OSTEOARTRITIS
Disusun oleh:
Marhamah Hasnul, S. Ked
BP. 0910312138
Preseptor:
dr. Sandra Yelli
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.
Definisi
Etiopatogenesis Osteoartritis
kolagen
akan
mengubah
keseimbangan
metabolisme rawan sendi. Kelebihan produk hasil degradasi matriks rawan sendi
ini cenderung berakumulasi di sendi dan menghambat fungsi rawan sendi serta
mengawali suatu respon imun yang menyebabkan inflamasi sendi. Rerata
perbandingan antara sintesis dan pemecahan matriks rawan sendi pada pasien OA
kenyataannya lebih rendah dibanding normal yaitu 0,29 dibanding 1.1,2
Pada rawan sendi pasien OA juga terjadi proses peningkatan aktivitas
fibrinogenik dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan
terjadinya penumpukan trombus dan komplek lipid pada pembuluh darah
aktivitas sintesis terjadi setelah 10 hari perangsangan dan kembali normal setelah
3 4 minggu.1,2
1.3.
Untuk penyakit dengan penyebab yang tak jelas, istilah faktor risiko (faktor yang
meningkatkan risiko penyakit) adalah lebih tepat. Secara garis besar faktor risiko
untuk timbulnya OA (primer) adalah seperti di bawah ini. Harus diingat bahwa
masing-masing sendi mempunyai biomekanik, cedera, dan persentase gangguan
yang berbeda, sehingga peran faktor-faktor risiko tersebut untuk masing-masing
OA tertentu berbeda. Dengan melihat faktor-faktor risiko ini, maka sebenarnya
semua OA individu dapat dipandang sebagai:1,2
Kegemukan, faktor genetik, dan jenis kelamin adalah faktor risiko umum yang
penting.1,2
a.
Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya OA, faktor umur adalah yang
terkuat.Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan bertambahnya
umur. OA hampir tidak pernah pada anak-anak, jarang pada usia di bawah 40
tahun dan sering pada umur di atas 60 tahun. Akan tetapi harus diingat bahwa OA
bukan akibat ketuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada ketuaan berbeda
dengan perubahan pada OA.1-4
b.
Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi dan pria lebih sering
terkena OA paha, pergelangan tangan, dan leher. Secara keseluruhan, di bawah 45
tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada pria dan wanita, tetapi di atas 50
tahun (setelah menopause) frekuensi OA lebih banyak pada wanita daripada pria.
Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis OA.1-4
c.
Suku Bangsa
pada orang-orang Amerika asli (Indian) daripada orang-orang kulit putih. Hal ini
mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.1-4
d.
Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya OA, misalnya pada ibu dari
seorang wanita dengan OA pada sendi-sendi interfalang distal (nodus Heberden)
terdapat 2 kali lebih sering OA pada sendi-sendi tersebut dan anak-anak
perempuannya cenderung mempunyai 3 kali lebih sering. Adanya mutasi dalam
gen prokolagen II atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang sendi
seperti kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat atau proteoglikan dikatakan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada OA tertentu (terutama OA
banyak sendi).1-4
e.
Berat badan yang berlebih berkaitan dengan meningkatnya risiko untuk timbulnya
OA baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan
dengan OA pada sendi yang menanggung beban, tetapi juga dengan OA sendi lain
(tangan atau sternoklavikula). Oleh karena itu, di samping faktor mekanis yang
berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain
(metabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut. Peran faktor metabolik
dan hormonal pada kaitan antara OA dan kegemukan juga disokong oleh adanya
kaitan antara OA dengan penyakit jantung koroner, diabetes melitus, dan
hipertensi. Pasien-pasien osteoartritis ternyata mempunyai risiko penyakit jantung
koroner dan hipertensi yang lebih tinggi daripada orang tanpa osteoartritis.1-4
f.
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus
(misalnya tukang pahat, pemetik kapas) berkaitan dengan peningkatan risiko OA
tertentu. Demikian juga cedera sendi dan olahraga yang sering menimbulkan
cedera sendi berkaitan dengan risiko OA yang lebih tinggi. Peran beban benturan
yang berulang pada timbulnya OA masih menjadi pertentangan. Aktivitasaktivitas tertentu dapat menjadi predisposisi OA cedera traumatik (misalnya
robekan meniskus, ketidakstabilan ligamen) yang dapat mengenai sendi. Akan
tetapi, selain cedera yang nyata, hasil-hasil penelitian tak menyokong pemakaian
yang berlebihan sebagai suatu faktor untuk timbulnya OA. Meskipun demikian,
beban benturan yang berulang dapat menjadi suatu faktor penentu lokasi pada
orang-orang yang mempunyai predisposisi OA dan dapat berkaitan dengan
perkembangan dan beratnya OA.1-4
g.
