PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyusunan laporan ini berdasarkan kasus berikut:
Pasien Tukul (Lk), umur 41 tahun, datang
dengan keluhan sakit hebat di gigi belakang
kanan bawah yang berlubang, sejak malam
tidak bisa tidur dan gelisah, walaupun sudah
minum banyak obat pereda sakit.
Kedatangannya ke RSGM-FKGUI pagi ini
adalah untuk mengobati rasa sakit yang masih
terus mengganggunya. Walaupun relatif masih
muda, Tukul memiliki riwayat Hipertensi
(160/90). OH buruk.
B. Tujuan
Tujuan penyusunan laporan ini adalah agar mahasiswa mampu merencanakan dan
melakukan perawatan penyakit / kelainan jaringan pulpa periapeks dengan perawatan
endodontik konvensional dan restorasi pasca endodontik.
C. Learning Issues
OB
A. Nyeri Pulpa
-
Etiologi
Mekanisme
Klasifikasi
a) intensitas
b) kualitas
B. Penyakit Pulpa Akut
-
Immunopatogenesis
Histopatologi
Jenis-jenis
Gambaran klinis
E. Evaluasi
Radiologi
A. Indikasi
B. Interpretasi radiograf penyakit pulpa akut
C. Tampakan penyakit sistemik dalam radiograf
Periodontologi
A. Perawatan dan pemeliharaan OH
B. Hubungan penyakit sistemik dengan kondisi jaringan perio
Farmakologi
A. Obat Anestesi
B. Analgesik, NSAID, antiseptik, disinfektan
C. Topikal saluran akar
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KLASIFIKASI PENYAKIT PULPA
I. Jenis-jenis Penyakit Pulpa Akut
Sebab/etiologi
Keluhan subjektif/
gejala
Diagnosis klinis
&telinga.
Visual :
- Kavitas dalam, karies
Palpasi : Nyeri +
tanduk/atap pulpa)
Tes listrik :
baik
Gambaran
histopatologis
radang(berupa spectrum)
mikro
Mikroabses menyebar terutama
di permukaan jaringan pulpa di
bawah karies
Destruksi odontoblas, sel-sel
bagian tengah jaringan pulpa.
PMN di sekitar pus
Diagnosis banding
Hyperemia pulpa
- Perbedaan: sifat nyeri,
gambaran klinis dan Ro
Pulpitis akut supurativa
Perawatan
Prognosis
Pulpotomi
Pulpektomi
Pulp capping: kurang baik
Pulpotomi:penyembuhan
gigi baik
ULSERATIVA
Kamar pulpa yang terbuka
lebar
Keluhan subjektif/
gejala
PULPITIS KRONIS
HIPERPLASTIK/ PULPA POLIP
Iritasi tingkat rendah yang
berlangsung lama
Tidak ada gejala nyeri kecuali
bila terdesak makanan
kavitas
Biasanya diikuti perdarahan
karena permeabilitas pembuluh
Diagnosis klinis
darah mikro
Visual :
- Pulpa tebuka
- Dentin tertutup jaringan
karies yg berwarna abu-abu
& debris
Sondasi: dentin -; pulpa +
Tes listrik : terkadang peka
Visual :
- Terjadi pada gigi sulung dewasa
muda
- Tonjolan polip berwarna merah
memenuhi kavitas
- Permukaan pulpa polip
berbenjol-benjol, bila disentuh
mudah berdarah
Palpasi : Nyeri +
Tes suhu : Tes listrik : kurang peka
Gambaran
radiografik
Kavitas dalam dan pulpa sudah Kavitas dalam dan pulpa terbuka
terbuka
Ada proses karies di bawah
tumpatan atau tumpatan
Gambaran
histopatologis
jaringan granulomatosa
Diagnosis banding
Nekrosis partial
Pulpotomi
berdarah)
Pulpotomi
Prognosis
Pulpektomi
Pulpotomi:penyembuhan
Pulpektomi
K.
Pulpotomi: baik tapi jika
dari orifis
J.
L.
Bakteri dapat masuk dan berkembang dalam tubuli dentin yang permeabel
Jika tidak ada perawatan, maka produk bakteri dan jaringan yang dihancurkannya
akan mendahului bakteri memasuki tubulus dan mengiritasi pulpa
Leukosit PMN mencapai area cedera untuk melokalisir bakteri (mencegah bakteri
masuk lebih dalam)
Jika tidak ada pembuangan cairan oleh venula dan limfe, akan menyebabkan
eksudat
Tidak seperti jaringan lain yang bengkak ketika inflamasi, pulpa terkurung dalam
dinding yang kaku dan membentuk sistem yang tidak mudah menyesuaikan diri,
sehingga peningkatan tekanan jaringan bisa menyebabkan kolapsnya venula
Bila proses tidak parah, limfosit dan sel plasma akan menggantikan PMN dalam
jumlah dan reaksi inflamasi dapat dibatasi pada permukaan pulpa
Jika proses berlanjut melibatkan hampir seluruh pulpa, dapat membawa kematian
pulpa (organisme biasanya hidup terus dan menyebabkan reaksi pada jaringan
periapikal oleh produksi metabolismenya
C. IMUNOPATOGENESIS
I. Sel
a.PMN leukosit
Merupakan fagosit non-spesifik, sebagai garis pertahanan terdepan
melawan mikroba dan merupakan tanda inflamasi akut
Fungsi : melokalisir dan menghancurkan mikroba yang masuk ke
tubuh
Amunisi terdiri dari granula sitoplasmik yang dibagi jadi 3 kelompok :
1. Granula primer/azurophilic : mengandung lisosom, myeloperoxida,
protein kationik, dan neutral proteinase
mengoksidasi
myeloperoxidase,
Cl
menjadi
(halida)
HOCL
dengan
bantuan
(hypochlorus
acid)
enzim
yang
10
- Berasal dari sumsum tulang sel induk. Sel Pre-T bermigrasi ke Timus
untuk
berdiferensiasi,
spesialisasi
imunologik
dan
seleksi
dalam
inflamasi
kronik
dan
imunitas,
merupakan
11
Komposisi sel
Inflamasi akut : konsentrasi tinggi neutrofil dan makrofag
Inflamasi kronik : konsentrasi tinggi limfosit, makrofag, dan sel plasma
12
13
14
Etiologi nyeri
Inflamasi
Inflamasi merupakan reaksi yang disebabkan oleh kerusakan jaringan.
Reaksi tersebut termasuk rasa nyeri. Nyeri karena inflamasi merupakan
reaksi terhadap mediator kimia inflamasi seperti bradikinin dan
prostaglandin.
Mediator
kimia
ini
mengakibatkan
vasodilatasi,
Nyeri otot
Kebanyakan nyeri otot tidak berasal dari inflamasi melainkan berasal dari
kejang otot. Kadang-kadang bersifat reaktif atau protektif.
iii.
Nyeri vaskuler
Disebabkan oleh 4 kondisi, yaitu vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas vaskuler, jaringan yang mengalami edema, edema pada
15
dinding pembuluh darah dan jaringan perivaskuler, dan nyeri otot yang
berhubungan.
iv.
Nyeri saraf
v.
vi.
vii.
V.
o
1.
2.
Teori hidrodinamik
Stimulus pada enamel dan dentin aliran isi tubulus dentin ke luar
atau ke dalam terjadi eksitasi saraf pulpa
input masuk dan berjalan dari cabang maksila atau mandibula saraf
trigeminal menuju Sistem Saraf Pusat untuk diproses
neuron aferen pertama memasuki batang otak pada pons dan berakhir pada
nucleus kaudalis (bagian paling rendah dari trigeminal spinal tract
nucleus)
16
input langsung dibawa ke thalamus dan ber-cross section di batang otak
17
serat
mengaktifkan
meningkatkan
efek
mekanisme
impuls
yang
feedback
sampai
positif
pada
sel
yang
akan
transmisi.
Exteroceptor
o Reseptor ini distimulasi oleh lingkungan eksternal pada keadaan sadar.
o Reseptor terdiri dari ujung saraf bebas (taktil dan nyeri superficial),
korpus Krause (rangsang dingin), korpus Meissner (rangsang taktil
kulit), korpus Merkel (taktil pada mukosa mulut dna submukosa lidah),
korpus Ruffini (rangsang tekanan dan panas).
ii.
Interoceptor
Proprioceptor
o Reseptor ini terutama terlibat dalam fungsi otomatis, gerakan disadari,
tekanan dan posisi.
o Terdiri dari : ujung saraf bebas (peka terhadap nyeri somatic dalam),
golgi tendon (reseptor mekanik terhadap panjang dan tegangan otot),
muscle spindles (reseptor mekanik di antara serat-serat otot), korpus
Pacini (peka terhadap tekanan), reseptor periodontal (peka terhadap
pergerakan gigi)
18
iv.
atau
19
i. Nyeri odontogenik
1. Nyeri pulpa
Perbedaan
Penyebab
Pulpa sehat
Dentin
Pulpitis
Pulpitis
Pulpa nekrosis
Gangguan
hipersensitif
reversibel
Dentin yang Setelah
ireversibel
Inflamasi
Rusaknya
eksternal
terekspos
perawatan
hebat
restoratif
peningkatan
saraf
sensori
pulpa
tekanan
Gejala
jaringan
Nyeri serat A- Nyeri singkat, Pulpa vital Respon
Asimptomatis.
delta
terlokalisasi
menandakan
&
utuhmya
Hilang
pulpodentinal
stimulus
kembali
stimulus,
jaringan
kompleks
dihilangkan.
ke
hiperalgesia
periradikuler
homeostas
&
inflamasi
Nyeri
tajam. terinflama
berlebihan
mungkin
is
dari
nyeri yang
iritan
dihilangka
A-delta).
degenerasi
Sakit
pulpa.
menjadi
tumpul,
spontan,
difus
&
berdenyut
Diagnosis
termal, Tumpatan
nyeri kimia,
taktil amalgam
osmotic
positif
sensitive
tetapi terhadap
(serat C)
Stimulus
Tes
termal
dingin
dna
listrik
mengkonstri berespon
ksi
negatif.
pembuluh
20
tidak
panas
darah yang
disebabkan
beberapa
terdilatasi &
menurunkan
dental.
tek.
setelahnya
, restorasi Jairngan
emas
meringanka
nyeri
sejenak
bertambah
nyeri hebat
, resin (indikasi
2.
nyeri
menjadi
berkurang
nekrosis)
Nyeri periradikuler
Perbedaan
Periodontitis
Penyebab
Akut
Merupakan kelanjutan Inflamasi
pulpitis ireversibel atau infeksi
pasca perawatan endo
& periodontium
karena
apikalis kronik
dengan pulpa vital
Inflamasi meluas ke jar, Nyeri cepat, spontan, Nyeri
cepat,
periradikuler
inflamasi
bereaksi
terlokalisasi tekanan,
parah,
(pada
ireversibel)
pada spontan,
bereaksi
terbentuk pada
tekanan,
pembengkakan terbentuk
pus
&
Diagnosis
pada Inflamasi
pulpa
sebagai
Gejala
Abses Periodontal
awal
dapat terlokalisasi,
tidak
resorpsi
tulang
Gigi sangat sakit pada Tes termal negatif. AAA
pulpa
21
rangsang
sentuhan. Pada
gambaran nekrotik
Pada
penebalan
tampak
perio
sedikit ligament
penebalan
periodontal
perio
Dapat
mereda
menjadi Periodontitis
Apikalis
Kronik
Supurativa.
ii. Nyeri non odontogenik
1.
