Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KELOMPOK II

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR


DAMPAK GLOBALISASI MEDIA TEKNOLOGI TERHADAP KEHIDUPAN
MASYARAKAT DI INDONESIA

OLEH
KETUA

: PARFI SEPRIANDRA (1210962023)

SEKRETARIS

: INDRI (1210962017)

ANGGOTA

: ARIES MUNANDAR (1010963013)


HAFID YOZA PUTRA (1210961003)
RABIL FIKRI (1210962011)
TRYSNO (1210963003)
AULIYAA IKRAMI (1210963009)
SEPTIAN TIROZI (1210963010)
SISTEM INFORMASI

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI


UNIVERSITAS ANDALAS
2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Dampak Globalisasi
Media Teknologi terhadap Kehidupan Masyarakat di Indonesia.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah ilmu sosial dan budaya sehingga mahaiswa lebih memahami dan
menginformasikan kepada pembaca mengenai Dampak Globalisasi Media Teknologi
terhadap Kehidupan Masyarakat di Indonesia.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami penulis banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun berkat bimbingan dari
berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya, walaupun
masih banyak kekurangannya.
Kami menyadari sebagai seorang mahasiswa, kami masih memiliki banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang positif agar makalah ini menjadi lebih baik dan berguna di
masa yang akan datang. Harapan penulis, mudah-mudahan makalah yang sederhana ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Padang, 2 November 2013


Kelompok 2

ABSTRAK
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang tidak mengenal batas
wilayah dan menghubungkan antara masyarakat di suatu negara dengan masyarakat lainnya
di seluruh dunia. Sebagai proses yang berkesinambungan, globalisasi mampu mengurangi
kendala dimensi ruang dan waktu sehingga interaksi antar bangsa dapat dilakukan dengan
cepat dan tepat. Dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi, globalisasi
merambah ke semua sektor kehidupan dan memberikan pengaruh yang signifikan pada
tatanan masyarakat dunia.
Indonesia sebagai salah satu negara yang berkembang juga mengalami dampak
dari pesatnya pengaruh globalisasi. Globalisaai ibarat dua sisi saling berlawanan.
Globalisasi memberikan peluang yang akan memberikan dampak positif bagi kemajuan
bangsa. Di sisi lain globalisasi menimbulkan ancaman yang akan memberikan dampak
negatif terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Pengaruh globalisasi terhadap budaya
nasional mempengaruhi berbagai sektor di bidang politik, ekonomi, sosial yang secara
lambat laun akan mempengaruhi identitas kebudayaan nasional Indonesia.

DAFTAR ISI
Kata Pengantar

..

Abstrak

...

ii

Daftar Isi

...

iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

1.3 Rumusan Masalah...

1.4 Batasan Masalah ...

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Globalisasi Media.

2.2 Globalisasi dan Budaya

2.3 Globalisasi dalam Kebudayaan Tradisional di Indonesia

11

2.4 Perubahan Budaya dalam Globalisasi Kesenian yang Bertahan dan yang
Tersisihkan..

12

2.5 Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Bangsa ...

14

2.6 Tindakan yang Mendorong timbulnya Globalisasi Kebudayaan...

15

2.7 Cara Mengantisipasi Adanya Globalisasi Kebudayaan

18

2.8 Solusi

19

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..

20

3.2 Saran.

20

DAFTAR PUSTAKA 22

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang
bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global
itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses
globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi
menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan
dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri
merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu
populer sebagai ideologi baru sekitar 5 atau 10 tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi
begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai
sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sehingga mampu mengubah dunia secara mendasar.
Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar
ekonomi, sampai penjual ikan. Kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengertian
hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara di seluruh
dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan terbukanya satu
negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi,
pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain-lain.
Konsep globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada penyempitan dunia
secara insentif dan peningkatan kesadaran kita terhadap dunia, yaitu semakin meningkatnya
koneksi global dan pemahaman kita terhadap koneksi tersebut. Di sini penyempitan dunia
dapat dipahami dalam konteks institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat
dipersepsikan refleksif dengan lebih baik secara budaya. Globalisasi memiliki banyak
penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai
proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan
kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat

dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari globalisasi seperti yang
dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi,
sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia
dan merasuk ke dalam kesadaran kita.
Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global. Globalisasi adalah
proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat
membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang
lain (A.G. Mc.Grew, 1992). Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai
kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak
globalisasi. Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam
kehidupan, meliputi bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana
dengan teknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun dapat
mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat.
Dalam hal ini terjadi interaksi antar masyarakat dunia secara luas, yang akhirnya
saling mempengaruhi satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah seperti kebudayaan
gotong royong, menjenguk tetangga sakit, dan sebagainya. Globalisasi juga berpengaruh
terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya berpakaian, gaya rambut dan
sebagainya
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui pengaruh globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan daerah.
2. Untuk meningkatkan kesadaran remaja untuk menjunjung tinggi kebudayaan bangsa
sendiri karena kebudayaan merupakan jati diri bangsa.
1.3 Rumusan Masalah
Dalam perkembangannya globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam bidang
kebudayaan misalnya:
1.

Hilangnya budaya asli suatu daerah atau suatu negara

2.

Terjadinya erosi nilai-nilai budaya,

3.

Menurunnya rasa nasionalisme dan patriotisme

4.

Hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong

5.

Kehilangan kepercayaan diri

6.

Gaya hidup kebarat-baratan

1.4 Batasan Masalah


Pada penulisan makalah ini, penulis memiliki batasan masalah sebgai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan globalisasi media?
2. Bagaimana hubungan globalisasi dan budaya?
3. Bagaimana globalisasi dalam kebudayaan tradisional di Indonesia?
4. Bagaimana perubahan budaya dalam globalisasi kesenian yang bertahan dan yang
5.
6.
7.
8.

tersisihkan?
Bagaimana pengaruh globalisasi terhadap budaya bangsa?
Apa saja tindakan yang mendorong timbulnya globalisasi kebudayaan?
Bagaimana cara mengantisipasi adanya globalisasi kebudayaan?
Apa saja solusidari permasalahan tersebut?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Globalisasi Media
Menurut Mc Quail dalam bukunya yang berjudul Mass Commmunication the
Theories (2006:66) ada enam peran media.

Pertama, melihat media massa sebagai window on event and experience. Media
dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa yang sedang terjadi di
luar sana. Disisi lain media merupakan sarana belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa.
Kedua, media sering dianggap sebagai mirror of event in society and the world,
implying a faithful reflection. Cermin berbagai peristiwa yang ada dalam masyarakat dan
dunia, yang merefleksikan apa adanya. Karena para pengelola media sering merasa tidak
bersalah jika isi media penuh dengan kekerasan, konflik, pornografi, dan berbagai keburukan
lainnya, karena memang menurut mereka faktanya demikian, media hanya sebagai refleksi
fakta terlepas dari auka atau tidak suka. Padahal sesungguhnya angle, arah, dan framing dari
isi yang dianggap sebagai cermin realitas tersebut diputuskan oleh para professional media,
dan khalayak tidak sepenuhnya bebas untuk mengetahui apa yang mereka inginkan.
Ketiga, memandan media sebagai filter, atau gatekeeper yang menyeleksi
berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih issue, informasi
atau bentuk content yang lain berdasar standar para pengelolanya. Di sini khalayak
dipilihkan oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui dan mendapat perhatian.
Keempat, media massa sering dipandang sebagai guide, penunjuk jalan
atau interpreter, yang menerjemahkan dan menunjukkan arah atas berbagai ketidakpastian,
atau alternatif yang beragam.
Kelima, melihat media massa sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai
informasi dan ide-ide kepada khalayak, sehingga memungkin terjadinya tanggapan dan
umpan balik.
Keenam, media massa sebagai interlocutor, yang tidak hanya sekadar tempat
berlalu lalangnya informasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya
komunikasi interaktif.
Pendeknya, semua itu ingin menunjukkkan, peran media dalam kehidupan sosial
sekedar sarana diversion, pelepas ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan informasi yang
disajikan, mempunyai peran yang signifikan dalam proses sosial. Isi media massa merupakan
konsumsi otak bagi khalayaknya, sehingga apa yang ada di media massa akan mempengaruhi
realitas subjektif pelaku interaksi sosial. Gambaran tentang realitas yang dibentuk oleh isi
media massa inilah yang nantinya mendasari respon dan sikap khalayak terhadap
berbagai objek sosial. Informasi yang salah dari media massa akan memunculkan gambaran

yang salah pula terhadap objek sosial itu. arenanya media massa dituntut menyampaikan
informasi secara akurat dan berkualitas. Kualitas informasi inilah yang merupakan tuntutan
etis dan moral penyajian media massa.
Bertolak dari besarnya peran media massa dalam mempengaruhi pemikiran
khalayaknya, tentulah perkembangan media massa di Indonesia pada massa akan datang
harus dipikirkan lagi. Apalagi menghadapi globalisasi media massa yang tak terelakan lagi.
Globalisasi media massa merupakan proses yang secara nature terjadi,
sebagaimana jatuhnya sinar matahari, sebagaimana jatuhnya hujan atau meteor. Pendekatan
profesional menjadi kata kunci, masalah dasarnya mudah diterka. Pada titik-titik tertentu,
terjadi benturan antar budaya dari luar negeri yang tidak dikenal oleh bangsa Indonesia. Jadi
kekhawatiran besar terasakan benar adanya ancaman, serbuan, penaklukan, pelunturan
karena nilai-nilai luhur dalam paham kebangsaan. Imbasnya adalah munculnya majalahmajalah Amerika dan Eropa versi Indonesia seperti: Bazaar, Cosmopolitan, Spice, FHM (For
Him Magazine), Good Housekeeping, Trax dan sebagainya. Begitu pula membanjirnya
program-program tayangan dan produk rekaman tanpa dapat dibendung.
Lalu bagaimana bagi negara berkembang seperti Indonesia menyikapi fenomena
transformasi media terhadap perilaku masyarakat dan budaya? Bukankah globalisasi media
dengan segala nilai yang dibawanya melalui televisi, radio, majalah, koran, buku, film, VCD,
dan kini lewat internet sedikit banyak akan berdampak pada kehidupan masyarakat. Semakin
pesatnya perkembangan media tentu akan mempengaruhi pola pikir dan perilaku seseorang.
Dengan kemajuan media seperti halnya alat komunikasi yang terus berkembang menjadi
semakin canggih dan praktis. Hal ini tentu akan membawa seseorang ke dalam pola hidup
yang menurutnya efektif dan efisien serta berdampak positif dalam kehidupan mereka.
Seperti yang mereka pikirkan dampak positif sebagai berikut:

Kebebasan dan kompetisi antar individu akan meningkat. Dengan kemajuan penyaji
informasi akan semakin mendukung setiap individu untuk menyalurkan bakat dan
kemampuannya.

Meningkatkan kualitas ekonomi. Karena dengan teknologi informasi info tentang


pasaran mudah didapat dan mempermudah dalam bertransaksi.

Dapat mengembangkan suatu komunitas positif karena dipermudah dalam alat


komunikasinya.

Tidak dampak positif saja yang didapat dari perkembangan media. Dampak
negatif yang ditimbulkan akibat dari kemajuan teknologi telah mendominasi, seperti:

Menjadi sarana kejahatan seperti penipuan dan pembajakan karya cipta.

Menjadi penyebab rusaknya moral suatu individu terutama anak-anak di bawah umur
yang mudah mereka dapatkan dari situs porno.

Masyarakat menjadi individu yang konsumtif.

Rasa sosial terhadap lingkungan menjadi acuh.


Beberapa fakta menarik yang erat kaitannya dengan penggunaan HP dampak

perkembangan media:
1. Komunikasi melalui hp adalah bentuk revolusi komunikasi di Indonesia, yang banyak
di gunakan oleh masyarakat bahkan remaja dan anak-anak banyak yang
menggunakannya. Dengan adanya revolusi komunikasi dari pesawat telepon rumah
yang tidak bisa dibawa kemana-mana menjadi hp yang bisa dibawa kemana-mana
dan ukurannya yang kecil. Tentunya hal ini memperlancar komunikasi masyarakat
Indonesia.
2. Komunikasi hp telah menurunkan minat baca masyarakat. Menurut survei Siemens
mobile lifestyle III, menyebutkan, ada 60 % remaja dan pascaremaja lebih senang
mengirim dan membaca SMS daripada membaca buku, majalah atau koran.
Berdasarkan hal tersebut ternyata komunikasi melalai hp seperti SMS membawa
dampak buruk bagi masyarakat.dalam hal ini SMS lebih berfungsi sebagai hiburan
saja daripada sebagai komunikasi. Budaya baca yang sudah terancam oleh budaya
dengar dan budaya lihat yang sudah terancam oleh budaya mengirim SMS. Bahkan,
73 % dari pelajar SMA di Bandung, Jakarta, Bogor dan Semarang mengeluarkan
biaya untuk membeli pulsa 100-200 ribu per bulannya, sehingga memunculkan sikap
masyarakat untuk hidup konsumtif.
3. Komunikasi dengan hp telah memunculkan praktik bisnis illegal (penipuan). Saat ini
banyak terjadi kasus penipuan lewat SMS, umumnya terjadi dengan dalih si penerima
SMS mendapatkan hadiah dari undian. Apakah undian atas nama provider maupun
undian yang lainnya. Pelaku memancing korban untuk pergi ke ATM terdekat untuk
mencek saldo dan kemudian meminta korban untuk mentransfer sejumlah uang ke
rekening tertentu atau mengirim pulsa ke nomor tertentu agar hadiahnya dapat

diterima si korban. Banyak korban yang terjebak karena kasus seperti ini. HP juga
digunakan oleh anggota DPRD untuk menagih uang dukungan kepada sang calon
pemimpin suatu daerah dengan cara memotret surat suara yang menuliskan nama
calon tadi. Fenomena komunikasi dengan HP tidak mengindahkan etika dalam
penggunaannya. Contoh para anggota DPR yang sedang melaksanakan sidang,
menggunakan HP baik telepon atau SMS untuk saling melobi.tentu fenomena ini
melanggar etika.
4. Penggunaan hp di Indonesia lebih digunakan untuk gaya hidup, bukan untuk
kebutuhan berkomunikasi. Kebanyakan remaja membawa HP dengan dipegang atau
di kalungkan di leher bukan disimpan dalam kantong baju atau di tas, hal ini terjadi
karena HP sudah beralih fungsi untuk gaya hidup, untuk dipamerkan bukan lagi untuk
komunikasi.
Saat ini masyarakat Indonesia sedang mengalami serbuan yang hebat dari
berbagai produk pornografi berupa tabloid, majalah, buku bacaan di media cetak, televisi,
radio dan terutama adalah peredaran bebas VCD. Baik yang datang dari luar negeri maupun
yang diproduksi sendiri. Walaupun media pornografis bukan barang baru bagi Indonesia,
namun tidak pernah dalam skala seluas sekarang. Bahkan beberapa orang asing menganggap
Indonesia sebagai surga pornografi karena sangat mudahnya mendapatkan produk-produk
pornografi dan harganya pun murah.
Kebebasan pers yang muncul pada awal reformasi ternyata dimanfaatkan oleh
sebagian masyarakat yang tidak bertanggung jawab, untuk menerbitkan produk-produk
pornografi. Mereka menganggap pers mempunyai kemerdekaan yang dijamin sebagai hak
asasi warga Negara dan tidak dikenakan penyensoran serta pembredelan. Padahal dalam
Undang-Undang Pers No. 40 tahun 1999 itu sendiri, mencantumkan bahwa pers
berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama
dan rasa kesusilaan masyarakat (pasal 5 ayat 1).
Dalam media audio-visualpun, ada Undang-Undang yang secara spesifik
mengatur pornografi, yaitu Undang-undang Perfilman dan Undang-undang Penyiaran. Dalam
UU Perfilman 1992 pasal 33 dinyatakan bahwa setiap film dan reklame film yang akan
diedarkan atau dipertunjukkkan di Indonesia, wajib sensor terlebih dahulu. Pasal 19 dari UU
ini menyebutkan bahwa LSF (Lembaga Sensor Film) harus menolak sebuah film yang

