Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, salawat


dan salam pada junjungan Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah
dengan izin dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan
penyusunan Tugas Makalah ini untuk memenuhi tugas dalam
mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar yang berjudul
Hilangnya Kepeduliaan Masyarakat Terhadap Lingkungan Sosial
Budaya.
Ibarat pepatah tak ada gading yang tak retak, dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik itu dari
segi penulisan, isi dan lain sebagainya, maka kami sangat
mengharapkan

kritikan

dan

saran

guna

perbaikan

untuk

pembuatan makalah untuk hari yang akan datang.


Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta
harapan semoga tulisan sederhana ini dapat diterima dan
bermanfaat

bagi

pembaca.

Atas

semua

ini

kami

mengucapkan terima kasih, semoga segala bantuan dari semua


pihak mudah- mudahan mendapat amal baik yang diberikan oleh
Allah SWT.
Padang, 4 Desember
2013

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................

Daftar Isi..........................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN.

1.1. Latar Belakang....................................................................................


1.2. Rumusan Masalah...............................................................................
1.3. Batasan Masalah.................................................................................
1.4. Tujuan Makalah..................................................................................
1.5. Manfaat Makalah................................................................................

1
1
2
2
3

BAB II LANDASAN TEORI.........................................................................

2.1 Pengertian Lingkungan,Sosial,Budaya,Lingkungan Sosial dan Lingkungan Budaya


......................................................................................................................4.
2.1.1 Lingkungan.......................................................................................

2.1.2 sosial.................................................................................................

2.1.3 Budaya..............................................................................................

2.1.4 Lingkungan Sosial............................................................................

2.1.5 Lingkungan Budaya..........................................................................

2.1.6 Lingkungan Sosial Budaya...............................................................

2.2 Hakikat dan Makna Sosial Budaya bagi Manusia......................................

2.3 Kualitas Lingkungan Sosial Budaya bagi Kesejahteraan Manusia.............

2.3.1 Hubungan Lingkungan dengan Kesejahteraan..................................

2.3.2 Hubungan Penduduk dengan Lingkungan dan Kesejahteraan..........

10

BAB III PEMBAHASAN..............................................................................

12

3.1 Isu-isu dan Problematika Lingkungan Sosial Budaya Di Indonesia


serta Cara Mengatasinya.................................................................................

12

3.1.1 Isu-isu Penting Tentang Persoalan Sosial Budaya di Masyarakat 12


3.1.2 Problematika Sosial Budaya yang dihadapi Masyarakat...................

15

3.1.3 Cara mengatasi Isu-Isu dan Problematika di Lingkungan


Sosial budaya.............................................................................................

17

3.2 Kasus-kasus tentang Lingkungan Sosial Budaya dalam


masyarakat Sumatera Barat..............................................................................

18

3.2.1 Kasus Lingkungan Hidup Di Sumatera Barat


BAB IV PENUTUP........................................................................................

29

4.1 Kesimpulan................................................................................................

29

4.2 Saran..........................................................................................................

29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lingkungan (milleu) memiliki hubungan dengan manusia. Lingkungan
memengaruhi sikap dan perilaku manusia, demikian pula kehidupan manusia akan
memengaruhi lingkungan tempat hidupnya. Hubungan antara lingkungan dan
kehidupan manusia sudah diakui para pemikiraan tokoh dunia sejak dahulu.
Aristoteles mengatakan manusia dipengaruhi oleh aspek geografi dan
lembaga politik. Montesquieu menyatakan bahwa iklim mempengaruhi perilaku
politik dan semangat manusia. Arnold Toynbee menyatakan peradban manusia
akan tumbuh pada lingkungan yang sukar dan penuh tantangan sehingga
melahirkan elan vital. Henry Thomas Bucle mentakan bahwa iklim, tanaman, dan
tanah saling berkaitan dalam memengaruhi karakter dan sifat manusia.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor
lingkungan (tanah, iklim, topografi, sumber daya alam) dapat menjadi prakondisi
bagi sifat dan perilaku manusia. Lingkungan menjadi salah satu variabel yang
memengaruhi kehidupan manusia. Manusia pun dapat memengaruhi lingkungan
demi kemajuan dan kesejahteraan hidupnya.
Bab ini mengkaji masalah lingkungan hidup dan manusia serta hubungan
timbal balik antara keduanya. Uraiannya mencakup : penegrtian-pengertian
lingkungan sosial budaya; hakikat dan makna lingkungan bagi manusia; kualitas
penduduk dan lingkungan terhadap kesejahteraan manusia; isu-isu penting dan
problematika lingkungan sosial budaya yang dihadapi masyarakat; dan kasuskasus yang berhubungan dengan lingkungan sosial budaya.
1.2. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini
Tim

Penulis

mendapatkan

hasil

yang

diinginkan,

maka

Tim

Penulis

mengemukakan beberapa perumusan masalah sebagai berikut:


1. Pengertian lingkungan, sosial, budaya, lingkungan sosial, lingkungan
budaya.

2. Hakikat dan makna lingkungan sosial budaya bagi manusia.


3. Kualitas lingkungan sosial budaya bagi kesejahteraan penduduk.
4. Isu-isu tentang lingkungan sosial budaya dan Problematika lingkungan
sosial budaya di Indonesia dan cara mengatasinya.
5. Kasus-kasus tentang lingkungan sosial, lingkungan budaya di dalam
masyarakat Sumatera Barat dan cara penanggulangannya.

1.3. Batasan Masalah


Agar masalah yang dibahas tidak melenceng jauh dari judul dan topik
yang dibahas, maka Tim Penulis merasa perlu untuk membuat batasan
masalah. Dan penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Pengertian lingkungan, sosial, budaya, lingkungan sosial,
lingkungan budaya?
2. Apa Hakikat dan Makna Lingkungan sosial budaya bagi Manusia?
3. Bagaimana kualitas lingkungan sosial budaya terhadap kesejahteraan
penduduk?
4. Apa saja saja isu-isu penting problematika lingkungan sosial budaya
yang dihadapi masyarakat? Serta bagaimana cara mengatasinya?
5. Apa saja contoh-contoh kasus tentang lingkungan sosial budaya di dalam
masyarakat Sumatera Barat? Dan bagaimana solusi penanggulangannya?
1.4. Tujuan Makalah
Dengan adanya makalah ini diharapkan akan mencapai tujuan berikut:
a.

Untuk menambah pengetahuan tentang dapat membedakan antara


lingkungan, sosial, budaya, lingkungan sosial dan lingkungan budaya.

b.

Untuk mengetahui hakikat dan makna lingkungan sosial budaya bagi


manusia.

c.

Untuk mengetahui hubungan kualitas lingkungan sosial budaya dan


kesejahteraan penduduk.

d.

Untuk mengetahui isu-isu dan problematika tentang lingkungan sosial


budaya di Indonesia serta cara mengatasinya.

e.

Untuk mengetahui kasus-kasus tentang lingkungan sosial budaya dalam


masyarakat Sumatera Barat dan cara penanggulangannya.

1.5. Manfaat Makalah


a. Secara Pribadi, tentu makalah ini rasanya memiliki banyak manfaat untuk
Tim Penulis sendiri. Untuk contohnya, makalah ini dapat melatih Tim
Penulis untuk berjuang dalam mengeluarkan kreatifitas untuk menyusun
makalah ini. Dalam makalah ini dituangkan ide-ide dan gagasan pemikiran
tentang ilmu-ilmu yang sudah dipelajari. Dan secara tidak langsung,
makalah ini melatih kemampuan berpikir tim penulis secara logis
sistematis, kemampuan membahakan, dan juga kemampuan menganalisa
dan mengkritik.
b. Untuk para pembaca, Tim Penulis merasa makalah ini juga memiliki
manfaat. Dalam makalah ini, kami bisa membagikan ilmu sehingga yang
tidak tahu bisa menjadi tahu atau yang sudah tahu semakin kuat
pemahamannya.
c. Makalah ini dapat melatih berpikir tertib dan teratur karena dalam
pembuatan makalah terdapat aturan-aturan dan metode yang harus diikuti
dalam penulisannya.
d. Makalah bisa berguna sebagai sumber referensi makalah selanjutnya.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.

Pengertian Lingkungan, Sosial, Budaya, Lingkungan Sosial dan


Lingkungan Budaya

2.1.1.

Lingkungan
A. Definisi Lingkungan
Lingkungan adalah sesuatu yang berada di luar atau sekitar mahluk
hidup. Para ahli lingkungan memberikan definisi bahwa Lingkungan
(enviroment atau habitat) adalah suatu sistem yang kompleks dimana
berbagai faktor berpengaruh timbal-balik satu sama lain dan dengan
masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Menurut Ensiklopedia Kehutanan menyebutkan bahwa Lingkungan
adalah jumlah total dari faktor-faktor non genetik yang mempengaruhi
pertumbuhan dan reproduksi pohon. Ini mencakup hal yang sangat luas,
seperti tanah, kelembaban, cuaca, pengaruh hama dan penyakit, dan
kadang-kadang intervensi manusia.
Lingkungan menurut para ahli :
a. St. Munajat Danusaputra : Lingkungan adalah semua benda dan kondisi
termasuk di dalamnya manusia dan aktivitasnya, yang terdapat dalam
ruang di mana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup
serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya. (Darsono, 1995)
b. Emil Salim : Lingkungan hidup adalah segala benda, kondisi, keadaan dan
pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati dan
mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia

2.1.2. Sosial
Sosial adalah kemasyarakatan dan mendahulukan kepentingan
bersama di lingkungan suatu individu dengan individu lainnya yang
bergaul bersama dan hidup bersama, sehingga timbul interaksi yang saling
membantu antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.
Sosial Menurut para ahli

a. Engin Fahri I., sosial adalah sebuah inti dari bagaimana para individu
berhubungan

walaupun

masih

juga

diperdebatkan

tentang

pola

berhubungan para individu tersebut.


b. Lewis, Sosial adalah sesuatu yang dicapai, dihasilkan dan ditetapkan
dalam interaksi sehari-hari antara warga negara dan pemerintahannya

2.1.3. Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi, dimana tiap kelompok tersebut hidup di alam dengan kondisi dan
kepercayaan yang berbeda, sehingga cara hidup kelompok-kelompok
tersebut berbeda pula satu sama lain dan menjadi suatu pembeda antara
kelompok yang satu dengan yang lainnya.
Budaya Menurut para ahli :
a. Mitchel, budaya adalah seperangkat nilai-nilai inti, kepercayaan,
standar , pengetahuan, moral hukum, dan perilaku yang disampaikan
oleh individu - individu dan masyarakat, yang menentukan bagaimana
seseorang bertindak, berperasaan, dan memandang dirinya serta orang
lain.
b. E. B. Tylor dalam buku Primitif Culture, bahwa budaya adalah
keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung ilmu
pengetahuan yang lain serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai
anggota masyarakat.

2.1.4

Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah hubungan interaksi antara masyarakat
dengan lingkungan. Sikap masyarakat terhadap lingkungan sosial
dipengaruhi oleh nilai sosial, itulah hubungannya. Jika nilai sosial tentang
lingkungan lantas berubah/terjadi pergeseran, maka sikap masyarakat
terhadap lingkungan juga berubah/bergeser. Itulah sebabnya masyarakat

dan nilai sosial selalu terlihat dinamis, terlepas dari baik dan buruknya
lingkungan sosial.
Lingkungan sosial ini biasanya dibedakan:
1) Lingkungan Sosial Primer:
Yaitu lingkungan sosial di mana terdapat hubungan yang erat antara
anggota satu dengan anggota lain, anggota satu saling kenal mengenal
dengan baik dengan anggota lain.
2) Lingkungan Sosial Sekunder:
Yaitu lingkungan sosial yang berhubungan anggota satu dengan
anggota lain agak longgar.
2.1.5 Lingkungan Budaya
Pengertian Lingkungan Budaya meliputi :

Pahan/keyakinan yang meliputi adat istiadat, norma,nilai-nilai ,


agama, dan bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari

Komponen karya manusia yang dipergunakan untuk keperluan hidup


sehari-hari,

meliputi

peralatan

yang

dipergunakan,

mata

pencahariannya, bentuk dan jenis makanan dan minumannya,


busananya, serta pemukimannya .
Menurut SK Mendikbud RI No. 0222.c/0/1980, tanggal 11
September 1980, Lingkungan Budaya adalah Lingkungan yang berisikan
berbagai paham/keyakinan serta komponen karya manusia sebagai hasil
aktivitas dan interaksi yang terjadi selama kurun waktu tertentu
membentuk tatanan masyarakat .
2.1.6 Lingkungan Sosial Budaya
Lingkungan Sosial Budaya adalah pola-pola hubungan sosial serta
kaidah pendukungnya yang berlaku dalam suatu lingkungan ruang, yang
ruang lingkupnya ditentukan oleh keberlakuan pola-pola hubungan sosial
tersebut (termasuk perilaku manusia didalamnya), dan oleh tingkat rasa
integrasi mereka yang berada di dalamnya.

