Disusun oleh:
Aminatus Sadiah
Adelia Inggar Dewati
Desi Suci Anggraeni
Dewi Rahmatika
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
NAPZA
1. Pengertian NAPZA
NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, Dan Zat
Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,
Psikotropika dan Bahan-bahan berbahaya lainnya).
NAPZA adalah zat-zat kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh
manusia, baik secara oral (melalui mulut), dihirup (melalui hidung) maupun
intravena (melalui jarum suntik) sehingga dapat mengubah pikiran, suasana
hati atau perasaan, dan perilaku seseorang.
Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti
perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh
manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan
lain sebagainya.
NAPZA singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lain adalah
bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi
tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan
kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan,
ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.
2.
2) Golongan II
Psikotropika golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif
kuat, akan tetapi berguna untuk pengobatan dan penelitian. Yang
termaduk dalam golongan ini contohnya amfetamin, metilfenidat atau
ritalin.
3) Golongan III
Psikotropika golongan III adalah psikotropika dengan daya adiksi
sedang dan berguna untuk pengobatan dan penelitian (lumibal,
buprenorsina, pentobarbital, Flunitrazepam dan sebagainya).
4) Golongan IV
dumolid),
diazepam,
bromazepam,
fenobarbital,
menimbulkan
ketergantungan.
Biasanya
ketergantungan
seseorang terhadap zat atau bahan adiktif ini merupakan pintu gerbang
kemungkinan adiksi mereka terhadap narkotika dan psikotropika.
Adapun zat suatu benda yang termasuk dalam kategori bahan adiktif
adalah:
1) Rokok
Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat. Pada upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat,
pemakaian rokok dan alcohol terutama pada remaja, harusmenjadi
bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi
pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang lebih berbahaya.
2) Kelompok alkohol dan minuman lain yang dapat menimbulkan
hilangnya kesadaran (memabukkan), dan menimbulkan ketagihan
karena mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan
susunan syaraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan
manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai
campuran dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh
obat/zat itu dalam tubuh manusia.
Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu :
anggu)
Respon Maladaptif
biasanya ingin mencari pengalaman yang baru atau sering dikatakan taraf
coba-coba.
Rekreasional: Penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan
teman sebaya, misalnya pada waktu pertemuan malam mingguan, acara
ulang tahun. Penggunaan ini mempunyai tujuan rekreasi bersama
temantemannya.
Situasional:
Mempunyai
tujuan
secara
individual,
sudah
individu
menggunakan
zat
pada
saat
sedang
fisik
dan
psikologis.
Ketergantungan
fisik
pecandu biasanya memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri
yang rendah.Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai
oleh ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar,
mudah cemas,pasif, agresif, dan cenderung depresi, juga turut
mempengaruhi. Selain itu, kemampuan untuk memecahkan
masalah secara adekuat berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah
mencari pemecahan masalah dengan caramelarikan diri.
b. Inteligensia
Narkoba
dapat
memberikan
kenikmatan
yang
unik
dan
Faktor Eksternal
a. Keluarga
Keluarga merupakan
faktor
yang
paling
sering
menjadi
berisiko
tinggi
anggotakeluarganya
terlibat
penyalahgunaan
narkoba, yaitu:
Keluarga yang memiliki riwayat (termasuk orang tua)
mengalamiketergantungan narkoba.
Keluarga dengan manajemen yang kacau, yang terlihat
daripelaksanaan aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh
menyatakanketidaksetujuannya.
Keluarga yang perfeksionis,
yaitu
keluarga
yang
diliputi
teman-teman
atau
orang-orang
seumur
untuk
obat-obatan,
yang
kemudianmengakibatkan
bahwa
parapenjual
narkotika
menjual
barang
feel
good
saat
mencoba
drugsakan
semakin
AMFETAMIN
Pengertian Amfetamin
Amfetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut sistem
hyperactivity
disorder (ADHD),
dan
narkolepsi.
Related Health Problems), kelainan mental dan tingkah laku yang disebabkan
oleh amfetamin diklasifikasikan ke dalam golongan F15 (Amfetamin yang
menyebabkan ketergantungan psikologis).
