Anda di halaman 1dari 4

Aksitektur dan keseharian.

Secara sederhanamungkin lebih dari sekedar


sederhanasaya memahami bahwa arsitektur muncul sebagai reaksi terhadap
tingkah laku sekelompok manusia, mungkin saja perilaku ini sebagai wujud
kesenangan atau bahkan sebagai wujud kebutuhan. Sementara itu, manusia hidup
di dalam sebuah lingkung alamyang nanti agaknya akan menjadi lingkung bangun
akibat adanya intervensi dari si manusia. Alam dan manusia berinteraksi secara
langsung. Lingkungan menyebabkan manusia menciptakan sebuah atau beberapa
pola keseharian. Pola keseharian inilah yang nantinya akan berdampak ke
arsitektur.
Berbicara mengenai alam, saya ingin sedikit bernostalgia tentang alam sebuah
Desa kecil yang berbatasan langsung dengan negara tetangga RDTL (Republik
Demokrat Timor Leste) dimana saya bertempat tinggal selama 34 hari di sana
selama K2N (Kuliah Kerja Nyata).

Desa ini memiliki alam yang begitu indah. Alamnya berupa perbukitan yang
memiliki hembusan angin sepanjang hari dengan udara dingin yang begitu
menusuk. Di sana, kita akan melihat bagaimana penduduk sekitar selalu
menggunakan Kain Tais atapun Betiini adalah kain adat daerah setempat yang
dibuat dengan cara ditenun, Tais untuk perempuan dan Beti untuk laki-lakiuntuk
menlindungi tubuh mereka dari rasa dingin yang menusuk.

Penduduk sekitar juga selalu mengkonsumsi sirih pinang dengan addictednya


layaknya makanan pokok bagi mereka. Memang kebiasaan menyirih ini telah
dianggap sebagai perilaku adat bagi warga Desa Haumeni Ana, bahkan seluruh
negeri di bagian Timur Indonesia (sebagian besar) memiliki adat yang sama. Akan
tetapi di balik itu semua, menyirih juga merupakan sebuah perilaku masyarakat
dimana mereka mencoba untuk mereduksi rasa dingin yang selalu menyerang,
karena sirih pinang berkhasiat menghangatan tubuh.
Demikian beberapa cara yang dilakukan masyarakat di sana untuk mengurangi rasa
dingin. Dari hal inilah kemudian muncul peranan arsitektur dalam memebuhi
kebutuhan manusia. Manusia menciptakan sebuah karya arsitektur yang mampu
memberikan kenyamanan bagi mereka. Hal ini muncul sebagai sebuah bangunan
yang disebut oem bubu atau rumah bulat.

Rumah bulat ini idealnya berfungsi sebagai lumbung karena memiliki suhu yang
cukup hangat dibanding suhu di luar. Selain itu, rumah bulat juga difungsikan
menjadi dapur tempat warga setempat memasak. Jadi, setiap keluarga akan
memiliki satu rumah sebagai tempat tinggal dan satu rumah bulat sebagai lumbung
sekaligus dapur. Di satu sisi, pemisahan dapur dari rumah merupakan pilihan yang
cukup baik untuk kesehatan penghuninya. Akan tetapi jika melihat kenyataan yang

ada, penduduk di sana lebih betah untuk berlama-lama di dalam oem bubu
dibanding di dalam rumah karena oem bubu bisa menjaga suhu di dalamnya.
Oem bubu memiliki atap yang terbuat dari ilalang yang dikeringkan dan kemudian
diikat kuat dengan sedemikian rupa sehingga mampu menjaga ruang di dalamnya
tetap hangatdan bebas dari tetesan air hujan. Hal ini adalah salah satu bentuk
pengakuan warga terhadap peranan arsitektur dalam memenuhi kebutuhan hidup
mereka. Kebutuhan yang memaksa mereka untuk menciptakan sebuah karya
arsitektursecara sadar atau tidak sadar, bahkan mungkin mereka tidak pernah
tahu apa itu arsitekturyang pada akhirnya telah menjadi sebuah ciri khas yang
mengakar tunggang.
Oem bubu tentu saja dicampuri oleh nilai-nilai budaya dan sejarah masyarakatnya.
Bentuk atap yang kerucut tinggi dengan pintu yang begitu rendah menggambarkan
sifat orang timur yang konon katanya bersifat rendah hati. Siapapun dia, apapun
pangkatnya, seberapapun tinggi tubuhnya, namun jika di Tanah Timor, semuanya
sama. Hal ini dianalogikan melalui cara orang memasuki rumah bulat dengan
menunduk (sejadi-jadinya :D).
Pada akhirnya, rumah bulat adalah satu-satunya pilihan warga untuk berkumpul,
baik berkumpul keluarga ataupun dengan teman dan cs-an. Bahkan tidak jarang
saya menemukan papa angkat saya tidur di dalam rumah bulat pada saat-saat
cuaca yang makin memburuk. Memang suatu pilihan yang baik untuk
menghangatkan tubuh di dalam rumah bulat dengan bara tungku yang menyala
dan meredup secara bergantian. Namun juga sangat disayangkan bahwa asap yang
terperangkap terlalu lama di dalam ruangan akan membuat mata perih dan lama
kelamaan berpotensi menyebabkan ISPA. Fyi, tingkat gangguan saluran pernapasan
di desa ini cukup tinggi. Saya beranggapan bahwa frekuensi penggunaan oem bubu
yang terlalu tinggi menjadi salah satu penyebab utama penderita ISPA di desa ini.
Hal ini disebabkan karena oem bubu didisain dengan sirkulasi udara yang kurang.
Oem bubu tidak memiliki bukaan sama sekali (selain pintu masuk), sementara itu
warga memasak dengan tungku sehingga menghasilkan asap yang cukup banyak.
Memang, udara mengalir melalui celah-celah helai ilalang yang menjadi penutup
oem bubu, namun tentu saja pergerakannya sangat pelan dan perlahan mengingat
ketebalan dan kepadatan ikatan ilalang tersebut. kurangnya sirkulasi udara dari segi
bukaan bukanlah sebuah kesalahan disain sebab oem bubu ini dirancang dengan
fungsi sebagai lumbung dan dapur sehingga memang membutuhkan ruang yang
terisolasi dari angin agar kegiatan memasak tidak tertanggu.
Banyak hal yang bisa diartikan sebagai kebiasaan dan kemudian dikaitkan dengan
dunia arsitektur. Dan cerita di atas adalah cara saya menghubungkan keduanya.
Demikian saya mencoba menggambarkan relasi antara alam, manusia, keseharian,
dan arsitektur. Mereka berhubungan satu sama lain dan saling mempengaruihi
secara timbal balik. Hubungannya mungkin saja saling menguntungkan

sebagaimana yang disebut simbiosis mutualisme seperti bagaimana alam memaksa


manusia menciptakan rumah bulat yang kemudian menjadi ciri khas manusianya,
atau malah sebaliknya rumah bulat menggoda manusia untuk memiliki kebiasaan
yang berakibat buruk bagi manusianyaISPA. Tetap dibutuhkan sebuah kontrol
untuk mengatur ke arah mana simbiosis itu akan berjalan

Anda mungkin juga menyukai