Anda di halaman 1dari 21

MENGATASI PERMSALAHAN BELAJAR SISWA

KELAS VII SEMESTER I MELALUI KONSELING


EKLEKTIK DENGAN PRILAKU ATTENDING
Penelitian ini disusun untuk memenuhi persyaratan
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

DISUSUN OLEH :
MUH. SUFII, S.Ag

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK


SMP FUTUHIYYAH MRANGGEN DEMAK
2013

LEMBAR PENGESAHAN

MENGATASI PERMSALAHAN BELAJAR SISWA


KELAS VII SEMESTER I MELALUI KONSELING
EKLEKTIK DENGAN PRILAKU ATTENDING
( PTK di Kelas VII SMP Futuhiyyah Mranggen Demak )

Penelitian ini disusun untuk memenuhi persyaratan


Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Disusun Oleh :
MUH. SUFII, S.Ag

Disyahkan di : Demak
Tanggal
: 09 September 2014
Pengawas SMP
Kecamatan Mranggen

Kepala Sekolah
SMP Futuhiyyah

SLAMET, S.Pdi
NIP.

H. ABDULLAH ASHIF, LC
NUPTK. 6247739640200023

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah , puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang
telah memberi berbagai kenikmatan kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan
Karya Tulis, berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, tepat sesuai dengan
target.
Permasalahan yang timbul dalam keseharian ketika penulis mengajar,
memberikan inspirasi bagi terlaksananya Penelitian Tindakan Kelas ini.
Dengan segala keterbatasan dan wawasan yang penulis miliki, penulis sangat
sadar sekali bahwa Karya Tulis sederhana ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu penulis berharap adanya masukan berupa kritik dan saran yang
konstruktif dari berbagai pihak bagi perbaikan penulisan sejenis kedepannya.
Dan kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian
ini penulis ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya, terutama kepada
keluarga tercinta, istri dan anak tercinta, yang terus menerus menjadi motivator
dan inspirator kebaikan dan kemuliaan. Semoga mereka menjadi hamba-hamba
Allah SWT yang istiqamah, dan kepada sahabat-sahabat semoga kebaikan sahabat
di balas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Amin.
Terakhir, penulis berharap bahwa karya tulis sederhana ini bisa memberi
inspirasi kepada semua pihak terutama sahabat-sahabat saya, guru penjas orkes di
manapun, yang kebetulan membaca karya tulis ini. Amin.

Mranggen, 05 September 2014


Hormat

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
1.3. Pemecahan Masalah................................................................................... 2
1.4. Tujuan Umum dan Tujuan Khusu.............................................................. 3
1.5. Manfaat...................................................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORI.................................................................................. 4
2.1. Belajar........................................................................................................ 4
2.2. Efektivitas Belajar..................................................................................... 5
2.3. Media Belajar............................................................................................. 6
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat, Waktu dan Jumlah Siswa............................................................. 7
3.2. Indikator Efektivitas belajar...................................................................... 7
3.3. Gambaran Umum Penelitian ..................................................................... 8
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian.......................................................................................... 11
4.2. Pembahasan............................................................................................... 12
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan................................................................................................ 18
5.2. Saran.......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap orang sepakat bahwa pendidikan adalah investasi hidup yang paling
berharga. Melalui pendidikanlah upaya mencetak Sumber Daya Manusia yang
berkualitas, beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
luhur dan berkemampuan tinggi akan dapat dicapai. Sebagaimana diamanatkan
dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Salah satu yang tersurat secara implisit dalam penyelenggaraan pendidikan
menurut UUSPN yaitu melalui kegiatan bimbingan yang lazim dikenal dengan
istilah Bimbingan dan konseling. Keberadaan Bimbingan dan Konseling di
sekolah memberikan dampak positif yang amat besar terhadap perkembangan
pendidikan dan pribadi siswa, hal ini mengingat banyaknya permasalahan belajar
yang dialami siswa. (Ahmadi, Abu & Supriono,Widodo. 2004 : 16)
mengemukakan permasalahan belajar yang dihadapi siswa antara lain:
1. Siswa mengalami kesulitan dalam mempersiapkan kondisi fisik dan psikisnya.
2. Siswa tidak dapat mempersiapkan bahan dan peralatan sekolahnya.
3. Sarana dan prasarana di perpustakaan kurang menunjang.
4. Peralatan di laboratorium kurang lengkap, sehingga tidak dapat memberikan
pelayanan yang sesuai dengan pelajaran.
5. Siswa tidak mempunyai keberanian untuk menyampaikan pertanyaan atau
pernyataan dalam proses pembelajaran.
6. Siswa sering melanggar kedisiplinan kehadiran di sekolah, misalnya sering
datang terlambat, sering tidak masuk sekolah, berbicara kotor, /over acting/ ketika
belajar.