menonjolkan adegan seks lebih dari 50 % jam tayang. Dalam UU Penyiaran pasal 36
dinyatakan bahwa isi siaran televisi dan radio dilarang menonjolkan unsur cabul (ayat 5)
dan dilarang merendahkan, melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama dan
martabat manusia Indonesia (ayat 6). Globalisasi pada hakikatnya ternyata telah membawa
nuansa budaya dan nilai yang mempengaruhi selera dan gaya hidup masyarakat. Melalui
media yang semakin terbuka dan terjangkau, masyarakat menerima berbagai informasi
tentang peradaban baru yang datang dari seluruh penjuru dunia. Padahal, kita menyadari
belum semua warga negara mampu menilai sampai dimana kita sebagai bangsa berada.
Begitulah, misalnya, banjir informasi dan budaya baru yang dibawa media tak jarang teramat
asing dari sikap hidup dan norma yang berlaku. Terutama masalah pornografi, dimana
sekarang wanita-wanita Indonesia sangat terpengaruh oleh trend mode dari Amerika dan
Eropa yang dalam berbusana cenderung minim, kemudian ditiru habis-habisan. Sehingga
kalau kita berjalan-jalan di mal atau tempat publik sangat mudah menemui wanita Indonesia
yang berpakaian serba minim mengumbar aurat. Di mana budaya itu sangat bertentangan
dengan norma yang ada di Indonesia. Belum lagi maraknya kehidupan free sex di kalangan
remaja masa kini. Terbukti dengan adanya video porno yang pemerannya adalah orang-orang
Indonesia. Di sini pemerintah dituntut untuk bersikap aktif tidak masa bodoh melihat
perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia. Menghimbau dan kalau perlu melarang
berbagai sepak terjang masyarakat yang berperilaku tidak semestinya.
2.2 Globalisasi dan Budaya
Globalisasi merupakan perkembangan kontemporer yang mempunyai pengaruh
dalam mendorong munculnyan berbagai kemungkinan tentang perubahan dunia akan
berlangsung. Globalisasi akan membawa perspektif baru tentang tentang konsep Dunia
tanpa Batas yang saat ini diterima sebagai sebagai realitas masa depan yang akan
mempengaruhi perkembangan budaya dan membayar perubahan baru.
Budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang yang diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa, pakaian,
bangunan, dan karya seni.

Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat termasuk


diantaranya aspek budaya. Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan
budaya tertentu ke seluruh dunia sehingga menjadi budaya dunia telah terlihat semenjak
lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah
Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia. (Lucian W. Pye, 1966).
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan keanekaragaman kebudayaan suku
Bangsa dan juga dianggap sebagai Negara berkembang. Indonesia dituntut untuk menjadi
Negara yang lebih maju dari berbagai aspek. Faktanya adalah bahwa Negara Indonesia
terkesan berjalan lambat untuk menglami kemajuan di bandingkan Negara maju lainnya.
Gaung globalisasi, yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah
membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima
kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa. Bagi
Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan yang memiliki nilai yang
beragam dan juga merupakan identitas bahwa Indonesia mempunyai keanekaragaman
kebudayaan yang diperkuat melalui Bhinneka Tunggal Ika. Salah satu aspek yang
terpengaruh adalah kebudayaan. Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan
sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh
warga masyarakat terhadap berbagai hal. Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai
wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan (Koentjaraningrat),
dimana hal-hal tersebut terwujud dalam kesenian tradisional kita. Oleh karena itu nilai-nilai
maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang
terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila
disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam
pikiran orang yang bersangkutan.
Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa
yang memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya. Kesenian rakyat, salah
satu bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi.
Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya dipengaruhi
oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan berita
namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling
krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu

pengertahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti


Indonesia. Mereka yang memiliki dan mampu menggerakkan komunikasi Internasional justru
negara-negara maju. Akibatnya, negara-negara berkembang, seperti Indonesia selalu
khawatir akan tertinggal dalam arus globalisai dalam berbagai bidang seperti politik,
ekonomi, sosial, budaya, termasuk kesenian kita.
Wacana

globalisasi

sebagai

sebuah

proses

ditandai

dengan

pesatnya

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara
mendasar. Komunikasi dan transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas
budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi
dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Simon
Kemoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang alami akan
meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses alami ini, setiap bangsa
akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka
dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi, menurut Simon Kimoni,
dalam proses ini, negara-negara harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan
memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh budaya asing.
Dalam rangka ini, berbagai bangsa haruslah mendapatkan informasi ilmiah yang
bermanfaat dan menambah pengalaman mereka. Terkait dengan seni dan budaya, Seorang
penulis asal Kenya bernama Ngugi Wa Thiongo menyebutkan bahwa perilaku dunia Barat,
khususnya Amerika seolah-olah sedang melemparkan bom budaya terhadap rakyat dunia.
Mereka berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-bangsa
tersebut kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya. Penulis Kenya ini
meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa di berbagai bangsa, yang dahulu dipaksakan
melalui imperialisme, kini dilakukan dalam bentuk yang lebih luas dengan nama globalisasi.
2.3 Globalisasi dalam Kebudayaan Tradisional di Indonesia
Proses saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar
masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain bangsa Indonesia ataupun
kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk)
telah mengalami proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Kemampuan berubah merupakan
sifat yang penting dalam kebudayaan manusia. Tanpa itu kebudayaan tidak mampu
menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah. Perubahan yang terjadi saat ini

berlangsung begitu cepat. Hanya dalam jangka waktu satu generasi banyak negara-negara
berkembang telah berusaha melaksanakan perubahan kebudayaan, padahal di negara-negara
maju perubahan demikian berlangsung selama beberapa generasi. Pada hakekatnya bangsa
Indonesia, juga bangsa-bangsa lain berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh luar.
Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah yang terjadi
dalam proses globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun juga
terkait dengan masalah atau isu makna budaya dimana nilai dan makna yang terlekat di
dalamnya masih tetap berarti. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk
dalam berbagai hal, seperti anekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah
geografisnya. Keanekaragaman masyarakat Indonesia ini dapat dicerminkan pula dalam
berbagai ekspresi keseniannya.
Seiring berjalannya waktu kesenian daerah yang ada di Indonesia sedikit demi
sedikit mengalami perubahan dikarenakan arus globalisasi yang didominasi oleh Negara
Barat. Globalisasi mungkin saja mendatangkan musibah kepada kebudayaan tradisional kita.
Tetapi dari sudut pandang akan mendatangkan kesempatan istimewa untuk bangsa yang kaya
dengan budaya. Seni akan tersebar ke luar batas negara dan mempengaruhi dunia. Tapi
karena masuknya arus globalisasi, kebudayaan kita jadi ikut arus budaya yang lebih besar.
Masalah inilah yang mungkin terjadi pada saat ini. Karena itu, bangsa Indonesia tidak perlu
takutpada pengaruh asing. Kita harus memahami bagaimana seni dan kebudayaan bisa
menjadi benteng pertahanan dan tradisis kita selanjutnya.
Dengan perkataan lain dapat dikatakan pula bahwa berbagai kelompok masyarakat
di Indonesia dapat mengembangkan keseniannya yang sangat khas. Kesenian yang
dikembangkannya itu menjadi model-model pengetahuan dalam masyarakat.
2.4 Perubahan Budaya dalam Globalisasi Kesenian yang Bertahan dan yang
Tersisihkan
Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan
dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat
homogen menuju pluralisme nilai dan norma sosial merupakan salh satu dampak dari adanya
globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar.
Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya

setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan
menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja
khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu
sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di tv
yang bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui
stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui
parabola yang kini makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia.
Sementara itu, kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui kaset, VCD,
dan DVD yang berasal dari manca negara semakin marak kehadirannya di tengah-tengah
kita. Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa
teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya khususnya di
negara ke tiga. Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap
keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah
kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi
informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran
hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan
dengan kesenian tradisional kita.
Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang
bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi. Kondisi yang demikian mau
tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan
masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya
saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu
berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan
sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan
globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang
berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan
fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu
saja. Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif
terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi
atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga
alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat

tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab
dengan kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang
terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada
pengunjungnya.
Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk
kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya pesan-pesan moral, dan merupakan salah
satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah
kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini
tengah mengalami mati suri. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari mulai
terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya
dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian
tradisional di berbagai tempat di Indonesia. Sekalipun demikian bukan berarti semua
kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi. Disisi lain ada beberapa
seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan fungsi. Ada pula
kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan teknologi
komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian
tradisional Ketoprak yang dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat.
Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki
penggemar tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran televisi, bukan
ketoprak panggung. Dari segi bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak termasuk kesenian
tradisional yang telah terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Selain ketoprak
masih ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi dengan teknologi
mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit terkenal seperti Ki Manteb
Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati masyarakat, baik itu kaset rekaman
pementasannya, maupun pertunjukan secara langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar
yang sejak beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup
sebagai bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan
nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari kesenian
tradisonal seperti wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa
bulan sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu minggu atau satu bulan sekali yang
diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.

2.5 Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Bangsa


Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan
budaya bangsa Indonesia. Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata
menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai
pelestarian budaya. Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan Teknologi)
mengkibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri. Budaya
Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan budaya
barat, misalnya pergaulan bebas. Di Tapanuli (Sumatera Utara) misalnya, duapuluh tahun
yang lalu, anak-anak remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan
tagading (alat musik batak).
Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan, remaja disana selalu
diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah. Saat ini, ketika teknologi semakin
maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat,
bahkan hanya dapat disaksikan di televisi dan Taman Mini Indonesi Indah (TMII). Padahal
kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain dapat menjadi
pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik pusat maupun
daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya.
Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah dalam pemakaian Bahasa Indonesia
yang baik dan benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa). Sudah lazim di Indonesia untuk
menyebut orang kedua tunggal dengan Bapak, Ibu, Pak, Bu, Saudara, Anda dibandingkan
dengan kau atau kamu sebagai pertimbangan nilai rasa. Sekarang ada kecenderungan di
kalangan anak muda yang lebih suka menggunakan Bahasa Indonesia dialek Jakarta seperti
penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu). Selain itu kita sering dengar anak muda
mengunakan bahasa Indonesia dengan dicampur-campur bahasa inggris seperti OK, No
problem dan Yes, bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun yang sering kita dengar di
film-film barat, sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata ini disebarkan
melalui media TV dalam film-film, iklan dan sinetron bersamaan dengan disebarkannya gaya
hidup dan fashion. Gaya berpakaian remaja Indonesia yang dulunya menjunjung tinggi
norma kesopanan telah berubah mengikuti perkembangan jaman.

Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar memakai pakaian minim
dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya perpakaian minim ini dianut dari
film-film dan majalah-majalah luar negeri yang ditransformasikan kedalam sinetron-sinetron
Indonesia. Derasnya arus informasi, yang juga ditandai dengan hadirnya internet, turut serta
`menyumbang` bagi perubahan cara berpakaian. Pakaian mini dan ketat telah menjadi trend
dilingkungan anak muda. Salah satu keberhasilan penyebaran kebudayaan Barat ialah
meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang berkembang di Barat merupakan suatu
yang universal. Masuknya budaya barat (dalam kemasan ilmu dan teknologi) diterima
dengan `baik`. Pada sisi inilah globalisasi telah merasuki berbagai sistem nilai sosial dan
budaya Timur (termasuk Indonesia) sehingga terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan
nilai-nilai ketimuran.
2.6 Tindakan yang Mendorong timbulnya Globalisasi Kebudayaan
Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada pertimbanganpertimbangan ekonomi daripada cultural atau budaya dapat dikatakan merugikan suatu
perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995) dalam bukunya yang berjudul Cultural
Policy And The Performing Arts In South-East Asia, mengungkapkan kebijakan kultural di
Asia Tenggara saat ini secara efektif mengubah dan merusak seni-seni pertunjukan
tradisional, baik melalui campur tangan, penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan
tanpa arah, dan tidak ada perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau
konteks kultural. Dalam pengamatan yang lebih sempit dapat kita melihat tingkah laku aparat
pemerintah dalam menangani perkembangan kesenian rakyat, di mana banyaknya campur
tangan dalam menentukan objek dan berusaha merubah agar sesuai dengan tuntutan
pembangunan.
Dalam kondisi seperti ini arti dari kesenian rakyat itu sendiri menjadi hambar dan
tidak ada rasa seninya lagi. Melihat kecenderungan tersebut, aparat pemerintah telah
menjadikan para seniman dipandang sebagai objek pembangunan dan diminta untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan simbol-simbol pembangunan. Hal ini tentu saja
mengabaikan masalah pemeliharaan dan pengembangan kesenian secara murni, dalam arti
benar-benar didukung oleh nilai seni yang mendalam dan bukan sekedar hanya dijadikan
model saja dalam pembangunan. Dengan demikian, kesenian rakyat semakin lama tidak

dapat mempunyai ruang yang cukup memadai untuk perkembangan secara alami atau
natural, karena itu, secara tidak langsung kesenian rakyat akhirnya menjadi sangat tergantung
oleh model-model pembangunan yang cenderung lebih modern dan rasional. Sebagai contoh
dari permasalahan ini dapat kita lihat, misalnya kesenian asli daerah Betawi yaitu, tari cokek,
tari lenong, dan sebagainya sudah diatur dan disesuaikan oleh aparat pemerintah untuk
memenuhi tuntutan dan tujuan kebijakan-kebijakan politik pemerintah.
Aparat pemerintah di sini turut mengatur secara normatif, sehingga kesenian
Betawi tersebut tidak lagi terlihat keasliannya dan cenderung dapat membosankan. Untuk
mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehendaki terhadap keaslian dan perkembangan yang
murni bagi kesenian rakyat tersebut, maka pemerintah perlu mengembalikan fungsi
pemerintah sebagai pelindung dan pengayom kesenian-kesenian tradisional tanpa harus turut
campur dalam proses estetikanya. Memang diakui bahwa kesenian rakyat saat ini
membutuhkan dana dan bantuan pemerintah sehingga sulit untuk menghindari keterlibatan
pemerintah dan bagi para seniman rakyat ini merupakan sesuatu yang sulit pula membuat
keputusan sendiri untuk sesuai dengan keaslian (oroginalitas) yang diinginkan para seniman
rakyat tersebut. Oleh karena itu pemerintah harus melakoni dengan benar-benar peranannya
sebagai pengayom yang melindungi keaslian dan perkembangan secara estetis kesenian
rakyat tersebut tanpa harus merubah dan menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan politik.
Globalisasi informasi dan budaya yang terjadi menjelang millenium baru seperti
saat ini adalah sesuatu yang tak dapat dielakkan. Kita harus beradaptasi dengannya karena
banyak manfaat yang bisa diperoleh. Harus diakui bahwa teknologi komunikasi sebagai salah
produk dari modernisasi bermanfaat besar bagi terciptanya dialog dan demokratisasi budaya
secara masal dan merata. Globalisasi mempunyai dampak yang besar terhadap budaya.
Kontak budaya melalui media massa menyadarkan dan memberikan informasi tentang
keberadaan nilai-nilai budaya lain yang berbeda dari yang dimiliki dan dikenal selama ini.
Kontak budaya ini memberikan masukan yang penting bagi perubahan-perubahan dan
pengembangan-pengembangan nilai-nilai dan persepsi dikalangan masyarakat yang terlibat
dalam proses ini. Kesenian bangsa Indonesia yang memiliki kekuatan etnis dari berbagai
macam daerah juga tidak dapat lepas dari pengaruh kontak budaya ini. Sehingga untuk
melakukan

penyesuaian-penyesuaian

terhadap

perubahan-perubahan

diperlukan

pengembangan-pengembangan yang bersifat global namun tetap bercirikan kekuatan lokal


atau etnis.
Globalisasi budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat
identitas kebudayaan nasional. Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi
aset kekayaan kebudayaan nasional jangan sampai hanya menjadi alat atau slogan para
pemegang kebijaksanaan, khususnya pemerintah, dalam rangka keperluan turisme, politik
dsb. Selama ini pembinaan dan pengembangan kesenian tradisional yang dilakukan lembaga
pemerintah masih sebatas pada unsur formalitas belaka, tanpa menyentuh esensi kehidupan
kesenian yang bersangkutan. Akibatnya, kesenian tradisional tersebut bukannya berkembang
dan lestari, namun justru semakin dijauhi masyarakat. Dengan demikian, tantangan yang
dihadapi oleh kesenian rakyat cukup berat. Karena pada era teknologi dan komunikasi yang
sangat canggih dan modern ini masyarakat dihadapkan kepada banyaknya alternatif sebagai
pilihan, baik dalam menentukan kualitas maupun selera. Hal ini sangat memungkinkan
keberadaan dan eksistensi kesenian rakyat dapat dipandang dengan sebelah mata oleh
masyarakat, jika dibandingkan dengan kesenian modern yang merupakan imbas dari budaya
pop. Untuk menghadapi hal-hal tersebut di atas ada beberapa alternatif untuk mengatasinya,
yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) bagi para seniman rakyat.
Selain itu, mengembalikan peran aparat pemerintah sebagai pengayom dan
pelindung, dan bukan sebaliknya justru menghancurkannya demi kekuasaan dan
pembangunan yang berorientasi pada dana-dana proyek atau dana-dana untuk pembangunan
dalam bidang ekonomi saja pornografi, maka media dapat dengan cepat mengkonstrusikan
masyarakat secara luas karena jangkauannya yang jauh.
Dalam masyarakat terutama di daerah pedesaan, dikenal adanya opinion leader
atau pemuka pendapat. Mereka memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk
bertindak laku dalam cara-cara tertentu. Menurut Rogers (1983), pemuka pendapat
memainkan peranan penting dalam penyebaran informasi. Melalui hubungan sosial yang
intim, para pemuka pendapat berperan menyampaikan pesan-pesan, ide-ide dan informasiinformasi baru kepada masyarakat. Melalui pemuka pendapat seperti tokoh agama, sesepuh
desa, kepala desa, pesan-pesan tentang bahaya media pornografi dapat disampaikan. Tapi
yang lebih penting lagi adalah ketegasan pemerintah dalam menerapkan hukum baik
Undang-Undang Pers, Undang-undang Perfilman dan Undang-Undang Penyiaran secara

tegas dan konsiten di samping tentu saja partisipasi dari masyarakatuntuk bersam-sama
mencegah dampak buruk dari globalisasi media yang kalau dibiarkan bisa menghancurkan
negeri ini.
2.7 Cara Mengantisipasi Adanya Globalisasi Kebudayaan
Globalisasi mempunyai dampak yang besar terhadap budaya. Kontak budaya
melalui media massa menyadarkan dan memberikan informasi tentang keberadaan nilainilai budaya lain yang berbeda dari yang dimiliki dan dikenal selama ini. Kontak budaya ini
memberikan masukan yang penting bagi perubahan-perubahan dan pengembanganpengembangan nilai-nilai dan persepsi dikalangan masyarakat yang terlibat dalam proses
ini. Kesenian bangsa Indonesia yang memiliki kekuatan etnis dari berbagai macam daerah
juga tidak dapat lepas dari pengaruh kontak budaya ini. Sehingga untuk melakukan
penyesuaian-penyesuaian

terhadap

perubahan-perubahan

diperlukan

pengembangan-

pengembangan yang bersifat global namun tetap bercirikan kekuatan lokal atau etnis.
Globalisasi budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat identitas
kebudayaan nasional. Dengan demikian, tantangan yang dihadapi oleh kesenian rakyat
cukup berat. Karena pada era teknologi dan komunikasi yang sangat canggih dan modern ini
masyarakat dihadapkan kepada banyaknya alternatif sebagai pilihan, baik dalam
menentukan kualitas maupun selera. Hal ini sangat memungkinkan keberadaan dan
eksistensi kesenian rakyat dapat dipandang dengan sebelah mata oleh masyarakat, jika
dibandingkan dengan kesenian modern yang merupakan imbas dari budaya pop. Untuk
menghadapi hal-hal tersebut di atas ada beberapa alternatif untuk mengatasinya, yaitu:

Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) bagi para seniman rakyat.

Menyeleksi dan menyaring nilai-nilai budaya asing.

Memelihara dan mengembangkan budaya nasional sebagai jati diri bangsa.

Selain itu, mengembalikan peran aparat pemerintah sebagai pengayom dan pelindung,
dan bukan sebaliknya justru menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan
yang berorientasi pada dana-dana proyek atau dana-dana untuk pembangunan dalam
bidang ekonomi saja.

2.8 Solusi
Solusi untuk mengantisipasi dampak negatif dari pengaruh globalisasi meliputi
usaha dari individu sebagai warga Negara Indonesia dan pemerintah:
Meningkatkan kualitas nilai keimanan dan moralitas
Sebagai kaum Muslim, hendaknya menanamkan nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga mampu menyaring pengaruh dari luar. Dampak negatif dari globalisasi dapat
menurunkan kualitas moral bangsa. Ini tidak lepas dari peran orang tua, guru, dan
pemerintah.
Mendukung upaya pemerintah Indonesia untuk memperjuangkan keadilan antarbangsa.
Dampak dari globalisasi adanya hubungan antar negara baik kerjasama atau persaingan
global. Pemerintahan Indonesia harus berupaya memperjuangkan keadilan dan
keseimbangan antarbangsa. Upaya pemerintah harus didukung oleh setiap warga
negaranya.
Meningkatkan jiwa semangat persatuan, kesatuan, serta nasionalisme.
Dampak negatif dari globalisasi menjadi suatu tantangan besar bagi negara berkembang.
Negara yang warganya tidak memiliki jiwa semangat persatuan, kesatuan serta
nasionalisme kuat mudah dipermainkan oleh negara maju. Oleh karena itu semangat
persatuan, kesatuan serta nasionalisme harus terus ditingkatkan ke seluruh warga Negara
Indonesia.
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Melalui pendidikan
yang optimal diharapkan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu
bersaing di kancah Internasional.
Melestarikan adat istiadat dan budaya daerah.
Sebagai warga harus melestarikan budya bangsa, jangan sampai budaya tersebut diambil
oleh bangsa lain.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Arus globalisasi adalah sesuatu yang pasti terjadi dan sulit untuk dikendalikan,
terutama karena begitu cepatnya informasi yang masuk ke seluruh belahan dunia, hal ini
membawa pengaruh bagi seluruh bangsa di dunia, termasuk di dalamnya bangsa Indonesia.
Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, maka dunia menjadi sempit,
ruang dan waktu menjadi sangat relatif, dan dalam banyak hal batas-batas Negara sering
menjadi kabur bahkan mulai tidak relevan. Dinding pembatas antar bangsa menjadi sangat
terbuka bahkan mulai hanyut oleh arus perubahan. Oleh karena itu, Indonesia mempunyai
kewajiban ganda, yaitu disatu pihak melestarikan warisan budaya bangsa dan di pihak lain
membangun kebudayaan nasional yang semakin maju.
Tujuan akhir dari kedua kewajiban ini adalah masyarakat maju yang tipikal
Indonesia, masyarakat yang tidak hanya mampu membangun dirinya sederajat dengan
bangsa lain, tetapi juga tangguh menghadapi tantangan globalisasi akibat arus ilmu
pengetahuan dan teknologi maupun menghadapi tren global yang membawa daya tarik kuat
kearah pola hidup yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur bangsa.
3.2 Saran
Dari hasil pembahasan diatas, dan melakukan diskusi sesama anggota kelompok
dua maka penulis menyarankan yaitu:
1. Pemerintah perlu mengkaji ulang peraturan-peraturan yang dapat menyebabkan
pergeseran budaya bangsa.
2. Masyarakat perlu berperan aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-masing
khususnya dan budaya bangsa pada umumnya
3. Para pelaku usaha media massa perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita,
hiburan dan informasi yang diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya
4. Masyarakat perlu menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya
yang masuk tidak merugikan dan berdampak negatif.

5. Masyarakat harus berati-hati dalam meniru atau menerima kebudayaan baru, sehingga
pengaruh globalisasi di negara kita tidak terlalu berpengaruh pada kebudayaan yang
merupakan jati diri bangsa kita.

DAFTAR PUSTAKA

Herimanto dan Winarno. 2012. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurudin. 2008. Sistem Komunikasi Indonesia.: Jakarta: Grafindo.
Jansen Andrico (http://jansenadrico.blogspot.com/2013/03/dampak-globalisasi-mediaterhadap.html ) diakses pada tanggal 29 Oktober 2013 pukul 11:00 WIB.
(https://docs.google.com/document/d/1JJYHZQ9eKr0uipLj8CEGELj3uj65sieLrZpzR9Kf
HpA/edit?hl=in) diakses pada tanggal 29 Oktober 2013 pukul 11:05 WIB.
(http://asisbuton.files.wordpress.com/2009/02/id4-pengaruh-globalisasi-terhadap-nilainilai-nasionalisme.pdf) diakses pada tanggal 29 Oktober 2013 pukul 11:10 WIB
(http://ebooktakee.com/view/ebook/aHR0cDovL2FzaXNidXRvbi5maWxlcy53b3JkcHJlc
3MuY29tLzIwMDkvMDIvaWQ0LXBlbmdhcnVoLWdsb2JhbGlzYXNpLXRlcmhhZGF
wLW5pbGFpLW5pbGFpLW5hc2lvbmFsaXNtZS5wZGZbYnduXVBlbmdhcnVoIEdsb2J
hbGlzYXNpIFRlcmhhZGFwIE5pbGFpIE5pbGFpIE5hc2lvbmFsaXNtZQ) diakses pada
tanggal 29 Oktober 2013 pukul 11:12 WIB.

Anda mungkin juga menyukai