Anda di halaman 1dari 10

At-Tahrir wa at-Tanwir : Dimensi Tafsir Kontemporer,

Sebuah Tinjauan Atas Metodologi Ibnu Asyur dalam


Tafsirnya
Muhammad Imam Asy-Syakir
A. Pendahuluan
Secara cepat manusia telah melangkah jauh di depan
generasi sebelumnya dengan perkembangan ilmu pengetahuan
yang pesat di awal-awal abad modern sampai sekarang.
Sehingga banyak fakta dan rahasia terkuak satu persatu, yang
mana sebelumnya tak tersentuh sama sekali.
Dampaknya tidak terkecuali merambat ke dalam ranah
disiplin ilmu tafsir al-Quran. Metode tafsir ar-rayu yang
sebelumnya murni penalaran dan kajian aspek kebahasaaan, kini
diberi nuansa baru berupa hasil-hasil penelitian ilmiah dalam
berbagai bidang keilmuan. Adapun ketepatan bukan esensinya,
namun inilah ikhtiar manusia yang berupaya menguak secara
mendalam kandungan ayat-ayat al-Quran, dalam berbagai
dimensi yang mampu dimasuki oleh akal manusia sehingga
memahami teks secara utuh dengan pemahaman yang
seimbang antara tekstual dan kontekstual ayat.
Sebagai salah satu buah zaman yang berharga, adalah
karya yang luar biasa dari mufasir kontemporer Muhammad
Thahir Ibnu Asyur yang insya Allah akan segera penulis coba
deskripsikan beberapa penggalan mengenai diri penulisnya dan
isi tulisannya.
Semoga Allah menaungi usaha-usaha mulia para mufassir
yang ikhlas dalam upaya mereka dan menitiskan kesadaran yang
tinggi kepada para pembaca tafsir akan berharganya karya-karya
para ulama tersebut.
B.

Setting Biografis Ibnu Asyur

1.

Potret Kehidupan Awal

Ibnu Asyur nama lengkapnya Muhammad Thahir (ke-II) bin


Muhammmad bin Muhammad Thahir (ke-I) bin Muhammad bin
Muhammad Syazili bin Abd al-Qadir bin Muhammad bin Asyur
al-Andalusiy at-Tunisiy. Mengenai tahun kelahiran beliau, penulis
mendapati ada perbedaan data,1 di antaranya, az-Zarkaliy dalam
al-Alaam, menyebutkan beliau lahir 1307 H/1909 M dan wafat
1 Perbedaan ini sebenarnya merupakan keraguan penulis, lantaran
dalam al-Alaam, az-Zarkaliy mencantumkan Ibnu Asyur dengan ada
tambahan Muhammad al-Fadlil bin Muhammad Thahir bin Asyur
(1327-1390 H/1909-1970 M).

pada 1390 H/1970 M.2 Sedang dari data lain disebutkan beliau
lahir pada bulan September tahun 1296 H/1879 M dan wafat
pada tahun 1393 H/1973 M.3 Tapi dari beberapa rujukan,
pendapat yang kedua yang lebih populer digunakan. Ibu beliau
adalah Fathimah binti asy-Syaikh al-Wazir Muhammad al-Aziz bin
Muhammad al-Habib Muhammad ath-Thayyib bin Muhammad
ibni Muhammad Buattaur.4
Keluarga besar Asyur sebenarnya berasal dari Andalusia,
lalu bermigrasi ke Tunisia dan menetap di sana setelah
sebelumnya singgah di Salaa daerah Maghrib.
2.

