk Aedes aegypti ditaburi bubuk abate dengan dosis 1 sendok
makan peres (10 gram) abate untuk 100 liter air.
3.10 DIAGNOSA BANDING
1) Demam chiku nguya
20
Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di
atas 400C disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan
otot.
2) Demam tyfoid
Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif,
adanya leukopenia, limfositosis relatif.
3) Anemia aplastik
Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut,
demam timbul karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi
menunjukkan pansitopenia.
4) Purpura trombositopenia idiopati (ITP)
Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat
menghilang, tidak terjadi hemokonsentrasi.
3.11
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN GAKIN
1) Definisi
Jaminan pemeliharan kesehatan bagi keluarga miskin dan kurang mampu
(GAKIN) adalah jaminan pemeliharaan kesehatan yang diberikan kepada
keluarga miskin dan kurang mampu yang membutuhkan pelayanan kesehatan
meliputi rawat jalan dan rawat inap sebagaimana yang ditetapkan, baik di
Puskesmas maupun di Rumah Sakit yang ditunjuk diWilayah.
Prosedur Rawat Jalan Bagi Peserta JPK GAKIN/SKTM di RSUD
21
2)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
22
23
BAB IV
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
4.1. Pengkajian
Tanggal masuk
: 10 November 2007
Jam Masuk
: 19.00 WIB
Ruang
: Menular Anak
: 1005905
Pengkajian
1) IDENTITAS KLIEN
Nama Klien
: An. Y
Tgl Lahir
: 01 Januari 1998
Jenis Kelamin
: laki-laki
Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
:-
Alamat
: Tn. Y.E
Umur
: 28 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku/Bangsa
:Jawa/Indonesia
Agama
:Islam
pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
: Karyawan
24
3) STATUS KESEHATAN
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien masuk rumah sakit dengan dibawa oleh keluarga/orang tua
setelah sebelumnya mengalami demam semenjak hari rabu siang
(sepulang sekolah)/telah lima hari demam. Demam yang dialami
klien tidak berkurang (relatif menetap). Penyebab demam tidak
diketahui keluarga, demam tidak berkurang dengan pemberian
obat-obatan turun panas dan kompres.Pada hari minggu pagi
anak mengalami epistaksis dan kemudian dibawa ke RS Dr.
Sutomo.
Saat ini klien kurang nafsu makan.Klien selalu merasa kenyang
setelah makan 2-3 sendok makan dan mengatakan perutnya
terasa penuh.Kondisi ini terjadi semenjak empat hari yang
lalu.Klien dan keluarga mengatakan tidak tahu penyebab tidak
nafsu makan.Dengan kondisinya saat ini klien merasa badannya
agak lemas.
b. Riwayat Penyakit Keluarga
Orang tua tidak ada yang menderita penyakit jantung, penyakit
kencing manis
c. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Klien dan keluarga tinggal di daerah yang berpenduduk padat
dengan tingkat sosial ekonomi menengah kebawah, pada jarak
10 meter dari rumah klien terdapat tetangga yang terjangkit
penyakit
Demam
Berdarah.Penyemprotan
nyamuk
sering
25
d. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Present
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
RR
: 24 x/menit
Suhu
: 37,8
b. Status Generalis
1. Kepala
Bentuk
Rambut
Muka
Mata
Telinga
Hidung
cuping hidung
Mulut
2. Leher
Trakhea
KGB
JVP
: Normal, simetris
: Hitam, lurus, distribusi merata,
: Bulat, simetris
: Konjungtiva ananemis, sklera anikterik
: Liang telinga lapang, serumen (-),
: Septum tidak deviasi, pernapasan
: Bibir tidak kering, sianosis
: Di tengah
: Tidak membesar
: Tidak meningkat
3. Thoraks
Bentuk
Retraksi suprasternal
Retraksi interkostal
: Normal, simetris
: (-)
: (-)
4. Jantung
Inspeks : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba sela iga IV garis
midlavikula kiri
Perkusi :Batas atas sela iga II garis parasternal kiri
Batas kanan sela iga IV garis parasternal kanan
Batas kiri sela iga IV garis midklavikula
Auskultasi: Bunyi jantung I II normal, reguler, murmur
(-)
26
5. Paru
Inspeksi
sama
Palpasi
dengankanan
: Fremitus taktil dan vokal hemitoraks
kiri sama
Perkusi
Auskultasi
6. Abdomen
Inspeksi
Palpasi
(-)
Perkusi
Auskultasi
dengankanan
: Sonor
: Suara nafas ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
: Datar, simetris
: Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan
: Timpani
: Bising usus (+) normal
7. Genitalia Eksterna
Kelamin
: Laki-laki, tidak ada kelainan
8. Ekstremitas
Superior
(+)
Inferior
e. AKTIVITAS SEHARI-HARI
no
1
Jenis Aktivitas
Nutrisi
a. Makanan
Jenis Makanan
Frekuensi
b. Minuman
Jenis Minuman
Frekuensi
Di Rumah
Di RSU
3 x 1 porsi
3 x porsi
Air Putih
Putih
27
a. BAK
Frekuensi
Jumlah
Warna
Cara
b. BAB
Frekuensi
Konsisten
Warna
Cara
500 CC
1500 CC
3 4 x / hari
4 5 x / hari
300 350 CC
300 350 CC
Kuning terang
Kuning terang
Mandiri : WC
1 x sehari
1 x sehari
Padat
Padat
Kuning
Kuning
Mandiri : WC
2 x sehari
2 x sehari
3 x seminggu
1 x 2 sehari
2 x sehari
2 x sehari
2 x sehari
2 x sehari
1 x 3 seminggu
Melakukan
1 x seminggu
Seluruhnya dibantu
aktivitas / mobilitas
bergerak seperti
keluarga
Eliminasi
Personal Hygine
a. Mandi
b. Cuci Rambut
c. Membersihan Gigi
dan Mulut
d. Mengganti Pakaian
e. Membersihkan Kuku
dan kaki
Aktivitas
biasa dengan
sendiri
5
Istirahat
a. Tidur siang
b. Tidur malam
2 3 jam
7 8 jam
1 2 jam
5
6 jam
f. PEMIRIKSAAN LAB
1. Darah Rutin :
28
Hb
: 15,3 gr% ( 12 - 16 gr/dl )
Ht
: 47,9 % ( 38 47 %)
LED
: 50 mm/jam ( 0 - 20 mm/jam)
Leukosit : 5700 /l ( 4.500 - 10.700/l )
2. Diff. count :
Lymfosit
Monosit
Granulosit
Trombosit
: 31,8 %
: 14,0 %
: 54,2 %
: 34.000 /l (150.000-400.000/l )
3. Therapy
Infus RL 2.500cc/24 jam
Cefotaxim 3x1gr iv
Sanmol 3x500 mg
Ibuprofen 3x400 mg
Ozn 2x1 tablet
Magtrai 3x1 tablet ac
ANALISA DATA
no
1.
Data
Ds :
-
Masalah
Nyeri akut
etiologi
Infeksi virus dengue
mengungkapkan secara
verbal/nyeri dengan isyarat.
Do :
-
TD)
Wajah tupeng(nyeri)
Bukti nyeri yang dapat diamati
Trombosit kehilangan
fungsi agregarinya dan
mengalami membolisme
Dimusnahkan oleh sistem
RE
Trombositopenia
Perdarahan
29
Hepatumegali
2.
Ds :
Ketidak
mencerna makan
menolak makanan
Do :
seimbangan
nutrisi kurang
diare/steature
kurangnya minat terhadap
makanan
membrane mukosa pucat
rongga mulut terluka
kelemahan otot yang berfungsi
dari kebetuhan
tubuh
Aktivitas komplemen
Histamine dilepaskan
oleh
C3 a C 5 a
Permeabilitas PO
( plasma leakage )
Plasma ke
ekstravaskuler
Vol plasma
Hematokrit
Aliran darah ke jantung
Hipoksia jaringan
Mobilitas usus lambat
Ds :
-
Kekurangan
haus
volume cairan
Kompleks virus anti body
Do :
-
Aktivitas komplemen
30
kuning
Penurunan berat badan yang tiba
Histamine dilepaskan
oleh
tiba
C3 a C 5 a
Permeabilitas PO
( plasma leakage )
Plasma ke
ekstravaskuler
Vol plasma
4
Ds :
Hipertermia
Do :
-
kulit merah
Suhu tubuh meningkat
Takipneu
Frekuensi nafas meningkat
4.2 DIAGNOSA
1. Nyeri akut Berhubungan dengan mikanisme patologis
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebetuhan
tubuhBerhubungan dengan mual, muntah, anoreksia, dan sakit
menelan
31
Dx
tanggal
1
Dengan
memberikan
nyeri pada
tindakan
aktivitas lain
pasien
kenyaman yang
dapat melupakan
efektif di masa
lalu misalnya :
yang dialamidan
dapat
mengomunik
relaksasi dan
asikan
kompres panas
berhubungan
descriptor
dingin
Berikan obat
dengan orang
analgesic untuk
( misalnya
mengurangi rasa
rasa tidak
-
nyaman )
Pucat
Perhatian
terbatas
Menarik diri
Tujuan:
-
Bantu pasien
mengidentifikasi
nyeri
Rasional
tidak terjadi
KH :
-
Intervensi
nyeri pasien
Bantu pasien
untuk melakukan
pengalihan
melalui televisi
-
dan radio
Berikan makanan
Nutrisi parental
nutrisi
yang mudah
terpenuhi
ditelan
dan dibutuhkan
dalam waktu
misalnya : bubur,
klien terutama
jika intake
4 x 24 jam
-
sangat bermanfaat
peroralnya sangat
32
KH :
nafsu makan
meningkat
Bujuk klien
berkurang
sering
agar mau
makan dan
-
minum
Kaji keluhan
mual,
muntah, dan
sakit saat
menelan
Tujuan :
-
keseimbangan
makan dan
intrasel. Diagnose
cairan yang
kompliksi akibat
masuk di
kadar cairan
selama 24
yang mengalami
KH :
penurunan
tidak
mengalami
haus yang
suhu tubuh
dehidrasi yang
merupakan
kehilangan cairan
saja tanpa
perubahan kadar
natrium
volume cairan
Bantu dan
makan dan cairan
dalam diet
seimbang
urin yang
normal
Tujuan :
intravaskuler,
sediakan asupan
tidak normal
Memiliki
kosentrasi
yang abnormal
Kembangkan
volume cairan
jam
Penurunan cairan
jumlah
dalam tubuh
Tingkat
Lepaskan
Menunjukkan
pakaian yang
termoregulasi
33
menurun
berlebihan dan
normal dan
tutupi pasien
frekuensi
dengan selimut
gangguan
nafas normal
saja
Berikan waslap
peningkatan suhu
KH :
yang di buktikan
oleh indicator
kulit
di aksila dan
berkeringat
saat panas
Kulit normal
Suhu tubuh
kening
Anjurkan asupan
oral sedikitnya 2
L per hari
normal
4.4 IMPLEMENTASI
Hari/
Tgl/J
am
No.
Diagnosis
Tindakan yang
Keperawa
dilakukan
tan
1
Respon
Membantu pasien
paraf
untuk berelaksasi
nyeri
berkurang
dan
dan mengompres
Memberikan obat
anelgesik
untuk
mengurangi
rasa
nyeri pasien.
akan
muncul
kembali.
Membantu pasien -
mengalihkan rasa
saja
nyeri
menonton
dengan
menonton televisi
ketika
setidaknya
pasien
televisi
raut
wajah
berubah.
34
Memberikan
makanan yang
Px mengatakan menelan
makanan lebih mudah.
mudah dicerna
(bubur).
-
Memberikan
makanan porsi
kecil dan sering.
Meningkatkan
Px
mengatakan
merasa
bosan
variasi
makanan
tidak
dengan
yang
diberikan.
Jumlah cairan yang masuk
keseimbangan
cairan.
Membantu
normal
Dengan pemberian porsi
dan -
menyediakan
asupan
seimbang
makanan
menyediakan dan
cairan dalam diet
4
seimbang
Melepaskan
pakaian
yang
berlebihan
-
Berikan
waslap -
dingin di aksila
dan kening
4.5 EVALUASI
No
Evaluasi
S:
-
35
menelan
Volume cairan normal pasien dapat makan dengan makanan seimbang atau
masalah teratasi
intervensi di hentikan
A:
P:
DAFTAR PUSTAKA
37