Nyeri somatic
Muncul dari rangsangan terhadap reseptor saraf atau saraf perifer.
a.
b.
2.
Nyeri neurogenik
Definisi : Nyeri ini berasal dari system saraf
terasa
terbakar,
dapat
22
3.
Nyeri psikogenik
Definisi
Nyeri
ini
memiliki
Nyeri miofasial
5.
Referred pain
Definisi : Nyeri ini berasal dari suatu daerah
23
24
25
11. Masukkan gulungan kapas kecil, yang telah dibasahi dengan bahan pereda
rasa sakit, misal: eugenol, ke dalam kamar pulpa
12. Letakkan suatu tumpatan sementara misalnya cavit atau semen ZOE yang
cepat mengeras diatas dressing yang yang telah diberi obat tadi dan tutup
kavitas
13. Hilangkan trauma oklusal
14. Beri resep obat analegesika yang hanya digunakan bila timbul rasa sakit
Premedikasi atau medikasi pasca perawatan dengan antibiotika hanya
diindikasikan bila kondisi pasien secara medis membahayakan atau bila
toksisitas sistemik timbul kemudian.
15. Konsultasikan dengan pasien untuk meringankan adanya kegelisahan
mengenai prosedur darurat atau reaksi pasca bedah yang mungkin timbul, dan
yakinkan pasien bahwa anda siap untuk membantu.
Pada beberapa kejadian, dokter gigi tidak mempunyai cukup waktu untuk
menyelesaikan seluruh ekstirpasi pulpa dan instrumentsi saluran akar. Dalam
keadaan demikian, pulpotomi darurat, termasuk debridement, pengeringan dan
penutupan kamar pulpa dengan suatu dressing yang telah diberi obat biasanya
sudah mencukupi. Meskipun pulpotomi darurat tidak seefektif pulpektomi, tetapi
dapat meringankan rasa sakit pasien untuk beberapa hari. Pasien harus diperiksa
ulang secepat mungkin untuk diberi perawatan tambahan
Secara umum, prosedur perawatan darurat untuk pulpitis ireversibel akut
adalah:
1. Pulpektomi, pembersihan dan pembentukan saluran akar, jika waktunya
memadai.
2. Jika tidak, ekstrirpasi pulpa sebanyak-banyaknya atau pulpektomi sebagian
atau pulpotomi.
3. Jika gigi molar, ektirpasi saluran akar terbesar (bagian palatal atau distal) atau
pulpotomi, jika tidak ada waktu.
4. Letakkan kapas kering (sama efektifnya dengan yang dibasahi CMCP,
kresatin, eugenol atau salin) setelah irigasi NaOCl
26
5. Tumpat sementara
6. Biarkan nyeri reda dengan analgesik ringan.
7. Setelah mereda, lakukan prosedur perawatan saluran akar dan restorasi
pascaendo.
8. Jika telah terjadi kelainan Periodontitis Apikalis Akut, biasanya ditandai
dengan sensitif pada perkusi, dapat dilakukan pembebasan oklusi.
c. Abses Alveolar Akut (AAA)
AAA, termasuk Acute periapical abses, acute apical pericementitis, abses
phoenix, biasanya disertai pus setelah nekrosis pulpa, dan terjadi cepat.
Biasanya disertai reaksi umum toksisitas sistemik seperti demam, gangguan
gastrointestinal, malaise, mual, pusing, dll akibat rasa nyeri terus menesus dan
kurang tidur.
Keadaan akut mungkin disebabkan karena pulpitis yang berkembang secara
progresif menjadi nekrosis pulpa, atau suatu eksaserbasi lesi periapikal kronik.
Untuk meringankan rasa nyeri dilakukan debridement (pembersihan dan
pembentukan saluran akar) dan drainase baik melalui saluran akar maupun
melalui jaringan lunak serta tulang.
Perbedaan mendasar dari pulpitis akut adalah pulpa non-vital (tidak perlu
anestesi lokal). Kenyataannya anestesi lokal sering dikontraindikasikan dalam
jaringan inflamasi akut karena kurang efektif pada keadaan pH jaringan asam.
Selain itu, memaksakan larutan anestetik ke daerah yang mengalami infeksi
akut dan bengkak dapat meningkatkan rasa sakit dan dapat menyebarkan
infkeksi.
Anestesi blok (jauh dari daerah inflamasi) dapat digunakan secara efektif bila
diperlukan bagi beberapa kasus yang beberapa vitalitas pulpanya tetap
bertahan.
Ada baiknya gigi ditahan dengan tekanan jari saat preparasi kamar pulpa agar
tidak terasa nyeri.
Prosedur perawatan darurat AAA yaitu:
27
Pada kasus AAA ringan, gigi dapat ditutup dengan antiseptik, medikamen
obtunden (peringan rasa nyeri) setelah preparasi kamar dan saluran akar.
Teknik drainase terbuka lebih baik untuk pasien dengan saluran akar yang
setelah dipreparasi kemudian ditutup, disusul insisi jaringan lunak atau
fistulasi tiruan tulang untuk membuat drainase, sehingga insisi bedah,
rutin antibiotik dan anastesi lewat mulut tidak perlu.
28
Jika sedikit dan terlokalisasi, maka akan hilang 24 sampai 48 jam setelah
drainase.
Jika keras, dapat diubah menjadi lunak dan berfluktuasi dengan berkumur
salin hangat 3-5 menit diulang setiap jamnya.
Gigi harus dikurangi beban oklusinya bila gigi terdorong kedalam soket untuk
mengurangi rasa nyeri kontak gigi antagonisnya.
d. Abses Periodontal Akut
Dapat berasal dari pulpa vital atau non-vital, sumbernya biasanya suatu
eksaserbasi infeksi dengan pembentukan pus di dalam poket infraboni yang
dalam.
Jika tes vitalitas menunjukkan normal-nya pulpa, perawatan daruratnya
berupa kuretase, debridement, dan pembuatan drainase poket infraboni
melalui crevice sulkular. Terkadang diperlukan insisi jaringan lunak.
Bila pulpa terpengaruh, ektirpasi pulpa.
Bila pulpa abnormal dan vital, perawatan seperti pulpitis akut.
Bila pulpa nekrosis, perawatan seperti Abses Alveoalar Akut.
Pada setiap kasus, perawatan periodontal darurat harus dikerjakan secara
serempak, jika tidak, pasien tidak akan terbebas dari rasa sakit dan bengkak.
e. Keadaan Darurat Pada Waktu Perawatan
Keadaan darurat pada saat perawatan endodontik biasanya terjadi karena:
1. instrumentasi yang melebihi apeks akar, sehingga terjadi trauma pada
jaringan periapikal
2. Debris dan mikroorganisme yang terdorong melalui foramen apikal ke
dalam jaringan periapikal.
29
30
31
Tujuannya
yakni
mengeluarkan
eksudat
purulen
atau
darah
dari
Anestesi blok
Insisi
Drainase
Sepotong tampon iodoform (dijahit atau tidak) dalam insisi, diangkat tiap
2 atau 3 hari.
32
debridement sempurna
Tindakannya hanya menenangkan pasien dan memberikan analgesic ringan
sampai sedang berupa pemberian kortikosteroid dalam saluranakar atau melalui
injerksi intraoral atau intramuskuler setelah prosedur cleaning & shaping saluran
akar.
2.
Tindakan : buka gigi, bersihkan dan irigasi dengan NaOCl, keringkan saluran akar
dan medikasi dengan pasta kalsium hidroksida. Jika kasus menjadi Abses
Alveolar Akut (AAA), pertama-tama buatlah drainase, bersihkan dan irigasi
saluran akar dengan NaOCl. Bukalah gigi dan biarkan pasien istirahat selama 30
menit sampai drianase berhenti. Keringkan saluran akar, letakkan pasta kalsium
hidroksida dan tutup aksesnya.
33
4.
Tindakan : bersihkan saluran akar, beri pasta kalsium hidroksida dan tutup
aksesnya. Lalu lakukan insisi dan drainase.
i.
2.
pembengkakan, kasus obturasi berlebihan dan kasus perawatan saluran akar yang
tidak adekuat.
3.
4.
PERAWATAN ENDODONTIK
Asas pokok yang mendasari perawatan gigi dengan masalah endodontik yaitu
teknik aseptik, debridement luka, drainase, dan perawatan lembut jaringan, baik
dengan instrumen maupun dengan obat-obatan. Rasa sakit harus dikendalikan bila
ada. Selama perawatan, semua jaringan pulpa harus dikeluarkan, saluran akar
dibesarkan dan diirigasi, permukaan saluran disterilkan sesuai dengan yang telah
ditentukan oleh pemeriksaan bakteriologik, dan saluran akar diobturasi dengan baik
untuk mencegah kemungkinan infeksi kembali ataupun penyebaran infeksi ke
jaringan periapeks.
Perawatan endodontik dilakukan berdasarkan Triad Endodontik, yaitu
preparasi akses, preparasi saluran akar (cleaning & shaping) dan pengisian saluran
akar.
Pengisian
Sal. Akar
Preparasi
saluran akar
34
Pembuatan akses
35
dan sebelum
a.Ukur jarak dari titik acuan ke apeks dengan penggaris milimeter pada film
diagnostik. Jika tidak ada radiograf, gunakan panjang rata-rata.
b.
c.Posisikan stopper setiap file yang akan dipakai sesuai dengan panjang kerja
estimasi.
d.
e.Buat foto radiograf dengan file di dalamnya. Jangan gunakan file no. 8 atau 10
karena tidak akan terlihat dalam radiograf.
2.
36
37
3. Membuka atap kamar pulpa agar tanduk pulpa terpajan dan dapat diangkat,
tujuannya :
Keterlihatan maksimal.
Oleh karena itu, hasil preparasi akses yang baik adalah sebagai berikut :
38
1. Untuk gigi anterior, pembukaan dari palatal dan hasilnya berbentuk corong
dengan saluran akar yang kelihatan jelas.
2. Untuk gigi posterior, pembukaan dilakukan dari oklusal dan hasilnya terlihat jelas
dasar kamar pulpa dan orifis.
3. Bentuk preparasi mempunyai retensi untuk tambalan sementara.
Kesalahan dalam pembukaan akses disebabkan oleh :
1. Kurang pengetahuan dan pemahaman secara tiga dimensi baik bentuk kamar
pulpa maupun saluran akar dan variasinya.
2. Perubahan dimensi sehubungan dengan faktor usia dan pengaruh lainnya seperti
faktor luar (karies, abrasi, tumpatan, dan trauma). Hal ini disebabkan oleh
terbentuknya dentin tertier sebagai reaksi dari jaringan pulpa untuk melindungi
pulpa dari iritasi tersebut, serta pembentukan dentin sekunder yang terus menerus
secara fisiologis yang menyebabkan ruang pulpa menjadi sempit sehingga
menyulitkan pembukaan abses apalagi jika atap pulpa sedah mendekati dasar
kamar pulpa.
3. Pembuangan kelebihan internal berupa terbuangnya dentin yang terlalu banyak
ketika sedang mencari kamar pulpa atau saluran akar.
4. Orientasi keliru selama preparasi akses molar dan keliru menentukan saluran
akarnya.
Tahap preparasi kamar pulpa (akses)
2. Jaringan karies, email yang menggaung, dan tambalan yang tidak baik dibuang.
Jaringan karies dan email yang tidak didukung dentin yang sehat harus
dibuang, untuk menjaga sterilisasi yang maksimal dan menghindari pecahnya
gigi sebelum perawatan selesai.