Cara yang paling umum dalam menggunakan amfetamin adalah dihirup
melalui tabung.Zat tersebut mempunyai mempunyai beberapa nama lain: ATS, SS,
ubas, ice, Shabu, Speed, Glass, Quartz, Hirropon dan lain sebagainya. Amfetamin
terdiri dari dua senyawa yang berbeda: dextroamphetamine murni and pure
levoamphetamine.dan levoamphetamine murni.Since dextroamphetamine is more
potent than levoamphetamine, pure Karena dextroamphetamine lebih kuat
daripada levoamphetamine, dextroamphetamine juga lebih kuat daripada
campuran amfetamin.
Amfetamin dapat membuat seseorang merasa energik. Efek amfetamin
termasuk rasa kesejahteraan, dan membuat seseorang merasa lebih percaya
diri. Perasaan ini bisa bertahan sampai 12 jam, dan beberapa orang terus
menggunakan untuk menghindari turun dari obat
Obat-obat yang termasuk ke dalam golongan amfetamin adalah:
1. Amfetamin
2. Metamfetamin
3. Metilendioksimetamfetamin (MDMA, ecstasy atau Adam).
2.
Gejala
Amfetamin meningkatkan kesiagaan (mengurangi kelelahan), menambah
3.
Efek negatif
Selain merangsang otak, amfetamin juga meningkatkan tekanan darah dan
denyut jantung.Pernah terjadi serangan jantung yang berakibat fatal, bahkan pada
atlet muda yang sehat.
Tekanan darah bisa sedemikian tinggi sehingga pembuluh darah di otak
bisa pecah, menyebabkan stroke dan kemungkinan menyebabkan kelumpuhan dan
kematian.Kematian lebih mungkin terjadi jika:
MDMA digunakan dalam ruangan hangat dengan ventilasi yang kurang
Pemakai sangat aktif secara fisik (misalnya menari dengan cepat)
Pemakai berkeringat banyak dan tidak minum sejumlah cairan yang cukup
untuk menggantikan hilangnya cairan.
Orang yang memiliki kebiasaan menggunakan amfetamin beberapa kali
sehari, dengan segera akan mengalami toleransi. Jumlah yang digunakan pada
akhirnya akan meningkat sampai beberapa ratus kali dosis awal.
Pada dosis tertentu, hampir semua pecandu menjadi psikostik, karena
amfetamin dapat menyebabkan kecemasan hebat, paranoia dan gangguan
pengertian terhadap kenyataan hidup.Reaksi psikotik meliputi halusinasi dengar
dan lihat (melihat dan mendengar benda yang sebenarnya tidak ada) dan merasa
sangat berkuasa.Efek tersebut bisa terjadi pada siapa saja, tetapi yang lebih rentan
adalah pengguna dengan kelainan psikiatrik (misalnya skizofrenia).
4.
Deteksi
Penggunaan amfetamin akan menghasilkan akumulasi dopamine pada otak
5.
Pengobatan
Gejala yang berlawanan dengan efek amfetamin terjadi jika amfetamin
B. CANNABIS
1. Definisi
iklimnya
baik,
apalagi
jika
cara
penanaman
dan
3.
ingat,
kesukaran
bernafas,
denyut
jantung
meningkat,
4.
ganja
mudah
kehilangan
konsentrasi,denyut
nadi
buruk,
ketakutan,
mudah
panik,
depresi,
kebingungan
dan
berhalusinasi.
Secara psikis, penyalahgunaan ganja juga menyebabkan dampak
yang cukup berbahaya seperti timbulnya rasa kuatir (ansietas) selama
10 - 30 menit, timbulnya perasaan tertekan dan takut mati, gelisah,
bersikap hiperaktif (aktifitas motorik mengalami peningkatan secara
berlebihan), mengalami halusinasi penglihatan (dalam bentuk kilatan
sinar, warna - warni cemerlang, amorfiaq, bentuk - bentuk geometris,
dan wajah - wajah para tokoh. Juga bisa dalam bentuk tanggapan
pancaindera visual dan pendengaran tanpa adanya rangsangan, seperti
melihat orang lewat padahal tidak ada orang lewat, mendengar suara
padahal tidak ada suara), mengalami perubahan persepsi tentang
waktu dan ruang (misalnya, satu meter dipersepsi sepuluh meter,
sepuluh menit dipersepsi satu jam), mengalami euphoric (rasa gembira
berlebihan), tertawa terbahak - bahak tanpa sebab (tanpa rangsangan
yang patut membuat orang tertawa), banyak bicara (merasa
pembicaraannya hebat), merasa ringan pada seluruh tungkai badan,
mudah terpengaruh, merasa curiga (tapi tidak menimbulkan rasa takut,
bahkan cenderung menyepelekan dan menertawakannya), merasa
lebih menikmati musik, mengalami percaya diri berlebihan (merasa
penampilan dirinya paling hebat walau kenyataannya sebaliknya),
mengalami sinestesia (misalnya, melihat warna kuning setiap kali
mendengar nada tertentu), dan mengantuk lalu tertidur nyenyak tanpa
mimpi setelah mengalami halusinasi penglihatan selama sekitar 2
(dua) jam.
