Anda di halaman 1dari 2

Permasalahan ini memiliki hubungan erat dengan penimbunan harta dan pertumbuhan

ekonomi dalam islam, karena dalam permasalahan ini terdapat nas-nas dan petunjuk syariat
yang menjadi jalan perekonomian dalam pengoperasian total. Syariat melarang penimbunan
harta dalam pengertian menahan harta dalam sirkulasi produksi, seperti juga halnya melarang
penghilangan harta, contoh penghilangan harta yaitu dengan menahannya dalam pertumbuhan
ekonomi, bahkan syariat menekankan pengoperasian harta dalam pertumbuhan ekonominya
sehingga tidak berpengaruh terhadap zakat yang diambil tiap tahun. Petunjuk-petunjuk syariat
dihadapkan dengan penimbunan ekonomi seperti dalam hal produksi barang, dengan demikian
menjadi sedikit sekat antara penimbunan harta dan pertunbuhan ekonomi walaupun tidak total
menghambat, tak ada keraguan terjadinya perkara ini menhambat asas-asas pertumbuhan
ekonomi, menguatkan pertubuhan ekonomi secara langsung, diisyaratkan keringanan pemilik
modal saham, dihadapkan dengan deposito pertumbuhan ekonomi menjadi untung bagi pemilik
deposit, sehingga tergabung dalam keuntungan mudharabah yang disepakati, dalam halnya pada
waktu itu juga keuntungan diperoleh dari yang lain sesuai dengan akad yang disepakati oleh
pemilik modal. Pengguna baru harta juga memperoleh untung dan haknya juga untuk
mengembalikan hak mudharabah, Bank-bank sebagai perantaranya dalam hal ini perekonomian
diputar tanpa perlu mempertemukan kedua belah pihak (pemilik modal dan pelaku mudharabah)
hak yang melekat dalam akad mudharabah, yang dengan demikian bergabungnya pihak lain
meringankan pemilik modal yang asli, berdampak negative dalam insentif pertumbuhan
ekonomi, menjadikan kelompok-kelompok lebih memilih bermuamalah langsung dengan kedua
pihak, memaksa bank untuk memperoleh bagiannya dalam mengembalikan bagian dari modal.
Dan terangkat permasalahan finansial, dan tidak perlu takut dengan kenaikan persmasalahan
finansial dalam harga tingkatannya disamakan dengan tingkatan umumnya.
Ringkasan dari perdebatan yang lalu menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa
lembaga pertengahan lemah dalam rumusan Islami. Dan lembaga pertumbuhan langsung lebih
luas dan universal, seperti halnya solidaritas dan kerjasama dalam mewujudkan lembagalembaga umum, menjaga kelanjutan dalam lemahnya atas prakarsa sector khusus menjadi asas
dalam pelayanan kerjasama sebagai ganti dari bahan yang tersebar dari peraturan pemilik modal.
Oleh karena itu meluaslah lembaga asuransi dan kerjasama mengganti lembaga asuransi jual-beli
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Sesuai dengan syariat yang mengatur kerangka perekonomian islam dan apa saja yang
menjadi petunjuk serta urusan-urusan menyederhanakan lembaga perantaraan harta, jalan dan
tata cara kerja bank-bank deposit dan investasi yang berlaku dalam perekonomian islam tidak
terikat dengan hanya terbatas kepada tingkatan bahaya yang nampak dari peraturan pemilik
modal, contoh dalam pengoperasian unsur-unsur keuangan di bank-bank yang tanggung jawab
besar terhadap perekonomian dan yang dihasilkan untuk mengetahui para investor yang telah
diinvestasikan. Oleh karena itu Islam tidak memerlukan model-model pendiri atau institusi
jaminan investasi, karena aturan dari pemilik modal tidak berkuasa untuk jaminannya, karena
peran untuk meningkatkan investasi dalam keseimbangan yang terdapat pada benda investasi
tersebut, terkait dengan hal lain tidak mengurangi perlunya dari tujuannya. Seperti pemodal yang
ingin kembali untuk menumbuhkan investasi, dan nilai usaha yang lainnya, pemilik modal
menambah pertumbuhan perekonomian dalam model ekonomi islam yang dibentuk sesuai
dengan akad mudharabah yang bekerja sama dan mengetahui resiko jika ada, dan investasi
sendiri dalam hukum islam berbeda dengan hukum dari pemilik modal, hasil dari keduanya
dinikmati kedua pihak, dapat dipahami bhwa tidaklah perlu kepada instansi lain yang
memperkecil resiko yang telah disepakati, pada dasarnya mereka merugi, untuk mencapai laba.
Kita tutup pembahasan dari pembagian instansi-instansi sektor khusus dalam rumusan
islam bahwa pasar dibutuhkan akannya asas-asas kebebasan dalam ekonomi yang juga terikat
dengan aturan-aturan syariat, dan pengawasan asas-asas dan batasan-batasan unsur
perekonomian, dan tatacara pemakaiannya dalam berbagai permasalahan.

Anda mungkin juga menyukai