Tumpatan lama dan sudah tidak baik, maupun tumpatan sementara harus
dibuang dengan tujuan :
- Mencegah terjadinya fraktur yang dapat mengakibatkan hilangnya titik
referensi dan kebocoran tumpatan sehingga terjadi kontaminasi.
- Meningkatkan keterlihatan, mempermudah pecarian dan preparasi saluran
akar.
39
Keadaan kamar pulpa harus diteliti melalui gambaran radiografik, setelah itu
baru menentukan regangan pembukaan kamar pulpa.
Guna regangan ini adalah untuk menghindari bur melenceng ke dasar kamar
pulpa dan mengakibatkan perforasi.
kesulitan
dalam
melakukan
pekerjaan
berikutnya,
40
Ukur jarak antara oklusal dengan atap pulpa dan dasar kamar pulpa untuk
menetukan sejauh mana bur dapat masuk ke dalam kamar pulpa.
Kamar pulpa dibuka dengan menggunakan bur bulat. Untuk gigi anterior
pembukaan melalui lingual/palatal. Untuk gigi insisive bawah dengan
inklinasi yang terlalu ke lingual, pembukaan kamar pulpa boleh dari insisal
atau bukal untuk menghindari perforasi. Untuk gigi posterior pembukaan
dilakukan dari oklusal.
41
Apabila bur sudah mencapai atap pulpa dan masuk ke dalam kamar pulpa, bur
terasa seolah jatuh ke ruang kosong.
Gunakan bur dengan kecepatan rendah untuk membuang atap pulpa dengan
gerakan dari arah kamar pulpa ke arah permukaan oklusal gigi.
Setelah itu, gunakan bur fisur untuk membentuk dinding kamar pulpa.
Carilah orifis saluran akar dengan sonde lurus. Konfirmasi saluran akar
dengan memasukkan file kecil.
Buanglah lereng dentin yang menutupo orifis dengan bur fisur kecil atau bur
bulat kecil dengan tangkai panjang.
Sebelum meluruskan akses, eksplorasi saluran akar dengan file kecil untuk
mengevaluasi patensi dan apakah saluran akar tersebut cukup besar untuk
GGD. Cara mengevaluasi saluran akar :
a.
b.
c.
42
d.
Masukan jarum ke dalam saluran akar melalui orifis. Apabila masuknya jarum
melalui orifis terhalang oleh adanya dentin sekunder atau tertier yang
berlebihan, harus dibuang dengan menggunakan Gates Glidden Drill (GGD)
tanpa tekanan agar tidak mengakibatkan GGD patah, dan hanya dilakukan
maksimum sebatas daerah 1/3 tengan saluran akar.
Setelah mendapatkan hasil preparasi yang baik dan benar, jarum endodontik dapat
masuk keluar tanpa hambatan, saluran akar diirigasi dengan NaOCl 2.5% kemudian
dilakukan persiapan untuk preparasi.
II.
Tujuan :
1. Membersihkan & mensterilkan saluran akar
2. Membentuk saluran akar bagi bahan pengisinya
tujuan akhirnya adalah untuk mengisi ruang pulpa secara hermetis (kedap udara)
Prinsip Preparasi Saluran Akar :
1. Pembersihan kavitas
Pembersihan saluran akar merupakan lanjutan dari pemberishan kavitas di kamar
pulpa. Irigasi sangat membantu dalam pembersihan saluran akar dari debris &
jaringan nekrotik. Oleh karena itu irigasi harus selalu dilakukan sebelum, setiap, dan
sesudah pergantian alat.
2. Bentuk Retensi
Daerah 1/3 apeks sepanjang 2-5 mm dari konstriksi apikal harus dipertahankan
bentuknya seperti file utama, agar kon utama dapat mengisi seluruh daerah ini dengan
43
rapat, sehingga akan diperoleh pengisian yang hermetis. Kehermetisan ini dapat
diketahui dengan adanya retensi pada kon utama saat ditarik (tug back).
3. Bentuk Resisten
Penyempitan anatomis di apeks yang disebut konstriksi apikal harus dipertahankan
untuk menahan agar bahan pengisi (guttap point) tidak terdorong ke daerah periapeks
(ada apical stop).
Instrumen Preparasi Saluran Akar :
1. Jarum miller (smooth broach) : untuk menjajaki saluran akar & melepaskan
jaringan pulpa dari dinding saluran akar.
2. Jarum ekstirpasi : untuk mengangkat jaringan pulpa dari saluran akar
3. Jarum reamer : untuk melebarkan dinding saluran akar (sekarang jarang digunakan)
4. File type-K : untuk menghaluskan dinding saluran akar & melebarkan saluran
akar yang sempit.
5. File type-H (Hedstrom file) : untuk melebarkan saluran akar dengan cepat,
namun meninggalkan dinding yang kasar. rapuh, mudah patah.
6. Gates Glidden Drill : untuk membuka orifis & membentuk corong sampai 1/3
apeks
Syarat-syarat preparasi saluran akar :
-
Panjang kerja harus ditentukan dahulu sebelum preparasi dan file diberi stop
Alat-alat preparasi harus bersih, steril, dan disusun secara urut sesuai nomor
44
Gunakan alat secara berurutan mulai dari nomor yang terkecil tanpa
paksaan
Alat yang tumpul, bengkok tajam, rolled-up atau elongasi harus dibuang
Sebelum, setiap pergantian alat, dan setelah preparasi, saluran akar harus
diirigasi
Langkah-langkah preparasi saluran akar kombinasi Crown Down & Step Back
1) Pembersihan kavitas / debridement
Pada gigi vital, jarum ini dipakai juga untuk melepaskan perlekatan jaringan
pulpa dari dinding saluran akar agar mempermudah ekstirpasi.
Ekstirpasi dilakukan bila atap pulpa sudah terbuka dan seluruh saluran akar
sudah ditemukan.
Pilihlah jarum ekstirpasi yang hampir pas dengan saluran akar tetapi tidak
tersangkut.
45
Jika saluran akar besar, maka digunakan tehnik broach wrap, yaitu dua jarum
ekstirpasi kecil dimasukkan ke dalam saluran akar, kemudian dipuntir satu
sama lain beberapa kali.
Bila pulpa masih vital, panjang kerja diukur setelah jaringan pulpa dalam
saluran akar diangkat dengan jarum ekstirpasi
cara : masukkan jarum ekstirpasi yang sesuai sampai 1/3 apeks tanpa tertahan
oleh dinding saluran akar. Putar 180 ke kanan, kemudian tarik ke luar.
Pada gigi nekrosis, pulpa sudah hancur, sehingga cukup irigasi kemudian
langsung dipreparasi
Keterbatasan terjadi bila file yang ada relatif kaku dan saluran akar tidak rata
oleh adanya cekungan, komunikasi antar saluran, saluran buntu, dan
ramifikasi apeks.
Dimulai dengan ukuran terbesar yang dapat masuk sampai 2 mm. Lanjutkan
dengan ukuran yang lebih kecil berturut-turut sampai mencapai 2/3 panjang
kerja atau pada akar bengkok sepanjang saluran akar yang lurus.
Bila tehnik crown down tidak dimungkinkan, preparasi saluran akar hanya
dilakukan dengan tehnik step-back.
3) Preparasi Apikal
Tujuan preparasi ini adalah preparasi yang adekuat pada daerah apeks sehingga
tercipta konstriksi apeks.
46
Prosedur diulangi hingga 1/3 tengah & 1/3 servikal terbuka cukup lebar
sehinnga 1/3 apikal dapat diinstrumentasi tanpa memaksakan instrumen.
Galur-galur pada bagian luar 1/3 apikal & bagian dalam 1/3 tengah
instrumen yang dibengkokan ditumpulkan untuk mencegah transportasi
pada daerah dilaserasi.
47
Pada saluran akar yang sempit, panjang kerja yang digunakan adalah
sejauh yang dapat dicapai dengan file no.8.
c. Olesi file awal dengan gel EDTA (RC-Prep), lalu masukkan sepanjang
kerja, preparasi dengan gerakan reaming : putar 20 ke kanan tarik ke
luar 2-3 mm putar kembali ke posisi semula.
preparasi dilanjutkan dengan file 1 nomor lebih besar yang telah diolesi
gel EDTA.
ulangi hingga diperoleh file apikal utama (FAU) : file terbesar sepanjang
kerja setelah preparasi saluran akar yang sesuai dengan kon utama.
d. Penentuan FAU :
Untuk saluran akar besar, FAU ditentukan setelah diperoleh apical stop.
Untuk gigi nekrosis, FAU ditentukan setelah preparasi mencapai dentin sehat
(dikeahui dengan terlihatnya serbuk dentin sehat pada cairan irigasi yang
ditampung pada kapas gulung), minimal no.30, dan ada apical stop.
Untuk mengetahui apakah FAU telah sesuai dengan kon utama, dilakukan
pemeriksaan tug back, yaitu kon utama yang sesuai dengan file utama, bila
dimasukkan sepanjang kerja akan tertahan baik waktu ditekan, maupun
ditarik keluar ujungnya telah sesuai dengan preparasi 1/3 apikal.
48
Irigasi. Paling tidak gunakan 1 cc cairan irigasi setiap kali penggantian alat
setelah rekapitulasi.
49
6. Pembebasan apeks (apical clearing). Diindikasikan hanya jika terdapat apical stop
setelah dilakukan evaluasi dan bertujuan untuk membersihkan serpihan dentin
yang terpadatkan di apeks selama pengeringan.
Bahan Irigasi
Fungsi utama irigasi : mengalirkan debris dari saluran akar, membersihkan dan
membentuk saluran akar.
Karakteristik irigan ideal :
Pelarut jaringan atau debris khususnya pada daerah yang tidak
terjangkau instrumen
o
Toksisitas rendah
o
akar
o
Sterilisasi
Khelator
Definisi suatu bahan organik yang dapat mengikat ion logam secara kimia.
Jenis asam etilendiamintetraasetat (EDTA) dan asam sitrat encer (10%)
50
EDTA bekerja tidak efektif, sedangkan kombinasi asam sitrat dengan NaOCl
sedikit mempersingkat waktu pelebaran saluran akar. Bahan ini hanya boleh
ditempatkan setelah instrumen mencapai panjang kerja dan preparasi telah
dimulai.
2.
Bahan Pelumas
Fungsi membantu masuknya alat sampai panjang kerja selama penjajakn dan
pencarian saluran akar sempit.
Jenis :
1.
2.
3.
Asam EDTA
Bahan Pengering
Berupa larutan alkohol (metanol atau etanol) 70% - 90%. Cara pengaplikasian dengan
semprit irigasi sebanyak 1-2 ml per saluran akar.
5) Pemeriksaan hasil Preparasi
dengan kon utama, spreader dapat masuk 2 mm lebih pendek dari panjang
kerja.
51
Perforasi
o Penanganan :
1. mengendalikan pendarahan : irigasi kavitas & kamar pulpa dengan air
steril / larutan anastetik memampatkan butiran kapas steril yg basah &
ditahan dengan tekanan selama 2-3 menit.
