BAB 3 Revisi
BAB 3 Revisi
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Populasi penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) betina galur Sprague
dawley berumur 10-16 minggu yang diperoleh dari laboratorium Balai Penelitian
Veteriner (BALITVET) Bogor. Sampel penelitian sebanyak 25 ekor yang dipilih secara
acak yang dibagi dalam 5 kelompok. Menurut Dahlan (2009), pada uji eksperimental
ini, variabel yang diuji adalah numerik tidak berpasangan sehingga perhitungan sampel
dihitung dengan rumus:
n1=n2=2
( Z + Z ) S
x 1x 2
26
( Z +Z ) S
n1=n2=2
x 1x 2
n1=n2=2
0,56784
0,355
n1=n2=2 [ 1,5 ]
n1=n2=4,5
Maka jumlah minimal sampel perkelompok dibulatkan adalah 5 ekor tikus per
kelompok.
27
Jadi sampel yang akan digunakan adalah berdasarkan perhitungan, yaitu sejumlah 5
ekor tikus pada masing-masing kelompok percobaan dan jumlah kelompok yang
digunakan adalah 5 kelompok, sehingga untuk satu tanaman herba menggunakan 25
ekor tikus putih.
Kriteria inklusi:
1. Sehat (tidak tampak penampakan rambut kusam, rontok, atau botak, dan bergerak
aktif);
2. Memiliki berat badan sekitar 100-150 gram;
3. Berjenis kelamin betina;
4. Berusia sekitar 8-16 minggu (dewasa).
Kriteria eksklusi:
1. Sakit (penampakan rambut kusam, rontok atau botak dan aktivitas kurang atau tidak
aktif, keluarnya eksudat yang tidak normal dari mata, mulut, anus, genital);
2. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10% setelah masa adaptasi dilaboratorium;
3. Mati selama masa pemberian perlakuan.
B. Jenis Penelitian
28
berumur 8 -16 minggu yang dipilih secara acak dan dibagi menjadi 5
kelompok,dengan pengulangan sebanyak 5 kali.
D. Rancangan Penelitian
1. Pembagian Kelompok
Pembagian kelompok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tikus sebanyak 25 ekor, dikelompokkan dalam 5 kelompok. Kelompok I sebagai
normal, hanya yang diberi aquades kontrol. Kelompok II sebagai kontrol
patologis, diberikan DMBA dengan dosis 20 mg/kgBB. Kelompok III adalah
kelompok perlakuan coba dengan pemberian dosis ekstrak daun sirsak (Annona
muricata Linn) dengan dosis 100 mg/KgBB, kelompok IV dengan dosis ekstrak
daun sirsak (Annona muricata Linn) dengan dosis 200 mg/KgBB dan kelompok V
dengan dosis ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) sebanyak 400 mg/kgBB.
2. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas
29
b. Variabel Terikat
Dosis tikus(200g)
= 12mg/kgBB x 70 kg x 0,018
= 840mg x 0,018= 15,12mg/200gBB
Dosis untuk 100 g tikus adalah 7,56 mg/100gBB. Dalam penelitian ini kelompok
kontrol negatif dan kontrol positif tidak diberikan daun sirsak (Annona muricata
Linn). Dosis pertama daun sirsak (Annona muricata Linn) diambil dari dosis
normal tikus, sedangkan dosis kedua diambil dari hasil pengalian 2x dosis
30
pertama dan dosis ketiga diambil dari hasil pengalian 4x dari dosis pertama atau
2x dari dosis kedua.
1) Dosis untuk tiap tikus kelompok III
7,56 mg/100gBB
2) Dosis untuk tiap tikus kelompok IV
2 x 7,56 mg/100gBB = 15,12 mg/100gBB
3) Dosis untuk tiap tikus kelompok V
4 x 7,56 mg/100gBB = 30,24 mg/100gBB
Hal ini berarti sebagai berikut:
Pada berat tikus rata-rata sekitar 100 mg atau 0,10 kg maka dosis perekor tikus
sebesar:
20 mg/kgBB x 0,10kg = 0,20 g = 200 mg
Volume ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) diberikan secara oral sebanyak
1 ml yang merupakan volume yang boleh diberikan berdasarkan pada volume
normal lambung tikus yaitu 3-5 ml. Jika volume ekstrak melebihi volume lambung,
dapat berakibat dilatasi lambung secara akut yang dapat menyebabkan robeknya
saluran cerna (Ngatidjan, 2006).
31
Dosis tikus(200g)
= 12mg/kgBB x 70 kg x 0,018
= 840mg x 0,018= 15,12mg/200gBB
Dosis untuk 100 g tikus adalah 7,56 mg/100gBB. Dalam penelitian ini kelompok
kontrol negatif dan kontrol positif tidak diberikan daun sirsak (Annona muricata
Linn). Dosis pertama daun sirsak (Annona muricata Linn) diambil dari dosis
normal tikus, sedangkan dosis kedua diambil dari hasil pengalian 2x dosis
pertama dan dosis ketiga diambil dari hasil pengalian 4x dari dosis pertama atau
2x dari dosis kedua.
4) Dosis untuk tiap tikus kelompok III
7,56 mg/100gBB
5) Dosis untuk tiap tikus kelompok IV
2 x 7,56 mg/100gBB = 15,12 mg/100gBB
6) Dosis untuk tiap tikus kelompok V
32
33
3) Sel yang mengalami karyolisis yaitu kromatin basofil menjadi pucat, inti sel
kehilangan kemampuan untuk diwarnai dan menghilang (Price dan Wilson,
2006)
Skala yang digunakan adalah rasio.
c. Variabel Luar
1) Kondisi Psikologis
34
F. Pelaksanaan Penelitian
1. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan ada dua yaitu DMBA dengan dosis 20 mg/kgBB,
kemudian ekstrak daun sirsak ( Annona muricata Linn) dengan dosis 100
mg/KgBB, 200 mg/KgBB, dan 400 mg/KgBB.
Bahan Kimia
Bahan yang digunakan untuk pembuatan preparat histopatologi dengan metode
paraffin meliputi: larutan formalin 10% untuk fiksasi, alkohol 70%, alkohol 96%,
alkohol absolut, etanol, xylol, pewarna Hematoksilin dan Eosin, dan entelan (FK
Unila, 2011).
Alat Penelitian
Alat alat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Neraca analitik Metler Toledo dengan tingkat ketelitian 0,01 g, untuk
menimbang berat tikus;
b. Spuit oral 1 cc, 3 cc dan 5 cc;
c. Minor set, membedah tikus untuk mengidentifikasi hepar;
d. Kapas dan alcohol;
35
36
Diberikan 2 kali dalam seminggu. Dosis ini merupakan dosis toksik pada tikus
dimana dengan dosis 20 mg/kgBB sudah dapat menginduksi peningkatan enzim
sitokrom P450, peroksidasi lipid, aktivitas superoxide dismutase (SOD) di hati
dan sumsum tulang belakang(Dhuley dan Naik, 1998).
2). Prosedur Penelitian
Organ
hepar
dibuat
Hematoksilin-Eosin.
preparat
Kemudian
histopatologi
preparat
dengan
histopatologi
pewarnaan
dikirim
ke
37
3.
Setelah hari ke-28 atau minggu ke-4 hwan percobaan dikorbankan dengan cara
dibius dengan ester. Kemudian organ hepar diambil untuk selanjutnya dibuat
preparat histopatologi dengan metode blok paraffin dengan pengecatan HE. Tebal
irisian hepar adalah 3-8 m. Pembutan preparat diambil masing perkelompok.
Kemudian diamati pada pembesaran 100 kali untuk melihat 4 lapang pandang
yakni pada bagian jam 12, 3, 6, dan 9 yang persebaran kerusakannya merata. Dari
zona sentrolobuler lobulus hepar tersebut dengan pembesaran 1000 kali kemudian
ditentukan jumlah sel yang mengalami nekrosis yaitu ditandai dengan inti piknosi,
karioreksis dan kariolisis dari tiap 100 sel. Hasil yang diperoleh dari tiap kelompok
kemudian dirata-rata dan selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata kelompok
yang lainnya dengan uji Oneway ANOVA. Jika ada perbedaan bermakna dilanjutkan
dengan uji Post Hoc. Jika tidak terpenuhi maka akan dilakukan uji non-parametrik
yaitu Kruskal-Willis dan dilanjutkan uji Mann Whitney. Data diolah dengan
program komputer Stastical Product and Service Solutions (SPSS).17.0 for
windows ( Dahlan, 2006).