Abstrak
Makalah ini mengkaji tentang metode agama dengan
perbandingannya dengan metode ilmu pengetahuan. Metode
agama mempunyai kesamaan-kesamaan dengan metode
ilmu pengetahuan. Termasuk di dalamnya persamaan dalam
pengalaman dan penafsiran, peran komunitas, dan
paradigmanya. Agama menggunakan pengalaman religius
dalam penafsirannya dengan memulai dari wahyu. Adapun
ilmuwan memulai penafsirannya dengan pengalaman
inderawi. Kedua-duanya berusaha untuk menyatakan
kebenaran masing-masing secara objektif. Dibutuhkan
intersubjective testability dalam menguji kebenarannya.
Akan tetapi ahli teologi menghadapi permasalahan krusial
dalam membuktikan penelitiannya terkait dengan komitmen
beragama iman. Adanya iman menunjukan keterlibatan
personal dalam penelitian yang mempengaruhi hasil.
Dengan menginteraksikan iman dan akal sekiranya
dapat menunjukan objektivitas penelitian. Akal digunakan
untuk menafsirkan wahyu dalam pengalaman beragama,
menguji penafsiran, hingga dapat digunakan untuk
berkomunikasi dengan orang lain tanpa mengecilkan
komitmen iman. Berdasarkan pengalaman alkitab, kristiani
selalu mengedepankan partikularitas diantara agama lain.
Mengambil sikap merupakan salah satu cara mendamaikan
antar agama. Sehingga dapat mengakui relativisme serta
universalitas.
Kata Kunci: pengalaman religius, rekonsiliasi, keterlibatan
personal, iman, partikularitas, relativisme, universalitas.
Pendahuluan
Dalam
mempunyai
kaitannya
dengan
ilmu
beberapa
kesamaan
pengetahuan,
berkaitan
agama
dengan
ilmu
teologi
menggunakan
pengalaman
agama.
Mereka
intersubjektif
dalam
1
menguji
kebenaran
yang
dihasilkan
oleh
individu
agar
kebenarannya
mendapatkan
yang
krusial
termanifestasikan
dalam
komitmen
mempengaruhi
penelitiannya.
Dalam
objektivitas
kebenaran
membuktikannya,
ahli
hasil
teologi
pengalaman
keagamaan.1
Pengalaman
keagamaan
Ketiganya
mempunyai
titik
pusarannya
sendiri
pengalaman
inderawi.
Antara
keduanya
memiliki
dengan
tujuan
universal,
sebuah
pengesampingan
dalam
pengetahuan.
pengujian
Diantara
intersubjektivitas
unsur-unsur
yang
antar
ilmu
mempengaruhi
bersalah;
menerima
sikap
pengampun;
dan
validitas
keobjektivitasan
penafsiran
juga.
sehingga
mendapatkan
penjelasan
yang
4 Holmes Roston III, Ilmu dan Agama Sebuah Survai Kritis, (Yogyakarta:
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006), hal. 24.
teologi
dan
ilmu
pengetahuan
sama-sama
konsekuensi
reorientasi
adanya
kesalahan
dalam
tuhan
atas
dirinya,
bahwasannya
Tuhan
Maha
jujur,
kepada
dirinya
memaafkan
dirinya
sendiri.
seseorang
berusaha
karena
Ketiga,
untuk
tuhan
jarak
sendiri
dari
menyembunyikan
sudah
orang
lain,
perasaan-
terhadap
membangun
orang
status
lain
dan
tertentu
penampakan
dengan
orang
diri
lain.
dapat
Upaya
Hubungan
antara
jarak
menuju
rekonsiliasi
teologis
akan
penafsirannya,
menyadari
sehingga
ketidaksempurnaan
menganggap
dirinya
dalam
terasingkan
kegiatan
ilmiah,
seorang
ilmuan
mampu
yang
memperkuat
keilmiahannya.
Dalam
kaitannya
civitas
akademika.
Ilmiah
sebagai
simbol
adanya
kepada
literatur-literatur
yang
dapat
dipertanggungjawabkan,
bukan
dari
dugaan-dugaan
yang
halnya
agama,
ilmu
pengetahuan
dapat
pengetahuan
dan
agama
sangat
bergantung
kepada
dideskripsikan.
Adapun
kelebihannya
memberikan
berbagai
kesamaan
ataupun
interaksi
antara
memberikan
nilai tertinggi
sebagai
inklusif
atau
orientasi
kehidupan
karena
eksternal
memiliki
pandangan
pemerhati
lain
dari
adanya
interaksi
menghadapi
ataupun
objek
yang
komunikasi
berbicara
intersubjektif
dan
bertindak
dalam
sebagai
subjek.10
Mempertahankan iman merupakan komitmen dan simbol
kepercayaan seorang teologis, bukan hanya menerima doktrin
secara otoritas. Karena beriman berarti percaya dengan sesuatu
yang berkonsekuensi kepada ketergantungan, kesetiaan, dan
ketaatan sebagai reorientasi dan rekonsiliasi dalam mengatasi
jarak. Maka bisa dilihat aspek-aspek dalam agama sangat erat
dengan aspek kepribadian seseorang kepada tuhan.
Berikut ini akan dijelaskan eksistensi tuhan versi teologi
alam dan teologi alkitab. Menurut teologi alam eksistensi tuhan
sebagai inferensi dari dunia, karena dialah penggerak yang
bergerak sendiri dan tidak digerakan oleh siapa pun. Ia
mempunyai
kekuasaan
super
luas
yang
ditunjukkan
alam
seorang
ilmuwan
meneliti
alam
melalui
rasional
dan
menggunakan
dalil-dalil,
serta
dengan
iman.
Kemudian
iman
tersebut
penelitian.
Objektivitas
kebenaran
dalam
penelitian
beragama.
Iman beragama
memiliki
pemahaman,
karena
ia
10
memberikan
kunci
menuju
agama,
peran
pengalaman
akal
dalam
beragama
dan
penelitian
untuk
peristiwa-peristiwa
penafsiran-penafsiran
atas
kriteria
konsistensi,
lain;
menyelidiki
implikasi-implikasi
merupakan
komitmen
agama
sebagai
ujian
untuk
dan
ketantifan
yang
diharuskan
dalam
penelitian,
11
atau
percaya
bermula
dari
keraguan-keraguan.
ungkapan
integritas
seseorang
akibat
dari
kemuliaan
tuhan
dalam
sebuah
keyakinan;
yang
mutlak.
Agama
membuat
pernyataan-
12
berusaha
menafsirkan
peristiwa
turunnya
wahyu
terbatas,
dipengaruhi
dengan
pemikiran-
perjumpaan
dengan
tuhan
yang
dialami
peristiwa
dengan
tuhannya
yang
berperan
di
dalamnya.13
Karena
merupakan
catatan
manusia
yang
ditafsirkan
13
jalan
pikiran
bagi
masa
sekarang
sebagai
sama
wilayah
kajiannya
dengan
ahli
sejarah
yang
dasar
manusia
dan
perilakunya.
Maka
tidaklah sama kajian ahli teologi dan ilmu dalam masalah ini.14
Akan tetapi ada kemiripan atau kesamaan dalam kajiannya
yaitu kemiripan dalam prosedur penelitian. Keduanya sama-sama
memusatkan kajian dalam hal-hal yang khusus walaupun secara
implisit mengambil dari hal-hal umum, seperti pengetahuan
tentang tuhan melalui pengalaman religius, struktur bumi dan
seisinya,
kehidupan
orang-orang
suci
dan
nabi,
dan
lain
14
15
adalah
dengan
mendinamiskan
wahyu
dengan
ataupun
sejarah.
Pengenalan
wahyu
dengan
Penutup
Penelitian agama
tentatif.
Untuk
mendapatkan
objektifitas
dalam
menyatakan
keobjektivitasannya,
teolog
berupanya
16
17