Situasi Sosio-Historis
Secara umum, potret kehidupan Ibnu 'Asyur terbagi menjadi
dua fragmen besar periode kehidupan. Pertama adalah era
penjajahan kolonial Perancis atas negara-negara maghrib Arabi
(Maroko, Al-Jazair, dan negerinya, Tunisia) yang berkisar antara
tahun 1881-1956. Sementara periode kedua adalah masa
kemerdekaan yang diraih rakyat Tunisia pada tahun 1956 sampai
1973, tahun dimana ia mangkat.5
Periode pertama kehidupannya, ditandai dengan berbagai
peristiwa besar di dunia islam seperti lemahnya otoritas
kekhalifaan Turki Ustmani atas negara-negara kekuasaannya.
Walhasil hal ini dimanfaatkan oleh negara-negara imperialis
Eropa untuk menancapkan kuku kekuasaannya atas negaranegara islam di Timur Tengah, termasuk Tunisia. Berusaha untuk
lepas dari penjajahan Perancis, tumbuhlah berbagai gerakan
perlawanan rakyat. Setidaknya, ada tiga faktor penting dalam
mendorong munculnya berbagai gerakan ini diantaranya adalah
pengaruh gerakan reformasi yang dicetuskan oleh Muhammad
Abduh di Mesir. Urwa al-wutsqa, majalah yang diasuh oleh Abduh
2 Lihat: az-Zarkaliy, al-Alaam (Maktabah Syamilah Ishdar 3.48).
3 Lihat: Adil Nuwaihid, Mujam al-Mufassirin, (Beirut: Muassasah
Nuwaihid Ats-Tsaqafiyyah, 1986), Jilid 2, hal. 541.
4 Ibnu Asyur, Kasyf al-Mughatha min al-Maani wa al-Alfadz al-Waqiah
fi al-Muwatha, (Kairo: Dar Salam, 2006). Hal. 7 (tentang biografi Ibnu
Asyur).
5 Informasi dan data yang penulis kutip disini berasal dari artikel yang
menyatakan beliau lahir pada tahun 1296 H/1879 M dan wafat pada
tahun 1393 H/1973 M yang mengutip dari Adil Nuwaihid dalam Mujam
al-Mufassirin.

berhasil memberikan pengaruh kuat kepada rakyat Tunisia untuk


bangkit melakukan perlawanan terhadap penguasa kolonial.
Kesadaran rakyat untuk melawan penguasa semakin kuat pasca
kunjungan Abduh ke Tunisia pada tahun 1884 dan 1903. Faktor
kedua yang membawa pengaruh besar pada arus perlawanan
rakyat Tunisia adalah pikiran-pikiran seorang reformis Tunisia,
Khairudin al-Tunisy, dimana dengan inisiatifnya ia berusaha
memajukan bangsanya lewat jalur pendidikan. Langkah-langkah
yang ditempuh al-Tunisy diantaranya adalah menebarkan ide
pembebasan lewat tulisan-tulisannya di berbagai majalah dan
mencetak buku-buku murah untuk disebarkan kepada khalayak,
dan mendirikan universitas Khalduniah dan al-Shadiqiah demi
mempelajari ilmu-ilmu modern. Sementara faktor ketiga adalah
konfrontasi secara langsung dengan pihak penguasa, yang
berujung pada terjadinya bentrok fisik antara pejuang Tunisia vis
a vis penguasa Perancis, seperti peristiwa Zalaj dan Teram tahun
1912, Revolusi Ibn Askar tahun 1915, munculnya embrio gerakan
niqabiah tahun 1924, dan muktamar nasional Tunisia tahun 1946
yang menuntut kemerdekaan penuh atas Perancis. Semua
pergolakan ini terus berlangsung sampai dengan proklamasi
kemerdekaan tahun 1956, yang menandai era baru kehidupan
berbangsa dan bernegara rakyat Tunisia.
Pasca kemerdekaan yang ditandai dengan naiknya Habib
Borgouiba sebagai presiden, terjadi banyak perubahan besar di
wajah Tunisia. Dengan dalih mengejar ketertinggalan negaranya
dari negara-negara maju, Borgouiba aktif melakukan kampanye
sekulerisasi dimana-mana dan mengklaimnya sebagai satusatunya jalan untuk membawa negara kearah kemajuan. Islam
disisihkan dari gelanggang politik, bahkan dari ruang publik.
Imbasnya, syiar keagamaan nyaris tak nampak dalam kehidupan
keseharian. Kecuali dalam ritual-ritual resmi seperti salat Jumat
atau peringatan hari-hari besar agama.. Di sisi lain, tradisi Barat
dijadikan satu-satunya prototype ideal yang layak diikuti. Atas
nama HAM dan kebebasan, potret Islam yang liberal, humanis
serta penuh kompromi, mulai dikembangkan dan materi HAM
menjadi salah satu bahan pelajaran utama di semua lembaga
pendidikan.
3.

