Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Dalam bahasa sehari-hari korosi dikenal dengan perkaratan yakni sesuatu

yang hampir dianggap sebagai musuh umum masyarakat. Karat adalah sebutan
bagi korosi pada besi, padahal korosi merupakan gejala destruktif yang
mempengaruhi hampir semua logam. Pengertian lain dari korosi adalah kerusakan
atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat
di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki.
Proses korosi terjadi hamper pada semua material terutama logam terjadi
secara perlahan tetapi pasti dan banyak menimbulkan masalah pada barang-barang
yang terbuat dari besi walaupun logam-logam lain (kecuali logam mulia) dapat
juga mengalami korosi. Jadi jelas korosi dikenal sangat merugikan.
Kondisi alam Indonesia yang beriklim tropis, dengan tingkat humiditas
dan dekat dengan laut adalah faktor yang dapat mempercepat proses korosi.
Sekitar 20 Triliun rupiah diperkirakan hilang percuma setiap tahunnya karena
proses korosi. Angka ini setara 2-5 persen dari total gross domestic product (GDP)
dari sejumlah industri yang ada. Besarnya angka kerugian yang dialami industri
akibat korosi yang seringkali disamakan dengan perkaratan logam berdasar
perhitungan data statistik dari sejumlah perbandingan di beberapa negara.
Hingga sekarang Indonesia belum punya data yang kongkret tentang korosi ini.
(Widyanto,2005)
Korosi merupakan sistem termodinamika logam dengan lingkungannya,
yang berusaha untuk mencapai kesetimbangan. Sistem ini dikatakan setimbang
bila logam telah membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil.
Pencegahan korosi merupakan salah satu masalah penting dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi modern. Karena korosi dapat mengurangi kemampuan
suatu konstruksi dalam memikul beban, usia bangunan konstruksi menjadi
berkurang dari waktu yang sudah direncanakan. Tidak hanya itu apabila tidak
diantisipasi lebih awal maka akan mengakibatkan kerugian-kerugian yang lebih

besar antara lain bisa menimbulkan kebocoran, mengakibatkan berkurangnya


ketangguhan, robohnya suatu konstruksi, meledaknya suatu pipa/ bejana
bertekanan dan mungkin juga dapat membuat pencemaran pada suatu produk.
Besi adalah salah satu dari banyak jenis logam yang mengalami korosi,
tidak perlu diingkari bahwa logam itu paling awal menimbulkan korosi serius.
Padahal besi yang telah mengalami korosi akan kehilangan nilai jual dan fungsi
komersialnya. Karena itu tidak mengherankan bila istilah korosi dan karat hampir
dianggap sama. Proses perkaratan pada besi dapat berlanjut terus sampai seluruh
bagian dari besi hancur. Hal ini disebabkan oksida-oksida besi yang terbentuk
pada peristiwa awal korosi akan menjadi katalis (otokatalis) pada peristiwa korosi
selanjutnya. Karat besi merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi,
yaitu berupa zat padat berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta
berpori. Rumus kimia dari karat besi adalah Fe2O3.xH2O. Bila dibiarkan, lama
kelamaan besi akan habis menjadi karat.
Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari
proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi
di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah
diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan
baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan
lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui
kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak
faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat
menghalangi beda potensial terhadap elektrode lainnya yang akan sangat berbeda
bila masih bersih dari oksida.
Korosi yang dipengaruhi oleh mikroba merupakan suatu inisiasi atau
aktifitas korosi akibat aktifitas mikroba dan proses korosi. Korosi pertama
diindentifikasi hampir 100 jenis dan telah dideskripsikan awal tahun 1934.
bagaimanapun korosi yang disebabkan aktifitas mikroba tidak dipandang serius
saat degradasi pemakaian sistem industri modern hingga pertengahan tahun1970an. Ketika pengaruh serangan mikroba semakin tinggi, sebagai contoh tangki air

