Anda di halaman 1dari 6

Perlakuan Sonikasi Terhadap Kitosan

Viskositas dan Bobot Molekul Kitosan.

Kencana, Ardila Lara


URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/11456
Date: 2009

Abstract:
Penggunaan kitosan telah meluas di berbagai bidang mulai dari pengolahan limbah,
biomedis, kosmetik, hingga pangan. Aplikasi kitosan di berbagai bidang tersebut sedikit
banyak dipengaruhi oleh bobot molekul (BM) dan derajat deasetilasi (DD) kitosan. Dalam
bidang medis contohnya, terutama dalam pengembangan sistem penghantaran obat, bobot
molekul mempengaruhi laju pelepasan obat dalam tubuh. Degradasi polimer kitosan yaitu
viskositas, BM, dan struktur kristal akibat perlakuan sonikasi telah dipelajari. Kitosan yang
digunakan memiliki karakteristik DD sebesar 73,894%, viskositas intrinsik 462,27 ml/g dan
BM sebesar 8,95 x 105 g/mol. Pencirian karakteristik DD kitosan dilakukan dengan
karakterisasi FTIR dan pengukuran viskositas menggunakan viskometer bola jatuh Gilmont.
Perlakuan sonikasi diberikan dengan ultrasonics processor Cole-Palmer 20 kHz 130 watt
dengan variasi waktu lama sonikasi 2, 4, 6, 8, dan 60 menit dengan pulsa nyala 5 detik mati
1 detik. Konsentrasi larutan kitosan tidak divariasikan, yaitu 2% (b/v) pada pelarut asam
asetat 2% (v/v). Sebagai surfaktan digunakan Tween80 dengan konsentrasi 2% (v/v) dengan
perbandingan larutan kitosan dan Tween80 sebesar 2:1. Viskositas kitosan setelah sonikasi
mengalami penurunan linear pada 8 menit pertama dan setelah 60 menit penurunan
viskositas terlihat signifikan terhadap viskositas awal. Bobot molekul yang dihitung melalui
persamaan Mark-Houwink yang menghubungkan BM dengan viskositas intrinsik juga
menunjukkan adanya penurunan BM kitosan. Viskositas intrinsik dan BM setelah disonikasi
selama 2, 4, 6, 8, dan 60 menit masing-masing adalah sebesar 475.04; 475.50; 434.89;
381.17; 213.81 ml/g dan 6,68x105; 6,69x105; 6,15x105; 5,42x105; 3,8x10-4 g/mol. Pola
XRD menunjukkan adanya perubahan struktur kitosan dari bentuk anhydrous menjadi amorf
sementara spektra inframerah (IR) tidak menunjukkan adanya gugus selain gugus yang
dimiliki kitosan dan tidak adanya perubahan DD. Gambar SEM memperlihatkan bentuk
partikel yang bulat namun menggumpal yang diduga akibat kurangnya Tween80 sebagai
pengemulsi larutan yang juga diperkuat dari pola XRD dan spektra IR yang tidak
menunjukkan adanya Tween80 dalam sampel. Kata kunci: sonikasi, kitosan, viskositas,
derajat deasetilasi, bobot molekul.

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/11456

Proses sonikasi dan hidrotermal dapat menurunkan berat molekul kitosan menjadi molekul yang lebih
kecil dan bernilai ekonomis. Berat molekul kitosan yang dihasilkan pada degradasi sistem kitosan - air

tidak mengalami perubahan yang signifikan. Untuk itu adanya penambahan asam asetat sebagai
pelarut kitosan, diharapkan menjadi katalis dalam reaksi degradasi ini. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mempelajari pengaruh penambahan asam asetat pada degradasi kitosan dengan metode
sonikasi, hidrotermal, dan gabungan kedua metode tersebut, serta melihat karakter produk oligomer
kitosan. Penelitian ini diawali dengan melarutkan kitosan ke dalam larutan asam asetat 0,05 1% v/v,
dengan komposisi 1% massa kitosan per volume larutan asam asetat. Selanjutnya dilakukan proses
sonikasi dan hidrotermal. Proses sonikasi yang disertai dengan penambahan asam asetat ini dapat
menurunkan berat molekul kitosan dari 3,7x106 menjadi 2,8 x 104 Da. Pada proses sonikasi banyak
menghasilkan glukosamin dan komponen yang muncul pada retention time 7 . Proses hidrotermal
menghasilkan glukosamin pada penambahan 0,3% dan 0,5% asam asetat. Sedangkan N,ndiasetilchitobiose dihasilkan pada penambahan asam asetat 1%. Pada proses ini pengukuran viskositas
intrinsik cenderung turun sesuai dengan konsentrasi asam asetat yang digunakan. Kombinasi proses
sonikasi dan hidrotermal banyak menghasilkan laktosa.

Alt. Description
Sonication and hydrothermal process are able to reduce molecular weight of chitosan to become
economically smaller molecules. Decreasing of molecular weight of chitosan did not significantly
produce from degradation in chitosan-water system only. Thus, addition of acetic acid as a solvent
could become a catalyst in degradation process. The purpose of this research is to study the influence
of acetic acid on degradation chitosan with sonication, hydrothermal and combination of both. Beside
is to know the characters of this chitosan oligomers product. At first, chitosan dissolved in aqueous
acetic acid 0,05 1% v/v with composition 1% w/v, and followed with sonication and hydrothermal process. Sonication in
addition of acetic acid decreased molecular weight of chitosan from 3,7x106 to 2,8 x 104 Da. Sonication process
produced glucosamine and component with retention time 7. Hydrothermal process produced
glucosamine for 0,3% and 0,5% v/v acetic acid addition. N,n-diacetylchitobiose is produced with
addition of 1% v/v acetic acid. Combination of sonication and hydrothermal process excessively
produced lactose.

http://digilib.its.ac.id/ITS-Master-23003140000723/32872

Mcm41 http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/109096
kristalisasi http://id.wikipedia.org/wiki/Kristalisasi
Kristalisasi adalah proses pembentukan
bahan padat dari pengendapan larutan,melt (campuran leleh), atau lebih jarang
pengendapan langsung dari gas. Kristalisasi juga merupakan teknik pemisahan kimia
antara bahan padat-cair, di mana terjadi perpindahan massa (mass transfer) dari
suat zat terlarut (solute) dari cairan larutan ke fase kristal padat.
Karakter proses kristalisasi ditentukan oleh termodinamika dan faktor kinetik, yang bisa
membuat proses ini sangat bervariasi dan sulit dikontrol. Faktor-faktor seperti tingkat
ketidakmurnian, metoda penyamburan, desain wadah, dan profil pendinginan bisa
berpengaruh besar terhadap ukuran, jumlah dan bentuk kristal yang dihasilkan.
Ambil sebagai contol sebuah molekul yang terletak di dalam kristal yang murni dan
sempurna, yang kemudian dipanasi dari luar. Pada titik suhu tertentu, melukul ini
mendadak harus keluar dari posisinya, dan struktur komplex yang terbentuk sekitar
molekul ini ambruk jadinya. Menurut buku termodinamika, sebuah bahan adalah
meleleh jika peningkatan entropi, S, pada sebuah sistem melalui pengacakan molekulmolekul di dalam ruang (spatial randomization of the molecules) lebih besar nilainya
dari entalpi, H, disebabkan oleh pecahnya gaya-gaya dari kemasan kristal.

Hal ini terjadi jika suhu jalan meningkat. Dengan dasar yang sama, kalau suhu
campuran leleh diturunkan, sebuah molekul akan duduk kembali dalam posisi struktur
kristal. Tingkat Entropi berkurang karena naiknya tingkat keteraturan molekul-molekul di
dalam ruang sistem dikompensasi jauh lebih tinggi oleh panas dari pengacakan daerah
luar sekitar ruang, karena dibebaskannya panas fusi; yang berarti entropi semesta naik
nilainya.
Tetapi cairan-cairan yang didinginkan dan bertingkah seperti diatas merupakan
kekecualian dan bukan hal umum, kendati hukum termodinamika kedua, kristalisasi
biasanya terjadi pada suhu yang lebih rendah (supercooling). Ini hanya bisa berarti
bahwa sebuah kristal lebih mudah dirusak daripada dibentuk. Dan ini juga berarti,
biasanya lebih mudah melarutkan sebuah kristal sempurna di dalam pelarut daripada
membentuk sebuah kristal sempurna kembali dari larutan itu.
Selanjutnya, nukleasi (pembentukan butiran inti) dan pertumbuhan sebuah kristal
terjadi dibawah pengaruh kinetik, dan bukan termodinamik.

http://kimiacorner.blogspot.com/2013/04/kristalisasi.html

PENGERTIAN KRISTALISASI

Kristalisasi adalah proses pembentukan bahan padat dari pengendapan larutan, melt (campuran
leleh), atau lebih jarang pengendapan langsung dari gas. Kristalisasi juga merupakan teknik
pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di mana terjadi perpindahan massa (mass transfer) dari
suat zat terlarut (solute) dari cairan larutan ke fase kristal padat.
Pemisahan dengan teknik kristalisasi didasari atas pelepasan pelarut dari zat terlarutnya dalam
sebuah campuran homogeen atau larutan, sehingga terbentuk kristal dari zat terlarutnya. Proses
ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang sangat penting dalam industri, karena
dapat menghasilkan kemurnian produk hingga 100%.