Posisi Intelektualnya
Di tepi pantai utara dekat Ibukota Tunisia, Ibnu Asyur
dilahirkan pada tahun 1879 M dari rahim keluarga mulia pecinta
ilmu. Ibnu Asyur memulai pendidikannya di usia enam tahun
dengan belajar al-Quran dan menghapalkannya dibawah asuhan
Sheikh Muhammad al-Khiyari. Kemudian dilanjutkan dengan
mempelajari matan ajrumiah dalam bidang nahwu dan kitab-

kitab fikih mazhab Maliki. Tahun 1893 M belajar di perguruan


tinggi Zaitunah, institusi pendidikan tinggi islam tertua di wilayah
Maghribi yang sudah eksis sejak abad 8 M. Disana ia belajar ulum
al-quran, hadist, fikih, ushul, sejarah, bahasa dan lain
sebagainya, disamping ia juga mendalami bahasa Perancis,
bahasa resmi yang digunakan pemerintah kolonial Perancis di
Tunisia ketika itu. Ketika selesai dari Zaitunah yang ditandai
dengan mendapat ijazah tathwi ia meneruskan belajar pada
Menteri besar Tunis, sheikh Aziz Benashur, Shaik alIslam
Mahmud Benhojah, salah satu pembesar madzhab Hanafi di
Tunis, sheikh Salim Bouhajib seorang ulama besar Maliki, dan
sheikh Umar Ahmad, Imam besar mazhab Maliki. Dari sekian
banyak gurunya, keempat guru tersebutlah yang paling banyak
memberikan pengaruh penting dalam dinamika intelektual Thahir
bin Asyur.6
Sementara karir akademis Thahir bin 'Asyur dimulai dengan
menjadi tenaga pengajar di almamaternya, Zaitunah pasca
mendapatkan ijazah tathwi tahun 1899 M, dilanjutkan dengan
keberhasilannya lulus menjadi ulama tabaqat ats-tsaniah tahun
1903 M, lalu menjadi dosen di madrasah al-shadiqia pada 1904
M, naik pangkat sebagai ulama thabaqat al-ula tahun 1905 M,
menjadi anggota majelis reformasi anggota pendidikan dan
majelis auqaf, menjadi hakim agung mazhab Maliki tahun 1923
M, kemudian dilanjutkan dengan menjabat sebagai mufti besar
wilayah Tunisia setahun sesudahnya. Selain berperan aktif dalam
belantika dunia pendidikan di negerinya, ia juga aktif mengikuti
berbagai
seminar
dan
workshop
Internasional,
seperti
partisipasinya sebagai seorang peneliti di majma lughah
al-arabiah (Pusat Studi Bahasa Arab) di Damaskus dan Kairo.
Pengabdian dan posisi yang beliau raih di berbagai bidang,
seperti di bidang pendidikan dan agama tidak didasari material
oriented tetapi didasari oleh risalah amanah yang mesti dia
pikul.7
Syaikh-syaikh yang beliau jadikan guru antara lain:
1. Syaikh Abdulqadir at-Tamimiy, dalam ilmu tajwid, qiraah
(khususnya riwayat Qalun)
2. Syaikh Muhammad an-Nakhliy, darinya ia belajar kitab
ulum al-wassail (al-Qathr), al-Makudiy ala al-Khulashah,
6 http://kopiitunikmat.blogspot.com/2010/09/rekonstruksi-maqashid-alsyariah-dalam.html

7 Mani Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif


Metode Para Ahli Tafsir, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006). Hal.
313.

3.

4.

5.

6.
7.
8.
9.

Muqaddimah al-Irab tentang Nahwu, Mukhtashar as-Sad


tentang Balaghah, at-Tahdzib tentang Manthiq. Mengenai
Ushul Fiqh, dengan dirasah al-Hithab terhadap al-Waraqat,
at-Tanqih karya al-Qurafiy, dan dalam fiqh Malikiy dengan
kitab Miyarah ala al-Mursyid, dan Kifayah ath-Thablib ala
ar-Risalah.
Syaikh Muhammad Shalih asy-Syarif kepadanya beliau
membaca kitab Khalid al-Azhariyah, al-Qathru (Ibnu
Hisyam), al-Makudiy ala al-Khulashah tentang Nahwu, asSulam tentang Manthiq, Mukhtashar as-Sadi ala al-Aqaaid
an-Nasafiyah tentang ilmu Aqidah, dan at-Tawadiy ala atTahafiyah tentang Fiqh.
Syaikh Umar bin Asyur, darinya beliau belajar kitab
Lamiyah al-Afaal dan syarahnya tentang sharaf, Taliq adDamaminiy ala al-Mughni (Ibnu Hisyam) tentang Nahwu,
Mukhtashar as-Sadi tentang balaghah, ad-Dardir tentang
Fiqh, dan ad-Durrah tentang Faraidl.
Syaikh Muhammad an-Najjar asy-Syarif, beliau belajar kitab
al-Makudiy ala al-Khulashah tentang Nahwu, Mukhtashar
as-Sadi tentang balaghah, al-Mawaqif tentang ilmu kalam,
al-Baiquniyyah atau Gharamiy Shahih tentang Mushthalah
hadits.
Syaikh Muhammad Thahir Jafar
Syaikh Ahmad Jamaluddin
Syaikh Muhammad Shalih asy-Syahid
Syaikh Muhammad al-Arabiy ad-Duraiy8

4.

Karya-karyanya
Sepanjang puluhan tahun pengembaraan intelektualnya,
Ibnu 'Asyur banyak melahirkan karya-karya ilmiah, baik berupa
syarah (penjelasan) atas karya cendekiawan lain, tahqiq
(komentar), kumpulan syair, dan buku-buku ilmiah.; dan banyak
lagi buku-buku karyanya, termasuk manuskrip, catatan pribadi,
ceramah dan makalah-makalah ilmiah yang masih tercecer dan
belum dibukukan. Berikut di antra beberapa karya Thahir bin
'Asyur:
1. Alaisa ash-Shubh bi Qarib
2. Maqashid asy-Syariah al-Islamiyah
3. Ushul an-Nizham al-Ijtima i fi al-Islam
4. at-Tahrir wat-Tanwir (Tahrir al-Mana al-Sadid wa Tanwir al-Aql
al-Jadid min Tafsir al-Kitab al-Majid).
5. Kasyf al-Mughatha min al-Maani wa al-Alfadz al-Waqiah fi alMuwatha,
8 Ibnu Asyur, Kasyf al-Mughatha....

6. Naqd ilmi likitab al-Islam wa Ushul al-Hukm


7. al-Waqfu wa atsaruhu fi al-Islam
8. Uslul al-Insyai wa al-Khithabah
9. Mujiz al-Balagah
10. Hasyiyah ala al-Qathr
11. Syarh ala Burdah al-Busyiri
12. al-Gaits al-Ifriqi
13. Hasyiyah ala al-Mahalli ala jam al-Jawami
14. Hasyiyah ala Ibn Said al-Usymuni
15. Hasyiyah ala Syarh al-Isham li Risalati al-Bayan
16. Taliq ala ma Qaraahu min Shahihi Muslim9
C.

Tafsir At-Tahrir wa at-Tanwir dan Metodologinya


Beliau memang telah lama mempunyai keinginan untuk
menulis tafsir, sebagaimana ucapannya, Salah satu cita-citaku
yang terpenting sejak dulu adalah menulis sebuah tafsir alQuran yang komprehensif untuk kemashlahatan dunia dan
agama.10
Beliau mengomentari tafsir-tafsir yang telah ada, bahwa
kebanyakan hanya memindahkan satu tafsir dari tafsir lainnya.
Dalam hal ini dia berkata, Tasir-tafsir yang ada, meskipun
banyak sering kali hanya berupa penambahan keterangan tafsir
sebelumnya. Tidak ada peranan dari penulis tafsir selain meresume (talkhis) atau mengomentari (syarh/tathwil) tafsir-tafsir
sebelumnya.11
Kitab tafsir ini memuat tiga puluh juz al-Quran, yang terdiri
menjadi 30 jilid dalam cetakan Dar at-Tunisiah tahun 1984. Kitab
tafsir ini diawali dengan muqaddimah yang berharga, lantaran
Ibnu Asyur menulis berbagai tema seputar tafsir diantaranya:
1. Tafsir dan Tawil, serta Tafsir Ilmu.
2. Istimdad Ilm at-Tafsir
3. Keabsahan Tafsir selain bi al-Matsur, Mana Tafsir bi arRayi dan yang semisalnya.
4. Fima yahiqqu an Yakuna Ghardl al-Mufasir
5. Asbab an-Nuzul
9 Lihat: http://ukhuwah-nias24.blogspot.com/2009/02/tafsir-at-tahwir-wa-attanwir-ibnu.html dan http://haanadza.blogspot.com/2008/03/biografi-ibnasyur-penulis-tafsir-at.html

10 Mani Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir:


11 Mani Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir:...

6. Al-Qiraaat
7. Qishash al-Quran
8. Fi Ismi al-Quran wa Aayatih wa Suwarih wa Tartibiha wa
Asmaiha
9. Fi Anna al-Maaniy allatiy tatahamaluha jumalul Quran
tatabiru muradah biha.
10.
Ijaz al-Quran
Kitab-kitab tafsir yang dijadikan rujukan oleh Ibnu Asyur,
antara lain:

al-Kasysyaf, karya az-Zamakhsyariy


al-Muharrar al-Wajiz, karya Ibnu Athiyah
Mafatihul Ghaib, karya Fakhruddin ar-Raziy
Tafsir al-Baidlawiy yang merupakan ringkasan tafsir alKasysyaf dan Mafatihul Ghaib.
Tafsir asy-Syihab al-Alusiy.
Komentar-komentar ath-Thaibiy, al-Qazwainiy, al-Quthb,
dan at-Taftazaniy atas al-Kasysyaf.
Komentar al-Khafajiy atas tafsir al-Baidlawiy.
Tafsir Bani Saud
Tafsir al-Qurthubiy
Tafsir Syaikh Muhammad ibnu Attiyah at-Tunisiy dari
penulisan muridnya, al-Ubay.
Tafsir al-Ahkam
Tafsir al-Imam Muhammad bin Jarir ath-Thabariy
Kitab Durrat at-Tanzil, yang diduga karya Fakhruddin arRaziy atau kadang diklaim sebagai milik ar-Raghib alAsfahaniy.
Tafsir Ibnu Asyur ini merupakan sebuah tafsir kontemporer
yang memiliki ciri khas tersendiri dalam paparannya terhadap
penafsiran ayat-ayat Al-Quran. Ibnu Asyur mengungkapkan
dalam pendahuluan tafsirnya, Saya benar-benar berusaha
menampilkan dalam tafsir Al-Quran hal-hal langka yang belum
digarap oleh ulama tafsir sebelumnya. Menempatkan diri sebagai
penengah perbedaan pendapat ulama yang pada satu waktu
sepaham dengan salah satunya dan pada waktu lain
berseberangan pendapat dengan alasan tersendiri. Dalam tafsir
ini, saya berusaha mengungkap setiap i'jazul Quran, nilai-nilai
balaghah yang terkandung dalam sebuah kalimat Al-Quran serta
menjelaskan uslub-uslub penggunaannya.
Beliau menjelaskan hubungan antara satu ayat dengan ayat
lainnya, terutama antara satu ayat dengan ayat sebelum dan
sesudahnya. Sebagaimana Al-Quran telah didesain dengan
sangat luar biasa, memiliki susunan yang unik namun tetap

memiliki ketersambungan antara satu ayat dengan ayat lain.


Tidak melewatkan satu surat pun dalam Al-Quran kecuali
berusaha menjelaskan secara lengkap setiap maksud yang
terkandung di dalamnya secara utuh. Tidak sebatas menjelaskan
makna setiap kata dan kalimatnya saja secara parsial, melainkan
merangkai kembali makna tiap kata dan kalimat yang telah
diurai terpisah menjadi satu tujuan atau maksud yang diusung
oleh setiap ayat maupun surah Al-Quran.
Dalam metode pemaparan tafsir ini, tidak terlewatkan
penjelasan secara gamblang dan rinci tinjauan bahasa setiap
kata dalam Al-Quran, menyimak hikmah dari pemilihan kata
yang digunakan sampai kepada sisi gramatikal setiap kalimat.
Secara spesifik menilik setiap Al-Quran dari kacamata ilmu
nahwu dan tashrif, turut melengkapi posisi i'rab dari penggalan
kata-kata Al-Quran.
D. Contoh Penafsirannya
Surat al-Mudatstsir (ayat 1-2)

.
.

Hai orang yang berkemul (berselimut). bangunlah, lalu berilah


peringatan!
Sebelum menafsirkan 2 ayat pertama dalam surat alMudatstsir tersebut, Ibnu Asyur terlebih dahulu mengapersepsikan bahasannya dengan menuturkan maksud-maksud
yang terdapat dalam surat. Setelah itu barulah beliau
menafsirkan ayat satu persatu yang lazim beliau mulai dengan
deskripsi bahasa.
Al-Mudatstsir adalah isim fail dari tadatstsara, yang
bermakna mengenakan selimut (ad-datsaar). Kata ini berasal dari
mutadatstsir, yang di-igham-kan ta kepada dal supaya
mempermudah dalam pengucapannya.
Penyebutan
orang
yang
berselimut
(al-mudatstsir)
merupakan bentuk hakikat (harfiah), tapi ada juga yang
berpendapat itu adalah majaz, yakni orang yang berselimut
kenabian.
Perintah bangkit (al-qiyam) disini bukan menunjukkan
perbuatan nabi secara hakiki, lantaran pada saat tu kondisi nabi
tidak sedang tidur atau berbaring. Serta bukan pula perintah
bangkit dan berdiri dengan kedua kaki seperti biasa, melainkan

perintah untuk bersegera, menghadap, mencari dan memberi


peringatan sebagai maksud dari ungkapan majazi atau kinayah.12
Surat Al-Alaq (1-5)

.








.




.

Ketika menafsirkan surat ini, beliau mengawali bahasan


dengan menuturkan beberapa hal, antara lain:
Berkenaan dengan penamaan surat, surat ini ada yang
menamai dengan al-Alaq, surat iqra, surat al-Qalam, dan surat
iqra bismi rabbika alladzi khalaq. Surat ini Makkiyyah berdasar
kesepakatan. Surat ini juga merupakan yang pertama diturunkan
sebagaimana ditegaskan dalam hadits-hadits shahih secara jelas.
Jumlah ayatnya, menurut hitungan ahli Madinah dan Mekkah
ialah 20 ayat, sedangkan menurut ahli Syam 18 ayat, sedang
menurut ahli Kufah dan Bashrah 19 ayat.
Setelah itu, Ibnu Asyur melanjutkan dengan menyebutkan
tujuan-tujuan atau maksud-maksud dalam surat, diantaranya:
Pengajaran kalam al-Quran serta bacaannya kepada
Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam, yang
ketikabeliau tidak mengenal bacaan (seperti itu)
sebelumnya.
Isyarat kepada
Wal-Llahu alam bi ash-Shawab
Daftar Pustaka
Mani Abd Halim Mahmud. 2006. Metodologi Tafsir: Kajian
Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir. Jakarta. PT
RajaGrafindo Persada.
Ibnu Asyur. 2006. Kasyf al-Mughatha min al-Maani wa al-Alfadz
al-Waqiah fi al-Muwatha. Kairo. Dar Salam.
Ibnu Asyur. 1984. at-Tahrir wa at-Tanwir. Tunisia. Daar atTunisiyah.

12 Ibnu Asyur, at-Tahrir wa at-Tanwir, (Tunisia, Daar at-Tunisiyah,


1984). Juz 29, hal. 294.

Situs/Internet:
http://ukhuwah-nias24.blogspot.com/2009/02/tafsir-at-tahwir-waat-tanwir-ibnu.html
http://haanadza.blogspot.com/2008/03/biografi-ibn-asyur-penulistafsir-at.html
http://kopiitunikmat.blogspot.com/2010/09/rekonstruksimaqashid-al-syariah-dalam.html
ada ulama yang berkomentar kepada tafsir ini? Posiif negatif?
Mengenai pendapat quraish syihab tentang jilbab. Disandarkan
pada pendapat itu asyur dalam ibnu asyur?

Anda mungkin juga menyukai