7. Malas mencatat mata pelajaran.


8. Tidak menindak lanjuti proses belajar mengajar.
9. Tidak bergairah atau termotivasi dalam belajar.
10. Siswa tidak melaksanakan belajar, dan diskusi kelompok.
11. Tidak bergairah dalam melaksanakan tugas atau latihan mata pelajaran.
12. Siswa malas berkonsultasi dengan guru
Dalam praktiknya penanganan masalah-masalah siswa di atas dalam kerangka
bimbingan dan konseling diselesaikan melalui konseling individu maupun
konseling kelompok. Berbagai teori dikemukakan oleh para ahli mengenai
pendekatan atau teknik yang digunakan oleh konselor ketika proses konseling
berlangsung.
Pada dasarnya pendekatan/teknik konseling itu dibagi tiga (Moh. Surya : 1988).
yaitu : teknik konseling direktif, non-direktif dan Eklektif. Teknik Konseling
Eklektif merupakan penggabungan dua teknik Konseling Direktif dan Non
Direktif Peneliti memadukan kebaikan dua teknik konseling tersebut,
mengembangkan dan menerapkan dalam praktek sesuai dengan permasalahan
belajar siswa dengan berorientasi pada teknik hubungan antara konselor dengan
klien yaitu Teknik Eklektif dengan Perilaku Attending, yang dalam hal ini
dilakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul Mengatasi Permsalahan
Belajar Siswa Kelas Vii Semester I Melalui Konseling Eklektik Dengan Prilaku
Attending
1.2. Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah identifikasi masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Prestasi belajar rendah,
2. Kurang minat belajar,
3. Pelanggaran tata tertib,
4. Membolos, sering terlambat, bertengkar, sulit beradaptasi, pemalu, penakut,
menyendiri, berbicara kotor, dan berperilaku kasar

1.3 Batasan Masalah dan Rumusan Masalah


Batasan masalah dalam PTK ini yaitu :
1. Bagaimanakah pengaruh teknik Konseling Eklektif dengan PerilakuAttending
dalam mengatasi permasalahan siswa?
2. Bagaimanakah pengaruh teknik Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending
guru selaku konselor dalam peningkatan prestasi siswa
Pemecahan masalah yang dilakukan guru berupa tindakan :
1. Langkah-langkah konseling dengan Perilaku Attending
2. Pengentasan permasalahan siswa
3. Peningkatan hasil prestasi siswa
4. Mengamati pengaruh konseling Eklektif dengan Perilaku Attending
terhadap gairah belajar siswa dan prestasi belajar siswa.
1.4. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Teoritik
Tujuan teoritik penelitia tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui pengaruh
teknik konseling Eklektif dengan penbdekatan attending dalam peningkatan
semangat belajar, tanggung jawab siswa sebagai pelajar, mengentaskan
permasalahan belajar siswa, serta meningkatkan kemampuan guru untuk
membimbing siswa.
2. Tujuan Praktis
1. Membangkitkan semangat siswa untuk belajar
2. Mengatasi permasalahan siswa
3. Meningkatkan partisifasi siswa dalam pembelajaran
4. Meningkatkan prestasi belajar siswa
5. Meningkatkan kemampuan guru dalam membimbing siswa

1.5. Manfaat Hasil Penelitian


1. Bagi Siswa
a. Membangkitkan semangat, partisifasi, peran siswa dalam belajar
b. Mengatasi permasalahan pribadi dan teman
c. Meningkatkan harga diri siswa yang bermasalah/klien
d. Menciptakan suasana aman, mempermudah ekspresi perasaan siswa yang
bermasalah/klien dengan bebas
e. Memberikan dampak positif yang amat besar terhadap perkembangan
pendidikan dan pribadi siswa; baik melalui konseling individual maupun
konseling kelompok yang dilaksanakan di kelas.

2. Bagi Peneliti
Memberikan pemahaman pengaruh Konseling Eklektif dengan Perilaku
Attending terhadap pengentasan permasalahan, juga memberikan sumbangan
penyempurnaan praktek karena penelitian tindakan kelas ini menghasilkan
deskripsi dan analisis tentang kegiatan, proses, atau peristiwa-peristiwa penting
dalam bimbingan konseling.

3. Bagi guru
menjadi cermin menginstropeksikan diri berkenaan dengan tugas guru dalam
membimbing siswa di kelasnya.
4. Bagi pengambil kebijakan khususnya yang terkait dengan pembelajaran di
tingkat SMP
Hasil penelitian tindakan kelas ini memberi sumbangan bagi perumusan,
implementasi dan perubahan kebijakan; sebagai upaya perbaikan sistem
bimbingan konseling guna peningkatan mutu pendidikan dan pelayanan
pendidikan di sekolah dasar.

BAB II
KAJIAN TEORI
Pengertian Prestasi Belajar
Untuk memahami apa yang dimaksud dengan prestasi belajar, tentu mudah
memberikan jawaban dengan begitu saja, mengingat bayak komponen dan faktor
yang ikut melatarbelakanginya. Ada faktor yang berasal dari luar diri siswa, dan
ada pula yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yaitu faktor psikologis dan
pisiologi. Meskipun demikan tidak mengurangi makna ungkapan diatas, dan
untuk lebih memudahkan dalam memehami pengertian prestasi belajar, berbagai
faktor yang terlibat dalam proses belajar dan akhirnya mengemukakan tentang
prestasi belajar tersebut.