5. Ciri-ciri Pemakai atau Pengguna Ganja
Orang yang baru memakai ganja memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Mabuk / mabok dengan mata merah.
b. Tubuh lemas dan lelah.
c. Bola mata menjadi besar.
6. Akibat Penyalahgunaan Dosis Ganja
Penyalahgunaan ganja dalam dosis rendah dan sedang mempunyai
dampak yang sama berbahayanya, seperti mengalami hilaritas
(berbuat gaduh), mengalami oquacous euphoria (euphoria terbahak bahak tanpa henti), mengalami perubahan persepsi ruang dan waktu,
C. EKSTASI
1.
Pengertian
MDM (Methylene Dioxy Methamphetamine) atau yang umumnya
dikenal sebagai ekstasi memiliki struktur kimia dan pengaruh yang
mirip dengan amfetamin dan halusinogen. Ekstasi biasanya berbentuk
tablet berwarna dengan desain yang berbeda-beda. Ekstasi bisa juga
berbentuk bubuk atau kapsul.Seperti kebanyakan obat terlarang, tidak
ada kontrol yang mengatur kekuatan dan kemurnian salah satu jenis
narkoba ini.Bahkan tidak ada jaminan bahwa sebutir ekstasi
sepenuhnya berisi ekstasi.Seringkali ekstasi dicampur dengan bahanbahan berbahaya lainnya. Nama-nama lain: Dolphin, Black Heart,
Gober, Circle K, dll.
Perasaan nyaman.
Rasa mual.
Paranoia, kebingungan.
Ada bukti bahwa obat ini dapat menyebabkan kerusakan jantung dan
hati.
Pemakai teratur telah mengakui adanya depresi berat dan telah ada
kasus-kasus gangguan kejiwaan.
B. KOPING
1. Definisi Koping
Koping termasuk konsep sentral dalam memahami kesehatan mental.
Koping berasal dari kata coping yang bermakna harfiah pengatasan atau
penanggulangan (to cope with = mengatasi, menggulangi). Namun karena
istilah coping merupakan istilah yang sudah jamak dalam psikologi serta
memiliki makna yang kaya, maka pengggunaan istilah tersebut dipertahankan
dan lansung diserap kedalam bahasa Indonesia untuk membantu memahami
bahwa koping tidak sesederhaa makna harfiahnya saja. Koping sering
disamakan dengan adjustment (penyesuaian diri) Koping juga sering dimaknai
sebagai cara untuk memecahkan masalah (problem solving) Koping adalah
mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang
diterima. Apabila mekanisme coping ini berhasil, seseorang akan dapat
beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut (Keliat, 2010).
Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan
perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau
eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.
Berdasarkan kedua definisi maka yang dimaksud koping adalah cara yang
digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang
terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku.
4.
Mekanisme Koping
Mekanisme koping merupakan suatu proses di mana individu berusaha
untuk menanggani dan menguasai situasi stres yang menekan akibat dari
masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif
maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya. Mekanisme
koping menunjuk pada baik mental maupun perilaku, untuk menguasai,
yang
terbentuk
akhirnyamenyebabkan
individu
b. Koping psiko-sosial
Yang biasa dilakukan individu dalam koping psiko-sosial adalah,
menyerang, menarik diri dan kompromi.