Kelainan Pertumbuhan
Adanya
predileksi
OA
pada
sendi-sendi
tertentu
(karpometakarpal
I,
1.5.
Riwayat Penyakit
Nyeri Sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali membawa pasien ke dokter
(meskipun mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri
baisanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih
dibandingkan gerakan yang lain. Nyeri pada OA juga dapat berupa penjalaran atau
akibat radikulopati, misalnya pada OA servikal dan lumbal. OA lumbal yang
menimbulkan stenosis spinal mungkin menimbulkan keluhan nyeri di betis, yang
biasa disebut dengan claudicatio intermitten.
b.
Kaku Pagi
Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas,
seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama atau bahkan
setelah bangun tidur. Kekakuan ini biasanya hanya bertahan selama beberapa
menit, bila dibandingkan dengan kekakuan sendi dipagi hari yang disebabkan oleh
reumatoid artritis yang terjadi lebih lama yaitu lebih dari 1 jam.
d.
Krepitasi
Krepitasi
Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut. Pada awalnya hanya
berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau
dokter yang memeriksa. Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat
terdengar sampai jarak tertentu. Gejala ini mungkin timbul karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan atau secara pasif dimanipulasi.
c.
Pembengkakan sendi pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi yang biasanya
tidak banyak (<100 cc). Sebab lain ialah karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi.
d.
Tanda-tanda Peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa
hangat yang merata, dan warna kemerahan) mungkin dijumpai pada OA karena
adanya sinovitis. Biasanya tanda-tanda ini tidak menonjol dan timbul belakangan,
seringkali dijumpai di lutut, pergelangan kaki, dan sendi-sendi kecil tangan dan
kaki.
e.
Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan
permukaan sendi, berbagai kecacatan, gaya berdiri, serta perubahan pada tulang
dan permukaan sendi.
f.
Keadaan ini hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan
berat badan, terutama dijumpai pada OA lutut, sendi paha, dan OA tulang
belakang dengan stenosis spinal. Pada sendi-sendi lain, seperti tangan, bahu, siku,
dan pergelangan tangan, osteoartritis juga menimbulkan gangguan fungsi.
1.7.
Pemeriksaan Diagnostik
Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian
Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis Banding
Nekrosis avaskuler baik yang bersifat idiopatik ataupun sekunder oleh karena
kelainan
terutama
pada
bagian
distal
interfalangeal
dan
metakarpofalangeal.3
Kriteria diagnosis artritis reumatoid adalah terdapat poli-artritis yang
simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap
sekurang-kurangnya 6 minggu, atau bila ditemukan nodul subkutan atau
gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen. Kriteria diagnosis artritis
reumatoid menurut American Rheumatism Association (ARA) adalah:3
sendi
Pembengkakan (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan) pada
minggu
Kemungkinan reumatoid, bila terdapat 3 kriteria dan sudah berlangsung
sekurang-kurangnya 4 minggu
Artritis psoriatik
Artritis psoriatik mengenai bagian distal jari tangan berupa artritis erosif yang
c.
Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan
melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit.1,2,3
c.
Berat badan yang berlebih ternyata merupakan faktor yang akan memperberat
penyakit OA. Oleh karenanya berat badan harus selalu dijaga agar tidak
berlebihan. Apabila berat badan berlebihan, maka harus diusahakan penurunan
berat badan, bila mungkin mendekati berat badan ideal.1,2,3
1.11. Terapi Farmakologis
a. Analgesik Oral Non Opiat
Pada umumnya pasien telah mencoba untuk mengobati sendiri penyakitnya,
terutama dalam hal mengurangi atau menghilangkan rasa sakit. Banyak sekali
obat-obatan yang dijual bebas yang mampu mengurangi rasa sakit. Pada
umumnya pasien mengetahui hal ini dari iklan pada media masa, baik cetak
(koran), radio, maupun televisi.1-4
b.
Analgesik Topikal
Analgesik topikal dengan mudah dapat kita dapatkan dipasaran dan banyak sekali
yang dijual bebas. Pada umumnya pasien telah mencoba terapi dengan cara ini,
sebelum memakai oabt-obatan peroral lainnya.1-4
c.
Apabila dengan cara-cara tersebut di atas tidak berhasil, pada umumnya pasien
mulai datang ke dokter. Dalam hal seperti ini kita pikirkan untuk pemberian
OAINS, oleh karena obat golongan ini di samping mempunyai efek analgetik juga
mempunyai efek anti inflamasi. Oleh karena pasien OA kebanyakan usia lanjut,
maka pemberian obat-obatan jenis ini harus sangat berhati-hati. Jadi pilihlah obat
yang efek sampingnya minimal dan dengan cara pemakaian yang sederhana, di
samping itu pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya efek samping selalu
harus dilakukan.1-4
d.