2. Saat pengeluaran kapas, lokasi perforasi terlihat & visibilitas untuk
menemukan orifis bertambah baik. Bila pemampatan tidak dapat
menghentikan
pendarahan,
kain
kasa
yang
dibasahi
dengan
52
6. Bila akar gigi anterior mengalami perforasi, dapat digunakan teknik yang
sama, kecuali bila perforasi terdapat pada 1/3 tengah saluran & teknik
hidroksida gagal. Pada kasus semacam ini, jalan masuk ke saluran akar
harus diperoleh dulu instrumen/kerucut guta perca ditinggalkan di dalam
saluran flap diangkat jalan masuk diperoleh melalui tulang untuk
menunjukkan perforasi akar perforasi dimampatkan dengan amalgam
flap diatutkan & dijahit instrumen diambil.
7. Bila perforasi di palatal, jalan masuk mudah diperoleh dari bagian keras
langit-langit.
8. Bila 1/3 apikal akar yang bengkok mengalami perforasi, bila dijumpai
juga daerah rarefraksi periapikal : bedah periradikular.
53
o Bila dari radiograf tidak ditemukan apa-apa & giginya asimptomatik, dapat
disimpulkan seperti di atas, dan jangan membuat lubang melalui foramen
apikal.
o Namun bila gigi simptomatik atau terdapat suatu daerah rarefraksi, harus
diperoleh jalan masuk apikal.
o Kerucut perak
54
Bila kerucut perak hanya sedikit masuk ke dalam kamar pulpa, sering
dapat dikeluarkan dengan digetarkan menggunakan skaler ultrasonik
sampai lepas
Bila sebuah kerucut lerak tertanam seluruhnya dalam saluran akar, bur
bulat yang diputar sepanjang kerucut dapat melepaskannya.
o Pasta
Pembentukan Ledge
o Dapat terjadi karena :
55
o Diketahui bila instrumen tidak dapat masuk kembali pada panjang kerjanya
yang telah dibuat
o untuk menghilangkannya, temukan posisinya dengan mamasukkan suatu
instrumen sampai terhalang, periksa dalamnya insersi dengan radiograf.
o setelah ditemukan, irigasi saluran dengan larutan sodium hipoklorit (untuk
melarutkan jaringan organik) & pelarut anorganik (EDTA).
o Periksa daerah yang menonjol dengan file no.10 atau 15, yang telah sangat
dibengkokkan dari ujung hingga 1-3 mm sampai ke bilah.
o bila telah mencapai ledge, instrumen agak ditarik kembali & diputar untuk
memungkinkan ujung bengkok melangakui ledge.
o begitu ledge dilangkaui , lakukan instrumentasi di sekeliling saluran, kikir
dindingnya & hilangkan ledge.
o ulangi prosedur dengan instrumen yang semakin besar, lakukan rekapitulasi
sampai ledge terkikis habis & pembesaran yang diinginkan tercapai.
o Bla legde tidak dapat dilangkaui, bersihkan, bentuk, dan isi saluran akar
sampai permukaan ledge.
o Bila perawatan endo kurang memuaskan / gagal, pertimbangkan prosedur
perawatan pengganti, seperti bedah retrograd-amalgam, hemiseksi/radisektomi, replantasi intensional/ekstraksi.
Sterilisasi Ruang Pulpa
sterilisasi ruang pulpa dengan obat saluran akar dilakukan setelah preparasi
saluran akar selesai atau setiap antar kunjungan, walaupun preparasi saluran akar
belum selesai.
Sebelun
sterilisasi
dilakukan,
saluran
akar
56
Pembentukan saluran akar harus dilakukan agar tercapai bentuk konus yang
kontinu dari korona ke apeks
Keterbatasan terjadi karena operator tidak mengetahui dimensi asli saluran akar,
bentuk, dan lengkung akar
Bentuk yang adekuat mencerminkan preparasi yang bagus. Untuk menguji hal ini,
maka alat obturasi dicobakan pada waktu pembentukan saluran akar. Bila bentuk
penguncupan cukup untuk masuknya spreader sejarak 0 sampai 1 mm dari apical
stop, dan masih ada ruang untuk gutaperca maka bentunya sudah adekuat
Bentuk retensi : daerah 1/3 apeks (2-5 mm dari konstriksi apikal) harus
dipertahankan bentuknya seperti file utama, agar kon utama dapat mengisi daerah
ini dengan rapat. Sehingga akan diperoleh pengisian yang hermetis. Kehermetisan
ini dapat diketahui dengan adanya retensi pada kon utama tersebut, yang ketika
ditarik ke luar dan didorong ke dalam ada tahanan yang disebut tug back.
57
Tumpatan Sementara
kapas di dalam kavitas tidak boleh terlalu tebal karena dapat terjadi kebocoran &
pecahnya tumpatan sementara.
Untuk menciptakan penutupan yang rapat sepanjang akar gigi dari bagian
mahkota ke bagian apeks.
Kerapatan pada mahkota sama pentingnya, atau bahkan lebih penting daripada
kerapatan apeks bagi keberhasilan jangka panjang perawatan.
Dengan tertutup rapatnya bagian mahkota dan apeks dari akar gigi, maka
pertumbuhan bakteri yang dapat menyebabkan lesi lanjutan dapat terhambat
dengan baik.
Waktu Obturasi
58
Penentuan kapan waktu yang tepat serta jumlah kunjungan pasien untuk
melakukan pengisian saluran akar dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti gejala
pasien, keadaan pulpa dan periapeks, tingkat kesulitan, hasil kultur, dan jumlah
kunjungan. Berikut penjelasannya :
1) Gejala Pasien
Secara umum, jika pasien mengalami gejala yang buruk dan diikuti dengan
diagnosis berupa abses apikalis akut atau periodontitis apikalis akut, maka
obturasi merupakan sebuah kontraindikasi.
Hal ini merupakan situasi darurat yang sebaiknya ditangani secara cepat sebelum
dilakukannya perawatan saluran akar.
Sedangkan obturasi pada pasien dengan penyakit pulpitis ireversibel yang
menyakitkan bisa dilakukan dalam satu kali kunjungan setelah pulpa yang
terinflamasi sebagai sumber sakit diangkat dari ruang pulpa.
2) Keadaan Pulpa dan Periapeks
Pulpa vital: Proses pengisian saluran akar pada pulpa vital bisa dilakukan dalam
sekali kunjungan, dan tidak terpengaruh oleh tingkat keparahan inflamasi pulpa.
Pulpa nekrosis
-
Pada pasien yang memiliki gejala yang tidak jelas, obturasi dapat dilakukan
langsung setelah preparasi saluran akar.
Pulpa yang nekrotik saja, atau yang disertai dengan penyakit periapeks yang
asimtomatik (periodontitis apikalis akut, periodontitis apikalis suppurativa,
atau condensing osteoitis) tanpa disertai penyakit yang lain tidak menjadi
kontraindikasi bagi perawatan pada sekali kunjungan.
59
Bila saluran akar diisi pada keadaan ini, tekanan dan kerusakan jaringan
periapeks dapat berlangsung dengan cepat.
Untuk kasus ini maka setelah preparasi, saluran akar diberi kalsium hidroksida
sebagai antimikroba dan pellet kapas serta diberi tumpatan sementara.
3) Tingkat Kesulitan
Intinya adalah makin sulitnya kasus endodontik yang dihadapi, maka proses
perawatan, termasuk obturasi menjadi lebih rumit dan lebih memakan waktu.
Kesulitan intinya muncul saat preparasi, jika preparasi tepat, maka pengisian
dapat dilakukan dengan mudah.
Material Obturasi Utama
Material obturasi yang utama biasanya berbentuk padat atau semipadat (pasta
atau berbentuk lunak). Material utama ini nantinya akan mengisi sebagian besar
saluran akan dengan atau tanpa sealer (semen saluran akar).
Sifat-Sifat Material Obturasi yang Ideal Menurut Grossman
Mudah dimasukkan ke dalam saluran akar
Menutup rapat saluran akar secara lateral maupun apical
Tidak mengerut setelah dimasukkan
Tahan terhadap lembab
Bersifat antibakteri
Bersifat radiopak
Tidak meninggalkan stain pada gigi
Tidak mengiritasi jaringan periapikal atau mengganggu struktur gigi
Bersifat steril atau mudah disterilkan
Mudah dikeluarkan dari saluran akar
Secara umum, material padat bersifat lebih baik dibandingkan material semipadat.
Dari berbagai material padat yang ada, gutta-percha merupakan bahan yang
diterima secara luas.
60
adalah
Kondensasi lateral ini dapat dikombinasikan dengan teknik obturasi yang lain.
Keuntungan
Selain itu, adaptasi terhadap dinding saluran akar baik, dimensi stabil, dan dapat
dipreparasi untuk pasak.
Kerugian
Tidak ada kerugian yang berarti dalam teknik ini, kecuali untuk kasus yang
menjadi kontraindikasi kondensasi lateral, yaitu akar yang bengkok, yang
berbentuk abnormal, atau adanya resorpsi interna.
Teknik
Finger spreader atau plugger lebih baik dibandingkan jenis hand spreader karena
lebih dapat dirasakan, meningkatkan kerapatan penutupan apeks, kontrol
instrumen yang lebih baik, dan pengurangan tekanan pada dentin saat obturasi.
Selain itu penggunaan finger spreader atau plugger dapat mengurangi insidens
fraktur akar vertical selama pengisian, serta dapat dimasukkan lebih kedalam
saluran akar.
61
2. Kon yang terlalu kecil akan dapat terlipat atau tertekuk ujungnya. Untuk
mendapatkan ukuran kon yang sesuai, maka dapat dipilih kon dengan nomor
yang lebih besar, atau dengan memotong ujung kon utama agar membentuk
ujung yang lebih besar. Seringkali kon tidak masuk sesuai dengan panjang
kerja. Hal ini bisa dimaklumi apabila, a) Daerah apeks bebas dari debris dan
b) spreader dapat masuk hingga satu mm dari panjang kerja. Daerah apeks
yang bersih serta kemampuan spreader untuk masuk lebih dalam
memungkinkan bagi gutaperca untuk masuk lebih dalam hingga mengisi
rongga yang kosong tadi.
3. Kon utama dikeluarkan dengan menjepitnya pada titik pengukuran, dan
panjangnya dicocokkan dengan penggaris. Perbedaan panjang kon selanjutnya
dapat dikoreksi.
4. Panjang kon utama diperiksa dengan radiografi. Kon utama dipastikan agar
setidaknya 1 mm kurang dari panjang kerja.
62
5. Bila panjang kon utama tidak pada 1 mm kurang dari panjang kerja maka,
tahap filing diulang dalam keadaan kering hingga yakin tidak ada debris, atau
dicoba dengan kon yang lebih kecil.
6. Kon yang terlihat keluar dari foramen apikalis menandakan tidak adanya
apical stop.
Tahap Obturasi
1. Sealer dicampur dan lalu dilapiskan ke
saluran akar.
2. Kon
utama
dimasukkan
secara
sebelum
spreader
63
Penyelesaian
1. Kavitas
dibersihkan
menggunakan
Sealer
yang
belum
ditutup
dengan
restorasi
Obturasi.
Kadangkala
panjang
Lalu campuran sealer dibuat lagi yang baru dan akan dioles ke setiap kon aksesori
yang akan dimasukkan.
64
Bila terjadi ektrusi melebihi apeks, hal ini akan susah dikoreksi, terlebih jika
sealer sudah mengeras. Hal ini hanya bisa ditangani dengan bedah endo.
Tujuan : untuk lesi karies yang dalam jika seluruh jaringan dentin yang karies
mungkin menyebabkan pulpa terbuka.
Hanya dianjurkan pada kondisi tanpa riwayat pulpagia atau tanda tanda
pulpitis irreversibel.
Pada kasus ini merupakan indikasi dari karies dalam dengan atap pulpa yang
tipis dan belum expose (masih ada selapis dentin).
Setelah dentin lunak, basah atau seperti kulit diangkat, ZOE / hidroksida
kalsium diletakkan di atas sisi dentin yang mengalami karies untuk
membunuh bakteri.
Perlu beberapa minggu untuk perbaikan proses karies dan inflamasi si pulpa
setelah itu tumpatan sementara dan ZOE/pelapik hidoksida kalsium dapat
diangkat, diganti dengan tumpatan tetap.
65
Fungsi melengkapi lapisan sehingga bakteri akan kehilagan nutrisi dan tidak
akan
dapat
memproduksi
cukup
asam
untuk
melanjutkan
proses
demineralisasi.
Butuh waktu 3 minggu, maksimum 6 minggu arena restorasi akan dibuat lagi.
Dibuat dengan menggunakan ZOE pasta atau GIC karena menyediakan cukup
lapisan yang menyebabkan dietary substrat yang bakal digunakan bakteri
untuk produksi.
Eugenol yang cukup akan menyebar melaui dentin ke rang pulpa untuk
menghambat inflamasi & nyeri.
Pulp capping secara langsung adalah perawatan dalam satu kali kunjungan.
Bila pulpa tidak sembuh dan menjadi nekrosis, akses biasa dibuat melalui
restorasi untuk melakukan perawatan endodontik.
Sesudah perawatan pulpa, bila pulpa memperlihatkan kevitalan yang baik dan
terbentuk dentin sekunder di atas pulpa yang pulpa yang terbuka,
prognosisnya adalah baik. Bila tidak, pulpa dikeluarkan dan dilakukan
perawatan endodontik.
Prosedurnya :
1) Ekskavasi
66
o Email dipotong untuk mandapat arah masuk. Bila terlihat bagian yang terbuka,
pertama sekali karies di tepi dentin dibuang.
o Dengan penekanan hati hati dentin yang lunak dan karies dibuang.
o H2O2 meskipun efektif tidak boleh digunakan pada pulpa yang terbuka. Bila
H2O2 berkontak dengan darah akan menyebabkan keluarnya gelembung
gelembung O2 di dalam kamar pulpa yang dapat menjepit pembuluh darah dan
menggangu
sirkulasinya.
Maka
dapat
digunakan
aquadest
untuk
membersihkannya.
2) Capping.
o Jika perdarahan pada sisi yang terbuka terhenti dan daera tersebut kering
gunakan CaOH)2 untuk pulp capping.
o Ekskavator digunakan untuk mengerok kelebihan Ca(OH)2 dari tepi tepi
daerah tersebut.
3) Sealing.
o Semen ZOE kecil dan bulat diletakkan di ujung sonde dan masukkan di
bagian pulpa yang terbuka.
o Semen akan melekat ke dentin siap untuk dibentuk ke daerah undercut dengan
memakai gulungan kapas kecil dan kering.
o Berikan tekanan ringan pada kapas untuk menghindari masuknya semen ke
kamar pulpa.
o Pulpa harus dilindungi oleh lapisan Ca(OH)2 dan ditutupi semen ZOE yang
mudah mengeras.
o Jika semen terletak baik dan tepat, akan membentuk restorasi yang aman
untuk menutupi daerah di atas pulpa serta melindungi bagian terbuka dari
tekanan.
67
PULPOTOMI
Pulpotomi Dangkal
Alasan utama untuk menganjurkan perawatan pulpotomi pada gigi fraktur dengan
pulpa terbuka adalah untuk mempertahankan vitalitas pulpa.
Pada tahun-tahun terakhir ini, pulpotomi lebih konservatif dan pulpotomi dangkal
telah dikembangkan oleh Cvek dan dinyatakan sebagai teknik Cvek. Pulpotomi
dangkal ini mempertahankan jaringan pulpa di daerah servikal, memungkinkan
jaringan keras bagian akar di sini tumbuh lebih kuat.
Teknik
Dentin yang terbuka dicuci dengan larutan salin atau larutan anestesi.
68
Angkat semua jaringan granulasi dengan ekskavator sendok dari daerah luka. Hal
ini akan memberikan pandangan yang lebih akurat mengenai besar dan lokasi
terbukanya pulpa.
Pulpotomi diselesaikan dengan bur intan bulat dengan henpis kecepatan tinggi
menggunakan pendingin air.
Cucilah pulpa dengan hati-hati memakai cairan salin dan tunggu sampai terjadi
pembekuan.
Luka dicuci lagi untuk mengangkat pembekuan dan diberi pelapik hidroksida
kalsium yang cepat mengeras.
Sisa kavitas dengan hati-hati ditutup dengan semen yang keras atau ionomer kaca.
Apabila semen telah mengeras, gigi dapat direstorasi dengan resin komposit
sistem etsa.
Pulpotomi Konvensional
Teknik ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
Anestesi local
Pembuangan serabut pulpa dan debris dentin dari korona sampai daerah yang
diamputasi. Amputasi pulpa pada korona di daerah servikal dilakukan dengan
69
menggunakan ekskavator bulat dan tajam atau menggunakan bur besar bulat
steril, atau secara bergantian but intan bulat kecepatan tinggi
Pencampuran bubuk hidroksida kalsium dengan air steril, salin atau cairan anestes
local sampai menjadi pasta kental. Letakkan pasta dengan hati-hati di atas
permukaan pulpa setebal 1 sampai 2 mm. Bahan lain adalah pelapik hidroksida
kalsium yang dijual di pasaran
Tumpatan permanent yang rapat merupakan hal yang utama. Tumpatan sementara
yang tidak baik dan bocor setelah beberapa waktu akan menimbulkan
kontaminasi bakteri dan mengakibatkan nekrosis pulpa. Dianjurkan untuk
memakai resin komposit system etsa untuk gigi anterior dan amalgam untuk gigi
posterior
PULPEKTOMI
Preparasi ruang pulpa
-
Dibagi dalam 2 tahap: pembukaan kamar pulpa dan preparasi kavitas kamar
pulpa, termasuk diantaranya penghilangan atap pulpa dan preparasi saluran
akar atau pembersihan dan pembentukkan saluran akar.
70
Irigasi
-
Tujuan: mengeluarkan kooran dan serbuk dentin dari saluran akar dan sebagai
pelumas.
71
o Persiapan penjejakkan oleh file K 10, pada gigi vital dpat dilakukan
pelepasan perlekatan pulpa dari dinding saluran akar agar mudah saat
ekstirpasi
o Bila pulpa masih vital isi saluran akar diangkat dengan jarum
ekstirpasi. Cara: masukkan ekstirpasi sampai 1/3 apeks tanpa tertahan
oleh dinding saluran akar, putar 180 derajat, kemudian tarik. Gigi
nonvital irigasi
o Irigasi
o Crown down dan step back
Tentukan titik referensi pada daerah stabil, beri penanda karet pada
jarum endo sesuai panjng kerja
72
Dengan kon utama, spreader dapat masuk 2mm lebih pendek dari
panjang kerja
o Irigasi
Sterilisasi Ruang Pulpa
-
Ditujukkan pada kuman di saluran akar dan tubuli dentin atau ramifikasi yang
tidak dapat dicapai oleh saluran akar
Sterilisasi dilakukan dengan ChKM atau Ca(OH)2 dengan lentulo atau semprit
dan dipadatkan. Bila menggunakan ChKM diperlukan uap obat agar dapat
masuk ke tubuli dentin, setelah obat saluran akar diteteskan pada butiran
kaaps, segera dijepit dengan kaps gulung steril dan diletakkan pada orifis.
Tumpatan Sementara
Pengisian Saluran Akar
-
Tahap Pengisisan
o Pemilihan bahan pengisi utama dengan:
73
74
dapat melindungi sisa jaringan gigi dan mengembalikan bentuk maupun fungsinya
seperti semula.
Restorasi pasca endo jenis ini pada dasarnya terdiri atas tiga bagian, yaitu pasak
(post/dowel), inti (core), dan mahkota tiruan (crown).
I. PASAK
Apa itu pasak dan mengapa?
Menurut kamus kedokteran gigi, post adalah sebuah batangan logam berbentuk
kerucut atau silindris yang disemenkan ke dalam saluran akar.
Pada intinya post ini berguna untuk menyalurkan beban oklusi yang diterima
oleh gigi secara merata dengan cara menyatukan serta memperkuat akar dengan
mahkota gigi yang direstorasi.
Selain itu, pasak menciptakan sebuah retensi bagi core dan mahkota tiruan.
Indikasi dari penggunaan pasak tergantung dari seberapa banyak struktur mahkota
gigi yang tersisa.
Kerugian
o Perlu diketahui dan diingat bahwa pasak tidak sama sekali memperkuat struktur
gigi. Bahan ini justru memperlemah gigi karena jaringan keras gigi banyak yang
harus dikorbankan pada tahap preparasi untuk memuat pasak ke dalam saluran
akar, apalagi pasak yang berdiameter besar.
75
o Oleh karena itu untuk pemasangan pasak perlu adanya kehati-hatian agar resiko
fraktur gigi, khususnya bagian akar, tidak meningkat.
Sifat Ideal Pasak
o Proteksi maksimum terhadap akar
o Retensi cukup pada saluran akar
o Retensi maksimum untuk core dan crown
o Proteksi maksimum terhadap kerapatan semen pada margin crown
o Nilai estetis yang tinggi, jika diperlukan
o Bersifat radiopak
o Mudah untuk diambil kembali dari akar gigi
o Biokompatibel
Jenis Pasak
Pada umumnya, pasak dapat diklasifikasi menjadi pasak yang disemenkan dan
pasak bersekrup.
Untuk pasak yang disemenkan, penempelan atau bonding pasak terhadap dentin
terjadi karena adanya bahan semen.
Sementara pasak bersekrup memiliki retensi akibat dari celah sekrup yang
terbentuk pada dinding saluran akar.
Pasak juga dapat dibagi atas pasak prefabricated design dan pasak custom-made.
Pasak prefabricated design merupakan pasak yang telah dibuat dipabrik terlebih
dahulu dan dipasarkan kemudian.
Untuk pasak custom-cast, pasak dibuat sesuai dengan bentuk saluran akar gigi.
Hal ini dilakukan mirip dengan cara membuat sebuah restorasi inlay dan onlay.
Pasak custom-cast ini diindikasikan untuk saluran akar yang jika dipreparasi
untuk pasak prefabricated design akan terdapat sedikit sekali, atau kurang dari 1
mm dinding saluran akar yang tersisa.
Bentuk dowel ada yang paralell sided dan tapered . Parallel sided retensinya lebih
baik, sedangkan bentuk tapered akan mengurangi retensi pasak. Tapi bentuk
tapered sudah mengikuti bentuk saluran akar, sedangkan parallel sided perlu
76
preparasi saluran akar untuk membuat bentuk yang serupa dengan parallel sided.
Yang paling baik adalah, koronanya parallel sided dan apikalnya tapered (atau
parallel sided dengan ukuran terkecil)
Panjang Pasak
Sebanyak 5 mm gutta-percha yang harus disisakan pada saluran akar pada hampir
semua gigi yang akan diberi pasak.
Oleh karena itu pasak sebaiknya dimasukkan sedalam panjang tersebut, kecuali
pada gigi molar.
Pada gigi molar, pasak diletakkan pada akar primer (akar palatal pada gigi M
maksila dan akar distal pada gigi M mandibula). Panjang disisakan sebaiknya
sebanyak 7 mm.
Diameter Pasak
Secara umum, diameter pasak sebaiknya tidak melebihi dari sepertiga diameter
akar.
Karena telah diteliti bahwa diameter pasak melebihi sepertiga diameter akar akan
memperlemah gigi secara eksponensial.
Setiap kenaikan 1 mm, potensi untuk gigi tersebut fraktur menjadi 6 kali lebih
besar.
Pemilihan desain pasak
Sistem pasak yang akan digunakan harus sesuai dengan saluran akar maupun
restorasinya. Preparasi gigi dan restorasi tidak boleh disesuaikan dengan pasak, tetapi
pasak yang harus disesuaikan dengan keadaan gigi.
77
Preparasi pasak
Kamar pulpa maupun saluran akar dapat memberi retensi untuk restorasinya, dan
pada banyak kasus, keduanya mempunyai peran penting. Hal yang perlu ditegaskan
lagi, pasak yang disemen ke dalam saluran akar memberikan retensi pada inti, tetapi
tidak memperkuat akar gigi (bahkan sering memperlemah). Karena itu, pasak harus
dibuat minimal sesuai dengan keperluan retensi intinya.
i. Preparasi pasak dimulai dari pengambilan gutaperca dari saluran akar sampai
panjang yang diperlukan. Pengambilan harus hati-hati agar tidak menggangu
keharmonisan obturasi di apeks.
ii. Dilanjutkan dengan memperbesar dan membentuk saluran akar untuk ditempati
pasak.
iii. Sebagai patokan umum, diameter pasak tidak boleh lebih dari 1/3 diameter akar.
iv. Gutaperca harus tetap ada minimal sepanjang 4 mm di apeks.
v. Keberadaan gutaperca di daerah apeks harus diperiksa melalui radiograf
sebelum pasak disemenkan.
Aturan preparasi untuk pasak
1. Ukuran preparasi untuk pasak sebaiknya sepanjang mungkin dan tidak
mengganggu penutupan daerah periapeks.
2. Ruangan harus dipreparasi dengan hati-hati supaya tidak menyebabkan bahan
pengisi di daerah apeks terlepas.
3. Jika dipakai bahan pengisi kon perca, teknik seksional harus digunakan untuk
menyediakan ruang.
4. Hindari pemakaian bor dan reamer yang dijalankan dengan mesin yang akan
menembus dan mengait dentin serta akan menimbulkan preparasi dengan
undercut vertical yang tidak diinginkan, atau lebih parah lagi terjadinya
perforasi akar.
5. Jika mungkin, dataran oklusal gigi dipreparasi dengan bevel sirkumferensial
atau collar yang memungkinkan tumpatan tuangnya melingkupi gigi.
Beberapa pertimbangan untuk rancangan pasak dan preparasinya
78
Tujuan pasak intraradikuler adalah menyediakan retensi dan kekuatan bagi restorasi
di mahkota.
1. Jika preparasi pasak terlalu pendek, kemungkinan patahnya akar akan lebih
besar. Tekanan yang ada akan diterima mahkota dan pasak didesak ke akar
yang tidak ditunjang oleh tulang.
2. Jika preparasi pasak cukup panjang, tekanan yang ada akan diterima mahkota
akan tersebar ke seluruh akar yang berkontak dengan pasak. Sebagai
tambahan retensi pasak adalah proposional dengan kontak antara dataran luar
pasak dan dinding saluran akar. Untuk keperluan ini, panjang pasak lebih
penting dari lebarnya.
3. Jika preparasi pasak terlalu lebar, akar akan menjadi lemah dan kemungkinan
fraktur lebih besar. Preparasi yang terlalu lebarmungkin akan
mengakibatkanperforasi akar. Pasak yang pendek dan lebar sering
mengakibatkan fraktur akar.
4. Jika preparasi dan pasak sempit, kesukaran mungkin akan dijumpai untuk
mencetaknya dank arena fleksibilitas pasaknya, gigi tidak akan menjadi lebih
kuat.
Tahap Pemasangan I
79
80
81
physical
properties
dari
acid-base
permanent
luting
82
tuang yang menjadi satu. Bagian pasak memberikan kekuatan dan retensi, dan
bagian inti tidak dapat terlepas dari pasak.
Pasak inti tuang ini memungkinkan pembuangan dentin
terbesar dan lurus untuk tempat pasak; pasak yang 2-3 mm lebih pendek
dipasang pada saluran akar lainnya untuk menambah retensi dan mencegah
rotasi
83
III. CROWN
Konsep dan Prinsip
Kerapatan tepi mahkota (coronal seal) yang baik sangat diperlukan pada setiap
restorasi, dan hal ini akan mempengaruhi pemilihan material dan deain restorasi.
Pertimbangan dasar lain dalam mempertahankan gigi sebagai unit fungsional adalah
sebagai berikut :
1. Konservasi struktur gigi, dilakukan untuk mempertahankan fungsi gigi
2. Memperkuat struktur gigi, dengan meletakkan pasak ke dalam saluran akar
3. Retensi, dapat emnjadi masalah karena jaringan mahkota tinggal sedikit
4. Melindungi sisa jaringan gigi, penting untuk keberhasilan perawatan jangka
panjang
Perencanaan Restorasi Permanen
Pertimbangan dalam pembuatan restorasi permanen antara lain :
a. Fungsi yang dibutuhkan
b. Luas karies
c. Restorasi yang sudah ada
d. Kerusakan karena trauma
e. Faktor estetik
Rencana yang telah dibuat mungkin saja diubah setelah karies atau restorasi diankat
dan ruang pulpa telah dipreparasi.
Restorasi Direk
Restorasi yang langsung dimasukkan ke dalam kavitas (amalgam, resin komposit)
adalah jenis restorasi yang paling konservatif tetapi memerlukan jaminan bahwa
restorasi tersebut dapat melindungi gigi dari fraktur.
Indikasi restorasi ini meliputi :
a. Struktur gigi yang hilang tidak banyak
b. Prognosis yang tidak menentu, memerlukan restorasi semi-permanen yang
tahan lama
c. Mudah dan murah
Restorasi Indirek
84
Restorasi full crown merupakan restorasi yang kuat dan dapat melindungi
gigi dari kemungkinan fraktur mahkota-akar, tetapi pembuatannya banyak
mengambil sisa jaringan gigi dan cenderung menimbulkan kebocoran tepi.
Untuk retensinya, sisa jaringan gigi banyak dibuang dan memerlukan
pembuatan inti (mungkin juga pasak untuk retensi intinya).
2. Restorasi mahkota (tanpa pasak dan inti). Perlu dipertanyakan apakah gigi
setelah perawatan endodontik dapat direstorasi dengan mahkota tanpa pasak
85
86
87
2. Saluran akar diperbesar menggunakan Peeso reamer atau bur khusus yang
disediakan dengan pasak, sesuai dengan bentuk dan ukuran pasak. Sehingga
pasak akan muat secara pasif ke dalam saluran akar tanpa paksaan. Preparasi
dilakukan hingga panjang kerja pasak.
3. Jika saluran akar tidak dapat dipreparasi sesuai dengan bentuk pasak, maka
indikasinya adalah pasak custom-cast.
4. Konfirmasi dengan foto radiografi perlu dilakukan untuk menyesuaikan panjang
dan kedudukan pasak pada saluran akar.
5. Ujung pasak bagian insisal atau oklusal dipangkas (2-3 mm) dengan bur diamond
agar tidak mengganggu gigi antagonisnya, namun tetap dapat memberi dukungan
dan retensi terhadap bahan core.
6. Pasak lalu dikeluarkan, dan saluran akar diolesi semen menggunakan file atau
jarum lentulo. Semen bisa berupa GIC tipe 1 atau menggunakan teknik bonding
resin. Pasak sebelum dimasukkan kedalam saluran akar terlebih dahulu juga
dilapisi dengan semen.
7. Setelah itu, bahan core dapat ditumpatkan diatas pasak. Bila memungkinkan,
bahan core dibentuk sesuai dengan bentuk anatomis mahkota gigi dan restorasi
dapat selesai. Jika tidak, maka harus dibuatkan mahkota tiruan sehingga core
hanya sebagai basis.
Restorasi Sebagai Faktor Keberhasilan Dan Kegagalan
Kegagalan restorasi dapat menimbulkan banyak masalah, bahkan dapat
menyebabkan gigi terpaksa harus dicabut.
Ada dua alasan utama kegagalan restorasi yang secara langsung atau tidak
langsung menyebabkan kegagalan perawatan : kebocoran restorasi dan faktor
struktur
Kebocoran Restorasi
Terpajannya material pengisi pada cairan mulut melalui kebocoran tepi atau
karies sekunder akan menyebabkan larutnya semen saluran akar
Selanjutnya akan terjadi kontaminasi saliva dan bakteri pada system saluran
akar yang akhirnya dapat mencapai jaringan periapeks
88
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah hilangnya restorasi sementara setelah
perawatan endodonsi sebelum restorasi tetap dilakukan
Faktor Struktur
Kegagalan restorasi umumnya meliputi fraktur mahkota atau fraktur mahkota
sampai akar (gigi terbelah)
Rapuhnya gigi biasa terjadi karena banyaknya jaringan gigi yang terbuang
saat preparasi dan pasak yang terlalu besar.
Pertimbangan Restoratif Khusus
Perubahan Struktur pada Dentin
Kerentanan gigi pasca-perawatan endodonsi tidak dipengaruhi oleh perubahan
struktur dentin
Hilangnya Struktur Gigi
89
Tepi restorasi bebas dari karies rekuren atau kesalahan lain yang dapat
menyebabkan kebocoran mahkota
Restorasi Sementara
Teknik Peletakan :
Untuk semua jenis bahan restorasi kerapatannya tergantung ketebalan bahan, cara
pemampatan ke kavitas dan hubungannya dengan struktur gigi sehat maupun
retsorasi
Ketebalan min yang diperlukan 3-4 mm, lebih baik lg bila 4 mm atau lebih
Pada gigi anterior di daerah singulum diusahakan min 3mm di daerah singulum
Kavitas dan dindingnya harus kering, dan selapis kapas tipis diletakkan diatas
orifis agar saluran akar tidak tersumbat
Cavit atai IRM dimasukkan ke dalam kavitas selapis demi selapis mulai dari dasar
kavitas, ditekan ke dinding dan undercut. Kelebihan bahan dibuang dan
permukaan tumpatan dihaluskan dengan kapas basah
90
Gigi tdk boleh digunakan untuk mengunyah paling tidak selama satu jam
TERM dikemas dalam compule dan dapat langsung diinjeksikan kedalam kavitas,
dikondensasikan, dihalusakn dan disinar
Akibat tindakan ekstirpasi pulpa, terjadi perdarahan yang merupakan asal dari
fibrin clot pada apeks
Fibroblas (aktif dalam keadaan normal/patologis) dan sel lain dari jaringan
sekitarnya bergerak ke tengah lesi dan sekitar fibrin clot (jaringan baru ini disebut
jaringan granulasi/precursor to repair)
Beberapa hari setelah preparasi saluran akar, jaringan granulasi tumbuh pada
pulpo-periodontal complex
91
Terjadi aposisi sementum dan tulang alveolar, sebagai reaksi terhadap lisis
sewaktu radang periapeks dan karena dukungan ion Ca dan PO4 yang stabil
dalam serum dan CES
mukopolisakarida
merupakan
binding
material,
mengawali
mineralisasi/deposisi lipid
Reaksi immunologik jaringan periapeks disebabkan oleh interaksi antara
mikroorganisme dengan jaringan periapeks, yaitu PMN, lisosom, makrofag, limfosit,
sel plasma, antibodi, dan sistem komplemen
Evaluasi periodik
92
a) Infeksi
Semakin lama pulpa terekspose dengan cairan mulut, semakin parah infeksi,
sehingga jaringan ikat akan beregenerasi pada apikal saluran pulpa
Faktor ekstrinsik : tekanan pada agen infeksi harus lebih besar dari
jaringan sekitar (peningkatan tekanan diproduksi oleh eksudat inflamasi)
streptokokus
hemolitik),
memproduksi
93
b) Hemorrhage
c) Kerusakan jaringan
Butuh waktu lama bagi jaringan yang rusak untuk diperbaiki sel yang mati
dan rusak harus difagosit dan dibuang dari area sebelum perbaikan lengkap
Dalam 24 jam, PMN dapat diamati pada ligamen periodontal dan pada
sumsum tulang alveolar
Gigi yang ruang pulpanya sempit, aliran darahnya kurang lancar dari yang
ruang pulpanya lebar
94
e) Benda asing
Benda asing yang terdorong selama perawatan (debris bahan tumpat, bahan
PSA/obat sterilisasi saluran akar) merupakan iritan yang mengganggu proses
organisasi sel-sel jaringan selama penyembuhan
Ketika perbaikan terjadi, benda asing akan diselimuti oleh jaringan fibrosa.
