BPR atau Reengineering Proses Bisnis secara umum didefinisikan sebagai pemikiran ulang
secara fundamental dan mendesain ulang proses bisnis untuk meraih perbaikan dramatis
dalam ukuran performansi yang kritis seperti ongkos, servis dan kecepatan (Hammer dan
Champy, 1993). Kunci dari definisi diatas adalah fundamental, radikal dan dramatis, yang
membedakan reenginering dari metode perbaikan yang lain (continous improvement dan
benchmarking). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kertas
bersih.
BPR juga diketahui sebagai proses inovasi dan konstruksi ulang proses utama bisnis.
BPR terkadang di definisikan dengan nama-nama yang lain seperti: inovasi proses, rekayasa
proses utama, analisa proses kerja dan peningkatan proses.
Sasaran Business Process Reengineering (BPR)
Reengineering bisnis proses mempunyai sasaran antara lain sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Tahapan-Tahapan Reengineering
Tahapan-tahapan reengineering yang digunakan disini berdasarkan pendekatan kertas bersih
antara lain:
Tahap I : Mengembangkan pemahaman tingkat tinggi pada proses yang ada:
1
Prototyping
Prototyping adalah sebuah pendekatan untuk merancang sistem di mana suatu model kerja
yang disederhanakan dari suatu sistem dikembangkan.
Prototype memberikan ide bagi pembuat dan pemakai potensial tentang cara sistem berfungsi
dalam bentuk lengkapnya. Proses akan menghasilkan prototype (prototyping).
Adapun jenis-jenis Prototipe, yaitu :
Prototype jenis I, sesungguhnya akan menjadi sistem operasional. Langkah-langkah
pengembangannya adalah sebagai berikut :
Mengidentifikasi
Kebutuhan Pemakai
Mengembangkan
Prototipe
Prototipe
dapat
Tidak
diterima ?
Ya
Menggunakan
Prototipe
Prototype jenis II, merupakan suatu model yang berfungsi sebagai cetak biru bagi sistem
operasional. Langkah-langkah pengembangannya adalah sebagai berikut :
Mengidentifikasi
Kebutuhan Pemakai
Mengembangkan
Prototipe
Prototipe
dapat
Tidak
diterima ?
Ya
Mengkodekan Sistem
Operasional
Menguji Sistem
Operasional
Sistem
Tidak
dapat
Ya
Menggunakan Sistem
operasional
b.
Analis dapat bekerja dengan lebih baik dalam menentukan kebutuhan pemakai.
c.
d.
e.
Bersifat tergesa-gesa.
b.
c.
Prorotipe I tidak efisien terhadap sistem yang dikodekan dengan bahasa pemrograman.
d.
Risiko tinggi
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Pengembang memodifikasi sistem dalam menanggapi komentar pengguna dan kembali hadir
kepada mereka. Proses iteratif berlanjut sampai pengguna merasa system telah memenuhi
keinginan mereka. Pada dasarnya lebih mudah untuk mengekspresikan apa yang disukai atau
tidak suka daripada membayangkan apa yang diinginkan dalam suatu sistem. Bahkan sistem
yang sederhana yang tidak sepenuhnya fungsional menunjukkan fitur jauh lebih baik dari
grafis dan gaya.
Perusahaan yang menggunakan prototyping masih harus mengikuti perkembangan siklus
sistem. Tapi prototyping memungkinkan mereka untuk mempercepat beberapa analisis dan
desain. Sebagai contoh, prototipe menangkap kebutuhan pengguna dan membantu
pengembang dan pengguna membuat banyak keputusan desain konseptual dan fisik. Praktek
saat ini bersandar berat terhadap prototipe sehingga proyek dapat diselesaikan dengan cepat.
Perencanaan strategis
Manajemen proyek dan system
Model database
Tampilan layer dan laporan
Otomasisasi kode umum