1) Prilaku menyerang
Individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan
dalam rangka mempertahan integritas pribadinya. Prilaku yang
ditampilkan
dapat
merupakan
tindakan
konstruktif
maupun
coping.
c. Keterampilan memecahkan masalah
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi,
menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk
menghasilkan
alternatif
tindakan,
kemudian
mempertimbangkan
alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada
akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang
tepat.
d. Keterampilan sosial
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan
bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial
yang berlaku dimasyarakat.
e. Dukungan sosial
Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan
emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota
keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya
f. Materi
Dukungan ini meliputi sumber daya daya berupa uang, barang barang
atau layanan yang biasanya dapat dibeli.
5. Rentang Respon Koping
a. Mekanisme Koping Adaptif, mekanisme koping yang mendukung
fungsiintegrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan.
b. Mekanisme
Koping
Maladaptif,
mekanisme
koping
yang
Respon Adaptif
Respon
Maladaptif
Minum alkohol
Reaksi
lambat/berlebihan
Bekerja berlebihan
Menghindar
Mencederai diri
C. HALUSINASI
1. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan
dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik (Stuart &
Sundenn, 2006).Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun
pada panca indera seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar/terbangun.
(Maramis, hal 119).Halusinasi yaitu gangguan persepsi (proses penyerapan)
pada panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar pada pasien dalam
keadaan sadar.
2. Tanda dan gejala
Bicara, senyum dan tertawa sendiri, menarik diri dan menghindar dari
orang lain. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata
Tidak dapat memusatkan perhatian Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri,
orang lain dan lingkungannya), takut Ekspresi muka tegang, mudah
tersinggung. (Budi Anna Keliat, 2010).
3. Jenis- Jenis Halusinasi
a. Halusinasi pendengaran
Klien mendengar suara atau bunyi yang tidak ada hubungannya dengan
stimulus yang nyata atau lingkungan dan orang lain tidak mendengarnya.
b. Halusinasi penglihatan
Klien melihat gambaran yang jelas atau samar-samar tanpa stimulus
nyata dan orang lain tidak melihatnya.
c. Halusinasi penciuman
Klien mencium bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus
yang nyata dan orang lain tidak menciumnya.
d. Halusinasi Pengecapan
Klien merasa makan sesuatu yang tidak nyata, biasanya makanan tidak
enak.
e. Halusinasi perabaan
Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata.
4. Proses Terjadinya Halusinasi
Stuart (2006) membagi halusinasi menjadi empat fase yang terdiri dari:
a. Fase Pertama
Klien mengalami kecemasan, stress, perasaan terpisah dan kesepian,
klien mungkin melamun, memfokuskan pikirannnya kedalam hal-hal
menyenangkan untuk menghilangkan stress dan kecemasannya.Tapi hal
ini bersifat sementara, jika kecemasan datang klien dapat mengontrol
kesadaran dan mengenal pikirannya namun intesitas persepsi meningkat.
b. Fase Kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal,
individu
berada
pada
tingkat
listening
pada
terbiasa
dan
tidak
berdaya
dengan
halusinasinya.Kadang
7. Faktor predisposisi.
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang
dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari
pasien maupun keluarganya, mengenai factor perkembangan sosial kultural,
biokimia, psikologis dan genetik yaitu factor resiko yang mempengaruhi jenis
dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi
stress.
a. Faktor Perkembangan
Jika
tugas
perkembangan
mengalami
hambatan
dan
hubungan
yang
diberikan
oleh
lingkungannya.Halusinasi
dapat
menyendiri
sehingga
klien
selalu
berinteraksi
dengan
BAB III
KASUS DAN PENGKAJIAN
KASUS
1.
Tn.I dibawa ke RSKO
2.
A.
PENGKAJIAN
IDENTITAS PRIBADI
a.
Nama lengkap
: Imanda Octorio
b.
Nama panggilan
: Iman
c.
Nama penanggung jawab
: silva yasrianti
d.
Pekerjaan penanggung jawab
: Ibu rumah tangga
e.
Hubungan penanggung jawab dengan klien : kakak
f.
Tempat, tanggal lahir
:Palembang, 17 Oktober 1979
g.
Jenis kelamin
: laki-laki
h.
Kewarganegaraan
: WNI
i.
Alamat lengkap
: Palembang, SumSel
j.
Pendidikan terakhir
: SLTA
k.
Agama
: Islam
l.
Status pernikahan
: Menikah
m. Sumber keuangan
: Keluarga
n.
Status tempat tinggal saat ini
: bersama orang tua
o.
Pekerjaan sebelum masuk RS
: Karyawan
p.
Anggota keluarga yang juga memakai NAPZA
:q.
Daftar anggota keluarga
No
Nama
Hubungan
1.
2.
3.
4.
Hj.Anas
Ayah
Ibu
Kakak
Adik
Usia
Status
kesehatan
sehat
Sehat
Sehat
Sehat
No Jenis Zat
1.
2.
3.
4.
Ganja
Ekstasi
Alkohol
Sabu
Tahun
Waktu
Cara
Frekuensi
pemakaian
pemakaian
pemakaian
pemakaian
pertama
terakhir
dan
2012
zat
1xsehari
1xperhari
6 botol
1996
2000
2001
2002
hisap
Oral
minum
hisap
2012
jumlah
: rumah
: 2 x sehari
: Tidak pernah
: tidak teratur 5 jam
: 07.00
: Kadang bekerja
:
Makan,
tidur,
: Senang
: tidak pernah karena merasa itu tidak
ada gunanya
F. PENGGUNAAN CARA SUNTIK YANG BERESIKO
a. Pernah menggunakan NAPZA dengan cara suntik : tidak
b. Pernah bertukar jarum suntik
: tidak
c. Jenis zat yang pernah disuntik
:-
::-
H. PERILAKU SEKSUAL
a. Apakah anda pernah melakukan hubungan seksual? : Ya
b. Jika pernah, dengan siapa?
:Istri
c. Pernah menderita penyakit infeksi menular seksual? :Tidak tahu
d. Pernah menggunakan kondom sat berhubungan seks?:Kadang- kadang
I. PENGETAHUAN TENTANG VIRUS YANG DITULARKAN MELALUI
DARAH
a. Menurut anda, apakah bertukar jarum suntik dapat :
b.
c.
d.
e.
f.
menularkan penyakit?
Apakah yang anda ketahui tentang HIV/AIDS
Sumber informasi tentang HIV/AIDS
Apakah yang anda ketahui tentang Hepatitis C?
Hepatitis itu penyakit kuning
Sumber informasi tentang hepatitis C
J. PEMERIKSAAN PSIKIATRIK
a. Pemeriksaan status mental
b. Penampilan keseluruhan
c. Gangguan pola pikir
d. Mood / alam perasaan
e. Riwayat keluarga
Komunikasi
Mekanisme koping keluarga
K. FUNGSI KOGNITIF
a. Konsentrasi
b. Daya ingat
c. Pikiran obsesif
d. Halusinasi
e. Waham
L. KONSEP DIRI
a. Gambaran diri
muda dan tampan
tidak
tahu
: tidak tahu
::
: dengar-dengar
: terorientasi
: rapi
: tidak ada
: sesuai
: terbuka
: adaptif
: Baik
: Baik
: tidak
: Pendengaran
:-
b. Identitas
c. Peran
d. Ideal diri
MASALAH
Koping individu tidak efektif
DO :
Klien tampak percaya diri
Banyak berbicara
Mulut kering
DS: klien mengatakan
Klien mengatakan bahwa
dirinya mendengar bisikanbisikan yang menyuruhnya
untuk meninggalkan istri
Bisikan terjadi ketika sedang
melakukan kegiatan
Klien mengatakn bisikan
tersebut tidak mengganggu
Klien mengatakan bisikan
tersebut mengajarkan pada
hal yang baik
Klien mengatakan bisikan yg
buruk sudah tidak terdengar
lagi
DO: klien tampak
Fokus mudah beralih saat
interaksi
Klien sering berdiam diri
lama di kamar mandi
Residen lain mengatakan
klien sering mengajak bicara
tempat sampah
Gangguan sensori
persepsi : halusinasi
pendengaran
O. POHON MASALAH
Resiko Perilaku Kekerasan
Tanggal/
jam
7/04/2014
Implementasi
Evaluasi
DS : klien mengatakan
Menggunakan ganja sejak
1996
Mengkonsumsi alkohol
sejak 2001
Klien sulit untuk menolak
ajakan dari teman
Baru pertama kali dirawat
di RS
Klien sulit untk
menghindar dari temanteman nya
DO :
Klien tampak percaya diri
Banyak berbicara
Mulut kering
Dx. Kep : koping individu tidak
efektif, gangguan sensori persepsi
: halusinasi pendengaran
S: klien mengatakan
menggunakan sabu-sabu
karena coba-coba, klien
mengatakan merasa nyaman
saat menggunakan sabu
Tindakan keperawatan
1. membina hubungan saling
percaya
2. menanyakan perasaan dan
pikirannya
3. mendiskusikan tentang
tanda dan gejala
intoksikasi atau putus zat
4. mendiskusikan dampak
penggunaan zat
5. mendiskusikan hal positif
yang dapat meningkatkan
motvasi untuk berhenti
memakai zat
6. menanyakan apakah klien
mengalami halusinasi
7. mendiskusikan mengenai
isi, waktu dan frekuensi
halusinasi
8. mendiskusikan apa yang
dirasakan ketika
halusinasinya datang
RTL
8 April
2014
S: klien mengatakan
menggunakan sabu-sabu
karena coba-coba, klien
mengatakan merasa nyaman
saat menggunakan sabu
O:klien tampak berbicara
terus menerus
A: Koping individu tidak
efektif : belum tercapai
P: PR untuk klien
Tingkat kan motivasi untuk
berhenti menggunakan zat
Tindakan keperawatan
1. membina hubungan saling
percaya
2. menanyakan perasaan dan
pikirannya
3. mendiskusikan tentang
tanda dan gejala
intoksikasi atau putus zat
4. mendiskusikan dampak
penggunaan zat
5. mendiskusikan hal positif
yang dapat meningkatkan
motvasi untuk berhenti
memakai zat
6. menanyakan apakah klien
mengalami halusinasi
7. mendiskusikan mengenai
isi, waktu dan frekuensi
halusinasi
8. mendiskusikan apa yang
dirasakan ketika
halusinasinya datang
9 April
2014
DS : klien mengatakan
sulit menolak ajakan,
mengontrol, klien
mengatakan setuju dengan
cara mengontrol, klien
mengatakan ingin berhenti.
O:klien mampu menyebutkan
cara mengontrol
A: mampu menyebutkan cara
mengontrol, klien meyakini
akan menggunakan cara
mengontrol
P: PR untuk klien
Melakukan aktivitas harian
mencuci baju, shalat
BAB IV
KESIMPULAN
Pada
kasus
ini,
tidak
ditemukan
adanya
perbedaan
antara
teori
dan
praktek.Penggunaan sabu selama kurang lebih 14 tahun oleh klien menyebabkan munculnya
halusinasi.Kejadian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa penggunaan sabu-sabu
dalam waktu lama dapat meimbulkan halusinasi, perubahan kognitif, perubahan motorik,
serta dapat meimbulkan delusi dan gangguan psikis lainnya.
Diagnose keperawatan yang diangkat pada kasus ini terdiri dari koping individu tidak
efektif: belum mampu menahan keinginan menggunakan zat dan GSP Halusinasi.
DAFTAR PUSTAKA
Joewano. Satyo. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan Zat Psikoaktif. Jakarta :
EGC. 2010
Keliat, Budi Anna. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC. 2010
Moeliono, Laurike. Sedia Payung Sebelum Hujan : Apa Saja yang Perlu Kita Tahu Mengenai
Narkotika, Alkohol, Psiktropika dan Zat Adiktif Lainya. Jakart: BKKBN. 2008.
Partodiharjo, S. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya. Jakarta: Esensi
Rasmun.2004. Stres, Koping dan Adaptasi. Jakarta: Sagung Seto
Siswanto. 2007. KesehatanMental, Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Yogyakarta:
CV. Andi Offeset
Stuart, G.W & Sunden, S.J. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. 2007
Seimun, Yuslinus. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta : Penerbet Kadrus. 2010
Stringer J.L.. Konsep Dasar Farmakologi Edisi 3; Panduan untuk mahasiswa Jakarta: EGC
Penerbit Buku Kedokteran. 2008
Yosep. S. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Reflika Adittama. 2009