Makrofag pada jaringan granulasi susah untuk membuang kelebihan guttap,
apalagi kon perak, sehingga resorpsi akar sering terjadi
f) Operator
Penyembuhan lebih cepat pada dewasa muda (fibroplasia mulai lebih awal),
perawatan endo biasanya gagal pada pasien usia 31-60 tahun, tapi tidak
kontraindikasi
b) Nutrisi
95
c) Penyakit kronik/menahun
Penyakit jantung :
- Bila riwayat penderita rheumatic heart fever, maka dikuatirkan terjadi
bakteremia selama perawatan, sehingga perlu antibiotik dan kemoterapi
96
e) Vitamin
g) Dehidrasi
Kematian sel karena dehidrasi, disebabkan oleh peningkatan kekentalan darah
sehingga sirkulasi ke perifer berkurang
h) Stress
Metabolisme tubuh terganggu, sehingga sel tidak bisa bekerja normal
Tanda-tanda penyembuhan jaringan/reaksi jaringan terhadap cedera :
1. Membentuk agen cedera
2. Mencegah perluasan cedera
3. Memperbaiki kerusakan akibat cedera
Kriteria histologi pada perbaikan :
97
Tanda mikroskopik : Jaringan dentin rusak diganti yang baru, begitu juga
dengan pulpa dan tulang.
Tanda radiografi :
-
Tanda mikroskopik :
-
98
3. Gagal
Tanda radiografi :
- Perluasan radiolusensi dalam ruang pulpa (resorpsi interna)
- Pelebaran jaringan periodontium
- Perluasan gambaran radiolusen daerah apikal
Tanda mikroskopik :
-
Sel-sel radang akut dan kronik dalam jaringan pulpa dan periapeks
Ada mikro-abses
99
100
101
Eksudasi radang
Bakteri yang segera rusak
Eksudat diserap
Kembali
Jaringan parut
normal
Sel permanen
Sel
diorganisasi
labil
Rangka utuh
Rangka rusak
Regenerasi ke
Jaringan parut
struktur normal
I. FARMAKOLOGI ENDODONTIK
DISINFEKSI SALURAN AKAR
Disinfeksi saluran akar merupakan pembinasaan mikroorganisme patogenik
dengan pengambilan jaringan pulpa dan pembersihan debris, pembersihan dan
pelebaran saluran akar dengan cara biokimiawi, dan pembersihan isinya dengan
irigasi. Disinfeksi saluran akar disertai dengan medikasi saluran akar.
Flora Saluran Akar
Flora mikrobial saluran akar mungkin terdiri dari organisme yang dapat hidup
pada jaringan pulpa mati, yaitu saprofit yang dapat tumbuh pada suatu lingkungan
dengan tegangan oksigen rendah, dan dapat bertahan dalam lingkungan dengan
makanan terbatas.
102
103
Fenol yang dicairkan (asam karbolik) terdiri dari 9 bagian fenol dan 1 bagian air,
dan mempunyai bau khas batu bara.
Merupakan racun protoplasma dan mneyebabkan nekrosis jaringan lunak.
Para-klorofenol
Kompoun ini adalah pengganti produk fenol dengan klorin menggantikan salah
satu atom hydrogen (C6H4HCl).
Laruran encer ini memusnahkan berbagai mikroorganisme yang biasanya
ditemukan dalam saluran akar yang terinfeksi dan masuk lebih dalam ke tubuli
dentin dibandingkan dengan klorofenol yang berkamfer.
Para-klorofenol berkamfer
Terdiri dari 2 bagian para-klorofenol dan 3 bagian kamfergam.
Kamfer berguna sebagai suatu sarana dan suatu pengencer serta mengurangi efek
mengiritasi yang dipunyai oleh para-klorofenol murni, serta memperpanjang efek
antimicrobial.
Uap klorofenol berkamfer lewat melalui foramen apikal dan mempunyai efek
iritasi sedang.
Formokresol
Bahan ini adalah kombinasi formalin dan kresol dengan perbandingan 1:2 atau
1:1.
Formalin adalah disinfektan kuat yang bergabung dengan albumin membentuk
suatu substansi yang tidak dapat dilarutkan dan tidak dapat menjadi busuk.
Formokresol adalah suatu medikamen bakterisidal yang tidak spesifik dan sangat
efektif terhadap organisme aerobik dan anaerobik yang ditemukan di saluran akar
akan tetapi bahan ini sangat mengiritasi dengan derajat tinggi.
Menyebabkan nekrosis yang bertahan sampai 2-3 bulan.
Glutaraldehida
Minyak yang tanpa warna agak larut dalam air dan mempunyai reaksi yang agak
asam dan juga merupakan disinfektan kuat dan fiksatif.
Pemberian dianjurkan dalam dosis rendah (2%) sebagai obat intrasaluran.
104
Cresatin
Juga dikenal sebagai metakresilasetat, bahan ini adalah sutu cairan jernih, stabil,
berminyak dan tidak mudah menguap.
Mempunyai sifat antiseptik dan meringankan rasa sakit. Efek antimicrobial
cresatin lebih kecil disbanding formokresol atau para-klorofenol berkamfer, tetapi
tidak begitu mengiritrasi.
Kalsium Hidroksida
Pengaruh antiseptiknya mungkin berhubungan dengan pH-nya yang tinggi dan
pengaruh melumerkan jaringan pulpa nekrotik.
Kalsium hidroksida menyebabkan kenaikan signifikan pH dentin sirkumpulpal
bila kompoun diletakan disaluran akar.
Pasta kalsium hdroksida paling baik digunakan sebagai suatu medikamen
intrasaluran bila ada penundaan terlalu lama antar kunjungan karena bahan ini
tetap manjur selama berada disaluran akar.
N2
Mengandung formaldehida sebagai unsure utamanya, dinyatakan baik sebagai
medikamen intrasaluran maupun sebagai siler.
Mengandung eugenol dan fenilmerkurik dan terkadang bahan-bahan tambahan
seperti timah hitam, kortikosteroid, antibiotika, dan minyak wangi.
Efek antibacterial N2 hanya sebentar dan menghilang kira-kira dalam waktu
seminggu atau sepuluh hari.
Halogen
Sodium Hipoklorit
Uap sodium hipoklorit bersifat bakterisidal sedangkan uap formokresol, paraklorofenol encer dan klorofenol berkamfer adalah bakteriostatik.
Karena aktivitas sodium hipoklorit hebat tetapi sebentar, kompoun ini lebih baik
diaplikasikan pada saluran akar tiap dua hari sekali dan bahan ini sedikit
mengiritasi.
Yodida
105
Pascatreatment
Non-Narcotic analgesic
o Penanganan endoodonic merupakan penanganan yang bersifat multifactorial
dan secara langsung ditujukan untuk mengurangi komponen peripheral dan
komponen
central
hyperalgesia
dengan
mengkombinasikan
perawatan
106
o Salah satu obat kelas utama untuk merawat endodontic (non-narcotic) adalah
NSAID (Non Steroid Anti Inflamatory Drugs) dan acetaminophen
o NSAID telah terbukti sangat sensitive dalam mengatasi sakit dari peradangan
o Meskipun obat ini diduga menghasilkan analgesia melalui mekanisme
peripheral, tetapi CNS juga diyakini
tambahannya
o Ibuprofen merupakan salah satu prototype dari NSAID yang memiliki catatan
yang baik akan efficacy dan profile yang aman
o Beberapa jenis NSAID lain yang menawarkan keuntungan lebih daripada
ibuprofen, mis : Etodolac, minimal dalam mengiritasi gastrointestinal.
Ketoprofen, lebih analgesic daripada
ibuprofen
o Pada tahun 1999 diperkenalkan selective inhibitor yaitu cyclooxygenase-2 yang
menawarkan keuntungan analgesic dan antiinflamasi dan mengurangi iritasi
pada iritasi GI
o NSAIDs lebih efektif daripada acetaminophen dan obat kombinasi opium.
Analgesik Opioid
Opioid adalah analgesik kuat dan pada kedokteran gigi sering digunakan dalam
kombinasi dengan asetaminofen, aspirin, atau ibuprofen.
107
Opioid juga mengaktivasi reseptor opioid perifer dan injeksi morfin intraligamen
telah terbukti mengurangi rasa sakit secara signifikan pada kasus endodontik dan
berbagai rasa sakit inflamasi lainnya.
Walaupun opioid efektif untuk rasa sakit sedang sampai parah, penggunaannya
dibatasi karena efek sampingnya: mual (nausea), muntah (emesis), pusing
berputar (dizziness), mengantuk (drowsiness), dan berpotensi terjadinya depresi
pernapasan dan konstipasi.
Karena itu, opioid selalu digunakan dalam kombinasi sehingga dalam dosis yang
lebih rendah, efek sampingnya pun akan berkurang.
Peran Kortikosteroid dalam Pencegahan Rasa Sakit Pasca Endo dan Flare-Up
Rasa sakit pasca endo dan flare-up disebabkan karena inflamasi atau infeksi, atau
keduanya, pada jaringan periradikular.
Hal ini bisa terjadi karena masuknya bakteri, produk bakteri, jaringan pulpa
nekrotik, atau cairan irigasi yang caustic (membakar/korosif) ke jaringan
periradikular melalui foramen apikal pada prosedur perawatan endo yang tidak
benar.
108
Sebagai respon terhadap iritasi ini, maka mediator inflamasi seperti prostaglandin,
leukotrin, bradikinin, PAF (platelet-activating factor), substansi P, peptida
intestinal vasoaktif, dan neuropeptida lain dilepaskan ke jaringan di sekeliling
apikal gigi.
Pada penelitian dengan tikus, setelah terjadi reaksi inflamasi akut pada molar
karena instrumen endodontik yang
Hasil
dari
berbagai
studi
pada
administrasi
kortikosteroid
sistemik
109
Karena bakteri terlibat pada kasus endodontik seperti periodontitis apikalis, maka
sepertinya masuk akal untuk memberi antibiotik profilaktik untuk mencegah
terjadinya infeksi pasca endo atau flare-up.
Farmakodinamik
110
a. Efek Analgesik
PG hanya berperan pada nyeri yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
inflamasi. PG menyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi
mekanik dan kimiawi menimbulkan hiperalgesia. Kemudian mediator
kimiawi seperti bradikinin dan histamin merangsangnya dan menimbulkan
efek yang nyata.
Obat mirip aspirin hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah
sampai sedang dan efektif terhadap nyeri yang barkaitan dengan inflamasi.
Efek analgesiknya jauh lebih lemah dibandingkan dengan analgesik opiat, tapi
obat ini tidak menimbulkan ketagihan dan tidak menimbulkan efek samping
sentral yang merugikan. Obat ini hanya mengubah persepsi modalitas sensorik
nyeri, tidak mempengaruhi sensorik lain.
b. Efek Antipiretik
Keadaan patologik diawali dengan penglepasan suatu zat pirogen endogen atau
sitokin seperti Interleukin-1 (IL-1) yang memacu pengelepasan PGE2 yang
berlebihan di daerah preoptik hipotalamus sehingga menimbulkan demam.
Obat mirip aspirin akan menurunkan suhu badan hanya pada keadaan demam.
Obat ini menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesis PG.
c. Efek Anti Inflamasi
PGE2 dan PGI2 (prostasiklin) dalam jumlah nanogram menimbulkan eritem,
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah lokal.
Migrasi leukosit ke jaringan radang merupakan aspek penting dalam proses
inflamasi.
Obat mirip aspirin akan menghambat sintesis PGE2 dan PGI2 sehingga
menekan proses peradangan.
Efek Samping
Iritasi lokal lambung yang menimbulkan difusi kembali asam lambung ke mukosa
dan menyebabkan kerusakan jaringan.
111
morfin
terhadap
modalitas
nyeri
yang
tidak
tajam
dan
112
Jenis anestesi
Injeksi alveolaris inferior sampai baal bibir, injeksi ligamen
periodontium dan intrapulpa (10-20 menit), pengeluaran jaringan
Anterior mandibula
pulpa.
Injeksi alveolaris inferior, infiltrasi labial diatas apeks gigi
sebelum injeksi ligamen periodontium, setelah pulpa terbuka,
Posterior maxilla
injeksi intrapulpa.
Infiltrasi bukal 3,6ml, injeksi alveolaris posterior superior, jika
113
Hal ini, tidak hanya menyediakan anestesi pada saat perawatan, tetapi juga
menunda permulaan rasa sakit pasca endo.
Penggunaannya dengan injeksi blok, dapat mereduksi rasa sakit pasca endo
selama 2-7 hari karena blokade (barrage) aferen dari nosiseptor dapat
menginduksi central hyperalgesia.
Manfaat analgesiknya lebih besar pada penggunaan dengan injeksi blok dibanding
injeksi infiltrasi. Perlu juga diperhatikan efek sampingnya
114
Frekuensi bakteremia juga tergantung pada praoperatif oral sepsis, level trauma,
dan besar luka pada jaringan.
Sebelum
dilakukan
anastesia
dental
tidak
dianjurkan
menghentikan
Efek anastesi lokal pada pembuluh darah kompleks dan sangat bergantung pada
dosis. Kelebihan dosis dapat mempengaruhi peredaran darah peripheral dan dapat
menyebabkan dilatasi arteriol dan hipotensi profunda.
115
Dengan adanya vasodilatasi, maka tekanan darah akan turun dan kerja jantung
juga turun.
Namun, jika terjadi bleeding berlebihan, maka obat koagulan yang aman dengan
hipertensi (Adona AC atau Transamin) diperlukan untuk menghentikan
pendarahan.
116
117
(0.018 - 0.036 mg) masih aman digunakan oleh pasien hipertensi dengan catatan
bahwa tekanan darahnya tetap harus dimonitor setiap menit atau paling tidak seiap 5
menit.
118
BAB III
PROBLEM SOLVING APPROACH
I. Gathering Information (Pengumpulan Informasi)
Pasien Tukul (41 thn) :
-
OH buruk
Dari pemeriksaan intraoral Tukul (41 Thn) terlihat regio yang dikeluhkan
sakit adalah regio kanan bawah, yaitu regio 4
Pada elemen 4.6 terdapat kavitas pada bagian oklusal yang baru mencapai
email dengan outline yang irregular
Pada elemen 4.7. terdapat kavitas pada bagian disto-proksimal dengan outline
irreguler.
Radographic examination :
A. Persiapan interpretasi
a. Elemen yang diperiksa : 4.7 dan 4.8
b. Evaluasi mutu :
1. Objek tercakup seluruhnya di tengah radiograf
2. Kontras, detail, dan ketajaman kurang baik
3. Daerah interdental terlihat jelas
119
General view
1. Gigi :
-
Saluran akar bagian mesial salah satu gigi tidak terlihat, pada
gigi lain kedua saluran akarnya tidak terlihat
2. Jaringan periodontal :
-
Perbandingan mahkota akar 1:1 pada salah satu gigi dan 1:2
pada gigi yang lain
3. Tulang rahang :
-
120
perubahan
b. Akar :
-
c. Kamar pulpa :
-
d. Saluran akar :
-
pada akar distal terlihat normal, namun pada 1/3 apikal tidak
terlihat
2. Jaringan periodontal
a. Alveolar crest :
Tinggi
Bentuk
Tulang kortikal:
Mesial
Normal
normal
Distal
Mengalami penurunan
normal
Tidak terlihat
Tidak terlihat
ada/tidak
kontinuitas
outline
tebal / kepadatan
121
b. Tulang cancelous :
-
Mesial
Pola tidak normal
Medial
- Pola tidak normal
Distal
Pola tidak normal
Mengalami peningkatan
- mengalami
Mengalami peningkatan
densitas
peningkatan densitas
c.
Lamina dura :
Mesial
Lateral
Medial
Tidak terlihat Tidak terlihat
Tidak terlihat Tidak terlihat
Tidak terlihat Tidak terlihat
1/3 servikal
1/3 tengah
1/3 apikal
d.
densitas
Distal
Lateral
Medial
normal
normal
normal
normal
Tidak terlihat Tidak terlihat
Ruang periodontal :
Mesial
1/3 servikal
1/3 tengah
1/3 apikal
Lateral
Tidak terlihat
Tidak terlihat
Tidak terlihat
Distal
Medial
Tidak terlihat
Tidak terlihat
Tidak terlihat
Lateral
Normal
Normal
Tidak terlihat
Medial
Normal
Normal
Tidak terlihat
Perawatan
Hipertensi
Aetiology
122
sistemik
(hipertensi)
dihubungkan
dengan
rencana
perawatannya.
b) Periodonsi : OH buruk
IV. Diagnosis Kasus Tukul
Berdasarkan data kasus Tukul diatas, dapat disimpulkan bahwa Tukul
mengalami Pulpitis Akut Serosa. Dengan pertimbangan bahwa :
1. kondisi peradangannya sudah mencapai pulpa (ditandai dengan ujung tanduk
pulpa yang sudah terbuka)
2. rasa sakit yang hebat namun tidak kunjung reda meskipun sudah minum obat
pereda sakit. Artinya sakit yang diderita timbul secara spontan Pulpitis
Irreversibel akut.
123
124
2.
3.
4.
berwarna
kekuningan
hingga
putih.
Warna
ini
6.
125
7.
8.
126
untuk setiap saluran akar. Cairan irigasi yang keluar ditampung dengan
kapas.
o Preparasi kamar pulpa dengan bur diamendo
o Irigasi
o Menentukan letak orifis dengan sonde lurus
3. Preparasi saluran akar
-
Tentukan titik referensi pada daerah stabil, beri penanda karet pada
jarum endo sesuai panjng kerja
127
Dengan kon utama, spreader dapat masuk 2mm lebih pendek dari
panjang kerja
o Irigasi
4. Sterilisasi Ruang Pulpa
-
Ditujukkan pada kuman di saluran akar dan tubuli dentin atau ramifikasi
yang tidak dapat dicapai oleh saluran akar
128
agar dapat masuk ke tubuli dentin, setelah obat saluran akar diteteskan
pada butiran kaaps, segera dijepit dengan kapas gulung steril dan
diletakkan pada orifis.
5. Pengisian Saluran Akar
-
Tahap Pengisisan
o Pemilihan bahan pengisi utama dengan:
129
Setelah prosedur perawatan saluran akar telah selesai dilakukan maka tahap
perawatan berikutnya dalah perawatan pasca endo. Untuk perawatan pasca-endo yang
akan dilakukan untuk Tukul, yaitu : pasak profilaktik dengan amalgam core karena
pasien sudah kehilangan salah satu dinding proksimalnya, yaitu pada distal gigi 4.7.
Pasak ini berguna untuk memperkuat dan menyatukan akar dengan mahkota gigi
(menciptakan retensi) agar beban yang diterima mahkota dapat tersalur dengan
merata serta menghindari keretakan pada servikal gigi akibat tekanan oklusal yang
besar. Terlebih lagi beban oklusal gigi posterior tinggi.
Pemilihan penggunaan pasak profilaktik bergantung pada : (1) jaringan gigi
yang tersisa, (2) tekanan oklusi/artikulasi, (3) morfologi akar, (4) luas permukaan
leher gigi, dan (5) fungsi gigi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
perawatan pasak profilaktik adalah :
1. Panjang pasak yang digunakan adalah sampai 2/3 panjang saluran akar
(panjang pasak saluran akar ditambah 2 mm panjang pasak di mahkota)
2. Diameter pasak tidak melebihi 1/3 diameter terkecil akar pada jarak 5 mm
dari apeks.
3. Bahan pengisi saluran akar dibongkar menggunakan Gates Glidden drill atau
Peeso reamer nomor terkecil dengan tekanan ringan.
4. Restorasi setelah pemasangan pasak dilakukan seperti restorasi resin komposit
kelas 4 biasa.
VIII. Prognosis dan Evaluasi
Baik. Tergantung pada faktor-faktor selular dan vaskular. Pasien berumur 41
tahun, yang tergolong dewasa muda, dimana ruang pulpa belum menyempit dan
130
sirkulasi darah masih lancar. Selain itu, hanya sedikit daerah pada tanduk pulpa yang
merupakan daerah yang terinfeksi, sehingga proses penyembuhan dapat berjalan
cepat. Karena pasien memiliki riwayat hipertensi, maka sebelum dilakukan perawatan
endodontik, pasien dianjurkan mengkonsumsi obat anti-hipertensi (reserpin/
antagonis- / ACE-inhibitor) dan pada saat pemberian anastesi lokal sebaiknya tidak
digunakan agen anastesi dengan vasokonstriktor (anastesi non-adrenalin).
-
Evaluasi peningkatan OH
131
DAFTAR PUSTAKA
Pathways of the Pulp 8th edition, Stephen Cohen dan Richard C. Burns
Principles and Practice of Endodontics, Walton dan Torabinejad
Endodontics 3rd edition, C.Stock, R. Walker dan K. Gulabivala
Grossman L I., et al: Ilmu Endodontik Dalam Praktik, ed.11, Jakarta, EGC, 1995.
Walton R., Torabinejad M: Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsi, ed.2, Jakarta, EGC,
1998.a
132