stainless steel dinding dalam terjadi serangan korosi lubang yang luas pada
permukaan sehingga para industriawan menyadari serangan tersebut. Sehingga
saat itu, korosi jenis ini merupakan salah satu faktor pertimbangan pada instalasi
pembangkit industri, industri minyak dan gas, proses kimia, transportasi dan
industri kertaspulp. Selama tahun 1980 dan berlanjut hingga awal tahun 2000,
fenomena tesebut dimasukkan sebagai bahan perhatian dalam biaya operasi dan
pemeriksaan

sistem industri. Dari fenomena

tersebut, banyak

institusi

mempelajari dan memecahkan masalah ini dengan penelitian-penelitian untuk


mengurangi bahaya korosi tersebut. Mikroorganisme yang mempengaruhi korosi
antara lain bakteri, jamur, alga dan protozoa. Korosi ini bertanggung jawab
terhadap degradasi material di lingkungan.
Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan
kerugian tidak langsung. Kerugian langsung adalah berupa terjadinya kerusakan
pada peralatan, permesinan atau stuktur bangunan.Sedangkan kerugian tidak
langsung berupa terhentinya aktifitas produksi karena terjadinya penggantian
peralatan yang rusak akibat korosi, terjadinya kehilangan produk akibat adanya
kerusakan pada kontainer,tanki bahan bakar atau jaringan pemipaan air bersih atau
minyak mentah, terakumulasinya produk korosi pada alat penukar panas dan
jaringan pemipaannya akan menurunkan efisiensi perpindahan panasnya, dan lain
sebagainya. Bahkan kerugian tidak langsung dapat berupa terjadinya kecelakaan
yang menimbulkan korban jiwa, seperti kejadian runtuhnya jembatan akibat
korosi retak tegang di West Virginia yang menyebabkan 46 orang meninggal
dunia, terjadinya kebakaran akibat kebocoran pipa gas di Minnesota karena
selective corrosion dan meledaknya pembangkit tenaga nuklir di Virginia akibat
terjadinya korosi erosi pada pipa uapnya. (Simatupang, 2008)
Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan
meliputi kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit
yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari
lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan
zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya.

1.2. Tujuan
1) Untuk Mengetahui laju korosi pada logan besi, aluminium dan tembaga
yang telah mengalami perlakuan, yaitu : digores, dipukul, atau tidak
mengalami perlakuan, bila dimasukkkan dalam media asam, basa, ataupun
netral.
2) Untuk mengetahui pengaruh terjadinya korosi pada setiap logam.
3) Untuk mengetahui cata mengitung laju korosi.
4) Mengetahui macam-macam korosi dan pengaruhnya pada industry kimia.
1.3. Manfaaat
1) Dapat mengetahui sifat dari berbagai bahan terhadap besi.
2) Dapat menambah informasi mengenai korosi.
3) Dapat menambah pengetahuan tentang kejadian korosi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Korosi. http://id.wikipedia.org/. [Diakses pada tanggal 20 Febru


ari 2015]
Anggraini. 2012. Korosi. http://kimia-korosiku.blogspot.com/201 2/05/korosi.ht
ml. [Diakses pada tanggal 20 Februari 2015]
Astuti

S.,

Widya.

2013.

Laporan

Praktikum

Korosi

Pada

Paku.

http://widyaastutisahnur.blogspot.com/2013/10/laporan-praktikum-korosipada-paku.html. [Diakses pada tanggal 20 Februari 2015]


Nurafni. 2011. Korosi. http://nurafni.com/2011/05/05/korosi/. [Diakses pada
tanggal 20 Februari 2015]
Rohmat, Amin. 2013. Laporan Kimia Korosi. http://aminrohmat.mywapblog.c
om/laporan-kimia-korosi.xhtml.[Diakses pada tanggal 20 Februari 2015]
Septian, Dwi. 2012. Korosi. http://ners-septian.blogspot.com/2012/09/korosi.h
tml. [Diakses pada tanggal 20 Februari 2015]

Anda mungkin juga menyukai