SGD Komunitas Kelompok 6 A-2
SGD Komunitas Kelompok 6 A-2
FASILITATOR:
Retno Indarwati, S.Kep., Ns., M.Kep
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
BAB I
PENDAHULUAN
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Asuhan Keperawatan Kesehatan
Komunitas pada Kelompok Khusus Pekerja.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian kesehatan kerja.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tujuan kesehatan kerja.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prinsip dasar kesehatan kerja.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan ruang lingkup kesehatan kerja.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagaimana lingkungan kerja
dan penyakit akibat kerja yang ditimbulkan.
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penyakit yang diakibatkan dari
kerja.
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan apa saja jenis penyakit yang
diakibatkan dari kerja.
8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang diagnosis spesifik
penyakit akibat kerja
9. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tujuan penerapan keperawatan
kesehatan kerja.
10. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagaimana kapasitas, beban,
dan lingkungan kerja.
11. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagaimana penerapan konsep
pencegahan penyakit akibat kerja.
12. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan apa saja fungsi dan tugas
perawat dalam kesehatan kerja.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dengan adanya makalah ini adalah sebagai berikut:
1 Mahasiswa
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami konsep, prinsip, ruang lingkup,
kapasitas, beban, lingkungan kerja, penyakit akibat yang ditimbulkan, keperawatan
kerja di komunitas, penerapan konsep pencegahan penyakit akibat kerja, fungsi,
3
kerja
didefinisikan
sebagai
spesialisasi
dalam
ilmu
kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar perusahan tersebut. Ciri
pokoknya adalah preventif (pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan kesehatan).
Oleh sebab itu, dalam kesehatan kerja pedomannya ialah: penyakit dan kecelakaan
akibat kerja dapat dicegah. Dari aspek ekonomi, penyelenggaraan kesehatan kerja bagi
suatu perusahaan adalah sangat menguntungkan karena tujuan akhir dari kesehatan kerja
ialah meningkatkan produktifitas seoptimal mungkin. (Notoatmodjo, 2003)
Secara eksplisit rumusan atau batasannya adalah bahwa hakikat kesehatan kerja
mencakup dua hal, yakni:
1. Pertama : sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
2. Kedua : sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada
meningkatnya efisiensi dan produktifitas.
Apabila kedua prinsip tersebut dijabarkan ke dalam bentuk opersional, maka tujuan
utama kesehatan kerja adalah:
1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-kecelakaan
akibat kerja.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.
3. Perawatan mempertinggi efisiensi dan produktifitas tenaga kerja.
4. Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta kenikmatan
kerja.
5. Perlindungan bagi masyarakat sekitar dari bahaya-bahaya pencemaran yang
ditimbulkan oleh perusahaan tersebut.
6. Perlindungan bagi masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan
oleh produk-produk perusahaan.
2.2 Prinsip Dasar Kesehatan Kerja
Upaya kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas, beban, dan lingkungan
kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri
maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal
5
(Undang-Undang Kesehatan Tahun 1992). Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini
adalah mengidentifikasi permasalahan, mengevaluasi, dan dilanjutkan dengan tindakan
pengendalian. Sasaran kesehatan kerja adalah manusia dan meliputi aspek kesehatan dari
pekerja itu sendiri.
2.3 Ruang Lingkup Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara atau metode,
proses, dan kondisi pekerjaan yang bertujuan untuk:
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua
lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mentah, maupun kesejahteraan
sosialnya;
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan
oleh keadaan atau kondisi lingkungan kerjanya;
c. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaanya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan
kesehatan;
d. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising debu, zat-zat kimia, dan lainlain) dapat menjadi beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut
secara sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat
kerja.
Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang
berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja
dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan di tempat kerja dan lingkungan kerja
tetapi juga oleh faktor-faktor pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja, serta faktor
lainnya.
2.5 Lingkungan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan
Penyakit akibat kerja dan/atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan
oleh pemajanan dilingkungan kerja. Dewasa ini terdapat kesenjangan antara pengetahuan
ilmiah tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan dengan usaha-usaha untuk
mencegahnya. Misalnya, antara penyakit yang sudah jelas penularannya (melalui darah
dan pemakaian jarum suntik yang berulang-ulang) atau perlindungan bagi para pekerja
rumah sakit yang belum memadai dengan kemungkinan terpajan melalui kontak
langsung. Untuk mengatasi permasalahan ini maka langkah awal yang penting adalah
pengenalan atau identifikasi bahaya yang bisa timbul dan di evaluasi, kemudian dilakukan
pengendalian. Untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya dilingkungan
kerja ditempuh dengan tiga langkah sebagai berikut :
1. Pengenalan lingkungan kerja
Pengenalan lingkungan kerja ini biasanya dilakukan dengan cara melihat dan
mengenal (walk through inspection) dan ini merupakan langkah dasar yang pertama
kali dilakukan dalam upaya kesehatan kerja.
2. Evaluasi lingkungan kerja
Merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi-potensi bahaya yang
mungkin timbul, sehingga dapat dijadikan alat untuk menentukan prioritas dalam
mengatasi permasalahan .
3. Pengendalian lingkungan kerja
Dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan pemajanan terhadap zat atau
bahan berbahaya dilingkungan kerja. Kedua tahapan sebelumnya, pengenalan zat dan
evaluasi, tidak dapat menjamin lingkungan kerja yang sehat. Jadi hanya dapat dicapai
Rasio mortalitas standar beberapa pekerjaan untuk laki-laki dan perempuan lajangInggris. Sumber. Dec. Suppl. Occ Mort. 1979-1980, 1982-83, OCPS 1986
2.5.2
10
10) Penyakit yang disebabkan oleh mangan (Mn) atau persenyawaannya yang
beracun.
11) Penyakit yang disebabkan oleh arsen (As) atau persenyawaannya yang beracun.
12) Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau merkurium (Hg) persenyawaannya
yang beracun.
13) Penyakit yang
disebabkan
oleh
timbel
atau
plumbum
(Pb)
atau
11
b. Neuro pati perifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian alkohol atau
tidak diketahui penyebabnya, depresi SSP oleh karena penyalahgunaan zat-zat
atau masalah psikiatri.
c. Kelakuan yang tidak baik mungkin merupakan gejala awal dari stres yang
berhubungan dengan pekerjaan.
d. Lebih dari 100 bahan kimia (a.l solven) dapat menyebabkan depresi Susunan
Syaraf Pusat.
e. Beberapa neurotoksin (termasuk arsen, timah, merkuri, methyl, butyl ketone)
dapat menyebabkan neuropati perifer.
f. Carbon disulfide dapat menyebabkan gejala seperti psikosis.
9. Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya
a. Alergi
b. Gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan kimia atau
lingkungan
c. Sick building syndrome
d. Multiple Chemical Sensitivities (MCS), misal : parfum derivate petroleum,
2.5.4
rokok
Diagnosis Spesifik Penyakit Akibat Kerja
Secara teknis penegakan diagnosis dilakukan dengan cara berikut ini
(B.Sugeng, 2003) :
1. Anamnesis (wawancara) meliputi identitas, riwayat kesehatan, riwayat
penyakit, dan keluhan yang dialami saat ini.
2. Riwayat pekerjaan (kunci awal diagnosis)
1) Sejak pertama kali bekerja.
2) Kapan, bilamana, apa yang dikerjakan, bahan yang digunakan, jenis bahaya
yang ada, kejadian sama pada pekerja lain, pemakaian alat pelindung diri,
cara melakukan pekerjaan, pekerjaan lain yang dilakukan, kegemaran
(hobby), dan kebiasaan lain (merokok, alkohol).
3) Sesuai tingkat pengetahuan, pemahaman pekerjaan.
3. Membandingkan gejala penyakit sewaktu bekerja dan dalam keadaan tidak
bekerja
1) Pada saat bekerja maka gejala timbul atau menjadi lebih berat, tetapi pada
saat tidak bekerja atau istirahat gejala berkurang atau hilang.
2) Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja.
3) Informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesis atau dari data
penyakit di perusahaan.
4. Pemeriksaaan fisik yang dilakukan dengan catatan
1) Tanda dan gejala mungkin tidak spesifik
2) Pemeriksaan laboratorium penunjang membantu diagnostik klinis
3) Dugaan adanya penyakit akibat kerja dilakukan juga melalui pemeriksaan
laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedik
13
14
Tugas perawat:
1.
2.
3.
4.
5.
15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KOMUNITAS KERJA PABRIK X
Contoh Kasus:
PT X merupakan sebuah perusahaan yang berdiri sejak 1972 dan bergerak di bidang
industri kimia. Perusahaaan ini memiliki jumlah pekerja hampir 3.312 orang yang terdiri dari
progam pasca sarjana 104 orang , progam sarjana 527 orang, sarjana muda 64 orang, SLTA
2445 orang, dan SLTP 172 orang. Mayoritas pekerja yang bekerja di pabrik X merupakan
lulusan SLTA. Walaupun pekerja outsourcing, mereka cukup tahu bahaya di tempat kerja
akan tetapi tidak semua pekerja menggunakan jenis alat pelindung diri yang memadai seperti
sepatu boot, pelindung tangan pada saat memegang atau memindahkan alat yang panas,
masker, kacamata pelindung. Beberapa fasilitas kesehatan dapat dilihat dari toilet, kamar
mandi yang memadai, sebuah ruangan sebagai unit kesehatan dalam pabrik, dan air minum
cukup, serta jika terdapat masalah kesehatan yang serius pabrik X memiliki Rumah Sakit
swasta yang dibangun atas nama perusahaan sehingga karyawan yang bekerja di perusahaan
X tersebut mempunyai asuransi kesehatan yang memadai.
PT X sendiri terletak di kawasan dataran rendah yang dekat dengan rumah penduduk
dan area perikanan penduduk. Luas areal perusahaan ini cukup luas sekitar 450 hektar yang
terdiri dari bangunan pabrik, kantor, kantin dan juga musholla. Lingkungan di kawasan
perusahaan tergolong cukup bersih, akan tetapi udara di sekitar kawasan ini tercium bau
seperti bahan kimia dan tempat pembuangan limbahnya tidak tersedia. Limbah ini nanti
hanya akan disalurkan melalui saluran cerobong asap ke udara dan ke sungai. Menurut para
pekerja, mereka merasa tidak nyaman jika harus menggunakan masker dan alat lainnya saat
bekerja karena menambah rumit dalam bekerja. Saat diwawancarai apakah di sini para
pekerja tidak sering mengeluh tentang kondisi mereka, sebagian besar menjawab bahwa
sebagian kecil dari pekerja (10%) sering mengalami ISPA dan sesak. Para pekerja ini dapat
berobat di Rumah Sakit yang telah disediakan oleh perusahaan jika mereka mengalami
16
keluhan dan tanpa membayar karena mereka berada di bawah naungan PT Jamsostek. Untuk
masalah terkait besaran upah, para pekerja outsourcing misalnya yang hanya menerima upah
sekitar Rp1,34 juta per bulan, sedangkan gaji buruh tetap berkisar Rp3,84 juta tiap bulan.
3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Inti
1) Sejarah
PT. X dirintis oleh Tn. Y sejak 42 tahun yang lalu. Nama perusahaan ini memiliki
arti bahwa perusahaan ini harus terus berkembang dan berjaya. Ada 100 pekerja
di awal perusahaan ini memulai karir. Seiring berjalan waktu pekerja ada yang
ditambah dan ada yang harus diberhentikan karena sudah pensiun. Hingga sampai
saat ini perusahaan memiliki 3.312 pekerja. Sejak awal berkarir hingga saat ini
PT.X juga mengalami jatuh bangun dalam berkarir.
2) Demografi
PT X terletak di kawasan dataran rendah yang dekat dengan rumah penduduk dan
area perikanan penduduk. Luas area perusahaan ini cukup luas sekitar 450 hektar.
Ada sekitar 2000 pekerja tetap dan kurang lebih 1000 pekerja outsourcing
(kontrak). Jumlah pekerja tetap dan kontrak (outsourcing) yang diambil menjadi
responden berjumlah masing-masing 50 pekerja.
Berikut karakteristik usia pekerja tetap dan kontrak (outsourcing).
Grafik 1.
Karakteristik responden
berdasarkan usia pekerja tetap
36-55 tahun
Grafik 2.
Karakteristik responden
berdasarkan usia pekerja
Outsourcing
17
3) Status Perkawinan
Sebanyak 60 % dari 100 responden yaitu 60 pekerja sudah menikah. Mereka ratarata sudah memiliki 2 orang putra-putri.
4) Kelompok Etnis
Suku dari 100 pekerja sebagai responden adalah suku jawa.
5) Nilai dan Keyakinan
Keyakinan yang dipeluk dari ke 100 responden adalah 99% beragama islam dan
1% beragama non islam. Berdasarkan hasil inspeksi area perusahaan terdapat
mushollah. Menurut beberapa responden mushollah ini aktif digunakan untuk
beribadah mulai dari adzan dan shalat berjamaah saat istirahat. Akan tetapi tidak
semua pekerja muslim menunaikan kewajibannya.
3.1.2
Data Subsistem
1) Fisik dan Lingkungan
PT X berada di kawasan dataran rendah, dekat dengan rumah penduduk dan
bagian belakang pabrik ada area perikanan penduduk. Luas area perusahaan ini
cukup luas sekitar 450 hektar. PT X memiliki beberapa fasilitas kesehatan seperti
toilet, kamar mandi yang memadai, sebuah ruangan sebagai unit kesehatan dalam
pabrik, dan jatah air minum yang cukup memadai, serta rumah sakit swasta.
2) Pelayanan kesehatan dan sosial
Di PT X ada unit kesehatan yang setiap harinya dijaga oleh dua tenaga medis
yang menangani pertolongan pertama saat terjadi kecelakaan kerja atau gangguan
kesehatan lain yang dialami pekerja dan 1 orang dokter jaga. Total tenaga medis
yang bekerja diperusahaan ini ada 4 orang dan 2 dokter perusahaan. Obat yang
disediakan di unit kesehatan perusahaan untuk sakit yang ringan seperti
paracetamol, asam mefenamat, vitamin b1-12, amoxillin, dan 2 set rawat luka.
Fasilitas yang diberikan masih minimal jika harus digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pekerja saat sakit berat. Apabila ada pekerja yang mengalami
kecelakaan kerja dan perlu dirujuk ke rumah sakit maka pekerja akan di rujuk ke
18
19
5% 3%
16
%
Sarjana
2%
Sarjana muda
SLTA
74
%
SLTP
8) Rekreasi
Program rekreasi untuk para pekerja dari perusahaan tidak rutin dilaksanakan
setahun sekali. Menurut responden baru 3x pelaksanaan rekreasi untuk para
pekerja yaitu 2x ke malang dan 1x ke lamongan. Akan tetapi ada program yang
rutin dilaksanakan perusahaan yaitu acara jalan sehat gebyar keluarga PT X.
Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan pengundian doorprize.
3.1.3
Data Persepsi
1) Persepsi Penduduk
Berdasarkan hasil wawancara manajemen di pabrik X, diketahui bahwa menurut
beliau saat ini situasi di pabrik X aman. Kekuatan pekerja di pabrik adalah
kepedulian dengan sesama pekerja yang lebih tinggi, sehingga mereka saling
tolong menolong jika ada yang membutuhkan bantuan. Sementara menurut
tenaga medis yang ada di pabrik, para pekerja cukup kooperatif saat terjadi
kecelakaan kerja mereka membantu dengan sigap. Pekerja sendiri dalam
20
wawancara merasa bahwa antar pekerja saling mengenal dan peduli satu sama
lain.
2) Persepsi Perawat
Pabrik X memiliki unit kesehatan pabrik yang cukup memadai untuk pertolongan
pertama. Pabrik X juga telat menyediakan APD. Tetapi, tidak semua pekerja
menggunakan jenis alat pelindung diri yang memadai karena mereka merasa tidak
nyaman saat bekerja dan menambah rumit dalam bekerja, kecuali beberapa orang
menggunakan sepatu boot, pelindung tangan pada saat memegang atau
memindahkan alat yang panas.
3.2 Analisa Data
1) Pekerja tidak nyaman jika harus menggunakan masker dan alat lainnya saat bekerja
karena menambah rumit dalam bekerja. Saat diwawancarai apakah di sini para
pekerja tidak sering mengeluh tentang kondisi mereka, sebagian besar menjawab
bahwa sebagian kecil dari pekerja (10%) sering mengalami ISPA dan sesak. Jika
sebagian besar pekerja tetap tidak menggunakan alat pelindung di khawatirkan
akan terjadi peningkatan ISPA
2) Udara di sekitar kawasan pabrik tercium bau seperti bahan kimia dan tempat
pembuangan limbahnya tidak tersedia. Hal ini mengganggu kenyamanan
masyarakat sekitar dan resiko terganggunya kesehatan masyarakat sekitar.
3) Limbah pabrik nanti hanya akan disalurkan melalui saluran cerobong asap ke udara
dan ke sungai. Hal ini menyebabkan pencemaran lingkungan dan resiko terjadinya
banjir di pemukiman. Jika sering terjadi banjir resiko terjadi terjangkitnya wabah
malaria.
21
3.4 Intervensi
Jenis
Tujuan
Strategi
Kegiatan
Pembinaan
Jangka Panjang:
pada para
Pembinaan
ini
Ijin
pada
yang
tentang cara
tahunnya
Dengan
dan
para
pentingnya
baru.
pekerja
pekerja
untuk
Aktivitas
Penanggung
Waktu dan
indikator
jawab
Nur
tempat
1-3 oktober 2014
Faizah
Di rumah pak RT
pembentukan
mengirimkan
kepada
dan
pelatihan.
menggunakan
kepala,
alat
dihubungi karyawan
tapi
yang
perlindungan
Jangka Pendek:
Nisrina
diri
Para pekerja
09-22 pukul
khususnya para
09.00 WIB
menyetujui
Di RT x
mengikuti
bawah
pekerja bangunan
mampu memahami
pekerja tentang
kepala bidang
pembinaan tersebut
praktekkan saat
bekerja
Calon
peserta
dan
mau
pelatihanpercil.
Siti
6 Oktober 2013
Komariah
3.5 Implementasi
22
N
O
1.
KEGIATAN
Memberikan
penyuluhan
kesehatan
HASIL
HAMBATAN
tentang 1. 100% undangan para pekerja hadir untuk 1. Audience kurang fokus terhadap materi
mengikuti pembinaan.
penyuluhan
2. para peserta aktif bertanya selama sesi 2. Suasana yang kurang kondusif di saat
2.
pembinaan
Memotivasi para pekerja untuk selalu menggunakan Kesadaran
para
pekerja
untuk
pembinaan
selalu 1. Masih minimnya peralatankesehatan
pelidung diri saat bekerja dan memotifasi untuk menggunakan pelindung diri dan peduli pada yang ada di poli perusahaan
selalu meng-check kesehatan
dengan
semakin
perusahaan.
Melakukan pembinaan kader dalam kegiatan di tahun 1. Terciptanya para kader yang membantu 1. Kurangnya keterampilan yang dimiliki
berikutnya
dalam
proses
kampanye
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kesehatan kerja adalah merupakan aplikasi kesehatan masyarakat di dalam
suatu tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dan sebagainya) dan yang menjadi
pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar perusahan
tersebut. Ciri pokoknya adalah preventif (pencegahan penyakit) dan promotif
(peningkatan kesehatan).
Menurut WHO/ILO (1995), kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan
pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi
pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja
yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya
dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan
pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan
psikologisnya.
Tugas sebagai perawat dalam usaha keselamatan dan kesehatan kerja di industri
adalah sebagai berikut (Effendy 1998) : mengawasi lingkungan pekerja, merencanakan
dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di rumah kepada pekerja dan
keluarga pekerja yang mempunyai masalah kesehatan
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, kita sebagai perawat komunitas diharapkan mampu
memahami dan menguasai asuhan keperawatan kesehatan komunitas pada kelompok
kerja sesuai dengan konsep, sehingga akan tercapai tingkat kesehatan yang optimal
pada kelompok kerja dan sebagai bekal pada saat terjun langsung ke lapangan dan
berhadap langsung dengan seorang klien di kelompok pekerja.
24