Chondroprotective Agent
pada manusia.1,2
Asam hialuronat, disebut juga sebagai viscosupplement oleh karena salah satu
manfaat obat ini adalah dapat memperbaiki viskositas cairan sinovial, obat ini
diberikan secara intra artikular. Asam hialuronat ternyata memegang peranan
penting dalam pembentukan matriks tulang rawan melalui agregasi dengan
proteoglikan. Di samping itu pada binatang percobaan, asam hialuronat dapat
terapi OA.1,2
Superoxide dismutase, dapat dijumpai pada setiap sel mamalia dan
mempunyai kemampuan untuk menghilangkan superoxide dan hydroxil
radicals.1,2
Steroid intra artikuler, pada penyakit arthritis reumatoid menunjukkan hasil
yang baik. Kejadian inflamasi kadang-kadang dijumpai pada pasien OA, oleh
karena ini kortikosteroid intra artikuler telah dipakai dan mampu mengurangi
rasa sakit, walaupun hanya dalam waktu yang singkat. Penelitian selanjutnya
tidak menunjukkan keuntungan yang nyata pada pasien OA, sehingga
pemakaiannya dalam hal ini masih kontroversial.1,2
Nyeri yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan atau tindakan lokal
Sendi yang tidak stabil oleh karena subluksasi atau deformitas pada sendi
Adanya kerusakan sendi pada tingkat lanjut
Untuk mengkoreksi beban pada sendi agar distribusi terbagi sama rata
BAB II
LAPORAN KASUS
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
STATUS PASIEN
1.
2.
Identitas Pasien
a.
Nama/Kelamin/Umur
b.
Pekerjaan/Pendidikan
c.
Alamat
3.
4.
ini.
Selain nyeri, pasien juga sering merasa kaku pada sendi lutut kiri terutama
pada pagi hari kira-kira selama 5 menit dan hilang saat pasien sudah
menggerak-gerakkan lututnya.
Nyeri sudah dirasakan sejak 3 tahun yang lalu, nyeri hilang timbul, awalnya
nyeri terasa ringan dan berangsur-angsur menjadi lebih nyeri dalam 1 tahun
terakhir. Pasien sudah sering berobat ke Puskesmas dengan keluhan seperti
7.
penyakitnya ini.
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama
seperti pasien.
Riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan ginjal disangkal.
Riwayat sakit maag tidak ada.
8. Pemeriksaan fisik
Status Generalis
Keadaan umum
Kesadaran
Nadi
Nafas
Tekanan darah
Suhu
BB
TB
BMI
Status gizi
: Sakit sedang
: Komposmentis kooperatif
: 84 kali/menit
: 20 kali/menit
:120/70 mmHg
: Afebris
: 54 kg
: 160 cm
: 21,09
: Baik
Mata
: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thoraks
Paru
Inspeksi
: Simetris kiri dan kanan statis dan dinamis
Palpasi
: Fremitus kiri dan kanan normal
Perkusi
: Sonor
Auskultasi
: Suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/Jantung
Inspeksi
: Iktus tidak terlihat
Palpasi
: Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi
: Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi
: Bunyi jantung murni, bising tidak ada
Abdomen
Inspeksi
: Perut tidak tampak membuncit
Palpasi
: Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
: Bising usus (+) normal
Anggota gerak
: Refleks fisiologis ++/++, refleks patologis -/-, oedem -/Tungkai kiri (lutut) :
Pergerakan terbatas, nyeri tekan (-), bengkak (-), kemerahan (-), panas (-)
Tungkai kanan
:
Dalam batas normal
9. Pemeriksaan Anjuran
Rontgen genu sinistra AP-lateral
10. Diagnosis kerja
Osteoartritis genu sinistra
11. Diagnosis banding
12. Manajemen
a. Preventif
Menjaga berat badan agar tetap ideal dan menghindari berat badan yang
berlebihan, karena berat badan yang berlebih dapat memperburuk penyakit.
b.
Promotif
dengan usia lanjut, terutama pada sendi besar yang menanggung beban tubuh.
Mengedukasi pasien agar lingkungan sekitar pasien dijaga untuk melindungi
pasien dari cedera, misalnya kerapian rumah dan lantai supaya tidak licin.
Menjelaskan kepada pasien untuk mengistirahatkan dan menghindari aktivitas
Kuratif
sebelum makan.
Becefort tablet sebanyak 5 tablet, diminum 1x1 tablet sehari setelah makan.
Rehabilitatif
Kontrol kembali ke puskesmas jika obat telah habis namun lutut masih nyeri.
Istirahat yang cukup 6 jam per hari dan kurangi aktivitas yang berlebihan
: Marhamah Hasnul
: 02 Maret 2015
: Ny. D
: 57 tahun
: Cendana Mata Air
No. X
No. X
No. V
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
PAPDI. 2004.
Rosjad C. Kelainan Degeneratif Tulang dan Sendi. Dalam: Pengantar Ilmu
4.