Oleh karena itu, lingkungan sosial budaya terdiri dari pola interaksi
antara budaya, teknologi dan organisasi sosial, termasuk di dalamnya
jumlah penduduk dan perilakunya yang terdapat dalam lingkungan
spasial tertentu.
Lingkungan sosial budaya terbentuk mengikuti keberadaan
manusia di muka bumi. Ini berarti bahwa lingkungan sosial budaya sudah
ada sejak makhluk manusia atau homo sapiens ini ada atau diciptakan.
Lingkungan sosial budaya mengalami perubahan sejalan
dengan peningkatan kemampuan adaptasi kultural manusia
terhadap lingkungannya.
2.2.

Hakikat dan Makna Lingkungan Sosial Budaya bagi manusia


Manusia hidup pasti mempunyai hubungan dengan lingkungan
hidupnya. Pada mulanya, manusia mencoba mengenal lingkungan
hidupnya, kemudian barulah manusia berusaha menyesuaikan dirinya.
Lebih dari itu, manusia telah berusaha pula mengubah lingkungan
hidupnya demi kebutuhan dan kesejahteraan. Dari sinilah lahir peradaban
(Istilah Toynbee)- sebagai akibat dari kemampuan manusia mengatasi
lingkungan agar lingkungan mendukung kehidupannya. Misalnya,
manusia menciptakan jembatan agar bisa melewati sungai yang
membatasinya.
Berdasarkan pengertian lingkungan sosial budaya di atas maka dapat
disimpulkan menjadi suatu lingkungan hidup yaitu suatu media di mana
makhluk hidup tinggal, mencari, dan memiliki karakter serta fungsi yang
khas yang mana terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk
hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan yang
lebih kompleks dan riil (Elly M. Setiadi, 2006). Pada hakikatnya, manusia
dan lingkungan sangat berhubungan erat, manusia tidak mampu memenuhi
kebutuhannya apabila tidak ada lingkungan. Lingkungan amat penting
bagi kehidupan manusia. Segala yang ada pada lingkungan dapat
dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia,

10

karena lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan


untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Arti Penting Lingkungan Bagi Manusia adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan merupakan tempat hidup manusia. Manusia hidup, berada,
tumbuh, dan

berkembang di atas bumi sebagai lingkungan.

2. Lingkungan memberi sumber-sumber penghidupan manusia.


3. Lingkungan mempengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia yang
mendiaminya.
4. Lingkungan memberi tantangan bagi kemajuan peradaban manusia.
5. Manusia memperbaiki, mengubah, bahkan menciptakan lingkungan untuk
kebutuhan dan kebahagiaan hidup.
Selain itu ada pula peranan masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan hidup melalui cara sebagai berikut :
1. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat dan kemitraan.
2. Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat.
3. Menumbuhkan

ketanggapsegeraan

masyarakat

untuk

melakukan

pengawasan sosial.
4. Memberikan saran dan pendapat.
5. Menyampaikan informasi dan / atau menyampaikan laporan.

2.3.
2.3.1

Kualitas lingkungan Sosial Budaya bagi kesejahteraan penduduk


Hubungan Lingkungan dengan Kesejahteraan.

11

Berdasarkan uraian sebelumnya bahwa ada hubungan yang erat


antara lingkungan dengan manusia. Lingkungan memberikan makna atau
arti penting bagi manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Lingkungan dapat memberikan sumber kehidupan agar manusia dapat
hidup sejahtera. Lingkungan hidup menjadi sumber dan penunjang hidup.
Dengan demikian, lingkungan mampu memberikan kesejahteraan dalam
hidup manusia.
Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah Upaya terpadu dalam
pemanfaatan,

penataan,

pemeliharaan,

pengawasan,

pengendalian,

pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup.


Pengelolaan Lingkungan memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mencapai kelestarian hubungan manusia dengan lingkungan hidup
sebagai tujuan membangun manusia seutuhnya.
2. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
3. Mewujudkan manusia sebagai pembina lingkungan hidup.
4. Melaksanakan

pembangunan

berwawasan

lingkungan

untuk

kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.


5. Melindungi negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara
yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Hakikat Pengelolaan Lingkungan Hidup Oleh Mansusia adalah
Bagaimana manusia melakukan berbagai upaya agar kualitas manusia
meningkat sementara kualitas lingkungan juga semakin baik. Lingkungan
yang berkualitas pada akhirnya akan memberikan manfaat bagi manusia,
yaitu meningkatkan kesejahteraan.
Undang-undang No. 23 1997 tentang Pengelolaaan Lingkungan
Hidup yang mengatur hak, kewajiban, dan peran warga negara perihal
pengelolaan ini. Hak, kewajiban, dan peran itu sebagai berikut:
1. Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang
baik dan sehat.
2. Setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang
berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup. Setiap

12

orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan hidup


sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan
hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup.
4. Setiap yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban
memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan
lingkungan hidup.
5. Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya
untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup.

2.3.2

Hubungan Penduduk dengan Lingkungan dan Kesejahteraan.


Di suatu negara, penduduk merupakan salah satu modal dasar
pembangunan. Sebagai modal dasar atau set pembangunan, penduduk
tidak hanya sebagai sasaran pembangunan, tetapi juga merupakan pelaku
pembangunan. Mereka adalah subjek dan objek dari pembangunan negara.
Pembangunan pada dasarnya dilakukan oleh penduduk negara dan
ditujukan

untuk

kebutuhan

dan

kesejahteraan

penduduk

yang

bersangkutan.
Hal yang berkaitan dengan penduduk negara meliputi :
1. Aspek

kualitas

penduduk,

mencakup

tingkat

pendidikan,

keterampilan, etos kerja, dan kepribadian.


2. Aspek kuantitas penduduk yang mencakup jumlah penduduk,
pertumbuhan, persebaran, perataan, dan pertimbangan penduduk
ditiap wilayah negara.
Perubahan lingkungan sebagai akibat tindakan manusia tidak jarang
memberikan dampak negatif, yaitu kerusakan lingkungan hidup.
Kerusakan lingkungan hidup tidak hanya meniadakan daya dukung
lingkungan itu sendiri, tetapi juga memberi resiko bagi kehidupan
manusia. Kerusakan lingkungan hidup merupakan problematika besar
yang dialami umat manusia sekarang ini. Bahkan, isu tentang lingkungan
13

hidup merupakan satu dari tiga isu global dewasa ini, yaitu isu tentang
HAM, demokrasi, dan lingkungan.

