Gesture
Gesture
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Komunikasi memiliki beberapa pengertian, antara lain merupakan suatu proses dimana dua
orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama
lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. (Rogers &
D. Lawrence Kincaid, 1981). Selain itu, ahli lainnya mengungkapkan komunikasi sebagai
Bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja
atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal,
tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. (Shannon & Weaver,
1949).
Seperti yang telah diketahui, komunikasi terdiri dari dua jenis yaitu komunikasi verbal dan
komunikasi non-verbal. Komunikasi verbal merupakan proses komunikasi melalui bahasa
dan kata-kata yang diucapkan. Sedangkan komunikasi non-verbal ialah penyampaian arti
(pesan) tanpa kata-kata yang tercermin pada bahasa tubuh dan intonasi verbal. Penelitian
menunjukkan bahwa 80% komunikasi yang dilakukan manusia disampaikan secara nonverbal.
Umumnya, bila seseorang menangkap pesan yang tidak sesuai antara pesan verbal dan
non-verbal, orang tersebut cenderung mempercayai pesan non-verbalnya. Salah satu
alasannya adalah bahwa isyarat non-verbal memberi informasi mengenai tujuan dan respon
emosional. Dengan demikian dapat dilihat bahwa isyarat pesan non-verbal lebih
berpengaruh dalam sebuah proses komunikasi daripada isyarat verbalnya. Hal ini
dikarenakan isyarat non-verbal lebih mewakili aspek psikologis atau emosional, baik yang
disadari ataupun yang tidak disadari.
Bahasa tubuh merupakan salah satu jenis komunikasi non-verbal. Bahasa tubuh dapat
berlawanan dengan apa yang diucapkan. Misalnya ketika harus bersikap sopan dengan
seseorang yang tidak disukai, mungkin secara verbal seseorang dapat menggunakan katakata yang benar, namun tubuh memberontak dengan berbagai cara. Misalnya menjabat
tangan sebentar saja, atau mencoba menghindar dari tatapan matanya. Dalam hal ini
bahasa tubuh berlawanan dengan bahasa ucapan sehingga terbentuk dua tanda yang
berbeda.
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut Bagaimana peran bahasa tubuh dalam membangun
hubungan sosial.
1.3. Tujuan
Dengan memahami komunikasi non-verbal, seseorang dapat mempelajari bahasa tubuh dan
menggunakannya dalam komunikasi sehari-hari. Selain itu, dapat memahami isyarat nonverbal melalui bahasa tubuh yang dikirimkan orang lain, sehingga melalui hal tersebut dapat
tercipta suatu hubungan sosial yang mantap.
1.4. Manfaat
Salah satu dari banyak manfaat mempelajari bahasa tubuh adalah meningkatkan kesadaran
dalam mengenal diri sendiri dan orang lain, sehingga dengan keadaan tersebut seseorang
dapat membentuk suatu hubungan yang mantap dengan orang lain. Bila telah dapat
menggunakan dan menafsirkan bahasa tubuh, maka tidak akan mudah tertipu oleh isyarat
pesan palsu yang dikirimkan orang lain kepada kita. Di samping itu, dengan bahasa tubuh
seseorang mampu memperoleh kepercayaan dari orang lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sungguh-sungguh sebuah bahasa. Anda tidak dapat melihat suatu gerakan tubuh secara
tersendiri. Anda harus mempelajari pola yang utuh tentang gerakan tubuh, sikap tubuh, dan
nada dari suara untuk dapat mengerti situasi secara menyeluruh. Sebagaian dari seni
membaca bahasa tubuh adalah menempatkan semua tanda didalam kelompok, jadi
seperti menyusun kata-kata menjadi kalimat yang dapat dimengerti.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Penggunaan Bahasa Tubuh
Menurut David Cohen dalam buku Bahasa Tubuh Dalam Pergaulan yang
menjelaskan tentang bahasa tubuh sebagai bentuk topeng-topeng, mengungkapkan bahwa
bahasa tubuh juga menyingkapkan topeng-topeng kita. Manusia belajar menggunakan
topeng sejak kecil dan dapat melakukannya dengan baik melalui pembelajaran yang
intensif. Banyak isyarat non-verbal tentang perasaan yang bersifat sangat halus dan terjadi
hanya sekilas. Cara seseorang berbicara mencerminkan kepribadiannya. Beberapa orang
bicaranya keras dan tanpa henti, orang lainnya sukar dimengerti dan beberapa sangat diam.
David Cohen tidak menyetujui anggapan bahwa orang dengan kepribadian tertentu
cenderung memiliki gaya tubuh tertentu yang tidak akan sama dengan orang lain.
Sudah diterima secara luas bahwa dalam dunia bekerja di awal abad 21, keberhasilan
seseorang terutama dicapai melalui orang lain. Jaman manajer otokratis sudah lama
berlalu, dan dewasa ini kebanyakan orang lebih percaya pada diri sendiri daripada jaman
dahulu. Sebagai contoh, bila karyawan tidak suka cara mereka diperlakukan, mereka akan
pindah kerja. Seorang manajer dengan bahasa tubuh yang buruk akan membuat karyawan
keluar lebih cepat.
sering daripada pembicara. Presentase kontak mata antara pendengar dan pembicara
disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1.1 Presentase Kontak Mata Oleh Pelaku Komunikasi
Pelaku komunikasi
Pembicara
30%
Pendengar
70%
Sejak kontak mata dilakukan, orang langsung dapat mengukur sejauh mana
kemampuannya dalam melakukan komunikasi.
1.
Ekspresi wajah
Ekspresi wajah meliputi pengaruh raut wajah yang digunakan untuk berkomunikasi secara
emosional atau bereaksi terhadap suatu pesan. Wajah setiap orang selalu menyatakan hati
dan perasaannya. Wajah ibarat cermin dari pikiran dan perasaan. Melalui wajah orang juga
bisa membaca makna suatu pesan.
Ekspresi wajah juga dapat dilihat ketika memandang seseorang yang dianggap sebagai
orang yang polos/lugu atau dianggap kejam/dingin. Hal ini didasari oleh ada sebuah
ekspresi wajah yang nampak pada seseorang tidak menunjukkan sebuah perubahan seperti
yang dilakukan oleh orang lain ketika mendengar atau mengetahui suatu peristiwa, baik
kesedihan maupun kegembiraan, keanehan atau kelayakan, kabaikan atau keburukan, dan
sebagainya,
1.
Gestures merupakan bentuk perilaku non-verbal pada gerakan tangan, bahu, jari-jari, dan
kaki. Seseorang sering menggunakan gerakan anggota tubuh secara sadar maupun tidak
sadar untuk menekankan suatu pesan. Ketika seseorang berkata Pohon itu tinggi, atau
Rumahnya dekat, maka orang tersebut pasti menggerakkan tangan untuk
menggambarkan deskripsi verbalnya. Lain halnya ketika seseorang berkata Letakkan
barang itu!, Lihat pada saya!, maka yang bergerak adalah telunjuk yang menunjukkan
arah. Ternyata manusia mempunyai banyak cara yang bervariasi dalam menggerakkan
tubuh dan angota tubuhnya ketika sedang berbicara. Orang yang cacat bahkan
berkomunikasi hanya dengan tangan saja.
Setiap gerakan tubuh mengkomunikasikan beberapa fungsi yang oleh Ekman dan
Friesen dikategorikan sebagai :
Emblem
Contoh : Seorang ayah yang melukiskan tinggi badan anaknya dengan menaikturunkan
tangannya dari permukaan tanah.
Ilustrator memiliki 8 bentuk, antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Batons : Suatu gerakan yang menunjukkan tekanan tertentu pada pesan yang
disampaikan.
Ideographs : Gerakan membuat peta atau mengarahkan pikiran.
Deitic Movements : Gerakan untuk menunjukkan sesuatu.
Apatial Movements : Gerakan yang melukiskan besar atau kecilnya ruangan.
Kinetographs : Gerakan yang menggambarkan tindakan fisik.
Rhytmic Movements : Gerakan yang menunjukkan suatu irama tertentu.
Pictographs : Gerakan yang menggambarkan sesuatu di udara.
Emblematic Movements : Gerakan yang menggambarkan suatu pernyataan verbal
tertentu.
Setiap bentuk ilustrator yang diuraikan di atas memiliki penafsiran yang kurang jelas, hal ini
dikarenakan seseorang tidak hanya menggunakan satu bentuk ilustrator, tetapi beberapa
bentuk sekaligus dalam berkomunikasi.
Contoh
Self adaptor
Alter adaptor
Selain tiga bentuk bahasa tubuh yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa jenis
bahasa tubuh lainnya, seperti sentuhan, postur tubuh dan gaya berjalan, suara, dan gerak
isyarat.
1.
Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal yang bersifat spontan. Sentuhan dapat
menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang
atau simpati, dan sebagainya.
2.
Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat
kesehatan seseorang.
3.
4.
Suara seperti rintihan, menarik nafas panjang, serta tangisan merupakan beberapa
ungkapan perasaan dan pikiran seseorang.
Gerak isyarat adalah yang dapat mempertegas pembicaraan.
Dengan mengetahui bentuk dan jenis bahasa tubuh, memungkinkan seseorang mengetahui
cara berkomunikasi yang baik dengan orang lain. Komunikasi yang baik merupakan awal
dari terciptanya suatu hubungan sosial yang baik pula. Seseorang bahkan dapat menjadi
pemimpin yang handal dengan membangun komunikasi yang baik dengan orang lain. Selain
itu, dengan memahami bahasa tubuh yang diberikan oleh orang lain, seseorang dapat
terhindar dari isyarat pesan palsu yang akan merugikan. Bila telah menyadari manfaat
bahasa tubuh dalam berkomunikasi, maka seseorang akan mampu memonitor dirinya
sendiri.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dalam Faktanya Penelitian telah menunjukkan bahwa 80% komunikasi antara
manusia dilakukan secara non-verbal. Banyak interaksi dan komunikasi yang terjadi
dalam masyarakat yang berwujud non-verbal. Komunikasi non-verbal ialah penyampaian
arti (pesan) tanpa kata-kata yang tercermin pada bahasa tubuh dan intonasi verbal. Salah
satu komunikasi non-verbal ialah bahasa tubuh. Bahasa tubuh digunakan saat kata-kata
tidak dapat mewakili perasaan atau situasi yang ada sehingga bahasa tubuh menjadi
penting untuk dipelajari.
Bahasa tubuh yang tidak sesuai penempatannya dapat menimbulkan konflik, sehingga
bahasa tubuh perlu dipelajari. Salah satu keuntungan dari mempelajari bahasa tubuh
adalah membangun suatu komunikasi yang baik yang merupakan awal dari terciptanya
suatu hubungan sosial yang mantap dengan orang lain.
4.2. Saran
Bahasa tubuh dalam percakapan memiliki peran yang penting dalam menumbuhkan
kepercayaan seseorang dan membangun sebuah hubungan yang baik dengan orang lain,
akan tetapi untuk mencapai hal tersebut diperlukan keahlian dalam menggunakan dan
menafsirkan bahasa tubuh.
Untuk dapat menggunakan bahasa tubuh dengan baik, seseorang sebaiknya
wapada terhadap petunjuk non verbal palsu, menjaga jarak yang wajar, menggunakan
sentuhan yang tepat dengan lawan bicara, menghormati status dengan kontak mata, serta
menggunakan jabatan tangan yang sesuai dengan kepribadian dan tujuan dari komunikasi
yang dilakukan. (Ida Yuhana dkk, 2006)
DAFTAR PUSTAKA
Blake, Reed H. Haroldsen, Edwin O. 2003. Taksonomi Konsep Komunikasi. Surabaya:
Papyrus.
Cohen David. 1992. Bahasa Tubuh dalam Pergaulan. London, Sheldon Press, SPCK. Effendy.
Lim Nan Sen, Irwin. 1987. Bahasa Tubuh/Body Talk. Batam: Inter Aksara.
Liliweri Alo. 1994. Komunikasi Verbal dan Nonverbal. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Mulyana Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Onong U. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju.
Yuhana Ida, Ninuk Purnaningsih, Siti Sugiah Mugniesjah. 2006. Dasar-Dasar Komunikasi.
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia:
Institut Pertanian Bogor