Abstrak
Dalam setiap komunikasi akan tercipta peristiwa tutur yang sebenarnya
merupakan rangkaian tindak tutur. Pasar sebagai pertemuan antara penjual dan pembeli
menjadi tempat yang stategis untuk berkembangnya tindak tutur. Pasar Sunan Ampel
merupakan salah satu tempat yang memiliki keberagaman masyarakat yang tinggi.
Persidangan merupakan contoh lain tempat yang sarat interaksi sosial. Menjadi menarik
jika kedua peristiwa tutur ini dibandingkan untuk mengetahui tindak tutur yang
digunakan mengingat perbedaan peserta tutur yang cukup signifikan. Tindak tutur
merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan
terkecil dari komunikasi bahasa yang bersifat individual dan psikologis. Tindak tutur,
menurut Searle, terdiri atas lima jenis yaitu, representatif, direktif, ekspresif, komisif,
dan deklaratif. Kelima macam tuturan inilah yang terdapat dalam interaksi sosial di
pasar tradisional Sunan Ampel dan dalam persidangan dalam pengadilan.
Kata Kunci: tindak tutur, interaksi sosial, pasar Sunan Ampel, persidangan
PENDAHULUAN
Bahasa pada hakikatnya merupakan wahana pertama dan utama dalam interaksi.
Melalui bahasa seseorang menyampaikan apa yang dipikirkan dan dirasakan kepada
orang lain, sehingga orang lain mengetahui apa yang diinginkan. Sebagai alat
komunikasi, bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Pada
setiap komunikasi akan terjadi interaksi antara penutur dan petutur yang dapat berupa
pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung. Maka dari itu,
dalam proses komunikasi terjadi peristiwa tutur dan tindak tutur dalam satu situasi tutur.
Menurut Chaer dan Agustina (2010: 47) peristiwa tutur adalah terjadinya atau
berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan
dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan di dalam waktu,
tempat, dan situasi tertentu. Interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan
pembeli pada waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi
adalah sebuah peristiwa tutur. Pada dasarnya peristiwa tutur adalah serangkaian tindak
tutur.
Tindak
tutur
merupakan
gejala
individual,
bersifat
psikologis,
dan
Pembeli
Penjual
Pembeli
Penjual
Tindak tutur representatif pernyataan pada percakapan (2) digunakan oleh kedua
pihak, baik pembeli maupun penjual. Pembeli menyatakan bahwa gelang yang sedang
dilihatnya bagus. Kemudian penjual menanggapinya dengan memberitahukan asal usul
dan kelebihan gelang tersebut.
Pembeli
Penjual
Pembeli
Penjual
Pembeli
Penjual
Pada tuturan (3) tindak tutur representatif petunjuk diwakili oleh tuturan penjual.
Penjual menunjukkan jenis gelang dengan harga yang dikehendaki pembeli. Selain itu
pada percakapan tersebut juga, penjual menunjukkan toko yang menjual barang yang
dikehendaki oleh pembeli sebagai mitra tuturnya.
c) Tindak Tutur Representatif Penyebutan
Tindak tutur representatif penyebutan adalah tuturan yang dilakukan seorang
penutur dengan cara menyebutkan suatu hal kepada lawan tuturnya. Contoh jenis
tuturan ini dapat disimak dalam contoh berikut.
(4)
Penjual
Pembeli
Penjual
Pembeli
Penjual
Pembeli
Penjual
(7)
Penuntut Umum
Terdakwa
Penuntut Umum
Terdakwa
Penuntut Umum
Terdakwa
Penuntut Umum
Terdakwa
Penuntut Umum
Terdakwa
Penuntut Umum
Terdakwa
Penuntut Umum
Terdakwa
Pada tuturan di atas, terdapat beberapa pernyataan yang dilontarkan baik lawan
penutur maupun mitra tutur. Mayoritas tuturan pernyataan tersebut merupakan jawaban
yang dituturkan oleh terdakwa sebagai mitra tutur. /Minuman/ merupakan tuturan
pernyataan dari terdakwa. Ia menyatakan bahwa sedang diproses dalam pengadilan
karena menjual minuman oplosan. Minuman oplosan yang dijual antara lain minuman
Mansion, Vodka, Jack D / Minuman Mansion, Vodka, Jack D /. Minuman tersebut
sebelum dijual dioplos atau dicampur larutan lain terlebih dahulu /Ya dioplos/. Kafe
miliknya dijadikan tempat untuk mengoplos minuman keras /Oplosan ya di kafe. Milik
saya/. Sayangnya, kafe yang ia miliki masih belum memperoleh izin. Terdakawa masih
mengurus perizinan tersebut / Tidak ada. Masih proses/. Terdakwa tidak mengetahui
bahwa apa yang ia lakukan, dalam hal ini mengoplos, adalah tindakan melawan hukum.
Bahwa
tindakan
tersebut
dilarang
pemerintah,
ia
sama
sekali
tidak
Hakim Ketua
Terdakwa
Hakim Ketua
Terdakwa
Sama halnya dengan tuturan sebelumnya, tuturan (8) juga merupakan tuturan
pernyataan yang datang dari terdakwa. Terdakwa menjawab apa yang ditanyakan oleh
hakim ketua. Ia telah menjalankan roda bisnis oplosannya selama lima bulan terkahir
per bulan September 2013 /Lima bulanan/. Meskipun tidak menyatkan secara
gamblang, ia mendapat keuntungan lebih dari bisnis transaksi minuman oplosan yang
dilarang pemerintah ini / Ya jual minuman itu/. Kesemua pernyataan yang dituturkakn
oleh terdakwa merupakan rentetan peristiwa yang menimpa dirinya. Dengan kata lain,
ia memiliki keterkaitan kebenaran atas apa yang diucapkan, meskipun menurut
versinya.
b) Tindak Tutur Representatif Laporan
Tindak tutur representatif, penutur melaporkan sesuatu kepada mitra tuturnya.
Contoh tuturan laporan dapat dilihat dalam percakapan berikut.
(9)
Hakim Ketua
Penuntut Umum
: Silakan dibacakan.
:Terima kasih. Keterangan saksi Firmansyah
menerangkan bahwa benar saksi mengetahui dalam
perkara ini yang melakukan nomor satu adalah
petugas kepolisian kapolda polrestabes Surabaya
dibantu satuan polisi pamong praja dalam pekerjaan
di kafe Emma jalan Embong Malang nomor 38
Surabaya menyatakan beberapa minuman dijual di
kafe Emma yang telah dicampur kemudian diminum
tersebut diamankan, dibawa ke polrestabes Surabaya
dan diteliti lebih lanjut. Bahwa benar selaku pemilik
dari kafe Emma Embong Malang menurut keterangan
karyawan kami adalah terdakwa Andik Lee Andy
Wibowo.
Dalam kutipan tuturan (9), penuntut umum selaku mitra tutur melaporkan hasil
keterangan saksi yang diperoleh sebelum persidangan kepada penutur yaitu hakim
ketua. Laporan kesaksian ini mengenai penangkapan dan penyitaan minuman oplosan
oleh petugas kapolda polrestabes Surabaya dibantu oleh polusi satuan pamong praja.
Selain itu juga, penuntut umum melaporkan bahwa saksi berpendapat bahwa pemilik
kafe Emma di jalan Embong Malang 38 adalah terdakwa bernama Andik Lee Andy
Wibowo. Laporan penuntut umum merupakan suatu bentuk
kebenaran karena ia
menyampaikan apa yang disaksikan oleh saksi dalam kasus minuman oplosan ini.
Hakim Ketua
Penuntut Umum
Penuntut umum sebagai mitra tutur hakim ketua menyebutkan beberapa barang
bukti yang disita dari kafe Emma. Barang bukti tersebut antara lain, minuman keras
merk Mansion, Whisky, Vodka, Drejin, sirup gula, sirup melon, alkohol. Nota penjualan
dan gelas sloki juga disebutkan oleh penuntut umum sebagai barang bukti yang telah
disita.
d) Tindak Tutur Representatif Usulan
Dalam tindak tutur representatif usulan, penutur mengusulkan sesuatu kepada
mitra tutur. Hal tersebut dapat terlihat dalam kutipan tuturan berikut.
(11)
Hakim Ketua
Terdakwa
Pembeli
Penjual
langsung. Tutur direktif permohonan atau harapan yang berbentuk langsung dalam
interaksi sosial di pasar adalah sebagai berikut.
(13)
Pembeli
Penjual
: Minyak wangi yang lain gak dibeli juga, Mbak?
Pembeli
: Gak deh Bu. Uangnya amblas semua.
Penjual
: Iya deh Mbak. Kapan-kapan ke sini lagi ya!
Dalam tuturan (13), tuturan harapan diucapkan oleh penjual. Penjual berharap
agar pembeli tersebut berkunjung ke tokonya suatu saat nanti untuk membeli minyak
wanginya lagi.
(14)
Pembeli
Penjual
: Halah, mas. Pasminanya 20 aja ya? Gak nduwe duit loh mas.
: Tambahin dikit lah Mbak! Gak dapat untung kalo segitu.
Tambah 5.000 aja loh! Pas. Gak rugi saya.
Penjual
Pembeli
Pembeli
Penjual
15.000.
: 10.000 ya Bu mukenanya?
:Jangan ditawar lah Mbak!
Hakim Ketua
Penuntut Umum
Hakim ketua menyuruh mitra tuturnya yaitu penuntut umum untuk menyebutkan
nama saksi yang keterangannya telah diminta sebelumnya. Kata /sebutkan/ merupakan
kata yang mengindikasikan adanya suruhan kepada mitra tutur. Bentuk suruhan yang
dituturkan oleh hakim ketua berbentuk imperatif. Hal ini dapat dilihat dari nada bicara
ketika mengucapkan kata /sebutkan!/.
(18)
Hakim Ketua
Penuntut Umum
/Untuk selanjutnya Saudara ya jujur terserah apa yang jawab apa yang
Saudara lakukan sehubungan dengan perkara ini/ adalah kalimat yang berisi suruhan.
Hakim ketua menyuruh terdakwa untuk menjawab apa yang ditanyakan oleh penuntut
umum. Hakim menyuruh untuk menjawab setiap pertanyaan penuntut umum dengan
jujur. Dalam suruhan ini, wujud tuturan direktif suruhan adalah bentuk deklaratif.
(19)
Hakim Ketua
Terdakwa
Bentuk tuturan suruhan pada percakapan (19) merupakan bentuk imperatif. Hal
ini dapat dilihat dari nada bicara pada saat mengucapkan kalimat /Saudara harus
tanggung jawab!/. dalam tuturan tersebut, hakim ketua menyuruh terdakwa untuk
bertanggung jawab apabila terdapat korban yang jatuh akibat minuman oplosan yang
dibuat terdakwa.
b) Tindak Tutur Direktif Pertanyaan
Dalam wacana persidangan, tindak tutur direktif pertanyaan dapat dilihat dari
pertanyaan yang diajukan oleh penuntut umum kepada terdakwa. Berikut akan disajikan
contoh tindak tutur direktif pertanyaan.
(20)
Penuntut Umum
Terdakwa
Penuntut Umum
Terdakwa
Penuntut Umum
Terdakwa
Penuntut Umum
Terdakwa
Penuntut Umum
Terdakwa
Penuntut Umum
Terdakwa
berlangsung, dan apa saja yang disita oleh para petugas. Jawaban yang dikeluarkan
oleh terdakwa merupakan bukti bahwa penutur meminta mitra tutur untuk melakukan
sesuatu, dalam hal ini menjawab pertanyan penutur.
c) Tindak Tutur Direktif Permintaan
Tutur direktif permintaan adalah tuturan yang disampaikan oleh penutur untuk
meminta mitra tutur mau melakukan sesuatu. Kadar suruhan dalam tuturan ini sangat
halus. Tutur direktif permintaan disertai sikap penutur yang lebih merendah
dibandingkan dengan sikap penutur pada waktu menuturkan tuturan imperatif biasa.
Contoh tindak tutur direktif dalam persidangan adalah sebagai berikut.
(22)
Hakim Ketua
Penuntut Umum
Penjual
Tuturan (23) merupakan tuturan ekspresif pujian. Hal ini dapat dilihat dari
perkataan penjual yang memuji pembelinya. Setelah pembeli membayar barang yang
dibeli, si penjual kemudian mengatakan bahwa si pembeli cantik (ayu). Dalam tuturan
tersebut, penutur (penjual) memberikan evaluasi tentang keadaan mitra tutur (pembeli).
b) Tindak Tutur Ekspresif Ucapan Terima Kasih
Tindak tutur ekspresif ucapan terima kasih adalah tuturan yang diucapkan
penutur untuk mengucapkan terima kasih kepada mitra tuturnya. Contoh tindak tutur
ekspresif ucapan terima kasih dapat dilihat dalam cuplikan perkataan berikut.
(24)
Pembeli
Penjual
Pembeli
Penjual
Penjual
Pembeli
Pembeli
Penjual
: Halah, mas. Pasminanya 20 aja ya? Gak nduwe duit loh mas.
: Tambahin dikit lah Mbak! Gak dapat untung kalo segitu.
Tambah 5.000 aja loh! Pas. Gak rugi saya.
Pada tuturan (26), keluhan dilontarkan oleh pembeli. Keluhan ini sebagai bentuk
ekspresi penutur. Pembeli mengeluhkan mahalnya harga pasmina yang ditawarkan oleh
penjual. Keluhan ini diwakili dengan kalimat Halah, mas. Kemudian keluhan ini pun
diperkuat pembeli dengan alasan ketidakpunyaan uang Gak nduwe duit loh mas yang
artinya tidak punya uang loh mas.
2. Tindak Tutur Ekspresif dalam Persidangan
Dalam persidangan, terdapat 4 macam tindak tutur ekspresif yaitu mengucapkan
terima kasih, mengritik, menasihati, dan menyesal.
a) Tindak Tutur Ekspresif Ucapan terima kasih
(27)
Hakim Ketua
Penuntut Umum
Penuntut umum mengucapkan terima kasih sebagai bentuk ungkapan diri karena
telah diberikan waktu untuk memberikan pertanyaan kepada terdakwa.
b) Tindak Tutur Ekspresif Kritik
Tindak tutur ekspresif kritik, penutur menyampaikan kritikannya kepada mitra
tuturnya. Contoh tuturan kritik dapat dilihat dalam kutipan berikut.
(28)
Hakim Ketua
Terdakwa
Terdakwa
Hakim Ketua
Dalam tuturan (29), tuturan ekspresif nasihat ditunjukkan oleh hakim ketua
kepada terdakwa, meskipun nasihat ini bentuknya tidak langsung. Nasihat tidak
langsung ini berisikan nasihat agar tidak mencampur minuman berakohol. /Tapi kan
seharusnya gak dioplos/ merupakan nasihat yang dituturkan oleh hakim ketua.
d) Tindak Tutur Ekspresif Penyesalan
Baik mitra tutur maupun penutur menyampaikan penyesalannya atas apa yang
dilakukan adalah maksud dari tindak tutur ekspresif penyesalan. Contoh tindak tutur
penyesalan dapat disimak dari cuplikan berikut.
(30)
Penuntut Umum
Terdakwa
Pembeli
Penjual
Pembeli
Penjual
Pembeli
Penjual
Dalam tuturan (31), tuturan komisif perjanjian dituturkan oleh penjual. Penjual
berjanji akan mengganti harga jika ada yang lebih murah dari harga yang
ditawarkannya. Pemberian janji ini adalah upaya untuk meyakinkan pembeli bahwa
barang dijual sudah paling murah. Dengan pengucapan janji yang dituturkan, penjual
memiliki kewajiban untuk mengganti harga barang jika ditemukan harga yang lebih
murah. Dengan kata lain, janji ini merupakan sebuah garansi kepada mitra tutur, yaitu
pembeli.
2. Tindak Tutur Komisif dalam Persidangan
Sama halnya dengan tuturan di pasar, tuturan komisif dalam persidangan juga
hanya terdapat satu subjenis tuturan, yaitu perjanjian. Tuturan tersebut dapat dilihat
dalam kutipan berikut.
(32)
Pembeli
Penjual
Pembeli
Penjual
Pembeli
Penjual
Pembeli
Penjual
Tuturan (33) termasuk jenis tindak tutur deklaratif karena dengan tuturan ini
penutur menciptakan suatu keadaan yang baru yaitu berupa keputusan baru atas harga
kurma. Sebelum tuturan ini dituturkan oleh pembeli, penjual menjual seperempat
kilogram kurma dengan harga Rp 20.000,00. Setelah adanya tawar menawar, tercipta
keputusan harga baru untuk seperempat kilogram kurma, yaitu Rp 18.000,00. Penuturan
pembeli menciptakan status baru melalui keputusan, sehingga tuturan ini disebut tindak
tutur deklaratif putusan.
status baru bagi terdakwa maupun kejelasan persidangan. Persidangan ini memberikan
kejelasan bagi kasus minuman oplosan. Melalui perkataan tersebut pula, penuntut
umum diberikan kuasa untuk menuntut terdakwa secara pidana berdasarkan persidangan
yang telah dilakukan.
KESIMPULAN
Setelah melakukan analisis terhadap data penelitian, terdapat persamaan
penggunaan jenis tindak tutur dalam interaksi sosial di pasar tradisional Sunan Ampel
dan persidangan. Semua jenis tuturan yang dikategorikan oleh Seale digunakan dalam
interaksi sosial di pasar Sunan Ampel dan dalam persidangan. Beberapa subjenis dari
masing-masing jenis yang digunakan pun sama. Persamaan tersebut antara lain, tindak
tutur representatif dan subjenisnya : (a) pernyataan, (b) penyebutan; tindak tutur direktif
pertanyaan; tindak tutur ekspresif ucapan terima kasih; tindak tutur komisif perjanjian;
tindak tutur deklaratif putusan.
Selain beberapa tindak tutur yang sama, juga terdapat beberapa perbedaan.
Interaksi sosial di pasar Sunan Ampel menggunakan tindak tutur representatif dan
subjenisnya: (a) petunjuk, (b) pemberian kesaksian; tindak tutur direktif dan
subjenisnya: (a) permohonan atau harapan, (b) larangan; dan tindak tutur ekspresif (a)
pujian, (b) permitaan maaf, (c) keluhan. Jenis tindak tutur yang digunakan dalam
persidangan adalah tindak tutur representatif dan subjenisnya: (a) laporan, (b) usulan;
tindak tutur direktif dan subjenisnya (a) suruhan, (b) permintaan; dan tindak tutur
ekspresif dan subjenisnya: (a) kritik, (b) nasihat, (c) penyesalan.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Rani, Kodul. 2004. Analisis Wacana. Malang: Bayumedia.
Rustono. 1999. Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: CV IKIP Semarang Press.