Anda di halaman 1dari 32

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Jenis-jenis Rumput
Berikut adalah jenis-jenis rumput yang terdapat di kebun atau taman

rumah, yaitu:
a.

Rumput gajah
Rumput gajah adalah rumput yang paling murah dan bisa hidup
meskipun di tempat yang kurang air. Rumput ini mudah tumbuh dan
tahan terhadap pijakan kaki, karena itu cocok untuk taman rumah yg
sering dijadikan tempat lalu lalang orang. Pemotongan rumput harus
dilakukan dua kali seminggu. Jika tidak dilakukan pemotonga, maka
rumput ini akan terlihat kurang bagus dengan bentuk maupun ukuran
daun yang besar dan kasar. Rumput gajah terlihat pada gambar 2.1.
Berdasarkan sumber dari jurnal Fundamental Research-Direktorat
Jendral Perguruan Tinggi Indonesia tahun 2006 berjudul Kuat Tarik
Akar Rumput Terhadap Pergeseran Tanah menyatakan bahwa gaya
tarik rumput gajah terhadap tanah yang menahan akarnya

adalah

0,03N. Yang dimaksud dengan gaya tarik adalah gaya yang melawan
dengan gaya gravitasi rumput sehingga rumput tercabut dari tanah dan
tanah mengalami pergeseran.

Gambar 2.1. Rumput Gajah


Sumber: http://www.desaindenahrumah.com

Tugas Rancang Putra Chandra

b.

Rumput gajah mini


Rumput gajah mini mempunyai daun yang lebih kecil daripada
rumput gajah biasa. Ini merupakan jenis rumput yang paling populer.
Rumput ini masih bisa tumbuh dengan baik walaupun dengan
penyinaran matahari 50%, maka dari itu sangat cocok apabila ditanam
di tempat yang sulit dijangkau matahari. Perawatannya juga mudah.
Pemotongan rumput ini, bisa dilakukan 1-2 kali dalam satu bulan.
Berdasarkan sumber dari jurnal Fundamental Research-Direktorat
Jendral Perguruan Tinggi Indonesia tahun 2006 berjudul Kuat Tarik
Akar Rumput Terhadap Pergeseran Tanah menyatakan bahwa gaya
tarik rumput gajah mini terhadap tanah yang menahan akarnya adalah
0,0281N. Yang dimaksud dengan gaya tarik adalah gaya yang
melawan terhadap gaya gravitasi rumput sehingga rumput tercabut
dari tanah dan tanah mengalami pergeseran. Rumput gajah mini
terlihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Rumpuh Gajah Mini


Sumber: http://www.desaindenahrumah.com

c.

Rumput jepang
Rumput jepang mempunyai karakter daun yang kecil, halus dan
memanjang. Rumput ini sangat baik dari sisi penampilan. Rumput ini
membutuhkan sinar matahari yang cukup untuk tumbuh dengan baik.
Untuk tumbuh baik. Jika terlalu lembab, pertumbuhannya tidak
optimal. Agar penampilannya tetap indah, diperlukan pemotongan 1

Tugas Rancang Putra Chandra

bulan sekali. Pemotongan harus dilakukan secara rutin minimal 2


minggu sekali supaya rumput terlihat rapi. Berdasarkan sumber dari
jurnal Fundamental Research-Direktorat Jendral Perguruan Tinggi
Indonesia tahun 2006 berjudul Kuat Tarik Akar Rumput Terhadap
Pergeseran Tanah menyatakan bahwa gaya tarik rumput jepang
terhadap tanah yang menahan akarnya adalah 0,00315N. Yang
dimaksud dengan gaya tarik adalah gaya yang melawan terhadap gaya
gravitasi rumput sehingga rumput tercabut dari tanah dan tanah
mengalami pergeseran. Rumput jepang terlihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3. Rumput Jepang


Sumber: http://www.desaindenahrumah.com

d.

Rumput babat
Rumput babat memiliki karakter daun yang pendek dan halus. Rumput
ini biasa digunakan untuk lapangan golf. Kekurangannya dari rumput
babat adalah membutuhkan sinar matahari penuh dan harus dipotong
rutin minimal 2 minggu sekali. Rumput babat terlihat pada gambar
2.4. Berdasarkan sumber dari jurnal Fundamental Research-Direktorat
Jendral Perguruan Tinggi Indonesia tahun 2006 berjudul Kuat Tarik
Akar Rumput Terhadap Pergeseran Tanah menyatakan bahwa gaya
tarik rumput babat terhadap tanah yang menahan akarnya adalah
0,03N. Yang dimaksud dengan gaya tarik adalah gaya yang melawan
terhadap gaya gravitasi rumput sehingga rumput tercabut dari tanah
dan tanah mengalami pergeseran.

Tugas Rancang Putra Chandra

Gambar 2.4. Rumput Babat


Sumber: http://www.desaindenahrumah.com

2.2.

Jenis-Jenis Alat Pemotong Rumput


Rumah yang memiliki taman memang sangat menyenangkan. Tetapi

tentunya bukan sekedar taman, tapi taman yang indah bersih dan rapi. Untuk
mendapatkan taman seperti itu sebaiknya secara rutin merawatnya mulai dari
menyiram tanaman, memupuknya dan membersihkan dari kotoran-kotoran yang
mengganggu. Tanaman yang pasti selalu ada di taman adalah rumput. Rumput
adalah tanaman yang tumbuh relatif cepat. Hal ini sangat merepotkan jika setiap 3
hari sekali harus memangkas rumput apalagi jika taman yang dibuat sangat luas.
Untuk memangkas rumput, dibutuhkan alat pemotong rumput. Rumput hijau di
halaman memang indah dipandang dan selalu mempercantik rumah. Namun,
merawat karpet alam hijau ini sering merepotkan. Memangkas rumput diperlu
peranti tertentu. Peranti ini banyak beredar di pasar. Berikut ini adalah jenis-jenis
mesin pemotong rumput, yaitu:
a.

Mesin pemotong rumput model dorong


Mesin tipe ini hanya digunakan untuk halaman yang berpermukaan
tanah rata. Hasil pemotongan rumput apik serata karpet. Lebar
pemotongan via mesin tipe ini bisa mencapai 48-46cm. Tangkai
pendorong mesin ini dapat dilipat sehingga mudah disimpan. Mesin
tersebut dapat memotong rumput sampai pinggir sesuai jalur roda.
Mesin ini dilengkapi penampung rumput yang mudah dipasang

Tugas Rancang Putra Chandra

ataupun dilepas untuk dibersihkan. Gambar mesin pemotong rumput


model dorong terlihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.5. Mesin Pemotong Rumput Model Dorong


Sumber: Reel Mower Basic, Toro University

b.

Mesin pemotong rumput manual


Taman merupakan bagian yang penting dalam memperindah
rumah. Dalam pemeliharaan, tentunya dibutuhkan alat praktis dalam
memangkas ilalang. Mesin pemotong saat ini telah menjadi pilihan
terbaik untuk memotong rumput di halaman rumah maupun di kebun.
Mesin pemotong rumput manual ini mampu menghemat sumber daya
bensin, minyak dan listrik. Mesin pemotong rumput ini sekaligus
dapat menghilangkan kebisingan dan polusi udara. Selain itu, mesin
pemotong dapat menggabungkan pekerjaan halaman dengan olahraga.
Anda juga dapat menghemat dengan membiarkan potongan rumput
sebagai pupuk alami. Mesin ini sangat mudah dioperasikan serta
cocok untuk penggunaan di rumah. Penggunaan mesin pemotong
rumput manual (lawn mower) akan menghemat waktu daripada cara
manual menggunakan tangan dan sabit. Spesifikasi alat mesin
pemotong atau cutter grass, yaitu diameter roda sama dengan 8inci,
lebar mata pisau lawn mower sama dengan 38cm, berat cutter grass
sama dengan 15kg, ketinggian pemotongan rumput dengan mata pisau

Tugas Rancang Putra Chandra

15mm hingga 45mm. Alat mesin pemotong rumput manual terlihat


pada gambar 2.6.

Gambar 2.6. Alat Mesin Pemotong Rumput Manual


Sumber: http://www.indotrading.com

c.

Mesin pemotong rumput model gendong


Mesin tipe ini cocok digunakan untuk lapangan ataupun halaman yang
berpermukaan tanah bergelombang dan tak rata. Bentuk mesin ini
menyerupai alat penyemprot pestisida yang sering dipakai petani
untuk menyemprot hama. Mesin tersebut memiliki gagang besi yang
panjang dan alat pemotong yang tajam. Menghidupkan mesin itu
yakni dengan menarik tuas di dekat tubuh mesin. Mesin tersebut
terlihat pada gambar 2.7.

Gambar 2.7. Mesin Pemotong Rumput Model Gendong


Sumber: http://www.rudydewanto.com/2010/05/.html

Tugas Rancang Putra Chandra

2.3.

Analisa Beban pada Struktur


Pada suatu kontruksi mesin dibutuhkan struktur yang mampu menyokong

atau mensupport posisi letak elemen mesin. Struktur tersebut harus kuat terhadap
beban elemen mesin dan gaya reaksi dari beban tersebut. Beban pada struktur bisa
berupa berat dari suatu benda yang terletak pada struktur. Jika beban P diberikan
pada struktur ditunjukkan pada gambar 2.8.

Gambar 2.8. Struktur Terbeban


Sumber: Engineering Mechanics Statics, Hibbeler.R.C

Dengan pembebanan P pada batang struktur, maka akan timbul gaya


reaksi pada support A dan B, seperti ditunjukkan pada gambar 2.9.

Gambar 2.9. Hasil Reaksi dari Tumpuan


Sumber: Engineering Mechanics Statics, Hibbeler.R.C

Untuk menganalisis besar gaya reaksi dari tumpuan, kita gunakan


persamaan kesetimbangan gaya, yaitu,

= 0 ......................................................(2.1)

= 0......................................................(2.2)

Jumlah gaya yang bekerja sama dengan nol dan jumlah momen yang terjadi pada
struktur sama dengan nol. Analisa beban pada struktur dibutuhkan besar dan arah
gaya yang bekerja, agar dalam menghitung hasil gaya reaksi tidak mengalami
kesulitan atau kesilapan.
Di dalam struktur yang diberi beban, terdapat gaya dalam yang bekerja
pada struktur tersebut. Gaya dalam tersebut juga merupakan hasil reaksi gaya

Tugas Rancang Putra Chandra

yang diakibatkan oleh gaya luar, yaitu beban tersebut. Untuk menganalisis gaya
dalam maka dilakukan analisis batang pada segmen a-a terlihat pada gambar 2.10.

Gambar 2.10. Struktur Batang Terbeban


Sumber: Engineering Mechanics Statics, Hibbeler.R.C

Pada gambar 2.10. terlihat batang diberikan dua pembebanan, yaitu P1


dan P2, maka pada batang tersebut timbul gaya dalam berupa gaya normal, gaya
geser, dan momen lentur dari batang pada segmen a-a tersebut. Penentuan arah
gaya dalam pada batang pada saat analisis adalah bebas. Tetapi dalam perhitungan
besar gaya dalam yang terjadi jika hasilnya adalah negatif, maka arah gaya dalam
adalah berlawanan dengan arah yang pertama kali kita asumsikan. Gaya dalam
pada batang terlihat pada gambar 2.11.

Gambar 2.11. Gaya Dalam pada Segmen a-a dari Titik A ke B


Sumber: Engineering Mechanics Statics, Hibbeler.R.C

Segmen yang pertama kali kita analisis dimulai dari titik A hingga B.
Setelah menganalisis, maka dibutuhkan pembuktian besar gaya dalam yang
bekerja pada batang, maka analisis dibutuhkan pada segmen a-a tetapi dari titik
kerja P2 hingga titik B, seperti pada gambar 2.12.

Gambar 2.12. Gaya Dalam pada Segmen a-a dari Titik B ke P2


Sumber: Engineering Mechanics Statics, Hibbeler.R.C

Tugas Rancang Putra Chandra

2.4.

Perancangan Pulley
Pulley digunakan untuk mentransmisikan daya dari suatu poros ke poros

yang lain melalui belt rata, v-belt, atau belt bulat. Dalam perancangan pulley,
perbandingan kecepatan putar berhubungan dengan perbandingan diameter dari
pulley yang bergerak dan digerakkan. Untuk memilihkan besar diameter pulley
harus berdasarkan perbandingan kecepatan. Gambar rancangan pulley terlihat
pada gambar 2.13.
t

d1

Gambar 2.13. Pulley


Sumber: Machine Design, RS.Khurmi and Gupta

Perancangan pulley meliputi penentuan diameter dari pulley, ukuran


lengan pulley, lebar pulley, dan tebal dari piringan pulley. Berikut ini adalah
prosedur dalam perancangan pulley, yaitu:
i. Diameter (D)
= .
=

.................................................(2.3)
....................................................(2.4)

Lalu kita substitusikan persamaan (2.4) ke persamaan (2.3),


= .

.........................................(2.5)

Maka diameter pulley dapat dihitung,


=

Tugas Rancang Putra Chandra

...............................................(2.6)

Dimana:
-

= tegangan sentrifugal pada pelak pulley atau rim (Pa)

- = massa jenis dari pulley (kg/m3)


- v = kecepatan pulley (m/s)
- N = kecepatan rotasi pulley (rad/s)
- D = diameter pulley (mm)
Berikut ini adalah ukuran diameter pulley berdasarkan buku Machine
Design, RS.Khurmi and Gupta dalam satuan mm untuk penggunaan belt
rata dan belt-V, yaitu
20, 22, 25, 28, 32, 36, 40, 45, 50, 56, 63, 71, 80, 90, 100, 112, 125, 140,
160, 180, 200, 224, 250, 280, 315, 355, 400, 450, 500, 560, 630, 710,
800, 900, 1000, 1120, 1250, 1400, 1600, 1800, 2000, 2240, 2500, 2800,
3150, 3550, 4000, 5000, 5400.
ii. Lebar pulley (B)
Jika lebar belt diketahui, maka lebar pulley (B) dihitung dengan 25%
lebih besar dari lebar belt.
B = 1.25 b ..............................................(2.7)
Dimana:
- B = lebar pulley (mm)
- B = lebar belt (mm)
iii. Tebal pelak pulley (rim) (t)
Untuk penggunaan 1 buah belt, maka tebal pelak pulley, yaitu:
t = D/300 + 2 mm ..................................(2.8)
t = D/200 + 3 mm .................................(2.9)
Untuk penggunaan 2 buah belt atau lebih, maka tebal pelak pulley,
yaitu:
t = D/200 + 6 mm ................................ (2.10)
Dimana:
- t = tebal pelak pulley (mm)
- D = diameter pulley (mm)

Tugas Rancang Putra Chandra

iv. Lengan pulley (arm)


Untuk pulley berdiameter dari 200mm hingga 600mm menggunakan
lengan sebanyak 4 buah. Untuk pulley berdiameter 600mm hingga
1500mm menggunakan lengan sebanyak 6 buah. Untuk pulley
berdiameter kurang dari 200mm, maka lengan pulley adalah
membentuk piringan pejal. Ketebalan dari lengan pulley dihitung sama
dengan tebal pelak pulley (rim) yang dihitung mulai dari tengah pulley.
v.

Dimensi hub
Hub adalah suatu tempat pemasangan poros ke pulley. Untuk mengunci
hub terhadap poros digunakan pasak.
d1 = 1.5 d + 25mm .................................. (2.11)
Dimana:
- d1 = diameter hub (mm)
- d = diameter poros (mm)

vi. Panjang hub


Panjang hub, yaitu:
L = /2 x d ......................................... (2.12)
Dimana:
- L = panjang hub (mm)
- d = diameter poros (mm)
Panjang minimum hub adalah 2/3 dari lebar pulley (B). tetapi tidak
boleh melebihi dari lebar pulley (B)

2.5.

Perancangan Belt
Belt dalam perancangan elemen mesin, berguna untuk mentransmisikan

daya dari suatu poros ke poros yang lain di mana poros tersebut telah terpasang
pulley dan berputar pada kecepatan yang sama atau kecepatan yang berbeda. Daya
yang ditransmisikan tergantung pada:
a. Kecepatan dari belt
b. Tegangan pada belt yang terpasang pada belt
c. Sudut kontak dari antara belt dengan pulley terkecil

Tugas Rancang Putra Chandra

Berikut ini adalah tipe belt yang digunakan perancangan elemen mesin,
yaitu:
a. Flat belt
Flat belt sering digunakan dalam industri dan perbengkelan, dimana
daya ditransmisikan dari satu pulley ke pulley lain dengan jarak tidak
lebih dari 8 meter. Flat belt terlihat pada gambar 2.14.
b. V- belt
V-belt sering digunakan dalam industri dan perbengkelan, dimana daya
ditransmisikan dari satu pulley ke pulley yang lain dengan jarak antar
pulley yang sangat dekat. V-belt terlihat pada gambar 2.14.
c. Circular belt
Circular belt sering digunakan dalam industri dan perbengkelan dimana
daya yang ditransmisikan dari satu pulley ke pulley yang lain dengan
jarak antar pulley lebih dari 8 meter. Circular belt terlihat pada gambar
2.14.

Flat belt

V-belt

Circular belt

Gambar 2.14. Tipe Belt


Sumber: Machine Design, RS.Khurmi and Gupta

Material untuk pembuatan belt harus kuat, fleksibel dan tahan lama dalam
menerima beban kerja berupa tegangan tali dan torsi. Belt harus memiliki
koefisien gesekan yang tinggi agar belt bisa menerima daya dan putaran dari
pulley yang berputar. Jenis-jenis belt berdasarkan bahan pembuatannya yaitu,
leather belt, fabric blet, rubber belt, dan balata belt.
Tegangan yang bekerja pada belt adalah bervariasi, seperti kekuatan
maksimumnya dari 21 hingga 35MPa, dan faktor keamanan yang dipilih adalah
dari kisaran 8 hingga 10. Umur pemakaian belt lebih penting daripada kekuatan.

Tugas Rancang Putra Chandra

Berdasarkan hasil eksperimen dengan tegangan ijin yang bekerja sebesar 2,8MPa
akan memberikan umur pemakaian hingga 15 tahun. Massa jenis dan material belt
terlihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Massa Jenis Material Belt
Material of belt

Mass density in kg / m3

Leather

1000

Convass

1220

Rubber

1140

Balata

1110

Single wovwn belt

1170

Double woven belt

1250

Sumber: Machine Design, RS.Khurmi and Gupta

Koefisien gesekan antara belt dan pulley tergantung pada :


a. Material belt
b. Material pulley
c. Kelicinan pada belt
d. Kecepatan belt

Koefisien gesekan antara belt dan pulley terlihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2. Koefisien Gesekan antara Belt dan Pulley
Pulley material
Belt Material

1. Leather oak
tanned
2. Leather
chrome tanned
3. Convassstitched
4. Cooton woven

Cast iron, steel

Wood

Compressed

Leather

Rubber

paper

face

face

Dry

Wet

Greasy

0.25

0.2

0.15

0.3

0.33

0.38

0.4

0.35

0.32

0.22

0.4

0.45

0.48

0.5

0.2

0.15

0.12

0.23

0.25

0.27

0.3

0.22

0.15

0.12

0.25

0.28

0.27

0.3

Tugas Rancang Putra Chandra

Tabel 2.2. Koefisien Gesekan antara Belt dan Pulley (Lanjutan)


Pulley material
Belt

Cast iron, steel

Material

Wood

Compressed

Leather

Rubber

paper

face

face

Dry

Wet

Greasy

5. Rubber

0.3

0.18

0.32

0.35

0.4

0.42

6. Balata

0.32

0.2

0.35

0.38

0.4

0.42

Sumber: Machine Design, RS.Khurmi and Gupta

Berikut ini adalah prosedur perancangan dari belt, yaitu:


a. Perbandingan kecepatan pulley
Perbandingan kecepatan pulley yaitu kecepatan putar pulley penggerak
dan pulley yang digerakkan. Secara matematis dapat di tulis:
=

.............................................. (2.13)

Dimana:
- N2 = kecepatan putar pulley yang digerakkan (rpm)
- N1 = kecepatan putar pulley penggerak (rpm)
- d2 = diameter pulley yang digerakkan (mm)
- d1 = diameter pulley penggerak (mm)
Ketika ketebalan belt (t) diketahui maka perbandingan kecepatannya,
yaitu:
=

........................................... (2.14)

b. Panjang belt
Panjang belt atau disebut juga keliling belt harus diketahui, agar dalam
perancangan pulley dengan jarak tertentu, maka kita bisa memilih
panjang belt yang akan digunakan. Dalam perancangan sistem transmisi
alat pemotong rumput ramah lingkungan, digunakan jenis belt adalah
flat belt atau belt berpenampang rata. Belt yang dipasang pada pulley
yang terhubung ke poros penggerak, lalu disambungkan ke pulley yang
terhubung ke poros yang digerakkan. Pemasangan belt terlihat pada
gambar 2.15.

Tugas Rancang Putra Chandra

E
F

O2

O1

H
G
r1

r2

Gambar 2.15. Sistem Transmisi Belt


Sumber: Machine Design, RS.Khurmi and Gupta

Berdasarkan gambar di atas, panjang belt dapat dihitung dengan,


L = arc GJE + EF +Arc FKH + HG ..................... (2.15)
L = 2 (arc JE + EF + arc FK) ............................ (2.16)
=

......................... (2.17)

Karena sudut sangat kecil, maka,


(

)=

=
=

=
=

........................................... (2.19)

.............................. (2.18)

.......................................... (2.20)
) (

) ..................... (2.21)

) .................................. (2.22)

.................................. (2.23)

Dengan menggunakan teorema binomial, diperoleh:


=

+ =

............ (2.24)

Substitusikan persamaan 2.19, 2.20 dan 2.24 ke persamaan 2.16,


diperoleh:
=2

Tugas Rancang Putra Chandra

.............. (2.25)

=2

=2

= (

)+ (

)+2 (

)+

............... (2.26)

.............. (2.27)

)+2

................ (2.28)

Substitusikan persamaan 2.18 ke persamaan 2.28 diperoleh:


= (

)+2

= (

)+2

)+2

+2

....... (2.29)
..................... (2.30)

Maka panjang belt atau keliling belt adalah:


= (

)+2 +

............................... (2.31)

c. Daya yang ditransmisikan melalui belt

Gambar 2.16. Transmisi Belt


Sumber: Machine Design, RS.Khurmi and Gupta

Pulley penggerak (driving pulley atau driver) mendorong belt dari satu
sisi dan mengiringkan ke sisi lain. Di sini terjadi gaya tegang(T1) dan
gaya kendur (T2) pada belt seperti terlihat pada gambar 2.16. Daya yang
ditransmisikan adalah:
=(

) ................................ (2.32)

d. Perbandingan gaya tegang pada transmisi belt


Berdasarkan gambar 2.16. pulley yang digerakkan (driven pulley)
berotasi searah jarum jam bekerja gaya tegangan belt pada pulley
tersebut. Dengan penandaan:

Tugas Rancang Putra Chandra

- T1 = gaya tegang belt untuk sisi ketat


- T2 = gaya tegang belt untuk sisi kendur
- = sudut kontak (radian) antara busur AB.
T

F=.RN

/2

T2
/2

RN

RN
/2

T1

/2

T+T

T+T
Gambar 2.17. Driven Pulley
Sumber: Machine Design, RS.Khurmi and Gupta

Dari gambar 2.17. untuk Belt PQ, memiliki kesetimbangan gaya:


i. Gaya tegang T pada titik P
ii. Gaya tegang (T+T) pada titik Q
iii. Gaya normal, RN
iv. Gaya gesek, F = .RN
Selesaikan gaya gaya yang bekerja secara horizontal, diperoleh:
=( +

) sin

sin

............................ (2.33)

Karena sudut sangat kecil, maka kita masukkan sin /2 = /2 ke


persamaan 2.33, dan abaikan T. /2.
=( +

......... (2.34)

Selesaikan gaya gaya yang bekerja secara vertikal, diperoleh:


=( +

) cos

....................... (2.35)

Karena sudut sangat kecil, maka cos /2 = 1, maka diperoleh:


=

+
=

Tugas Rancang Putra Chandra

............................ (2.36)

........................................... (2.37)

Sama kan persamaan 2.34 dan 2.37, diperoleh:


=

.......................... (2.38)

Persamaan di atas kita integralkan dengan batas-batas T2 dengan T1 dan


dari 0 hingga .

log

................................. (2.39)
=

........................ (2.40)

Maka persamaan 2.40 bisa kita ubah menjadi bentuk akhir, yaitu
2,3 log

............................... (2.41)

Catatan:
- Untuk menentukan sudut , ditentukan berdasarkan pulley dengan
ukuran terkecil.
=

...................................... (2.42)

- Sudut kontak ditentukan melalui formula,


=

................................. (2.43)

Ketika pulley terbuat dari material material yang berbeda, khususnya


untuk koefisien gesekan pulley atau sudut kontak berbeda, maka kita
desain berdasarkan koefesien gesekan terkecil pada pulley.

2.6.

Perancangan Poros
Poros merupakan suatu elemen mesin yang berputar mentransmisikan

daya dari satu pusat ke pusat yang lain. Daya yang di transmisikan ke poros
merupakan hasil kerja dari gaya tangensial dan resultan torsi atau momen puntir
yang bekerja pada poros agar daya tersebut dapat disalurkan ke mesin lain yang
dihubungkan dengan poros. Dalam pemindahan daya dari satu poros ke yang lain,
elemen pendukung, seperti pulley, roda gigi dll terpasang pada poros tersebut.
Material yang digunakan dalam pembuatan poros harus memiliki beberapa
sifat, yaitu:
a.

Memiliki kekuatan yang tinggi

b.

Memiliki kemampuan untuk permesinan.

Tugas Rancang Putra Chandra

c.

Memiliki faktor sensitif terhadap keausan yang rendah

d.

Memiliki sifat perlakuan panas.

Secara umum poros terbuat dari bahan baja karbon rendah, baja
pengerolan dingin (cold drawn steel) atau pengerolan panas (hot rolled steel),
seperti ANSI 1020 -1050.
Pada poros sering terdapat tegangan, seperti tegangan geser yang
disebabkan oleh beban torsi, tegangan bengkok (bending stress) yang disebabkan
oleh gaya yang bekerja dari elemen mesin, seperti roda gigi, pulley, dll, juga
disebabkan oleh berat poros tersebut. Tegangan pada poros bisa muncul akibat
kombinasi dari beban torsi dan beban bengkok.
Perancangan poros ditinjau berdasarkan beban yang bekerja. Berikut ini
adalah langkah perancangan poros, yaitu:
a. Poros dikenakan beban torsi
Ketika poros dikenakan beban puntir, maka diameter poros dapat kita
tinjau melalui formula:
=

................................................ (2.44)

Dimana:
- T = momen puntir (torsi) pada poros (N.mm)
- J = momen inersia polar (mm4)
- = tegangan geser (N/mm2)
- r = jari jari penampang poros (mm)
Momen inersia untuk poros pejal, adalah
=

.......................................... (2.45)

Maka persamaan 2.44, dapat ditulis:


=

.......................... (2.46)

Momen inersia untuk poros berrongga, adalah


=

.................................. (2.47)

Dengan do dan di adalah diameter luar dan diameter dalam dari poros.
Maka persamaan 2.44, dapat ditulis:

Tugas Rancang Putra Chandra

........................................ (2.48)

........................................ (2.49)

Jika k adalah perbandingan diameter dalam dengan diameter luar


suatu poros, k = di/do , Maka persamaan 2.48 dapat ditulis,
=

[1

]..................... (2.50)

b. Poros dikenakan beban bending


Ketika poros dikenakan beban bending, maka tegangan maksimum
(tegagan tarik atau tekan) ditunjukkan dalam formula,
=

............................................. (2.51)

Dimana:
- M = momen bending (N.mm)
- I = momen inersia pada potongan dari penampang poros (mm4)
-

= tegangan bengkok (N/mm2)

- y = jarak dari sumbu tengah ke titik terluar pada penampang (mm)


Momen inersia untuk poros pejal, yaitu:
=

= .................................. (2.52)

Substitusikan ke persamaan 2.51, diperoleh:


=

......................... (2.53)

Momen inersia untuk poros berongga, yaitu:


=

[1

] ...................... (2.54)

Dimana k = di /do dan y = do /2. Lalu substitusikan ke persamaan 2.51,


[

=
[1

.................................. (2.55)
] ............................... (2.56)

Dari persamaan ini maka diameter terluar untuk poros berrongga


dapat dihitung.

Tugas Rancang Putra Chandra

c. Poros dikenakan beban kombinasi, yaitu beban puntir dan beban


bengkok
Ketika poros dikenai beban kombinasi, maka perancangan poros harus
berdasarkan beban kombinasi yang bekerja pada poros tersebut. Dalam
perancangan poros, terdiri atas dua teori, yaitu:
a. Teori tegangan geser maksimum, atau Teori Guest
Teori ini digunakan untuk material yang bersifat ulet misal baja
lunak. Tegangan maksisum yang terjadi pada poros, seperti
ditunjukkan dalam formula berikut ini:
=

+4

.......................... (2.57)

Dimana:
-

= tegangan geser yang disebabkan oleh beban puntir


(N/mm2)

= tegangan bengkok (tarik atau tekan) yan disebabkan oleh


momen bengkok (N/mm2)

Dengan mensubstitusikan formula dan

b yang

diturunkan, maka

diperoleh:
=

+4
=

......................... (2.59)

+
=

.................. (2.58)

....................... (2.60)
.......................... (2.61)

Dengan Te adalah persamaan momen puntir, dan max sama dengan


teganan ijin untuk suatu material, kita simbolkan , maka
persamaan 2.61 menjadi,
=
=

.......................... (2.62)
............................... (2.63)

Dengan demikian diameter poros dapat ditentukan dari formula


2.63.

Tugas Rancang Putra Chandra

b. Teori tegangan normal maksimum, atau Teori Rankine


Teori ini digunakan untuk material yang bersifat getas, misal baja
cor. Tegangan normal maksimum yang terjadi pada poros
ditunjukkan dalam formula 2.64.
=
=

+4

................. (2.64)

+4

+
+

............ (2.65)

+
=

............. (2.66)
..................... (2.67)

Me disebut juga persamaan momen bending dan bmax sama dengan


tegangan normal ijin b, maka persamaan di atas dapat ditulis,
=

............. (2.68)

Diameter poros dapat ditentukan dari formula 2.68.


Untuk kasus poros berrongga, maka persamaan momen puntir dan
momen bending (Te dan Me) dapat ditulis,
=

+
=
=

(1

(1

) ............. (2.69)
..................... (2.70)

) ....................... (2.71)

Perancangan dan perhitungan poros dengan menggunakan formula


di atas, akan diperoleh diameter. Diameter poros yang digunakan
dalam perancangan poros adalah diameter terbesar dari hasil
perhitungan antar kedua teori tersebut.

2.7.

Perancangan Pasak Persegi


Pasak adalah bagian dari elemen mesin, disamping digunakan untuk

menyambung juga diguanakan untuk menjaga putaran antara poros dan mesin
dengan peralatan mesin yang lain seperti roda gigi, pulley, hand wheel dan
sebagainya yang disambung dengan poros mesin tersebut. Dalam perencanaan

Tugas Rancang Putra Chandra

pasak, dimensi pasak sudah distandarkan sesuai dengan diameter porosnya.


Gambar pasak yang terpasang pada poros terlihat pada gamber 2.18.

Gambar 2.18. Pasak


Sumber: Machine Design, RS.Khurmi and Gupta

Pada pasak terdapat dua macam tegangan yang terjadi, yaitu tegangan
geser dan tegangan kompresi. Berikut adalah analisa tegangan yang terjadi pasak,
yaitu:
a. Tegangan geser
Bila poros berputar dengan torsi sebesar T maka akan menghasilkan
gaya sebesar F, yang dinyatakan dengan rumus:
=

................................................. (2.72)

Dimana:
- F = gaya (N)
- T = torsi (N.mm)
- D = diameter poros (mm)
Pada pasak gaya F ini akan menimbulkan tegangan geser yang besarnya
adalah dinyatakan dengan persamaan:
=

................................................ (2.73)

Dimana:
- Ss = tegangan geser (N/mm2)
- F = gaya geser (N)
- AS = luas bidang geser pada pasak (mm2) = W.L
- W = lebar pasak (mm)
Tugas Rancang Putra Chandra

- L = panajang pasak (mm)


Sehingga persamaan 2.73 menjadi:
=

............................................. (2.74)

Supaya pasak aman terhadap tegangan geser apabila pada pasak


memenuhi persyaratan sebagai berikut:
SS

S
2.T
syp ................................. (2.75)
W .L.D
N

b. Tegangan kompresi
Gaya F terjadi pada pasak menimbulkan tegangan kompresi yang
besarnya adalah dinyatakan dengan persamaan:
SC

F
............................................. (2.76)
AC

Dimana:
- Sc = tegangan kompresi (N/mm2)
- F = gaya kompresi (N)
- Ac = luas bidang kompresi pada pasak (mm2) = w. L/2
- W = lebar pasak (mm)
- L = panjang pasak (mm)
Sehingga perumusan 2.76 menjadi:
. SC

4.T
......................................... (2.77)
W .L.D

Supaya pasak aman terhadap tegangan geser apabila pada pasak


memenuhi persyaratan sebagai berikut:
. SC

2.8.

S yp
4.T
................................... (2.78)

W .L.D
N

Pemilihan Bantalan
Menurut macamnya bantalan ada dua jenis, yaitu journal bearings

(bantalan luncur) dan rolling bearings (bantalan gelinding), sedangkan bantalan


gelinding pun memiliki dua tipe yaitu ball bearings dan roller bearings. Pada

Tugas Rancang Putra Chandra

perancangan elemen mesin ini digunakan bantalan dengan tipe single row deep
ball bearing, dengan alasan bantalan ini dapat menahan dua jenis beban yaitu
beban radial dan beban aksial. Karena dalam operasi hanya beberapa bola atau
kadang-kadang hanya satu bola yang menanggung beban radialnya, sehingga
bola-bola yang lain dapat berfungsi menahan beban aksialnya. Di samping itu
bantalan ini juga mempunyai kemampuan menyesuaikan diri bila terjadi
ketidaksesuaian atau ketidaksetaraan sumbu poros dengan sumbu bantalan akibat
adanya defleksi poros atau adanya perubahan penurunan pondasi.

Gambar 2.19. Ball Bearing


Sumber: Machine Design, RS.Khurmi and Gupta

Berikut ini adalah langkah langkah untuk pemilihan dan analisis bantalan
tipe ball bearing, yaitu:
a. Beban ekuivalen
Beban ekuivalen ditunjukkan oleh gaya arah aksial dan gaya arah radial
yang ditimbulkan oleh poros. Mencari beban ekivalen dinamis dari
bantalan adalah dengan rumusan berikut:
Pr = X.V.Fr + Y. Fa ..................................... (2.79)
Dimana:
- Pr = beban ekuivalen dinamis (N)
- V, X dan Y = faktor yang terdapat pada spesifikasi bearing
- Fr = Gaya radial pada bantalan (N)
- Fa = Gaya aksial pada bantalan (N)
Tugas Rancang Putra Chandra

b. Basic Load Rating


b

L10

10 6 C

........................................ (2.80)
60.n P

Dimana:
- L10 = jumlah jam kerja dengan tingkat kepercayaan 90 % (hr)
- N = kecepatan putaran poros (rpm)
- C = basic load rating (lb)
- P = beban ekuivalen (lb)
- b = 3 (ball bearing)
Umur bantalan diasumsikan 1000 jam dengan kegagalan 10%. L10
sama dengan 10000 hr. Jadi dari hasil perhitungan diperoleh harga
basic load rating (C), dan dari tabel bearing akan diperoleh bore(d),
diameter luar bantalan(Do), dan lebar bantalan (B), juga jenis bantalan
yang digunakan.

Gambar 2.20. Gaya-Gaya yang Bekerja pada Bantalan


Sumber: machine design, RS.Khurmi and Gupta

Keterangan gambar 2.20. adalah:


= Diameter luar bearing (mm)

FBZ = Gaya bantalan searah sumbu Z (N)

Tugas Rancang Putra Chandra

2.9.

= diameter poros (mm)

FR = Gaya radial (N)

FBX = Gaya bantalan searah sumbu x (N)

Sambungan Las (Welded Joint)


Sambungan las adalah suatu sambungan antar 2 permukaan logam yang

diberi logam pengisi yang meleleh akibat panas flux yang diberikan. Sambungan
las sering digunakan dalam pemasangan komponen mesin, struktur mesin, bahkan
untuk bangunan sipil. Karena biaya pengelasan yang murah, banyak sekali bagian
suku cadang mesin yang awalnya diproduksi dengan pengecoran, sekarang
diproduksi dengan pengelasan. Pengelasan memiliki kekuatan yang baik dan
memiliki massa yang ringan. Hasil pengelasan terlihat pada gambar 2.21.

Gambar 2.21. Pengelasan pada Elemen Mesin


Sumber: Design of Machine Elements, M.F. Spotts

Berikut ini adalah jenis jenis bentuk pengelasan beserta beban yang
bekerja pada benda kerja, yaitu:
a. Pengelasan penumpu dalam tegangan tarik (butt weld in tension)

Gambar 2.22. Pengelasan Penumpu dalam Tegangan Tarik


Sumber: Design of Machine Elements, M.F. Spotts

Tugas Rancang Putra Chandra

Besar tegangan yang terjadi di daerah pengelasan pada gambar 2.22.


yaitu:
,

.......................................... (2.81)

b. Pengelasan penumpu dalam tegangan tarik (butt weld in shear)

Gambar 2.23. Pengelasan Penumpu dalam Tegangan Geser


Sumber: Design of Machine Elements, M.F. Spotts

Besar tegangan yang terjadi di daerah pengelasan pada gambar 2.23.


yaitu:
, =

.......................................... (2.82)

c. Pengelasan fillet dalam tegangan geser(fillet weld in shear)

Gambar 2.24. Pengelasan Fillet dalam Tegangan Geser


Sumber: Design of Machine Elements, M.F. Spotts

Tugas Rancang Putra Chandra

Besar tegangan yang terjadi di daerah pengelasan pada gambar 2.24.


yaitu:
, =

....................................... (2.83)

= 1.414

............................................ (2.84)

d. Pengelasan fillet dalam tegangan tarik yang tegak lurus dengan


panjangnya

Gambar 2.25. Pengelasan Fillet dalam Tegangan Tarik yang Tegak


Lurus dengan Panjangnya
Sumber: Design of Machine Elements, M.F. Spotts

Persamaan faktor keamanan yang sering digunakan untuk beban statis,


dapat dirumuskan dalam bentuk:
= 0.5

............................................. (2.85)

Dimana:
- FS

= Faktor keamanan

- yp

= Kekuatan luluh elektroda las (MPa)

- allow = Tegangan ijin (MPa)


Ketika beban terjadi pada sambungan las diberlakukan secara eksentrik,
maka efek torsi atau momen kopel juga harus diikutserta dalam perhitungan
terhadap beban langsung. Efek torsi atau momen kopel terlihat seperti pada
gambar 2.26. dimana terjadi gaya pada daerah pengelasan dengan panjang las
adalah l dan luas tempat terjadinya gaya adalah dA. Jarak dari gaya S ke titik berat
pada daerah pengelasan adalah sebesar r.

Tugas Rancang Putra Chandra

Gambar 2.26. Tegangan yang Terjadi pada Elemen Pengelasan dengan Beban
Eksentrik
Sumber: Design of Machine Elements, M.F. Spotts

Maka momen eksternal atau torsi T yang terjadi adalah sama dengan momen dari
tegangan geser yang diintegralkan pada semua sambungan pengelasan.
=

.............................. (2.86)

....................................... (2.87)

=
=

............................................... (2.88)

Dimana:
- T = momen kopel yang terjadi (N.mm)
- r = jarak gaya yang bekerja (mm)
- J = momen inersia (mm4)
- = tegangan geser yang terjadi pada daerah pengelasan (N/mm2)
Besar momen inersia J, dapat dihitung dengan formula:
=

......................................... (2.89)

Dimana:
- J0 = momen inersia pada daerah pengelasan tunggal (mm4)
- A = Luas daerah pengelasan (mm2)
Jika momen inersia pada daerah pengelasan tunggal dirumuskan:
=

................................................ (2.90)

dan besar luas daerah pengelasan dirumuskan:


= 0.707 ......................................... (2.91)
Tugas Rancang Putra Chandra

Maka rumus momen inersia J adalah:


=

...................................... (2.92)

Pengelasan merupakan penyambung antara dua permukaan logam yang


diakibat oleh flux panas yang bekerja melelehkan elektroda sebagai logam
penyambung. Dalam pengelasan telah diketahui banyak elektroda yang diberi
standar untuk digunakan pada kondisi permesinan dan struktur seperti terlihat
pada table 2.3. dan tabel 2.4.
Tabel 2.3. Kekuatan Tarik, Kekuatan Luluh dan Regangan pada Elektroda
untuk Kondisi Pengelasan dengan Standar Desain ASTM A233-64T
Seri E60
AWS-ASTM

Tensile Strength,

Yield point, min

Elongation in 2

classification

min psi

psi

in, min percent

E6010

62000

50000

22

E6011

62000

50000

22

E6012

67000

55000

17

E6013

67000

55000

17

E6020

62000

50000

25

E6027

62000

50000

25

Sumber: Design Of Machine Elements, M.F. Spotts

Tabel 2.4. Kekuatan Tarik, Kekuatan Luluh dan Regangan pada Elektroda
untuk Kondisi Pengelasan dengan Standar Desain ASTM A233-64T
Seri E70
AWS-ASTM

Tensile Strength,

Yield Point, min

Elongation in 2

classification

min psi

psi

in, min percent

E7014

72000

60000

17

E7015

72000

60000

22

E7016

72000

60000

22

E7018

72000

60000

22

Tugas Rancang Putra Chandra

Tabel 2.4. Kekuatan Tarik, Kekuatan Luluh dan Regangan pada Elektroda
untuk Kondisi Pengelasan dengan Standar Desain ASTM A233-64T
(Lanjutan)
Seri E70
AWS-ASTM

Tensile Strength,

Yield Point, min

Elongation in 2

classification

min psi

psi

in, min percent

E7024

72000

60000

17

E7028

72000

60000

22

Sumber: Design Of Machine Elements, M.F. Spotts

Penomoran dari seri elektroda biasanya digunakan Huruf E diikuti oleh


4 digit angka. Angka terakhir di bagian kanan menandakan teknik dari
pengelasan, seperti besar arus yang digunakan dan aplikasi. Angka kedua dari
kanan menunjukkan posisi atau daerah pengelasan, seperti angka 1, untuk semua
posisi, yaitu datar, horizontal dan vertikal, angka 2, untuk posisi datar, dan
horizontal, angka 3, untuk posisi datar saja.

Tugas Rancang Putra Chandra

Anda mungkin juga menyukai