Anda di halaman 1dari 2

Tanggal :

Penulis : humas_ua
Kategori : Berita N E W S

A.R. Baswedan: Si Pelopor dari Kampung Arab


Berita :

Sebagai salah seorang pejuang pluralisme di Indonesia, A.R. Baswedan selalu ingin menjembatani
hubungan antar etnis di Indonesia. Terbukti dari persahabatan kentalnya dengan berbagai etnis, terutama
etnis Tionghoa, dan keikutsertaannya menolak dengan tegas penggantian nama “Tionghoa”
menjadi nama “Indonesia”. Baginya ke-Indonesiaan tidak tergantung oleh perubahan nama,
tapi sebuah tindakan nyata, dan nama yang melekat dalam diri seorang individu adalah hak asasi
manusia.
Keistimewaan yang dimiliki seorang A.R. Baswedan itulah yang mengilhami Departemen Ilmu Sejarah,
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga bekerjasama dengan Yayasan Nabil, mengadakan seminar
nasional berjudul “A.R. Baswedan: Sejarah dan Perannya dalam Merajut Ke-Indonesiaan”,
Rabu (09/03), di Auditorium Fakultas Ilmu Budaya. Dari seminar ini pulalah diharapkan akan
memunculkan nama A.R. Baswedan sebagai salah satu Pahlawan Nasional.
A.R. Baswedan adalah seorang nasionalis, jurnalis, pejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat dan juga
sastrawan Indonesia. Putra Surabaya yang lahir di kampung Arab, Ampel pada 9 September 1908 tersebut
merupakan pelopor ide asimilasi dari keturunan Arab pada dekade 1930-an. Perjuangannya semasa itu
mendapat banyak perlawaan dari beberapa warga keturuan Arab sendiri, namun berkat pendekatan dan
kerja kerasnya ia berhasil ‘merayu’ keturunan Arab mengucapakan Sumpah Pemuda
Keturunan Arab pada 4 Oktober 1934. Kemudian pada 5 Oktober 1934 A.R. Baswedan mendirikan Partai
Arab Indonesia sebagai bagian dari upaya partisipasi politik warga keturunan Arab dan sebagai bagian
dari upaya orang-orang Arab menyatu dengan penduduk pribumi (Indonesia). Selain itu A.R. Baswedan
juga seorang jurnalis yang aktif menulis dipelbagai surat kabar, salah satunya Sin Tit Po.
Dalam kancah politik ia
juga pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI),
Menteri Muda Penerangan RI pada Kabinet Sjahrir, anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia
Pusat (BP-KNIP), anggota parlemen dan anggota Dewan Konstituante. Di ranah diplomasi A.R. Baswedan
turut memperjuangkan pengakuan diplomatik pendirian Republik Indonesia yang pertama dari negara
lain, yaitu dari Mesir pada 1947.
Catatan keluarga
“Aku ini orang Indonesia, arek Suroboyo.” Kalimat tersebut adalah kalimat yang sering
diucapkan A.R. Baswedan pada anak-anaknya. “Walaupun menetap di Jogjakarta, darah suroboyo
mengalir kental dalam diri bapak,” tutur Samhari Baswedan, putera terakhir A.R. Baswedan yang
hadir dalam seminar tersebut. “Kamu harus jadi arek Suroboyo, karena kamu hidup di rumah yang
beriklim Surabaya, terbuka, ngomong apa adanya, jangan takut, terus terang. Itu Surabaya,” ujar
Samhari menirukan bapaknya.
Anies Baswedan, Rektor Universitas Paramadina, pencetus Indonesia Mengajar juga memilki kenangan
tak terlupa tentang kakeknya, A.R. Baswedan. “Sewaktu duduk di bangku Taman Kanak-kanak,
kakek selalu menjemputku sepulang sekolah. Bahkan ia sering datang sebelum sekolah usai dan mengintip
kelas dari balik jendela. Bayangan kakek yang mengintip dari balik jendela, selalu terpatri dalam pikiran
saya,” kenang Anies Baswedan dengan mata berbinar-binar. Kakeknya, A.R. Baswedan adalah
salah satu tokoh yang menginspirasi Anies Baswedan. “Jika ada waktu luang kakek selalu
menyuruhku membaca, membaca apapun. Sampai sekarang nasehat kakek itu yang selalu saya
pegang,” lanjut Anies Baswedan sambil tersenyum.
Kehadiran A.R. Baswedan yang menggiring sejarah komunitas Arab dalam konteks ke-Indonesiaan
merupakan sumbangsih yang besar bagi negeri ini. Perjuangannya dalam internal komunitas dan sepak
terjangnya diawal kemerdekaan Republik Indonesia, patut diapresasi oleh generasi muda. Saat ini

Page 1

Tanggal :
Penulis : humas_ua
Kategori : Berita N E W S

Indonesia memang sedang mengalami krisis keteladan, ‘kehadiran’ A.R. Baswedan diharap
dapat menjadi salah satu pematik optimisme generasi muda. “Selalu ada tantangan yang berbeda di
setiap jaman, kalau kakek saya dulu merajut ke-Indonesiaan, maka yang dibutuhkan negeri ini untuk saat
ini adalah memajukan Indonesia dan jiwa optimis. Semangat seperti itu yang harus kita sebarkan pada
generasi muda,” ujar Anies Baswedan.
Berbagai kalangan turut hadir sebagai pembicara dalam seminar berskala nasional ini, yaitu Dr. Anhar
Gonggong (pakar sejarah dan dosen di Sekolah Intelijen Negara Jakarta), Drs. Hasan Bahanan
(pemerhati sejarah komunitas Arab, dan dosen di Universitas Sultan Agung Jakarta), dan Punawan
Basundoro (dosen di Ilmu Sejarah Universitas Airlangga, serta kandidat doktor di UGM). Selain itu hadir
pula beberapa keluarga Baswedan, yang merupakan saksi sejarah yang bersentuhan langsung dengan A.R.
Baswedan.
Universitas Airlangga :
http://unair.ac.id
http://jurnal.unair.ac.id
http://mail.unair.ac.id
http://alumni.unair.ac.id
http://blog.unair.ac.id
http://onmedia.unair.ac.id
http://opensource.unair.ac.id
b495ce63ede0f4efc9eec62cb947c162

Page 2

Anda mungkin juga menyukai