Beberapa Problema Lingkungan Hidup dewasa ini antara lain :


1. Pencemaran (polusi) lingkungan, yang mencakup pencemaran udara,
pencemaran air, pencemaran tanah, dan pencemaran suara.
2. Masalah kehutanan, seperti penggundulan hutan, pembalakan hutan, dan
3.
4.
5.
6.

kebakaran hutan.
Erosi dan Banjir.
Tanah longsor, kekeringan, dan abrasi pantai.
Menipisnya lapisan ozon dan efek rumah kaca.
Penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang buruk, seperti gatalgatal, batuk, infeksi saluran pernapasan, diare, dan tipes.
Beberapa masalah yang berkaitan kerusakan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan Hidup :

1. Terus menurunnya kondisi Hutan Indonesia.


2. Kerusakan daerah aliran sungai.
3. Habitat ekosistem pesisir dan laut semakin rusak.
4. Citra pertambangan yang merusak lingkungan.
5. Tingginya ancaman terhadap keanekaragaman hayati.
6. Pencemaran air semakin meningkat.
7. Kualitas udara semakin menurun, khususnya di ibu kota dankota-kota
besar lainnya.

14

15

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Isu-isu dan Problematika Lingkungan Sosial Budaya Di Indonesia serta
Cara Mengatasinya.
3.1.1 Isu-isu Penting Tentang Persoalan Sosial Budaya di Masyarakat.
Berikut ini adalah isu-isu yang mengenai lingkungan dan isu
mengenai kemanusiaan, yaitu :
1. Isu tentang Lingkungan:
a. Kekurangan Pangan
Kekurangan pangan menciptakan kekhawatiran berbagai pihak.
Dunia pun diliputi kekhawatiran itu, karena pertambahan penduduk yang
tinggi, terutama di negara-negara berkembang. Kekurangan pangan
menciptakan gejala serius berupa kelaparan, karena pangan itu
merupakan kebutuhan pokok manusia yang hakiki.
b.

Kekurangan Sumber Air Bersih


Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dunia, kebutuhan
air bersih juga meningkat tajam. Seiring dengan itu, sumber-sumber air
bersih menjadi berkurang atau justru semakin habis. Kurangnya
ketersediaan air bersih berarti telah terjadi kelangkaan air sebagai sumber
kehidupan. Kelangkaan air menyebabkan orang terpaksa bergantung pada
sumber air yang mungkin tidak aman. Tidak tersedianya air bersih
memicu timbulnya berbagai macam penyakit seperti kolera, tifus,
malaria, demam berdarah, dan penyakit lain yang menular. Kelangkaan
air juga menjadikan orang kehabisan waktu dan dana untuk mendapatkan
air bersih.
Sejak dulu air diakui sebagai sumber kehidupan. Khususnya air
bersih banyak dimanfaatkan manusia untuk berbagai keperluan, terutama
sekali untuk minum.

16

c. Polusi atau Pencemaran


Polusi atau pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain kedalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak
dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Pencemaran dapat
digolongkan menjadi tiga, yaitu : pencemaran udara, air, dan tanah.
Pencemar udara dapat berupa gas dan partikel. Contohnya : gas, Gas CO,
CO2, dan batu bara. Polusi air dapat disebabkan oleh pembuangan
limbah industri, sisa insektisida, dan pembuangan sampah domestik,
sampah organik, dan fosfat. Pencemaran tanah disebabkan oleh sampahsampah plastik yang sukar hancur, botol, karet sintesis, pecahan kaca,
dan kaleng; detergen yang bersifat nonbiodegradable (secara alami sulit
diuraikan) dan zat kimia dari buangan pertanian, misalnya insektisida.
d. Perubahan iklim
Sumber energi fosil (minyak bumi, batu bara, dan gas alam) yang
dihasilkan oleh banyak pembangkit energi mengakibatkan terjadinya
pencemaran udara. Perubahan iklim mengakibatkan adanya perubahanperubahan yang tidak terkirakan sebelumnya, seperti peningkatan suhu,
melelehnya gunung es permukaan air laut naik, banyaknya banjir dan
badai, serta musim panas yang semakin panjang.
2. Isu tentang Kemanusiaan
a. Kemiskinan
Kemiskinan penduduk dunia kebanyakan terdapat di Negara-negara
berkembang. Indonesia sebagai Negara berkembang tidak luput pula dari
ancaman kemiskinan. Meskipun presentase penduduk miskin semakin
berkurang setiap tahun, namun jumlah penduduk miskin semakin besar
karena

semakin

bertambahnya

jumlah

penduduk

di

Indonesia.

Berdasarkan data BPS persentase pendudk miskin antara daerah


perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah. Pada bulan Februari
2005, sebagian besar (64,67%) penduduk miskin berada di daerah

17

perdesaan, sementara pada bulan Maret 2006 persentase ini turun sedikit
menjadi 63,41%.
b. Konflik atau Perang
Umat manusia di dunia ini telah merasakan betapa kejamnya
Perang Dunia I maupun Perang Dunia II. Perang Dunia I telah
menyebabkan lebih dari 9 juta jiwa meninggal di medan perang. Hamper
sebanyak itu juga jumlah warga sipil yang meninggal akibat kekurangan
makanan, kelaparan, pembunuhan massal, dan terlibat secara tak sengaja
dalam suatu pertempuran. Perang Dunia II adalah peperangan yang
paling meluas dan mengakibatkan kerusakan paling banyak dalam
sejarah dunia modern. Perang Dunia II telah mengorbankan sekitar 50
juta nyawa.
Setelah era perang dingin usai, dunia ternyata tidak segara aman
dan damai, tetapi justru muncul konflik atau perang dalam skala kecil
yang tersebar di banyak wilayah seperti Bosnia-Kroasia, Rwanda,
Kazakhstan, Darfur, dan Sudan. Konflik juga masih berkecamuk di
Timur Tengah.
c. Wabah Penyakit
Penyakit yang mewabah sekarang ini dengan cepat sekali
menyebar menembus batas-batas wilayah dan Negara. Penyakit yang
sebelumnya hanya melanda sebuah Negara atau suatu kawasan dengan
cepat menyebar ke Negara dan kawasan lain di bumi. Penyakit yang
menyebar sekarang ini makin banyak dan beragam. Jika dulu orang
hanya mengenal sakit malaria, sekarang telah muncul virus polio,
sindrom pernapasan akut (SARS), AIDS, flu burung (avian influenza),
sapi gila, mulut dan kuku, demam berdarah, dan Ebola. SARS muncul
pertama di Guangdong China November 2002, flu burung muncul di
Hongkong tahun 1997.
Wabah penyakit yang menimbulkan malapetaka yang menimpa
umat manusia dari dulu sampai sekarang maupun masa mendatang tetap
merupakan ancamana terhadap kelangsungan hidup dan kehidupan.
Selain wabah membahatakan kesehatan masyarakat karena dapat
18

mengakibatkan

sakit,

cacat,

dan

kematian,

wabah

juga

akan

mengakibatkan hambatan dalam pelaksanaan pembangunan nasional.


Penyakit dapat menurunkan tingkat produktivitas manusia dalam bekerja
yang

bisa

berpengaruh

terhadap

pendapatan

mereka.

Banyak

produktivitas yang hilang akibat serangan penyakit. Di sisi lain,


pendapatan yang diperoleh banyak dikeluarkan untuk biaya pengobatan.
Pada akhirnya, timbulnya penyakit bisa berpengaruh terhadap tingkat
ekonomi masyarakat.
3.1.2

Problematika Sosial Budaya yang dihadapi Masyarakat.


Berikut ini adalah problematika yang mengenai lingkungan Sosial
Budaya, yaitu :
1)

Interaksi dalam Lingkungan Sosial.


Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang

menyangkut hubungan timbal balik antara perorangan, antara kelompok


manusia dalam bentuk akomodasi, kerja sama, persaingan, dan
pertikaian.
Interaksi sosial dapat terjadi apabila ada kontak sosial dan
komunikasi. Kontak sosial merupakan usaha pendekatan pertemuan fisik
dan mental. Kontak sosial dapat bersifat primer (face to face) dan dapat
berbentuk sekunder (melalui media perantara, koran, radio, tv, dan lainlain). Komunikasi merupakan usaha penyampaian informasi kepada
manusia lain. Tanpa komunikasi tidak mungkin terjadi interaksi sosial.
Komunikasi bisa berbentuk lisan, tulisan, atau simbol lainnya. Bentukbentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), akomodasi
(accomodation), persaingan (competition), dan pertikaian (conflict).
2)

Pranata dalam Lingkungan Sosial.


Pranata sosial (dalam bahasa Inggris Istilahnya institution)

menunjuk pada sistem pola-pola resmi yang dianut suatu warga


masyarakat dalam berinteraksi (Koentjaraningrat, 1996). Kehidupan
masyarakat memiliki beragam pranata. Makin besar dan kompleks
19

kehidupan masyarakat makin banyak jumlah pranata yang ada.


Penggolongan

pranata

berdasarkan

fungsinya

untuk

memenuhi

kebutuhan hidup manusia. Beberapa ragam pranata tersebut sebagai


berikut (Koentjaraningrat, 1996).
Pranata-pranata

untuk

memenuhi

kebutuhan

kehidupan

kekerabatan:
a.
b.
c.
d.

Pranata-pranata ekonomi.
Pranata-pranata pendidikan.
Pranata-pranata ilmiah.
Pranata-pranata untuk memenuhi kebutuhan akan keindahan dan

seni.
e. Pranata-pranata keagamaan sebagai kebutuhan manusia untuk
berhubungan dengan Tuhan atau alam gaib.
f. Pranata-pranata untuk menjada dan mengatur kekuasaan di
masyarakat.
g. Pranata-pranata untuk memenuhi kebutuhan akan kenyamanan
hidup.
Pranata adalah suatu sistem norma khusus yang menata rangkaian
tinakan berpola mantap guna memenuhi keperluan yang khusus dalam
kehidupan masyarakat.
3)

Problema dalam Kehidupan Sosial.


Problema sosial merupakan persoalan kareba menyangkut tata

kelakuan yang abnormal, amoral, berlawanan dengan hukum, dan


bersifat merusak.
Sesuai dengan faktor-faktor penyebabnya, maka problema sosial
dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Soerjono Soekanto, 1982):
1. Problema sosial karena faktor ekonomi, seperti kemiskinan,
kelaparan, dan pengangguran.
2. Problema sosial karena faktor biologis, seperti wabah penyakit.

20

3. Problema sosial karena faktor psikologis, seperti bunuh diri, sakit


jiwa, dan disorganisasi.
4. Problema sosial karena faktor kebudayaan, seperti perceraian,
kejahatan, kenakalan anak, konflik ras, dan konflik agama.

3.1.3

Cara mengatasi Isu-Isu dan Problematika di Lingkungan Sosial budaya.


Secara umum Isu-Isu dan problematika yang ada di lingkungan
sosial itu dapat diatasi dengan berbagai solusi. Contoh, masalah
pengangguran dan kemiskinan, pemerintah sudah membuat PNPM
(Program

Nasional

Pemberdayaan

Masyarakat

Mandiri),

tetapi

masyarakat masih saja belum sadar dan malas untuk mengikuti program
tersebut, oleh karena itu mereka harus dibina dan dibimbing agar mau
untuk mencoba program tersebut. Banyaknya anak yang putus sekolah,
sehingga mereka menjadi anak jalanan, untuk mengatasi solusi tersebut
adalah dengan mendirikan suatu program pendidikan sukarelawan yaitu
mendirikan sekolah terbuka untuk mendidik anak-anak jalanan yang
putus sekolah. Memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang
pentingnya hidup sehat.
Hal lain juga yang dapat dilakukan oleh berbagai pihak,
diantaranya:
Menjadi orang tua asuh bagi anak sekolah yang kurang mampu
Tokoh agama memberikan penyuluhan tentang keimanan dan moral
dalam menghadapi persoalan sosial.
Para pengusaha dan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan lain
ikut memberikan beasiswa.
Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan Lembaga Sosial Masyarakat
(LSM) membantu dalam berbagai bidang dimulai dengan
penyuluhan
sampai bantuan berupa materi.
Lembaga-lembaga dari PBB seperti UNESCO, UNICEF, dan WHO
memberikan bantuan kepada pemerintah Indonesia untuk mengatasi
masalah sosial.

21

Para dermawan yang secara pribadi banyak memberi bantuan kepada


masyarakat sekitarnya berupa materi.
Organisasi pemuda seperti karang taruna yang mendidik dan
mengarahkan para remaja putus sekolah dan pemuda untuk berkarya
dan berusaha mengatasi pengangguran.
Perguruan tinggi melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan
memberikan berbagai penyuluhan.
memberikan penyuluhan kepada remaja tentang bahaya obat-obatan
terlarang dan penyakit yang akan di timbulkannya.
3.2 Kasus-kasus tentang Lingkungan Sosial Budaya dalam masyarakat
Sumatera Barat
3.2.1 Kasus Lingkungan Hidup di Sumatera Barat
a. Pendahuluan Maslaah
Problematika lingkungan hidup di Propinsi Sumatera Barat tidak
bisa dilihat dari aspek perubahan lingkungan hidup secara fisik saja,
namun komitmen dan tindakan nyata dari Pemerintah serta kebijakan
yang dikeluarkan oleh Daerah mempunyai pengaruh besar munculnya
berbagai masalah di bidang lingkungan hidup.
Kelembagaan dan kewenangannya dalam mengurus lingkungan
hidup yang ada pada beberapa daerah Kabupaten dan Kota di Propinsi
Sumatera Barat belum mampu secara optimal. Sosok kelembagaan yang
ada memberikan keterbatasan dalam wewenangnya untuk mengurus
masalah

lingkungan

hidup.

Tidak

terdapatnya

keseragamannya

nomenklatur kelembagaan lingkungan hidup, termasuk kewenangan dan


penempatan posisinya dalam struktur organisasi perangkat daerah
semakin memperkuat dugaan formalitas (pemenuhan suatu norma
-peraturan perundang-udangan) berkenaan dengan urusan lingkungan
hidup itu dikelola oleh Daerah.
Kementrian Lingkungan Hidup telah memberikan solusinya melalui
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 148 Tahun 2004
tentang Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah dan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 197 Tahun 2004
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Di
Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, namun masih tetap ada pengabaian

22

terhadapnya. Masih saja ada kelembagaan lingkungan hidup di daerah


yang berada pada struktur Sekretariat Daerah, bahkan ada yang
menggabungkan urusan lingkungan hidup dengan urusan sektoral,
misalnya Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup pada Kabupaten
Solok, Pasaman Barat, Solok Selatan.
Saat ini tengah heboh sehubungan dengan adanya penyusunan
Ranperda tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat
Daerah Propinsi Sumatera Barat yang telah masuk ke DPRD Propinsi
Sumatera Barat. Ancaman terhadap kelembagaan dan kewenangan untuk
mengurus lingkungan hidup di tingkat Propinsi, yakni keberadaan
BAPEPALDA Sumatera Barat bakal ditiadakan, urusan pengelolaan
lingkungan hidup dikebiri menjadi salah satu komponen dari Dinas Tata
Ruang, Pemukiman dan Lingkungan Hidup.
Duka
lingkungan
hidup
semakin

dalam

dan

parah bakal menyelimuti Sumatera Barat manakala Ranperda Propinsi


Sumatera Barat tersebut disetujui oleh DPRD menjadi Perda. Kondisi
kelembagaan lingkungan hidup Propinsi Sumatera Barat hingga pada hari
ini dalam bersosok BAPEPALDA belum optimal melaksanakan tugas,
wewenangnya mengurus/mengelola lingkungan hidup di Sumatera Barat.
Salah satu penyebab yang mendasar tidak sepenuhnya instansi sektoral
memberikan dukungan terhadap BAPEPALDA dalam melaksanakan
fungsinya. Seyogiyanya kinerja koordinasi dan pengawasan dalam
melakukan pengelolaan lingkungan hidup daerah mesti terus ditingkatkan
pemberdayaannya yang didukung oleh kemauan kuat dari Gubernur hasil
Pilkada tahun 2005. Namun justru kenapa eksistensi kelembagaan
lingkungan hidup Propinsi Sumatera Barat selama ini sudah terlepas
dengan urusan sektoral, justru bakal digabungkan dengan urusan sektoral
pemukiman ? Jelas, hal ini akan melemahkan dalam menjalankan
fungsi koordinatif dan pengawasan di masa mendatang.
b. Masalah dalam Kelembagaan dan Kewenangan Lingkungan Hidup
Daerah

23

Ada bebrapa hal yang mendasari untuk tetap perlu dipertahankan


kelembagaan lingkungan hidup Propinsi Sumatera Barat (demikian pulsa
propinsi lainnya):
1) Karakteristik sebagai ciri khas urusan lingkungan hidup, bersifat
lintas sektoral, tidak mengenak wilayah administratif. Oleh
karenanya prinsip keterpaduan dengan menonjolkan kewenangan
koordinasi menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dan mesti
melekat pada institusi yang melaksanakan urusan pengelolaan
lingkungan hidup.
2) Lingkungan hidup

sebagai

sumberdaya

merupakan

asset

(kekayaan dan modal) yang mesti dikelola dengan mengacu


prinsip keberhati-hatian ( precautionary principle)1. Hakikat
prinsip

ini

lebih

mengedepankan

pencegahan

terhadap

pemcemaran dan perusakan lingkungan. Dalam hal lingkungan


hidup telah tercemar dan rusak, tentu membawa konsekuensi
terhadap kualitasnya sebagai sumberdaya mengalami degradasi,
sehingga kapasitasnya sebagai asset pembangunan berkelanjutan
patut

untuk

dipertanyakan.

Selanjutnya,

manakala

upaya

pencegahan masih luput, belum optimal, dan ditemukan


kebocoran atau kelalaian (sengaja atau tidak sengaja), maka
langkah-langkah konkrit penindakan segera dilakukan, baik
penindakan secara teknis lingkungan maupun penindakan secara
hukum.
Urusan pemerintah di bidang pengelolaan lingkungan hidup tidak
dapat diukur efisiensi dan efektifitasnya berdasarkan basis kinerja seperti
halnya urusan pemerintahan lainnya. Tolak ukur pemasukan budget
bagi negara atau daerah dibandingkan pengeluarannya secara riil (kasat
mata dalam muatan APBN atau APBD) dalam mengurus urusan ini tidak
pada tempatnya, karena melaksanakan urusan pengelolaan lingkungan
hidup lebih banyak uang keluarnya dibandingkan uang masuknya.
Sehubungan dengan hal ini sangat bersesuaian dengan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 197 Tahun 2004 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Di Daerah
24

Kabupaten dan Daerah Kota yang menetapkan jenis pelayanan yang


diselenggarakan, yakni:
a. Pelayanan perlindungan air;
b. Pelayanan pencegahan pencemaran air;
c. Pelayanan pemulihan pemcemaran air pada sumber air;
d. Pelayanan pencegahan pemcemaran air;
e. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan dampak lingkungan
akibat sampah;
f. Pelayanan tindak lanjut laporan masyarakat akibat pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan.
Kesemua

jenis

pelayanan

untuk menyelenggarakan urusan

lingkungan hidup di atas memberikan gambaran terhadap akitifitas yang


memerlukan biaya bukan mencari pemasukan atau pendapatan daerah.
Dibalik

biaya

pengeluaran

dalam

menyelenggarakan

urusan

pemerintahan di bidang pengelolaan lingkungan hidup tersebut terdapat


penyelamatan dan keberlanjutan fungsi asset sumberdaya yang
merupakan

penerimaan

bagi

sektor

lainnya

untuk

pelaksanaan

pembangunan.
Solusi terhadap rencana kebijakan mendatang bagi Propinsi
Sumatera Barat
Satu hal lain mesti disamakan persepsi, meskipun Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup tersebut ditujukan kepada Daerah Kabupaten
dan Kota, bukan berarti eksistensi Propinsi dalam mengurus pengelolaan
lingkungan hidup dapat diabaikan, bahkan sangat tragis manakala
institusi/lembaga pengelola lingkungan hidup propinsi dilebur atau
dimasukkan menjadi bagian atau bidang dari dinas daerah lainnya dengan
alasan tidak memiliki standar pelayanan minimal. Justru sebaliknya,
lembaga pengelolaan lingkungan hidup Propinsi harus tetap ada,
terutama karakter lingkungan hidup itu bersifat lintas wilayah
administratif dan sektoral. Artinya, lembaga pengelola lingkungan hidup
propinsi tetap saja harus mempunyai stadar minimal pelayanan terutama
dalam kaitannya lintas kabupaten/kota, AMDAL, pembinaan dan
pengawasan teknis dan sebagainya. Khusus BAPEPALDA Propinsi

25

Sumatera Barat telah menyusun rancangan Standar Pelayanan Minimal di


bidang Lingkungan Hidup.
c. Masalah dalam Penegakan Hukum Lingkungan
Setidak-tidaknya ada empat faktor yang mempengaruhi penegakan
hukum lingkungan,yakni:
a. Faktor Hukum dalam artian peraturan perundang-undangan;
b. Faktor Penegak Hukum;
c. Faktor Sarana dan Fasilitas;
d. Faktor Masyarakat dan/atau Budaya Hukum (SEOKANTO, S.;
1983)
1. Kelemahan dari faktor hukum dalam artian peraturan perundangundangan dapat dilihat dari beberapa hal :
Belum terakomodasinya dalam peraturan

perundang-

undangan terhadap usaha atau kegiatan yang masih belum


memiliki dokumen lingkungan (AMDAL dan UKL-UPL),
padahal usaha atau kegiatan tersebut wajib memliki dokumen
lingkungan (AMDAL dan UKL-UPL). Hal ini merupakan
warisan

penyakit

dari

buah

ketidak-konsistennya

penegakan hukum atas penerapan PP No. 29 Tahun 1986


yang dahulunya dikenal adanya SEMDAL dan AMDAL.
Tidak ada ketentuan jabaran terhadap Pasal 26 PP No. 27
Tahun 1999 tentang AMDAL berkenaan hakikat makna dan
materi/sistematika AMDAL baru bagi usaha dan atau
kegiatan yang telah dinyatakan batal dokumen AMDALnya
karena perubahan disain, dan/atau proses, dan/atau kapasitas,
dan/atau bahan baku, dan/atau bahan penolong. Sebab, lokasi
usaha dan/atau kegiatannya tetap, sehingga perlu ditetapkan
penentuan sebagai rona lingkungan hidup awalnya, sebutan
rencana atau langsung sebutan usaha atau kegiatan dan
perhitungan selisih dampak penting sebelum dan sesudah
adanya usaha atau kegiatan.
Peraturan Daerah tentang Izin Mendirikan Bangunan tidak
mencantumkan syarat wajib memiliki dokumen AMDAL dan
UKL-UPL. Contoh Kasus : Pembangunan Plaza Andalas

26

(eks Terminal Andalas, tahun 2001), Pembangunan Pasar


Modern Pasar Raya (eks Terminal Goan Hoat, tahun 2005),
pembebasan lahan dan konstruksi bangunan sudah dilakukan
sebelumnya adanya AMDAL, karena sudah memiliki IMB.
Konsekuensi yang timbul, sewaktu melakukan kajian
AMDAL terutama mengetahui rona lingkungan awal, tidak
diketahui dampak yang akan timbul pada tahap pra
konstruksi.
2. Penegak hukum
Faktor penegak hukum yang dimaksud dalam hukum
lingkungan bertumpu pada Aparatur Administrasi (birokrat),
kelembagaan dan kewenangannya. Pengawasan yang dilakukan
oleh aparatur Pemerintah Daerah (Instansi Pemberi Izin dan
Instansi Pengelola Lingkungan Hidup Daerah) pasca pemberian
izin sangat penting dan mutlak dilakukan.
Demikian pula halnya, bagi usaha atau kegiatan yang tidak
memiliki izin, aparatur pemerintah segera menindaklanjutinya
dalam bentuk penerapan sanksi perbaikan dan pemulihan
lingkungan kepada penanggung jawab usaha/kegiatan, di samping
menggunakan instrumen penegakan hukum pidana.
Kemauan, komitmen dan tindakan nyata Pemerintah Daerah
menjadi norma wajib yang harus sejalan dengan dukungan dana
yang memadai yang dialokasikan dalam APBD setiap tahunnya.
3. Sarana dan Fasilitas
Bagian yang utama belum tersedia data base yang dapat
diakses publik (on line) dalam upaya memberikan dukungan dalam
pengelolaan lingkungan hidup di daerah. Alasan klise dana
minim tetap tidak memberikan gugahan bagi Gubernur untuk
memberikan alokasi dana yang memadai dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah di bidang lingkungan hidup. Alasan yang
sama pula, BAPEPALDA tidak mampu melakukan pengawasan
atas semua usaha atau kegiatan yang mempunyai dampak
lingkungan.
27

4. Masyarakat
Masyarakat sulit dimintakan untuk berpartisipasi dalam
penegakan hukum, alasannya masih sama, yakni soal perut.
Faktor ekonomi masyarakat memberikan pengaruh yang cukup
signifikan dengan kepeduliannya dalam memberikan dukungan
pengelolaan lingkungan hidup. Fakta yang tidak bisa ditutupi,
warga masyarakat yang bersahaja sering dijadikan kambing hitam
dan diperalat sebagai kendaraan illegal loging oleh kelompok
elit yang berduit.
Pada sisi lain, justru sudah ada Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2004 tentang Pedoman
Pengelolaan Pengaduan Kasus Pencemaran dan atau Kerusakan
Lingkungan, ternyata tidak direspon dengan baik oleh Pemerintah
Daerah dan tidak tersosialisasikan ke masyarakat.
d. Berbagai Permasalahan Lingkungan Hidup (Fisik) dan Solusinya di
Propinsi Sumatera Barat :
1. Daratan/Lahan
a) Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan
Penambangan Tanpa Izin (PETI) untuk deposit Batu Bara di
sawah Lunto.
Penambangan Liar Galian C (Pasir dan Batu Cadas),
diantaranya

Ketaping-Tapakih

Ulakan

(Kab.

Padang

Pariaman), Bikit Gadang Lubuk Malako (Kab. Solok Selatan)


dan Air Dingin dan Lubuk Batu ( Kab. Solok).
Solusi :
Pengalihan pekerjaan ke sektor ekonomi lain (pertanian dan
pertambangan) dengan bantuan dana usaha pinjaman tanpa

bunga.
Penegakan hukum

b) Pembalakan Liar (Illegak Logging)

28

Praktek illegal logging di Sumatera Barat masih saja marak


terjadi, terutama di Kab. Solok, Solok Selatan, Agam, Pesisir
Selatan dan Kepulauan Mentawai.
Solusi:
Pembentukan tim khusus penanganan illegal logging.
Penegakan hukum.
Pemberantasan saw mill liar.
Pengalihan profesi.
c) Kerusakan Daerah Tangkapan Air (DTA)
Kerusakan Daerah Tangkapan Air (DTA) di kawasan danau
Singkarak sudah sangat mengkhawatirkan. Kondisi kerusakan
hutan telah mencapai 80% yang meliputi daerah Paninggahan
dan Junjung Sirih ( Kab. Solok), Guguak Malalo, Simawang,
dan Gunung Rajo (Kab. Tanah Datar). Di samping itu juga
kerusakan yang parah juga terjadi pada hulu DTA Singkarak.
Solusi:
Program reboisasi dan penghijauan dengan pengawasan yang

ketat.
Menempatkan masyarakat di wilayah DTA Danau Singkarak
sebagai perean utama dalam upaya rehabilitasi.

d) Longsor
Sumber penyebab longsor di Sumatera Barat adalah curah
hujan yang tinggi, kondisi topografi berbukit-bergunung,
kondisi vegetasi tutupan lahan dan struktur batuan yang lepas.
Pada tahun 2006 tercatat beberapa kejadian longsor di
Sumatera Barat meliputi kota Padang, Kab. Solok, Kab.
Padang Pariaman, Kab. Agam, Kab. Solok Selatan dan Kab.
Pasaman.
Solusi:
Relokasi penduduk di daerah kawasan rawa longsor.
Reboisasi dan penghijauan.
Pemetaan daerah kawasan rawan longsor.
2. Air
a) Pencemaran Air Sungai
Terdapat beberapa sumber pencemaran air sungai di Propinsi
Sumatera Barat.
29

Aktifitas tambang emas rakyat dengan galian C (Sungai


Batang Hari)
Aktifitas tambang emas rakyat dan batu bara (Sungai Batang
Ombilin)
Aktifitas tambang obsidian (Sungai Batang Antokan)
Aktifitas tambang bahan galian C (Sungai Batang Anai)
Aktifitas pabrik, industri, tambang, dan perkotaan (Sungai
Batang Arau)
Aktifitas pertanian (Sungai Batang Lembang)
Solusi:
Perlu pengelolaan dan pengawasan yang ketat terhadap
aktifitas-aktifitas penyebab sumber dampak.
b) Kerusakan Kawasan Pesisir (Abrasi)
Abrasi pantai sudah menjadi ancaman serius bagi kawasan
pantai pesisir Sumatera Barat. Pada umumnya pantai di
Sumatera

Barat

berpotensi

mengalami

abrasi

karena

gelombang laut pantai tergolong besar. Wilayah pesisir pantai


yang mengalami abrasi adalah Kab. Pesisir Selatan, Kota
Padang, Kab. Padang Pariaman, Kota Pariaman, Kab. Agam,
dan Kab. Pasaman Barat.
Solusi:
Penanaman bakau secara terpadu.
Pemasangan pemecah ombak.
Pembuatan tanggul penahan ombak.
c) Banjir
Penyebab banjir terutama dipicu akibat telah berkurannya
fungsi resapan kawasan hutan dan curah hujan yang tinggi.
Kondisi ini diperparah lagi dengan sistim drainase perkotaan
yang tidak memadai. Kejadian banjir besar hampir terjadi
setiap tahun dengan penyebarannya yang semakin luas pada
setiap kabupaten/kota di Sumatera Barat. Dampak kerusakan
akibat banjir selama tahun 2006 cukup besar meliputi
kerusakan pada kawasan pemukiman, pertanian, dan kerusakan
infrastruktur.

30

Solusi:
Reboisasi dan penghijauan daerah hulu
Pemetaan kawasan rawan banjir
Pengaturan sistim drainase pada wilayah perkotaan

31

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Lingkungan Sosial Budaya atau lebih luas disebut dengan Lingkungan
Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya. Segala yang
ada pada lingkungan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi
kebutuhan hidup manusia, karena lingkungan memiliki daya dukung, yaitu
kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Lingkungan yang berkualitas pada akhirnya akan
memberikan manfaat bagi manusia, yaitu meningkatkan kesejahteraan.
4.2 Saran

Jadikanlah makalah ini sebagai pedoman untuk meningkatkan motivasi


belajar yang lebih tinggi lagi.

Khususnya bagi generasi muda adalah calon sarjana, jadi anda harus
mempunyai wawasan yang luas dan berintelektual tinggi.

Sebaiknya pembaca lebih banyak mempelajari tentang pengertianpengertian dari Lingkungan Sosial Budaya, hakikat dan makna
Lingkungan Sosial Budaya bagi manusia, kualitas penduduk terhadap
kesejahteraan Lingkungan Sosial budaya di masyarakat, isu-isu penting
dan problematika tentang Lingkungan Sosial Budaya Dasar dan cara-cara
mengatasinya, serta kasus-kasus Lingkungan Sosial Budaya yang
dihadapi masyarakat dan cara-cara penanggulangannya.

32

DAFTAR PUSTAKA

Herimanto, Winarno. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: PT. Bumi
Aksara
file:///D:/ISBD/makalah/bahan%20belajar/bahan%20tugas%20klp/ISBD
%203/MAKALAH%20ISBD%20~%20SAYOUDAN%20CITY.htm (diakses 02
Desember 2013)
file:///D:/ISBD/PROBLEMATIKA%20LINGKINGAN%20HIDUP%20DAN
%20SOLUSINYA%20DI%20PROPINSI%20SUMATERA%20BARAT%20_
%20JURNAL%20URIP%20SANTOSO.htm (diakses 02 Desember 2013)
http://ayoecahyaningsih.blogspot.com/2011/10/mengidentifikasi-masalah-sosialdan.html (diakses 02 Desember 2013)
http://forum.kompas.com/nasional/6402-solusi-untuk-masalah-sosial.html
(diakses 02 Desember 2013)
http://nevycantik.blogspot.com/2011/10/mengidentifikasi-masalah-masalahsosial.html (diakses 02 Desember 2013)
http://nasrularul0.blogspot.com/2013/04/masalah-sosial-dan-caramengatasinya.html (diakses 02 Desember 2013)

33

Anda mungkin juga menyukai