Anda di halaman 1dari 22

Studi Kasus

Farmakoterapi

MUAL
MUNTAH

Slide Title
Anggota Kelompok :
RADITA SURYA
122210101055
NILI SULFIANTI
122210101057
YODI SETIADI
122210101059
LISA AYU WARDANI
122210101061
AULIA PUTRI KANDY
122210101063
BANNAN MUTHIATHUL 122210101065

Pengertian

Chemotherapy Induced
Nausea and Vomiting
(CINV).

Patofisiologi Mual Muntah


Beberapa mekanisme patofisiologi diketahui
menyebabkan mual muntah yaitu pada kumpulan
saraf saraf yang berlokasi di medulla oblongata.
Saraf saraf ini menerima input dari :
1. Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) di area postrema
2. Sistem vestibular (yang berhubungan dengan
mabuk darat dan mual karena penyakit telinga
tengah)
3. Nervus vagus (yang membawa sinyal dari traktus
gastrointestinal)
4. Sistem spinoreticular (yang mencetuskan mual
yang berhubungan dengan cedera fisik)
5. Nukleus traktus solitarius

Studi Kasus
KJ adalah seorang peremuan berusia 65 tahun. Dia datang ke
klinik kanker untuk menjalani kemoterapi yang pertama. Dia
Didiagnosa kanker ovarium stage II. Dia direncanakan akan
menerima kemoterapi sebanyak 5 kali dengan regimen
Carboplatin dan Paclitaxel (Carboplatin AUC 6 IV selama 30
menit setiap 21 hari sekali + Paclitaxel 175 mg/ m2 i.v
selama 3 jam setiap 21 hari sekali). Pada hari pertama
kemoterapi dia mendapatkan obat sebagai berikut:
Carboplatin AUC 6 i.v selama 30 menit
Paclitaxel 175 mg/ m2 i.v. selama 3 jam
Ondensetron 24 mg p.o. 30 menit sebelum chemotheraphy
Dipenhydramine 25 mg i.v. 30 menit sesudah chemotherapy
Ny. KJ juga mendapatkan resep:
Ondensetron 8 mg p.o. setiap 6 jam jika mual muntah
Metclopraminde + dexamathasone selama 4 hari

Kanker Ovarium
Yaitu

Faktor-faktor penyebab kanker


ovarium
Usia

KEMOTERAPI
Kemoterapi
merupakan
salah
satu
modalitas
pengobatan pada kanker secara sistemik yang sering
dipilih terutama untuk mengatasi kanker stadium lanjut,
local maupun metastatis.
Kemoterapi sangat penting dan dirasakan besar
manfaatnya
karena
bersifat
sistemik
mematikan/membunuh sel-sel kanker dengan cara
pemberian melalui infuse, dan sering menjadi pilihan
metode efektif dalam mengatasi kanker terutama
kanker stadium lanjut local (Desen, 2008). Teknik
pemberian kemoterapi ditentukan dari jenis keganasan
dan jenis obat yang diperlukan (Adiwijono,2006).

OBAT UNTUK PASIEN KEMOTERAPI


Pada pasien kemo digunakan dua atau lebih obat
sebagai suatu kombinasi.
Alasan terapi kombinasi: untuk menggunakan
obat yang bekerja pada bagian yang berbeda dari
proses
metabolisme
sel,
sehingga
akan
meningkatkan
kemungkinan
dihancurkannya
jumlah sel-sel kanker. Selain itu, efek samping
yang berbahaya dari kemoterapi dapat dikurangi
jika obat dengan efek beracun yang berbeda
digabungkan, masing-masing dalam dosis yang
lebih rendah dari pada dosis yang diperlukan jika
obat itu digunakan tersendiri.

CONTOH resimen kemoterapi untuk kanker


ovarium adalah
paclitaxel-carboplatin
paclitaxel-cisplatin

First line
Ny. KJ menjalankan terapi kemoterapi untuk
pengobatan kanker ovarium yang dia derita.
Digunakan kombinasi obat Carboplatin AUC 6 i.v
selama 30 menit dan Paclitaxel 175 mg/ m2 i.v.
selama 3 jam. Kedua obat tersebut adalah
golongan obat sitotoksik yang merupakan
pilihan utama dalam pengobatan kanker
menggunakan kemoterapi (first line therapy)
karena keduanya memiliki efek sinergis untuk
menghambat pertumbuhan dan penyebaran selsel kanker.

Carboplatin
Indikasi : terapi kanker ovarium stadium
lanjut
Dosis

Paclitaxel
Indikasi : terapi untuk kanker ovarium dan
kanker payudara yang sudah bermetastasis
Dosis

Terapi non farmakologi


Pasien dengan keluhan ringan,mungkin
berkaitan dengan konsumsi makanan dan
minuman di anjurkan untuk menghindari
masuknya makanan
Intervensi non farmakologi di klasifikasikan
sebagai intervensi perilaku termasuk
relaksasi,biofeedback,self-hypnosis,
distraksi kognitif dan desensitisasi
sistematik.
Muntah psikogenik mungkin diatasi
dengan intervensi psikologik.

Terapi farmakologi
1. ONDANSETRON
Indikasi :Untuk untuk menangani mual dan muntah
yang diinduksi oleh obat kemoterapi dan radioterapi
sitotoksik, pencegahan mual dan muntah pasca
operasi, narfoz sebaiknya tidak digunakan pada
keadaan mual atau muntah karena sebab lain.
Kontra indikasi: narfoz jangan diberikan kepada
penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap
Ondansetron.
Efek samping: Efek samping yang biasanya terjadi
adalah sakit kepala, sensasi kemerahan atau hangat
pada kepala dan epigastrium, gangguan irama
jantung.

Mekanisme kerja : Ondansetron


termasuk kelompok obat Antagonis
serotonin 5-HT3, yang bekerja dengan
menghambat secara selektif serotonin
5-hydroxytriptamine (5HT3) berikatan
pada reseptornya yang ada di CTZ
(chemoreseceptor trigger zone) dan di
saluran cerna.

2.DIPENHIDRAMIN
Indikasi : antihistamin
Efek samping :
sedative,hipotensi,mengantuk,pusing,gang
guan koordinasi, sakit kepala,kelelahan,
insomnia.
Mekanisme kerja : Dipenhidramin
berkompetisi dengan histamine bebas
untuk mengikat reseptor H1.obat ini
bersifat antagonis kompetitif terhadap efek
histamine pada saluran
GI,uterus,pembuluh darah besar,dan otot
bronchial.penghambatan reseptor H1 juga
menekan pembentukan edema, panas
gatal yang di sebabkan histamine

3. FAMOTIDINE
Indikasi : antikolinergik, tukak lambung dan tukak
duodenum, refluks esofagitis,
Dosis : 20 mg tiap 6 jam(dosis lebih tinggi pada
pasien yang sebelumnya telah menggunakan
antagonis reseptor H2 lain)
Efek samping : kebiasaan buang air besar
berubah,pusing,ruam kulit, letih, keadaan bingung
yang reversible, sakit kepala, jarang terjadi gangguan
darah, nyeri otot atau sendi,
hipersensitivitas,bradikardi dan blok AV,nefritis
interstitial dan pankreatiti akut,ginekomastia kadangkadang. Pasien mengalami gejala mual dan muntah
sebagai efek samping dari kemotrapi yang dijalaninya
Mekanisme kerja : Famotidin bekerja dengan
menghambat secara kompetitif reseptor histamin H2
menghambat kerja histamin secara kompetitif pada
reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung.

4. METOKLOPRAMINDE
Indikasi : meningkatkan tonus stingfer
esophagus,membantu pengosongan
lambung dan meningkatkan perpindahan
usus halus,kemungkinan lewat pelepasan
asetilkolin.
Ini diberikan untuk pencegahan dan
antisipasi efek samping pemberian iv
difenhidramin 20-50 mg
Mekanisme kerja : Mekanisme yang pasti
dari sifat antiemetik metoklopramida tidak
jelas, tapi mempengaruhi secara langsung
CTZ (Chemoreceptor Trigger Zone) medulla
yaitu dengan menghambat reseptor
dopamin pada CTZ

5. DEXAMATHASONE
Indikasi : hay fever, asma bronchial
kronik, rhinitis alergi, dermatitis
kontak dan atopic, alergi obat, serum
sickness, konjungtivitis alergi,
keratitis.
Dosis : dewasa dan anak > 12 tahun
1-2 kaplet 4x sehari
Efek samping : retensi garam &
cairan, susah BAK, gangguan
pencernaan, nafsu makan meningkat,
hambatan pertumbuhan, gangguan
haid, pelemasan otot.

Mekanisme kerja : mekanisme kerjanya


berhubungan dengan mencegah
pembentukan prostaglandin dan
merangsang pelepasan endorphin, yang
mempengaruhi mood dan tingkat
ketenangan. Melalui mekanisme
menghambat pelepasan prostaglandin
secara sentral sehingga terjadi penurunan
kadar 5-HT3 di sistem saraf pusat,
menghambat pelepasan serotonin di
saluran cerna sehingga tidak terjadi
ikatan antara serotonin dengan reseptor
5-HT3, pelepasan endorphin, dan anti
inflamasi yang kuat di daerah
pembedahan

Daftar Pustaka
Abdulmuthalib. 2006. Prinsip dasar terapi sistemik pada kanker, dalam Sudoyo, A.W.,
Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.K., & Setiati, S. (2006). Buku ajar ilmu penyakit
dalam. (3 rd Ed.). (hlm 1879-1881). Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Penyakit
Dalam FKUI
Adiwijono. 2006. Teknik-teknik pemberian kemoterapi, dalam Sudoyo, A.W., Setiyohadi,
B., Alwi, I., Simadibrata, M.K., & Setiati, S. (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam. (3rd
Ed.). Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Penyakit Dalam FKUI
Anonin. 2009. Informasi Spesialite Obat. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan
Chabner BA, Longo L. 2006. Cancer chemotherapy and biotherapy, principles and
practice. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins
Davey, Patrick.2006. Kanker Payudara. Dalam: Davey, Patrick, ed. At a Glance. Medicine.
Jakarta : Penerbit Erlangga
Neal M.J. 2006. At Glance Farmakologi Medis Edisi V. Penerbit Erlangga.Jakarta

Pazdur. 2001. Mual dan Muntah PadaPasien dengan Kemoterapi. Diunduh di


http//www.scribd.com/doc/35152956/Evaluasi-Mual-Muntah-Paien-kemoterapi.html
pada tanggal 10 N0vember 2014

Solimando, D.A.2003. Drug Information Handbook for Oncology. Ohio: Lexi-Comp, Inc.
Sukandar,E.Y dkk. 2008.ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT.ISFIL
Tan. 2008. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT. Alex Media Kompetindo
Walsh,T.D. 1997. Kapita Selekta Penyakit dan Terapi. Jakarta: EGC Buku Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai