1.1.
Pendahuluan
Pada kehamilan cukup bulan aliran darah ke uterus sebanyak 500-800 cc/ menit. Jika
uterus tidak berkontraksi dengan segera setelah kelahiran plasenta, maka ibu dapat
mengalami perdarahan sekitar 350-500 cc/ menit dari bekas tempat melekatnya plasenta.
Bila uterus berkontraksi maka miometrium akan menjepit anyaman pembuluh darah
yang berjalan diantara serabut otot tadi.
Seorang ibu dapat meninggal karena perdarahan paska persalinan dalam waktu kurang
dari 1 jam. Atonia uteri menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan paska persalinan
yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran bayi (Ripley, 1999). Sebagian besar
kematian akibat perdarahan paska persalinan terjadi pada beberapa jam pertama setelah
kelahiran bayi (Li, et al, 1996). Karena alasan ini, penatalaksaan persalinan kala III
sesuai standar dan penerapan manajemen aktif kala III merupakan cara terbaik dan
sangat penting untuk mengurangi kematian ibu.
Di masa lampau, sebagian besar penolong persalinan menatalaksana persalinan kala
III dengan cara menunggu plasenta lahir secara alamiah (fisiologis). Intervensi hanya
dilakukan jika terjadi penyulit atau jika kemajuan persalinan kala III tidak berjalan
normal. Manajemen aktif kala III hampir tidak menjadi perhatian karena melahirkan
plasenta secara konvensional di anggap cukup memadai dan fisiologis. Paradigma
proaktif (pencegahan) dianggap berlebihan karena mengacu pada masalahnya yang
belum terjadi sehingga tindakan yang diberikan dianggap pemborosan.
Beberapa faktor predisposisi yang terkait dengan perdarahan paska persalinan yang
2.
3.
4.
5.
6.
7.
diantaranya:
Jumlah air ketuban yang berlebihan
Kehamilan gemelli
Janin besar atau makrosomia
Kala I atau II yang memanjang
Persalinan cepat (partus presipitatus)
Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin (augmentasi)
Infeksi intrapartum
Multiparitas tinggi
Magnesuim sulfat digunakan untuk mengendalikan kejang pada preeklampsi atau
eklampsi
Pementauan melekat pada semua ibu paska persalinan serta mempersiapkan diri untuk
menatalaksana atonia uteri pada setiap kelahiran merupakan tindakan pencegahan yang
sangat penting. Meskipun beberapa faktor telah diketahui dapat meningkatkan resiko
perdarahan paska perdarahan, 2/3 dari semua kasus perdarahan paska persalinan terjadi
pada ibu tanpa faktor resiko yang diketahui sebelumnya dan tidak mungkin
memperkirakan ibu mana yang akan mengalami atonia uteri atau perdarahan paska
persalinan. Karena alasan tersebut maka manajemen aktif kala III merupakan hal yang
sangat penting dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu akibat perdarahan
paska persalinan.
1.2.
Pengertian
Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium tidak dapat berkontraksi dan
bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi
tidak terkendali.
Atonia uterus adalah tidak berkontraksi uteri dalam 15 detik setelah dilakukan
rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri (Azwar, 2004).
Perdarahan Atonia Uteri terjadi bila uterus atonik dan tidak mampu berkontraksi
dengan baik setelah kelahiran (Vicky, 2006)
1.3.
Penyebab
Otot uterus tidak mengalami retraksi dan kontraksi yang kuat sehingga pembuluh
darah terbuka
Menimbulkan perdarahan yang banyak dan singkat
Terjadinya atonia uteri mempunyai predisposisi yang dapat diperkirakan (Manuaba,
2007)
1.4.
b. Berikan tambahan 500 ml/jam hingga tiba ditempat rujukan atau hingga jumlah
cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 l dan kemudian lanjutkan dalam jumlah 125
cc/jam
c. Jika cairan infus tidak cukup, infuskan 500 ml (botol ke-2) cairan infus dengan
tetesan sedang dan ditambah dengan pemberian cairan secara oral untuk
rehidrasi.
Kompresi Bimanual Eksternal (KBE)
1. Letakkan 1 tangan pada dinding abdomen dan dinding depan korpus uteri dan diatas
symfisis pubis.
2. Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang korpus uteri,
sejajar dengan dinding depan korpus uteri. Usahakan untuk mencakup/ memegang
bagian belakang uterus seluas mungkin.
3. Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan dan
belakang agar pembuluh darah didalam anyaman myometrium dapat dijepit secara
manual. Cara ini dapat menjepit pembuluh darah uterus dan membentu uterus untuk
berkontraksi
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro GH, dkk. Asuhan Persalinan Normal. 2008nd ed. Jakarta: JNPK-KR; 2008. P.
107-13