2.1 Pengertian Belajar


Skinner mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi perilaku secara
progresif. (Nana S, dan M. Surya, 1975 : 59). Sedangkan Prandsen (1957 : 43)
memberikan batasan belajar sebagai :.. a change in experience or behavior
resulting from purposeful observation, over activity, or thingking, and
accompairid by motivational-emosional reactions, which results in more adequate
satisfaction of the motivating conditions (Belajar adalah suatu perubahan tingkah
laku atau pengalaman sebagai akibat dari perhatian terhadap tujuan atas
kegiatannya, atau hasil berpikir dan disertai dengan dorongan dan reaksi emosi,
sebagai akibat dari kepuasan yang memadai dari kondosi dorongannya.
Abin Syamsudin (2003 : 134) merangkumkan pengertian belajar dari beberapa
ahli dalam satu pernyataan yakni suatu proses perubahan perilaku atau pribadi
seseorang.Pengertian belajar dapat disimpulkan :
a) Belajar adalah memperolehperubahan tingkah laku
b) Hasil belajar ditandai dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku
c) Belajar merupakan suatu proses
d) Proses belajar terjadi karena adanya dorongan dan tujuan yang akan dicapai
e) Belajar merupakan suatu bentuk pengalaman.
2). Faktor-faktor yang terlibat dalam proses belajar
Pada dasarnya kehidupan sekolah tidak ubahnya dengan kehidupan sosial yang
sangat luas. Sekolah merupakan miniatur kehidupan sosial. Para siswa yang
belajar berusaha mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan sosial secara

matang. Interaksi antara sejumlah individu dalam lingkungan sekolah, juga


terlibatnya lingkungan sekitar, sehingga mewujudkan kondisi yang amat
kompleks dalam proses belajar mengajar di sekolah. Faktor-faktor dalam diri
murid (intern) dan faktor yang datang dari luar (extern) secara bersama-sama turut
mempengaruhi kegiatan belajar murid yang hasilnya tercermin dalam perubahan
pola-pola perilaku mereka.
Ada tiga masukan (input) yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama turut
mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Pertama masukan mentah /(raw input),/
yakni berbagai karakteristik yang dimiliki oleh individu atau siswa ketika
memasuki suatu kegiatan belajar mengajar, berbagai karakteristik yang mencakup
baik yang akan memberikan kemudahan atau merupakan kendala dalam belajar
sisa. Siswa sebagai raw input mempunyai pembawaan yang beraneka ragam.
Sebagai mahluk individual tentunya banyak hal yang berbeda, misalnya :
kapasitas dasar bakat mempengaruhi proses serta hasil belajar yang dicapai.
Kedua masukan instrumental atau sarana /(Instrumental input)./ Yakni merupakan
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, Ketiga masukan lingkungan /
(environmental input)/ yakni letak sekolah, situasi dan keadaan fisik sekolah,
susunan sekolah, hubungan antar individu di dalamnya dan faktor-faktor yang
dapat menjadi penunjang atau penghambat bagi berlangsungnya PBM
secaraberhasil.
Interaksi ketiga masukan tersebut dapat mempengaruhi keluaran yang diharapkan
(/expected output/) yaitu berupa hasil belajar para siswa. Bloom dan kawan-kawan
membedakan hasil belajar yang diharapkan itu berdasarkan atas kawasan
(taxonomy), mulai yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Ketiga
kawasan keprilakuan manusia itu ialah kawasan kognitif (/cognitive domain/),
kawasan afektif (/affective domain/), dan kawasan psikomotorik (/psychomotorik
domain/).

3). Prestasi Belajar


Prestasi belajar (/achevoment/) dapat diketahui dengan mengevaluasi mereka
dengan mempergunakan tes tertentu. Dengan demikian, bagan tadi menunjukan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah.

2.2. Starategi Dasar Layanan Bimbingan di SMP


Pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha
membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan
sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan

Bimbingan dan Konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara


individual, kelompok dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,
minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini
juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi
peserta didik.

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling


Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik
secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang
secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial,
kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
2. Bidang Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan
kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian
dan kebutuhan dirinya secara realistik. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu
bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai
serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan
teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.
Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti
pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri. Pengembangan karir,
yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan
menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling
1. Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan
lingkungannya.
2. Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah
atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat
perkembangan dirinya.
3. Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah
yang dialaminya.
4. Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik
memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif
yang dimilikinya.
5. Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan
atas hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.
4. Teknik Konseling

1). Konseling Eklektik


Teknik Konseling Eklektik merupakan penggabungan dua pendekatan Direktif
dan Non-Direktif. Konseling Eklektik yang mengambil berbagai kebaikan dari
dua kebaikan dari dua pendekatan atau dari berbagai teori konseling,
mengembangkan dan menerapkan dalam praktek sesuai dengan permasalahan
klien. Konseling Eklektik lebih tepat dan sesuai dengan filsafat tujuan bimbingan
dan konseling dari pada sikap yang hanya mengandalkan satu pendekatan satu
pendekatan atau satu dua teori tertentu saja (Moh. Surya : 1988).
a. Konseling Direktif
Dalam konseling direktif klien bersifat pasif, dan yang aktif adalah konselor.
Dengan demikian inisiatif dan peranan utama pemecahan masalah lebih banyak
ditentukan oleh konselor. Klien bersifat menerima perlakuan dan lebih banyak
ditentukan oleh konselor. Dalam konseling direktif diperlukan data yag lengkap
dengan klien untuk dipergunakan diagnosis. Diagnosis direktif konseling beraliran
Behavioristik, yaitu layanan konseling yang berorientasi pada perubahan tingkah
laku secara langsung. Selain itu diperlukan konseling secara individual, dan
kelompok pada,bimbingan konsultasi lainnya yang memberikan sumbangan
langsung kepada keberhasilan siswa sekolah maupun di luar sekolah. Laporan
tersebut secara langsung dibenarkan dan mendapat dukungan hasil diagnosis yang
pada umumnya berbentuk kegiatan yang langsung ditujukan pada pengubahan
tingkah laku klien.
b. Konseling Non-Direktif
Teknik konseling Non-Direktif, tersebut juga /Client Centered
theraphy,/pendekatan ini diperoleh oleh Carl Rongers dan Universitas Wiconsin di
Amerika Serikat. Merupakan upaya bantuan pemecahan masalah yang berpusat
pada klien, klien diberi kesempatan untuk mengemukakan persoalan, perasaan dan
pikiran-pikirannya secara bebas. Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa
seseorang yang mempunyai masalah sendiri. Tetapi oleh karena suatu hambatan,
potensi dan kemampuannya itu tidak dapat berkembang atau berfungsi
sebagaimana mestinya.
Untuk memfungsikan kembali kemampuannya klien memerlukan bantuan, maka
dalam konseling, inisiatif dan peranan untama terletak pada pundak klien sendiri.
Sedangkan kewajiban dan peran konselor hanya mempersiapkan suasana agar
potensi dan kemampuan yang pada dasarnya ada pada klien untuk berkembang
secara optimal, menciptakan hubungan konseling yang hangat, dan permisif.
Menurut Roger menjadi tanggung jawab klien sendiri untuk membantu dirinya
sendiri. Prinsip yang penting adalah mengupayakan agar dengan baik. Teori ini
didasari kajejat manusia, dan tingkah lakunya : pendekatan konseling beraliran
Humanistik (Sofyan. S. Willis, 2004 : 176). Aliran ini menekankan
pentingnyapengembangan potensi dan kemampuan yang secara hakiki ada pada

diri setiap individu. Potensi dan kemampuan yang berkembang menjadi


penggerak bagi upaya individu untuk mencapai tujuan-tujuan hidupnya.
5. Perilaku Attending
Perilaku Attending , (teknik menghadapi klien) melalui kontak mata, bahwa
badan, bahasa lisan, sehingga klien akan terlihat dalam pembicaraan terbuka.
Attending baik untuk meningkatkan harga diri klien yang bebas. Perlu dihindari
konselor berpenampilan attending yang kurang baik seperti: kepala kaku, muka
kaku, ekspresi melalun, mengalihkan pandangan, tidak terlihat saat klien sedang
bicara, mata melotot. Posisi tubuh bersandar miring, tegak kaku, jarang duduk,
jarak duduk menjauh, duduk kurang akrab, dan berpaling. Memutuskan
pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik dim untuk memberi kesempatan
klien guna berpikir dan berbicara. Penelitian konselor terpecah, mudah buyar oleh
gangguan (Sofyan. S. Willis, 2004 : 176).
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup
komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang
baik dapat:
1. Meningkatkan harga diri klien.
2. Menciptakan suasana yang aman
3. Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
Contoh perilaku attending yang baik :
* Kepala : melakukan anggukan jika setuju
* Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum
* Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien
agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
* Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan
tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.
* Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai,
diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.

Contoh perilaku attending yang tidak baik :


* Kepala : kaku
* Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat
klien sedang bicara, mata melotot.
* Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien
menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling.
* Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk
memberi kesempatan klien berfikir dan berbicara.
* Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Objek Tindakan
Objek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IX C SMP Negeri 1
Pamarican berjumlah 28 siswa dengan rincian 11 laki-laki dan 17 perempuan.
3.2. Setting, Lokasi, Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini meliputi : data-data hasil wawancara terhadap
responden, sumber data peristiwa : hasil observasi, hasil analisis dokumen, artifak
yang berasal dari siswa/klien maupun dari guru/konselor dan peneliti.
Subjek penelitian yang berasal dari siswa berupa hasil pengamatan tentang :
1. Partisipasi dalam belajar, bekerja sama, berani bertanya
2. Tidak berbicara kotor, tidak bertengkar
3. Berani berpendapat, membuka diri, berterus terang
4. Cerita, gembira, menerima nasihat, merencanakan tindakan
Guru/konselor dalam kegiatan bimbingan konseling berupa :
1. Mengamati, mencatat, mengumpulkan data tentang sejauh manakah pengaruh
bimbingan konseling menggunakan teknik attending Eklektik terhadap gairah
belajar siswa dan prestasi belajar siswa
2. Tercapainya tujuan pokok bimbingan konseling
3. Guru selaku konselor dalam attending selalu berupaya untuk berpenampilan
baik, seperti: kepala mengangguk jika setuju dan melakukan kontak pandang
dengan siswa/klien
4. Ekspresi wajah guru/konselor tenag, ceria, tersenyum
5. Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, jarak dekat, duduk akan
berhadapan atau berdampingan
6. Tangan konselor bervariasi melakukan gerakan tangan/lengan spontans
berubah arah sebagai syarat menekankan ucapan
7. Kesabaran mendengarkan, aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien
hingga selesai.
8. Empati ikut merasakan apa yang dirasakan klien
9. Merefleksi/pematulan kembali perasaan, pikiran pengalaman klien
10. Directing/mengarahkan klien
11. Paraphasing/dapat menangkap pesan utama klien
12. Interprestasi/berupaya megulas pemikiran, perasaan, perilaku yang merujuk
pada teori
13. Bertanya membuka percakapan dan menyampaikan pertanyaan tertutup
terhadap klien
14. Minimal Encouragment atau memberikan dorongan langsung terhadap apa
yang dikatakan klien
15. Bertindak sebagai leading/memimpin arah pembicaraan
16. Penyimpulan sementara/Summariing
17. Memberi kesempatan kepada klien untuk feed back/mengambil kilah baik
dari hal-hal yang telah dibicarakan
18. Penyimpulan hasil secara bertahap guna meningkatkan kualitas diskusi
19. Pemberian nasehat, informasi dan merencanakan tindakan selanjutnya

Setting Lokasi Penelitian tindakan Kelas ini ruang kelas VII dan ruang guru BP
SMP Futuhiyyah Mranggen Demak
3.3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui, yaitu : wawancara untuk sumber data
responden, observasi untuk sumber data perietiwa dan analisis dokumen untuk
sumber data dokumen. Informasi tersebut digali dari empat sumber yaitu :
peristiwa/kegiatan, pelaku peristiwa, tempat, dokumen/artifak (Sutopo, 1996: 4951).
1. Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti terhadap guru (selaku konselor) dan siswa.
Tujuannya adalah ntuk memperoleh data informasi untuk pemahaman, penerapan
dan pentingnya bimbingan kelompok dan pendekatan konseling Eklektif guna
mengatasi permasalahan belajar.
2. Pengamatan/Observasi
Pengamatan akan dilakukan terhadap konselor dan siswa untuk memantau proses
dan danpak penanganan masalah belajar melalui pendekatan Eklektik Attending
dalam penggunaan permasalah belajar siswa teknik pengamatan yang akan
digunakan adalah pengamatan berperan secara aktif sebagaimana dikemukakan
oleh Spradley (1980) ditulis kembali Joko Nurkamto (2003 : 12) berperan aktif di
dalam pengertian kegiatan alih tangan konselor kepala sekolah. Kemudian hasil
pengamatan akan dipergunakan guna menata langkah-langkah perbaikan pada
siklus berikutnya.
3. Analisa Dokumen
Analisa dokumen akan dilakukan terhadap dokumen-dokumen : data hasil
pengamatan, data hasil wawancara serta yang digali dari empat sumber yaitu :
peristiwa / kegiatan, pelaku peristiwa, tempat, dokumen atau artifak terhadap guru
dan siswa, juga dari catatan lapangan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam
upaya penanganan permasalahan belajar siswa. Tujuannya adalah untuk
melengkapi informasi yang telah diuperoleh melalui pengamatan dan wawancara.
Indikator kinerja penelitian tindakan kelas bimbingan konseling berupa :
1. Permasalahan siswa dapat teratasi
2. Bangkitnya semangat siswa untuk belajar
3. Partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat
4. Peningkatan prestasi belajar siswa
5. Peningkatan kemampuan guru membimbing siswa
Peneliti melakukan persiapan awal mulai tanggal 1 Agustus 2010 meliputi
kegiatan: mengadakan kontak awal dan kesepakatan denga reponden, guna
membangun mempertahankan kepercayaan, serta memilih informasi (Sugiharto,
2005: 43).
Kemudian langkah-langkah prosedur kerja yang dipergunakan menggunakan
tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus, masingmasing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu : perencanaan, implementasi,
observasi, evaluasi dan refleksi. (jadwal penelitian terlampir)
a. Perencanaan

Mendiagnosis permasalahan belajar siswa, penyebabnya dan dirumuskan


implementasi penanganannya termasuk dalam perencanaan langkah-langkah
bimbingan konseling menggunakan Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending
: analisa data tentang klien, diagnosis masalah diagnosis masalah prognosis atau
prediksi tentang perkembangan masalah selanjutnya, pemecahan masalah, dan
tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling begitu juga perencanaan
pembentukan bimbingan individual terhadap tiga orang siswa berdasarkan
permasalahan yang sama (kebiasaan buruk dalam belajar, berbicara kotor, dan
bertengkar) serta merencanakan instrumen pengamatan danwawancara.
b. Implementasi
Pada implementasi guru menyusun pelaksanaan bimbingan konseling
menggunakan Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending, guru mengamati
penanganan permasalahan belajar siswa yang terdiri dari tahapan :
c. Observasi dan Evaluasi
Peneliti dan rekan guru berkolaborasi untuk melakukan pengamatan, jalannya
bimbingan kelompok melalui Teknik Eklektif, Perilaku Attending,respon siswa,
hasil pengamatan dan wawancara.
d. Refleksi
Mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara untuk perbaikan pada
pelaksanaan siklus II; demikian pula hasil pelaksanaan pengamatan dan
wawancara siklus II untuk perbaikan pada siklus III.
3.4. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
model Sprandley, dalam pelaksanaan analisis data tidak silakukan secara linier
berurutan setelah semua data yang terkumpul, melainkan akan dilakukan secara
stimulat pada saat dan setelah data terkumpul. Dengan demikian terjadi interaksi
antara proses pengumpulan data dan analisis data serta elemen-elemen lain seperti
pencatatan data, penulisan laporan sementara, dan mengajukan pertanyaan
penelitian.
Interaksi berbagai elemen tersebut membentuk pola siklikal. Selanjutnya data-data
yang didapat pada siklus I, II, dan III dibandingkan kemudian diungkapkan dalam
bentuk kata-kata. Penjelasan perbandingan sebagai fenomena yang dapat
digunakan untuk membandingkan, tolak ukur dan merefleksi peneliti dan guru
selaku konselor atas kelmahan yang terekam. Selanjutnya data yang disajikan,
berupa tabel yang memuat secara nominal dan dapat ditentukan 5-nya kemudian
didiskripsikan kearah kecenderungan tindakan guru selaku konselor dan sekasinya
dalam bentuk partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar menunjukan
semangat, berpartisifasi aktif, bekerja sama, berani bertanya, tidak berbicara kotor,
tidak bertengkar, berani berpendapat, membuka diri, berterus terang, ceria,
gembira, menerima naehat, dan merencanakan tindakan.
Selanjutnya dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan strategi untuk
meningkatkan validasi, yaitu: Pengumpulan data relatif cukup lama guna
memungkinkan analisa dan melengkapi data secara berangsur-angsur agar
memungkinkan ada kesesuaian antara taman dan kenyataan
1. Penerapan multi metode guna memungkinkan paduan beberapa teknik
pengumpulan data seperti : wawancara, observasi, studi dokumenter, dan sumber

(Kepala Sekolah, guru/konselor, siswa / klien) hanya dalam pengumpulan dan


analisis data (triangulasi)
2. Pencatatan secara lengkap dan detail baik sumber situasi maupun orang
3. Bahasa partisipan kata demi katamendapat rumusan dan kutipan yang rinci
4. Penggunaan catatan-catatan dari partisipan berbentuk catatan anekdot untuk
melengkapi
5. Pengecekan data oleh semua anggota selama pengumpulan dan analisis data
6. Data deskriftif yang dikumpulkan peneliti dan guru merupakan hasil
kolaborasi tim
7. Review oleh partisipan : bertanya kepada partisipan untuk mereview data,
melakukan sintesis semua hasil wawancara dan observasi
8. Mencari, mencatat, menganalisis melapor data dan kasus-kasus negatif atau
yang berbeda dengan pola yang ada
Bahkan untuk meningkatkan refleksitas dalam pengumpulan data, peneliti
menggabungkan beberapa cara;
1) Memilih teman yang dapat membantu mempermudah analisis dan interprestasi
data
2) Membuat catatan harian yang memuat tanggal, jam, tempat, orang dan
kegiatan, perubahan-perubahan dan perkiraan validitas data,
3) Catatan tentang pertentangan etika, keputusan dan tindakan dalam jurnal
lapangan
4) Teknik pengelolaan pencatatan, pengkodean data, pengelompoka
5) Melakukan kegiatan kompirmasi formal seperti, kelompok utama, wawancara,
6) Melakukan kritik dari dengan mengajukan pertanyaan tentang peranan dan
kegiatan dalam seluruh proses penelitian tindakan kelas tersebut.
3.5. Cara Pengambilan Kesimpulan
Hasil pengumpulan data, pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh peneliti
guru selaku konselor melalui ketekunan pengamatan, perpanjangan dan guru
selaku konselor melalui ketekunan pengamatan, perpanjangan keikutsertaan
peneliti, triangulasi, dan review informan sebagai kunci dalam penelitian tindakan
kelas siklus I, II, dan III selanjutnya dipergunakan peneliti dan guru untuk
mengambil keputusan. Teknik Eklektif dan Perilaku Attending dinyatakan efektif
dalam menangani dan mengentaskan permasalahan siswamanakala data /Hasil
Observasi Kegiatan guru dan Data Hasil Observasi Kepribadian Siswa /yang
merekam dalam tabel menunjukan rata-rata > 60 % dan data hasil wawancara
menunjukan respon positif dan cocok dengan kajian pustaka. Perilaku Attending
terbukti efektif apabila dalam kegiatan tindakan kelas ini permasalahan siswa
dapat diatasi, siswa bersemangat, berpartisipasi aktif, bekerja sama, berani
bertanya, tidak berbicara kotor, tidak bertengkar, berani berpendapat, membuka
diri, berterus terang, ceria, gembira, menerima nasehat dan merencanakan
tindakan. Kemudian muncul pengaruh peningkatan kemampuan guru dalam
membimbing siswa sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum
Peneliti selaku konselor menyusun perencanaan penelitian tindakan kelas dalam
bimbingan konseling individual terhadap tiga orang siswa yang mempunyai
kesaman permasalahan belajar melalui Teknik Eklektif dan Perilaku Attending.
4.2. Pembahasan
Siklus I terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan, implementasi, observasi,
evaluasi dan refleksi.
1). Perencanaan, tahap perencanaan peneliti melakukan :
a. Mendiagnosis permasalahan belajar siswa, penyebab permasalahan dirumuskan
b. Guru menyampaikan penanganan permasalahan belajar siswa menggunakan
tahapan-tahapan atau langkah-langkah Teknik Eklektif dan Perilaku Attending
c. Guru/Konselor menganalisis data tentang klien
d. Guru/Konselor melaksanakan sintesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan
dan kelemahan-kelemahan klien
e. Diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah
selanjutnya pemecahan masalah, tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil
konseling
f. Merancang instrumen pengamatan dan wawancara
2). Implementasi
Bimbingan dilaksanakan di ruang guru menggunakan Pendekatan Eklektif dan
Perilaku Attending peneliti mengamati penanganan permasalahan belajar siswa
yang terdiri dari :
a. Tahap Awal (10 menit) : pukul 11.00 11.10
Konselor mengajak klien X, Y, dan Z untuk mendefinisikan masalah, Bimbingan
Konseling dilaksanakan sebelum kegiatan belajar mengajar ; yaitu pukul 11.00
Guru selaku konselor mengajark tiga orang siswa yang bermasalah sama ke ruang
guru. Satu persatu klien dipanggil, mereka duduk berhadapan dengan
guru/konselor.
b. Tahap pertengahan (45 menit) ; pukul 11.10 11.55
Konselor langsung menuju kepermasalahan mereka ; yaitu tentang perkataan
tindak senonoh. Secara bergantian konselor menanyai klien; dimulai dari X, Y,
dan Z.
c. Tahap akhir (5 menit) ; pukul 11.55 12.00
3). Observasi dan Evaluasi
Peneliti dan rekan guru berkolaborasi untuk melakukan pengamatan, mengamati
jalannya bimbingan kelompok dan Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending
menilai respon siswa, melakukan pemantauan hasil pengamatan dan wawancara.
4). Refleksi

Mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara. Berdasarkan hasil pengamatan


siklus I yang belum menunjukan perkembangan, maka peneliti dan konselor
sepakat untuk mengadakan perencanaan perbaikan guna perbaikan kegiatan
konseling pelaksanan siklus II.
2. Siklus II
1). Perencanan
1. Mendiagnosis permasalahan belajar siswa, penyebab permasalahan
dirumuskan
2. Guru menanyakan penanganan permasalahan belajar siswa menggunakan
tahapan-tahapan atau langkah-langkah Eklektif Attending
3. Guru/Konselor menganalisis data tentang klien
4. Guru kelas IX melaksanakan sintesis data untuk mengenal kekuatankekuatan dan kelemahan-kelemahan klien
5. Diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang perkembangan
masalah selanjutnya pemecahan masalah, tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil
konseling.
6. Merancang instrumen pengamatan dan wawancara
2). Implementasi
Pada implementasi guru kelas selaku konselor melaksanakan bimbingan konseling
mengadakan Pendekatan Eklektik Attending di ruang guru, selanjutnya peneliti
mengamati penanganan permasalahan belajar siswa yang terdiri dari :
a. Tahap awal (10 menit) pukul 11.00 11.10
Tindakan I :Konselor bertanya untuk membuka percakapan dengan klien raut
dengan wajah yang menunjukan keramahan.
Tindakan 2 :Dalam siklus II Konselor melakukan kegiatan Attending cukup baik
kepala mengangguk jika setuju dan konselor melakukan kontak pandang dengan
siswa/klien. Ekspresi wajah guru/konselor tenang, ceria, tersenyum. Posisi tubuh
konselor condong kearah klien, konselor mendengarkan penjelasan dari siswa
dengan cukup perhatian, sabar
menunggu penjelasan klien.
Tindakan 3 :Empati konselor (berusaha ikut merasakan apa yang dirasakan klien)
Tindakan 4: Konselor meminta klien untuk menjelaskan lebih lanjut jauh tentang
perasaan X berupa pertanyaan terbuka.
Tindakan 5:Karena klien masih diam saja, maka konselor mencoba untuk
merefleksikan memantulkan kembali perasaan, pikiran, pengalaman klien
Tindakan 6 :Konselor menggali perasan, pengalaman, dan pikiran klien karena
kebanyakan tertutup/menyimpan rahasia, tidak mau bahkan tidak dapat berterus
terang
b. Tahap Pertengahan (45 menit) pukul 11.10 11.55
konselor belajar dengan definisi masalah bersama-sama klien; tujuan untuk
mengolah maalah klien yang sudah didefinisikan maka konselor melakukan :
Tindakan 1 : Guru selaku konselor bertindak sebagai leading / memimpin agar
klien tidak melantur
Tindakan 2: Konselor melaksanakan paraphrasing / menangkap pesan utama /
fokus klien, konselor mengatakan inti pesan utama klien yang berbelit-belit

Tindakan 3: Konselor melakukan directing / mengarahkan agar klien bermain


peran; berbuat sesuatu, menghayal sebagaimana kejadian yang dituturkan kepada
konselor
Tindakan 4 : Konselor mencoba menaksir keinginan X
Tindakan 5 :Konselor membantu klien untuk memperjelas perubahan sikap yang
mestinya dapat mereka lakukan
Tindakan 6 :Saat klien mengatakan hal yang tidak sama dengan perasaan, sorot
mata, kegelisahan yang bertentangan dengan apa yang dikemukakan maka
konselor mengadakan
Tindakan 7: Guru selaku konselor mengadakan Minimal Encouragement atau
memberikan
dorongan langsung terhadap apa yang dikatakan klien. Oh ya,
teruslaluDan kemudian. Wah ..mmmhh..
Tindakan 8:Konselor memberikan informasi, merencanakan tindakan selanjutnya
Tindakan 9:Konselor memberikan manfaat
Tindakan 10: Konselor memberikan manfaat pada klien untuk feed back/
mengambil kilah balik dari hal-hal yang telah dibicarakan
c. Tahap akhir / tahap Action (5 menit) pukul 11.55 12.00
Tindakan 1:Konseling menyampaikan hasil secara bertahap guna meningkatkan
kualitas diskusi, memperjeles fokus pada wawancara konseling
Tindakan 2: Konselor perlu mendorong klien untuk mengatakan hal yang
sebenarnya melalui attending yang baik
Tindakan 3: Menjelang akhir konseling konselor membantu klien untuk
merencanakan /
memprogram untuk action, perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan dirinya
Tindakan 4: Menilai / evaluasi (Bagaimanakah perasaan nanda sekarang?)
Tindakan 5 : Mengakhiri proses konseling
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan maka dapat disimpulkan:
1. Pendekatan Eklektif Attending merupakan langkah efektif untuk mengatasi
permasalahan siswa.
2. Pendekatan Eklektif Attending memberi kemudahan perubahan sikap pada
siswa yang bermasalah karena permasalahan belajar dapat diatasi melalui
komunikasi dengan bahasa anak sendiri
3. Teknik Eklektif dan Perilaku Attending layak dipergunakan dan
dikembangkan oleh guru, serta perlu diadakan penelitian kelanjutan
5.2. Saran
Peneliti mengajak rekan-rekan guru selaku pembimbing siswa :
1. Gunakanlah Pendekatan Eklektif Attending guna mengatasi permasalahan
siswa
2. Tingkatkanlah partisifasi siswa dalam Proses Belajar Mengajar melalui proses

motivasi guru kepada siswa secara selektif


3. Perlu pengembangan dan tindak lanjut penelitian tindakan kelas

DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsudin Makmun (2003). /Pedoman Studi Psikologi Pendidikan./ IKIP
Bandung
Ahmadi, Abu & Supriono, Widodo. (2004). /Belajar dan Menifestasinya.
/Bandung : Rajawali
Depdiknas (2003). /Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003. /Jakarta : Depdiknas
H.M. Arifin. (2003). /Teori-Teori Konseling Agama dan Umum/. Jakarta :
PT Golden Terayon Press.
Ketut Sukardi (1983). /Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.
/Surabaya : Usaha Nasional
Nana Syaodih dan Moh. Surya (1998). /Pengantar Psycologi Jihad I.
/Bandung : FIP IKIP Bandung
Moh. Surya (1988). /Psikologi Pendidikan. /Bandung : FIP IKIP Bandung.
Prayitno, dkk (1999). /Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling./ Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Rhineka Cipta
Sadirman, A.M (1998). /Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar; Pedoman
Bagi Guru dan Calon Guru. /Bandung : Rajawali
Suharjono (1995). /Direktorat Pendidikan Guru dan tenaga Teknis.
/Jakarta : Dikdasmen
Sugiharto.(2005). /Pendekatan dalam Konseling/ (Makalah). Jakarta : PPPG
Sutopo (1996). /Metode Pengumpulan Data. /Surabaya : Usaha Nasional
Wakiri H, dkk (1990). /Materi Pokok Penilaian Pencapaian Hasil Belajar.
/UT : PMAK 817 Karunia Jakarta
Wilis, Sofyan, S (2004). /Konseling Individual Teori dan Praktek.
/Jakarta : Alfa Beta
PTK BP/BK

Anda mungkin juga menyukai