MEKANISME PEMBENTUKAN KRISTAL

1. Pembentukan Inti

Inti kristal adalah partikel-partikel kecil bahkan sangat kecil yang dapat terbentuk secara cara
memperkecil kristal-kristal yang ada dalam alat kristalisasi atau dengan menambahkan benih
kristal ke dalam larutan lewat jenuh.

2. Pertumbuhan Kristal
Pertumbuhan kristal merupakan gabungan dari dua proses yaitu :
Transportasi molekul-molekul atau (ion-ion dari bahan yang akan di kristalisasikan) dalam
larutan kepermukaan kristal dengan cara difusi. Proses ini berlangsung semakin cepat jika derajat
lewat jenuh dalam larutan semakin besar.
Penempatan molekul-molekul atau ion-ion pada kisi kristal. Semakin luas total permukaan
kristal, semakin banyak bahan yang di tempatkan pada kisi kristal persatuan waktu.
SYARAT - SYARAT KRISTALISASI
Larutan harus jenuh
Larutan yang mengandung jumlah zat berlarut berlebihan pada suhu tertentu, sehingga kelebihan
itu tidak melarut lagi. Jenuh berarti pelarut telah seimbang zat terlarut atau jika larutan tidak
dapat lagi melarutkan zat terlarut, artinya konsentrasinya telah maksimal kalau larutan jenuh
suatu zat padat didinginkan perlahan-lahan, sebagian zat terlarut akan mengkristal, dalam arti
diperoleh larutan super jenuh atau lewat jenuh
Larutan harus homogen
Partikel-partikel yang sangat kecil tetap tersebar merata biarpun didiamkan dalam waktu lama.
Adanya perubahan suhu
Penurunan suhu secara dratis atau kenaikan suhu secara dratis tergantung dari bentuk kristal yang
didinginkan.
METODE KRISTALISASI
Pendinginan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang dratis dengan menurunnya temperatur, kondisi
lewat jenuh dapat dicapai dengan pendinginan larutan panas yang jenuh.

Pemanasan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang sedikit dengan menurunnya suhu.Kondisi
lewat jenuh dapat dicapai dengan penguapan sebagian pelarut.

Pemanasan dan Pendinginan


Metode ini merupakan gabunga dari dua metode diatas. Larutan panas yang Jenuh dialirkan
kedalam sebuah ruangan yang divakumkan. Sebagian pelarut menguap, panas penguapan
diambil dari larutan itu sendiri, sehingga larutan menjadi dingin dan lewat jenuh. Metode ini
disebut kristalisasi vakum.

Penambahan bahan (zat) lain.


Untuk pemisahan bahan organic dari larutan seringkali ditambahkan suatu garam. Garam ini
larut lebih baik daripada bahan padat yang dinginkan sehinga terjadi desakan dan membuat baha
padat menjadi terkristalisasi.

1. Dalam keadaan cair atom-atom tidak memiliki susunan teratur dan selalu mudah bergerak,
temperaturnya relative lebih tinggi dan memiliki energi yang cukup untuk mudah bergerak.
Dengan turunnya temperatur maka energi atom aka semakin rendah, makin sulit
bergerak dan mulai mengatur kedudukannya relatif terhadap atom lain, mulai membentuk inti
kristal pada tempat yang relative leih tinggi.
3. Inti akan menjadi pusat kristalisasi, dengan makin turun temperature makin banyak atom yang
ikut bergabung dengan inti yang sudah ada atau membentuk inti baru.
LANGKAH - LANGKAH KRISTALISASI
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Larutan sample zat padat dilarutkan dalam pelarut panas.


Bubuhkan sedikit norit.
Larutan tersebut dijenuhkan kembali.
Saring kembali dengan pemanas air.
Didinginkan larutan tersebut hingga es mencair.
Saring kristal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai