Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Atresia ani, masih merupakan masalah yang cukup serius di Indonesia. Seperti, contoh
penyakit atresia ani yang merupakan tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan
bagian entoderm sehingga mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak berhubungan
langsung dengan rectum (Purwanto, 2001).
Atresia Ani (Kelainan kongenital berupa tidak ada lubang anus ) dengan Fistula
Rektovestibularis. Atresia ani termasuk kelainan kongeniatal yang cukup sering dijumpai,
menunjukkan suatu keadaan tanpa anus atau dengan anus yang tidak sempurna. Frekuensi
seluruh kelainan kongenital anorektal didapatkan 1 dari tiap 5000-10000 kelahiran, sedangkan
atresia ani didapatkan 1 % dari seluruh kelainan.
Angka kejadian penyakit atresia ani pada tahun 1990 - 1994 di RSUP dr. M. Jamil, Padang
diperoleh 36 kasus , 25 (69.4 %) bayi laki-laki dan 11 (30,6%) bayi perempuan. Dan, pada saat
peneliti studi pendahuluan di ruang bedah anak RSUP H. Adam Malik Medan diperoleh data
bahwa, pada bulan Januari 2010 sampai bulan Maret 2010 terdapat 13 anak yang mengalami
tindakan pembedahan kolostomi. Perempuan lebih banyak mengalami tindakan ini disbanding
laki-laki.
Salah satu penatalaksanaan atresia ani ini adalah dilakukan kolostomi. Kata kolostomi
mungkin tidak asing lagi seiring dengan banyak pasien yang dibuatkan kolostomi ditubuhnya.
Banyak hal yang menyebabkan keputusan seorang dokter bedah untuk melakukan kolostomi
bagi pasienya, salah satunya adalah adanya sumbatan dibagian distal saluran cerna baik karena
tumor atau hal lainnya. Kolostomi bisa memberikan kesempatan pada pasien untuk hidup dan
beraktivitas layaknya manusia normal. Sehingga, kualitas hidupnya bisa lebih baik. Mungkin
yang akan jadi masalah adalah bagaimana perawatan kolostomi tersebut dilakukan (Koncek,
2008).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana tinjauan teori dari Atresia ani?
2. Tindakan apa yang dapat dilakukan anak yang mengalami Atresia ani?
1.3 Tujuan

1.3.1

Tujuan Umum
Tujuan dalam makalah Atresia ani ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih
bermanfaat kepada para pembaca.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui definisi, etiologi, manifestasi, komplikasi dari Atresia ani.
2. Untuk mengetahui cara yang dapat dilakukan untuk anak Atresia Ani.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang
memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna.
Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak
berhubungan langsung dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM).
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran
anus (Donna L. Wong, 520 : 2003). Atresia berasal dari bahasa Yunani, a artinya tidak ada, trepis
artinya nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak
adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga
clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau
buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi
kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh
saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani
memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan
tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya.
Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu:
Bentuk-bentuk kelainan atresia ani:
1.
2.

Lubang anus sempit atau salah letak di depan tempat semestinya.


Terdapat selaput pada saat pembukaan anus sehingga mengganggu proses pengeluaran

3.
4.

feses.
Rektum (saluran akhir usus besar) tidak terhubung dengan lubang anus.
Rektum terhubung dengan saluran kemih (kencing) atau sistem reproduksi melalui
fistula (lubang), dan tidak terdapat pembukaan anus.

2.2 Etiologi
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus,
rektumbagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat
sampai keenam usia kehamilan.
4. Kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan
pembentukananus dari tonjolan embriogenik.
2.3 Manifestasi
1. Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahir
2. Tidak ditemukan anus, kemungkinan ada fistula
3. Bila ada fistula pada perineum(mekoneum +) kemungkinan letak rendah
4. kegagalan lewatnya mekonium setelah bayi lahir, tidak ada atau stenosis kanal rectal,
adanya membran anal (Suriadi,2001).
5. bayi tidak dapat buang air besar sampai 24 jam setelah lahir, gangguan intestinal,
pembesaran abdomen, pembuluh darah di kulir abdomen akan terlihat menonjol
(Adele,1996)
6. Bayi muntahmuntah pada usia 2448 jam setelah lahir.
2.4 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :
a. Asidosis hiperkioremia.
b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.

c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).


d. Komplikasi jangka panjang.
- Eversi mukosa anal
- Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis)
e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)
g. Prolaps mukosa anorektal.
h. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi) (Ngustiyah, 1997 :
248)
2.5 Klasifikasi
Klasifikasi atresia ani :
1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat
keluar.
2. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus.
4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum
2.6 Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan

Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan kelainan.
Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk kelainan
dilakukan kolostomi beberapa lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus
permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12
bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi
waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan
ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badan dan bertambah baik status
nutrisnya. Gangguan ringan diatas dengan menarik kantong rectal melalui afingter
sampai lubang pada kulit anal fistula, bila ada harus tutup kelainan membranosa
hanya memerlukan tindakan pembedahan yang minimal membran tersebut dilubangi
degan hemostratau skapel.
b. Pengobatan

1) Aksisi membran anal (membuat anus buatan).


2) Colostomy adalah prosedur pembedahan yang mengambil sebagian usus besar
melewati dinding abdomen sehingga feses dapat keluar dari tubuh. Colostomy
merupakan kolokutaneustomi yang disebut juga anus pretematuralis yang dibuat
untuk sementara atau menetap.

Tujuan perawatan colostomy adalah menjaga agar stoma tetap dalam kondisi
yang baik, tidak terjadi infeksi serta menjaga agar daerah sekitar stoma tetap
bersih dan terhindar dari penyakit yang mungkin dapat disebabkan oleh kuman
atau bakteri yang mungkin terdapat di dalam kotoran pasien jika tidak terjaga
kebersihannya.
2. Penatalaksanaan Non Medis
Kepada orang tua perlu diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya dan keadaan
tersebut dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap
pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan dilakukan operasi tahapan ke
2, selain itu perlu diberitahukan perawatan anus buatan dalam menjaga kebersihan untuk
mencegah infeksi. Serta memperhatikan kesehatan bayi.
3. Penanganan secara preventif antara lain:
a. Kepada ibu hamil hingga kandungan menginjak usia tiga bulan untuk berhati-hati
terhadap obat-obatan, makanan awetan dan alkohol yang dapat menyebabkan atresia ani.
b. Memeriksa lubang dubur bayi saat baru lahir karena jiwanya terancam jika sampai tiga
hari tidak diketahui mengidap atresia ani karena hal ini dapat berdampak feses atau tinja
akan tertimbun hingga mendesak paru-parunya.
c. Pengaturan diet yang baik dan pemberian laktulosa untuk menghindari konstipasi.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umum
dilakukan pada gangguan ini.
b) Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel mekonium.
c) Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat menunjukkan
adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada mekonium yang
mencegah udara sampai keujung kantong rectal.
d) Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.

e) Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum tersebut
sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk
1,5 cm Derek tersebut dianggap defek tingkat tinggi.
f) Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan
a. Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah tersebut.
b. Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan gambaran
ini harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus, pada bayi dengan anus
impoefartus. Udara berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon/rectum.
c. Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah dan
kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto daerah antara benda
radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ATRESIA ANI
1. Pengkajian
1) Biodata klien
2) Riwayat keperawatan
a. Riwayat keperawatan/kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan masa lalu
3) Riwayat psikologis
Koping keluarga dalam menghadapi masalah
4) Riwayat tumbuh kembang
a. BB lahir abnormal
b. Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang
pernah mengalami trauma saat sakit
c. Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal
d. Sakit kehamilan tidak keluar mekonium
5) Riwayat sosial
Hubungan sosial
6) Pemeriksaan fisik
2. Diagnosa Keperawatan

Dx Pre Operasi
1) Konstipasi berhubungan dengan aganglion.
2) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake, muntah.
3) Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan
prosedur perawatan.
Dx Post Operasi
1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari
kolostomi.
2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.
3. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa Pre Operasi
Dx. 1 Konstipasi berhubungan dengan aganglion
Tujuan : Klien mampu mempertahankan pola eliminasi BAB dengan teratur.
Kriteria Hasil :
Penurunan distensi abdomen.
Meningkatnya kenyamanan.
Intervensi :
1. Lakukan enema atau irigasi rectal sesuai order
R/ Evaluasi bowel meningkatkan kenyaman pada anak.
2. Kaji bising usus dan abdomen setiap 4 jam

R/ Meyakinkan berfungsinya usus


3. Ukur lingkar abdomen
R/ Pengukuran lingkar abdomen membantu mendeteksi terjadinya distensi
Dx. 2 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake,
muntah
Tujuan : Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan
Kriteria Hasil :
Output urin 1-2 ml/kg/jam
Capillary refill 3-5 detik
Turgor kulit baik
Membrane mukosa lembab
Intervensi :
1. Monitor intake output cairan
R/ Dapat mengidentifikasi status cairan klien
2. Lakukan pemasangan infus dan berikan cairan IV
R/ Mencegah dehidrasi
3. Pantau TTV
R/ Mengetahui kehilangan cairan melalui suhu tubuh yang tinggi
Dx 3 Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan
prosedur perawatan.

Tujuan : Kecemasan orang tua dapat berkurang


Kriteria Hasil :
Klien tidak lemas
Intervensi :
1. Jelaskan dengan istilah yang dimengerti oleh orang tua tentang anatomi dan
fisiologi saluran pencernaan normal. Gunakan alay, media dan gambar
R/ Agar orang tua mengerti kondisi klien
2. Beri jadwal studi diagnosa pada orang tua
R/ Pengetahuan tersebut diharapkan dapat membantu menurunkan kecemasan
3. Beri informasi pada orang tua tentang operasi kolostomi
R/ Membantu mengurangi kecemasan klien
b. Diagnosa Post Operasi
Dx 1 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari
kolostomi.
Tujuan : Klien tidak ditemukan tanda-tanda kerusakan kulit lebih lanjut.
Intervensi :
1. Gunakan kantong kolostomi yang baik
2. Kosongkan kantong ortomi setelah terisi atau 1/3 kantong
3. Lakukan perawatan luka sesuai order dokter
Dx 2 Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.

Tujuan : Orang tua dapat meningkatkan pengetahuannya tentang perawatan di rumah.


Intervensi :
1. Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya pemberian makan tinggi kalori tinggi
protein.
2. Ajarkan orang tua tentang perawatan kolostomi.
4. Evaluasi

Pre Operasi

Post operasi

1. Tidak terjadi konstipasi

1. Kerusakan integritas kulit tidak


terjadi

2. Defisit volume cairan tidak


terjadi

2. Klien memiliki pengetahuan


perawatan di rumah

3. Lemas berkurang

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Atresia Ani (Kelainan kongenital berupa tidak ada lubang anus ) dengan Fistula
Rektovestibularis. Atresia ani termasuk kelainan kongeniatal yang cukup sering dijumpai,
menunjukkan suatu keadaan tanpa anus atau dengan anus yang tidak sempurna. Frekuensi
seluruh kelainan kongenital anorektal didapatkan 1 dari tiap 5000-10000 kelahiran, sedangkan
atresia ani didapatkan 1 % dari seluruh kelainan.
Kolostomi bisa memberikan kesempatan pada pasien untuk hidup dan beraktivitas layaknya
manusia normal. Sehingga, kualitas hidupnya bisa lebih baik. Mungkin yang akan jadi masalah
adalah bagaimana perawatan kolostomi tersebut dilakukan (Koncek, 2008).
Hal yang umum terjadi pada anak yang mengalami Atresia ani
7. Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahir
8. Tidak ditemukan anus, kemungkinan ada fistula
9. Bila ada fistula pada perineum(mekoneum +) kemungkinan letak rendah
10. kegagalan lewatnya mekonium setelah bayi lahir, tidak ada atau stenosis kanal rectal,
adanya membran anal (Suriadi,2001).
11. bayi tidak dapat buang air besar sampai 24 jam setelah lahir, gangguan intestinal,
pembesaran abdomen, pembuluh darah di kulir abdomen akan terlihat menonjol
(Adele,1996)
12. Bayi muntahmuntah pada usia 2448 jam setelah lahir.
4.2 Saran

Makalah ini dapat bermanfaat, saran serta kritik sangat di harapkan untuk makalah Atresia
ani yang lebih baik untuk selanjutny.

DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisike-3.
Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-6. Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Sri Kurnianianingsih (ed),
Monica Ester (Alih Bahasa). edisi ke-4. Jakarta : EGC.
http://www.docstoc.com/docs/73163993/atresia-ani-Askep-Anak-dengan-Atresia-AniPengertian-Atresia diakses pada tanggal 3 april 2013
http://sendhysaputro90.wordpress.com/2009/12/30/perawatan-pada-anak-yang-mengalamiatresia-ani/ diakses pada tanggal 3 april 2013
http://www.scribd.com/doc/12862477/Atresia-Ani diakses pada tanggal 3 april 2013

Anda mungkin juga menyukai