Anda di halaman 1dari 6

NYI RORO KIDUL: ANALISIS STRUKTURAL LVI STRAUSS DAN

MAKNA CERITERA
Nofianita Wahyuni (12020144205)

Kisah Nyi Roro Kidul


Isi cerita Nyi Roro Kidul adalah sebagai berikut.
1. Raja Munding Wangi (RMW) memiliki seorang putri bernama Kadita (K).
Kadita memiliki paras yang sangat cantik. Karena kecantikannya, ia dipanggil
Dewi Srengenge (DS) yang berarti matahari yang indah.
2. Meski RMW memiliki DS yang cantik, ia tetap bersedih hati. Ia sangat ingin
memiliki anak laki-laki. Akhirnya, RMW menikah dengan Dewi Mutiara
(DM). Dari perkawinannya, ia dikaruniai anak laki-laki. RMW sangat bahagia.
3. DM ingin putra hasil perkawinan dengan RMW menjadi raja. DM mendatangi
RMW. DM meminta agar DS diusir dari istana dan menjadikan putranya
menjadi raja. Mendengar permintaan DM, RMW marah. RMW pun menolak
keinginan DM. RMW berkata, Sangat menggelikan. Saya tidak akan
membiarkan siapapun yang ingin bertindak kasar pada putriku.
4. Mendengar penolakan RMW, DM pun meredam kemarahan RMW dengan
tutur kata manis. RMW akhirnya tidak marah pada DM. DM memikirkan cara
lain agar dapat mengusir DS dari istana.
5. Keesokan harinya, DM mengutus pembantunya memanggil seorang dukun.
DM ingin dukun mengutuk DS. Aku ingin tubuhnya yang cantik penuh
dengan kudis dan gatal-gatal. Bila engkau berhasil, maka aku akan
memberikan suatu imbalan yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya, kata
DM. Sang dukun menuruti perintah DM.
6. Malam harinya, tubuh DS telah dipenuhi dengan kudis dan gatal-gatal. Ketika
terbangun, DS menyadari tubuhnya berbau busuk dan dipenuhi bisul. DS
menangis dan tak tahu harus berbuat apa.
7. Mendengar kabar tersebut, RMW menjadi sangat sedih. RMW mengundang
banyak tabib untuk menyembuhkan penyakit DS. RMW mengetahui bahwa
penyakit DS tidak wajar. RMW berpikiran bahwa seseorang pasti telah
mengutuk atau mengguna-gunainya.

8. Melihat DS memiliki penyakit, DM memaksa RMW mengusir DS. Puterimu


akan mendatangkan kesialan bagi seluruh negeri, kata DM. RMW tidak ingin
DS menjadi bahan gunjingan di seluruh negeri. Akhirnya, RMW menyetujui
usul DM untuk mengusir DS dari istana.
9. DS pun pergi dari istana sendirian. DS tak tahu harus pergi ke mana. Meski
telah diusir, DS tidak dendam kepada DM. DS berhenti menangis. DS pun
berdoa

kepada

Tuhan

agar

selalu

mendampingi

dan

menanggung

penderitaannya.
10. Tujuh hari tujuh malam, DS berjalan tanpa tahu arah tujuan. Akhirnya
sampailah DS di tepi Laut Selatan. Airnya bersih dan jernih, tidak seperti
samudera lainnya yang airnya hijau. Tiba-tiba DS mendengar suara gaib yang
menyuruhnya terjun ke dalam Laut Selatan. DS melompat ke dalam air dan
berenang. Ketika air Samudera Selatan itu menyentuh kulitnya, mukjizat
terjadi. Bisulnya lenyap. Tak ada tanda-tanda DS pernah kudisan atau gatalgatal. Kulit DS kembali mulus bersih. Bukan hanya itu, kini dia memiliki
kuasa untuk memerintah seisi Samudera Selatan. Kini ia menjadi seorang peri
yang disebut Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Laut Selatan yang hidup
selamanya.
Analisis Struktural dan Penafsiran
Setelah melakukan pembacaan terhadap cerita Nyi Roro Kidul, dapat
ditemukan beberapa episode di dalamnya. Masing-masing episode mengandung
ceritheme-ceritheme yang memperlihatkan relasi anatartokoh yang terdapat dalam
cerita. Makna berbagai ceritheme dan episode ini baru akan jelas setelah
dibandingkan dan disejajarkan satu sama lain.
Episode I (alinea 1-2) melukiskan tokoh Raja Munding Wangi (RMW),
Dewi Srengenge (DS), dan Dewi Mutiara (DM). RMW yang telah dikaruniai anak
yang sangat cantik, DS, merasa hidupnya kurang bahagia. RMW tidak
menginginkan anak perempuan. RMW pun memilih menikah lagi dengan DM
yang kemudian diberkahi seorang putra. Kelahiran anak laki-laki membuat hidup
RMW terasa bahagia. Dalam episode ini makna tokoh RMW diperoleh dengan
menghadikran tokoh DS dan DM. Memang kehadiran DM bukanlah inti
kebahagiaan RMW, tetapi kebahagiaan RMW diperoleh lewat rahim DM. Dengan
demikian dalam episode I dapat ditemukan oposisi sebagai berikut.
RMW : memperoleh putri
sedih

RMW : memperoleh putra


senang
Berdasarkan atas kategorisasi sosial, episode ini dapat ditafsirkan sebagai
simbolisasi prestise seorang ayah. Memperoleh putra akan membuat ayah bangga
dan bahagia, sebaliknya memiliki seorang putri tidak dapat dibanggakan.
Episode II (alinea 3-4) menceritakan keinginan DM menjadikan putranya
sebagai raja dan mengusir DS dari istana. Keinginan DM disampaikan kepada
RMW. RMW kemudian marah dan menolak keinginan DM. Dari cerita ini
didapatkan oposisi sebagai berikut.
DM : ingin mengusir DS
RMW : tidak ingin mengusir DS
Makna tokoh DM dan RMW dapat diperoleh dengan menjadikan DS
sebagai acuan. Kehadiran DS memberikan pandangan yang berbeda antara RMW
dan DM. DM begitu membenci DS. Kehadiran DS mengancam tahta putra DM.
Di sisi lain,

RMW sangat menyanyangi

putrinya

dan tidak

berniat

menyingkirkannya dari istana. Jika dlihat lebih dalam, kebencian DM terhadap


DS dipicu oleh status DS. DS hanyalah anak tiri DM yang tentunya tidak
memiliki hubungan darah. Sedangkan RMW adalah ayah kandung DS. Dalam
tubuh DS mengalir darah RMW. Dengan demikian, dapat diperoleh oposisi
sebagai berikut.
RMW : orang tua kandung
menyayangi DS
DM : orang tua tiri
membenci DS
Berdasarkan kategori sosial, episode II dapat ditafsirkan sebagai
simbolisasi perlakuan orang tua terhadap anak berdasarkan hubungan darah. Jika
orang tua memiliki hubungan darah dengan anak, orang tua akan menyayangi
anak tersebut dan akan memperjuangkan hak-haknya. Sebaliknya, jika anak
tersebut bukan darah dagingnya, anak tersebut cenderung dimusuhi dan dibenci.
Episode III (alinea 5-7) berisi mengenai ulah DM mengguna-gunai DS.
Untuk menyingkirkan DS dari istana, DM memanggil dukun atau tukang tenung
agar membuat tubuh DS penuh penyakit. Dari cerita ini dapat ditafsirkan sebagai
simbolisasi ketamakan kekuasaan. Demi mengangkat anaknya menjadi raja, DM
rela menggunakan berbagai cara.
Episode ini juga menceritakan usaha yang dilakukan ayah untuk anaknya.
RMW menangis sedih mengetahui anaknya memiliki penyakit aneh. RMW tahu
DS telah diguna-guna. Untuk menyembuhkan DS, RMW mengundang semua
dukun yang ada di wilayah kerajaannya. Berbeda dengan RMW, DS yang tahu

tubuhnya dipenuhi kudis dan kutil hanya menangis dan tak tahu harus berbuat
apa. Dari cerita ini dapat ditarik oposisi sebagai berikut.
RMW : berusaha menyembuhkan penyakit DS
DS
: hanya berpangku tangan
Berdasarkan kategori sosial, episode ini dapat ditafsirkan sebagai
simbolisasi kekuatan laki-laki. Dalam menghadapi masalah, laki-laki cenderung
berpikir logis untuk mencari solusi yang tepat, sedangkan perempuan lebih
mengedepankan emosi, hanya bisa menangis dan tidak melakukan apapun untuk
menyelesaikan masalah.
Episode IV (alinea 8-9) menceritakan kepergian DS diusir dari istana.
Karena penyakit DS yang tak kunjung sembuh dan berkat hasutan DM, DS pun
akhirnya diusir RMW dari istana. DS hanya bisa menuruti keinginan RMW. Dari
episode ini bisa ditarik oposisi sebagai berikut.
DM : pantang menyerah
DS
: mudah menyerah
Makna DS dapat didapatkan dengan membandingkannya dengan DM.
Kepribadian DS sangat bertolak belakang dari DM. DM tidak mudah menyerah
untuk memuluskan langkahnya, sedangkan DS merupakan sosok yang lebih
mudah menyerah dan pasrah ing pandum (menerima apa adanya). Selain itu , dari
episode ini juga didapat oposisi lain yang terjadi antara DS dan DM. DS meski
telah diguna-guna oleh DM, ia tidak pernah dendam. Lain halnya dengan DS, DM
memiliki tabiat yang pendendam. Hal ini bisa dilihat dari tindakan DM
menyingkirkan DS.
DS
: tidak pendendam
DM : pendendam
Dalam episode ini juga berisi tentang keprbadian DM yang selalu
mengahdirkan dan pasrah kepada Tuhan ketika mengahadapi musibah atau
penderitaan. Dengan demikian, dari episode ini dapat ditafsirkan simbolisasi
kepribadian putri raja yang baik hati. Hal-hal yang baik selalu melekat pada
kepribadian putri raja.
Episode V (alinea 10) bercerita tentang perjalanan DS selepas diusir dari
istana. Ia mengelana tak tentu arah sampai tiba di tepi Laut Selatan. Airnya jernih,
bersih dan kebiruan tidak seperti laut lainnya. Didorong bisikan gaib, DS
melompat ke dalam laut. Akhirnya penyakitnya hilang dan DS menjadi penguasa
laut selatan, Nyi Roro Kidul. Berdasarkan kategori ekologis, episode ini dapat
ditafsirkan sebagai simbolisasi kebaikan membawa berkah. Laut Selatan yang

digambarkan jernih, bersih, dan kebiruan merupakan simbol kebaikan hati. Laut
indah tersebut dapat menyembuhkan penyakit DS. DS juga diberi berkah dengan
menjadi penguasa Laut Selatan dan hidup abadi. Dengan kata lain, kebaikan akan
mampu membawa berkah pada waktunya. Dari episode ini, dapat ditarik sebuah
oposisi sebagai berikut.
tepi laut
: penyakit masih ada
dalam laut
: penyakit hilang
Selain oposisi-oposisi yang terbentuk dalam tiap episode, juga terdapat
oposisi yang terbentuk dari ceritheme-ceritheme antarepisodenya. Episode III dan
IV misalnya, saling berinversi. Episode III menceritakan bahwa DM lebih percaya
kekuatan manusia. DM memilih pergi ke dukun untuk membuat DS memiliki
penyakit kulit. Sedangkan episode IV bercerita tentang DS yang menggantungkan
harapannya pada Tuhan. DS memasrahkan segala penderitaan yang dialami
kepada Tuhan. Selain itu, inversi juga terlihat dari sikap yang dimilik DM dan DS.
DM memiliki tujuan hidup yang jelas, menyingkirkan DS, sedang DS tidak punya
tujuan hidup. Hal ini terbukti setelah diusir dari istana, DS berjalan tanpa tujuan.
Berkut ini akan disajikan skema oposisi episode III dan IV.
1. Episode III
: DM percaya kekuatan manusia
Episode IV
: DS percaya kekuatan Tuhan
2. Episode III
: DM punya tujuan hidup
Episode IV
: DS tidak punya tujuan hidup
Berdasrkan kategori sosial, oposisi yang terbentuk dapat ditafsirkan
sebagai simbolisasi kelemahan orang yang lebih muda. Orang yang lebih muda
(DS) yang belum merasakan kerasnya kehidupan masih terombang ambing dalam
menentukan pilihan. Selain itu, cerita ini juga ditafsirkan sebagai simbolisasi
kepatuhan orang yang lebih muda (DS) kepada orang yang lebih tua (DM).
Wujud Konflik Batin Sosial
Masyarakat Jawa meyakini bahwa memiliki keturunan anak laki-laki akan
lebih memberikan kebahagiaan. Anak laki-laki dipandang memiliki prestise lebih
tinggi. Masyarakat Jawa yang menganut budaya patriarki menjadikan laki-laki
sebagai penerus kuasa sehingga tak jarang orang tua mati-matian memperoleh
anak laki-laki. Ayah yang memiliki anak perempuan cenderung bersedih hati.
Meskipun putrnya memiliki paras cantik, ia masih belum bisa membuat bangga
keluarganya.

Keinginan yang kuat agar memperoleh anak membuat sebagian ayah


memilih menikah lagi. Masalah baru muncul. Ibu tiri dalam pandangan orang
Jawa akan selalu bermusuhan dengan anak tirinya. Ibu tiri selalu digambarkan
jahat dan licik. Ibu tiri berusaha untuk menyingkirkan kedudukan anak tirinya
untuk digantikan oleh anaknya. Karena kelicikannya, ayah pun akan termakan
hasutan istrinya dan kemudian akan menuruti keinginan istrinya.
Dalam masyarakat Jawa pula digambarkan bahwa seorang anak harus
patuh terhadap orang tua. Semua perkataan orang tua harus dilaksanakan oleh
anaknya. Meski hal yang diminta orang tua melanggar hak anak, anak harus diam
dan mematuhinya. Orang tua digambarkan punya kuasa atas anaknya terlebih
anak perempuan. Hidup anak perempuan ditentukan oleh orang tuanya.
Penegasan Nilai Utama Masyarakat Jawa
Nilai utama yang hendak disampaikan melalui cerita Nyi Roro Kidul
adalah kebaikan dan kepatuhan hati anak kepada orang tua. Melalui tokoh DS,
digambarkan sosok anak yang berkepribadian baik dan tulus. Meski tidak terlalu
diinginkan ayahnya, ia masih saja memikirkan kebaikan ayahnya. Dengan pergi
meninggalkan istana, DS telah menunjukkan kepatuhan dan kebaikan hatinya.
Meski tahu telah diusir ibu tirinya, DS tidak marah dan dendam. Sebagai seorang
yang telah dibesarkan orang tua, anak sudah seharusnya patuh dan menuruti
kemauan orang tua sebagai tanda terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai