Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KEPERAWATABN MEDIKAL BEDAH II


HEMOROID

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK IV
MUSLIKHA
RAFIDA
ANISA
LAILIS M SYAFIQ
HAIRIANA
IFNI
IBRAHIM

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
1

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHSURABAYA
2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangatumum terjadi.
Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena yan terkena.
Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil.Tekanan intra abdomen yang meningkat oleh karena
pertumbuhan janin dan juga karenaadanya perubahan hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis.
Pada kebanyakanwanita, hemoroid yang disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer
yang berarti akan hilang beberapa waktu setelah melahirkan. Hemoroid diklasifiksasikanmenjadi dua tipe.
Hemoroid internal yaitu hemorod yang terjadi diatas stingfer analsedangkan yang muncul di luar stingfer anal
disebut hemorod eksternal. (brunner &suddarth, 1996)
Hemorrhoid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemorroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik. Hemorrhoid merupakan pembengkakan submukosa pada
lubang anus yang mengandung pleksus vena, arteri kecil, dan jaringan areola yang melebar.
Hemoroid merupakan salah satu gangguan dalam sistem pencernaan manusia yang prevalensinya
cukup tinggi. Biasanya banyak terjadi pada usia 25 tahun sekitar 15%. Insiden terjadi pada usia 20 50 tahun.
Hal ini berhubungan berbagai faktor yang menunjang terjadinya haemoroid salah satunya adalah pola
aktivitas yang tidak teratur atau berlebihan yang dapat meningkatkan tekanan intraabdomen. Karena tingkat
kejadiannya cukup tinggi maka perawat harus dapat memahami konsep haemoroid dan asuhan keperawatan
yang dapat diberikan kepada pasien yang dengan haemoroid.
Hemorrhoid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemorroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik. Hemorrhoid merupakan pembengkakan submukosa pada
lubang anus yang mengandung pleksus vena, arteri kecil, dan jaringan areola yang melebar.
Hemorrhoid, ambein, atau wasir dapat dialami oleh siapapun. Namun seringkali penderita
merasa malu atau dianggap tidak penting maka kurang memperhatikan gangguan kesehatan
3

ini. Secara anatomi ambeien bukanlah penyakit, melainkan perubahan fisiologis yang terjadi
pada bantalan pembuluh darah di dubur, berupa pelebaran dan pembengkakan pembuluh
darah dan jaringan sekitarnya. Fungsi bantalan ini sebagai klep/katup yang membantu otototot dubur menahan feses. Bila terjadi gangguan (bendungan) aliran darah, maka pembuluh
darah

akan

melebar

dan

membengkak,

keadaan

ini

disebut

ambeien.

Secara umum, ambeien dibagi dua yaitu Ambeien Internal dan Ambeien eksternal.
1. Ambeien Internal, pembengkakan terjadi dalam rektum sehingga tidak bisa dilihat
atau diraba. Pembengkakan jenis ini tidak menimbulkan rasa sakit karena hanya ada
sedikit syaraf di daerah rektum. Tanda yang dapat diketahui adalah pendarahan saat
buang air besar. Masalahnya jadi tidak sederhana lagi, bila ambeien internal ini
membesar dan keluar ke bibir anus yang menyebabkan kesakitan. Ambeien yang
terlihat berwarna pink ini setelah sembuh dapat masuk sendiri, tetapi bisa juga
didorong masuk.
2. Ambeien Eksternal, menyerang anus sehingga menimbulkan rasa sakit, perih, dan
gatal. Jika terdorong keluar oleh feses, ambeien ini dapat mengakibatkan
penggumpalan (trombosis), yang menjadikan ambeien berwarna biru-ungu.
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk. Hemoroid
bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan meningkat sejalan dengan
usia dan mencapai puncak pada usia 45-65tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat
menyebabkan perasaanyang sangat tidak nyaman. Berdasarkan hal ini kelompok tertarik untuk
membahas penyakit hemoroid.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan hemoroid ?
2. Apa penyebab penyakit hemoroid?
3. Bagaimana cara mengkaji Asuhan keperawatan penyakit hemoroid ?
1.3 Tujuan
1.3.1

Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep asuhan keperawatan pada klien hemoroid

1.3.2

Tujuan Khusus
- Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi, etiologi, klasifikasi, mnifestasi klinis,
-

patofisiologis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksaan pada klien hemoroid


Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien hemoroid
4

Mahasiswa dapat menambah wawasan baru mengenai angka kejadian penyakit hemoroid
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan


Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan yaitu tuba muskular panjang yang
merentang dari mulut sampai anus, dan organ-organ aksesoris, seperti gigi, lidah, kelenjar
saliva, hati, kandung empedu dan pankreas. Saluran pencernaan yang terletak dibawah area
diafragma disebut saluran gastrointestinal
Saluran pencernaan merupakan jalur (panjang totalnya 23-26 kaki) yang berjalan dari mulut
melalui esofagus, lambung, usus dan anus.
Fungsi utama dari saluran gastrointestinal yang berhubungan dengan memberikan kebutuhan
tubuh yaitu :
-

Memecahkan partikel makanan ke dalam bentuk molekuler untuk dicerna

Mengabsorbsi hasil pencernaan dalam bentuk molekul kecil ke dalam aliran darah.

Mengeliminasi makanan yang tidak tercerna dan terabsorbsi dan produk sisa lain dari
tubuh
Susunan saluran pencernaan terdiri dari: oris (mulut), faring (tekak), esofagus

(kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus) terdiri dari duodenum
(usus 12 jari), yeyenum dan ileum, intestinum mayor (usus besar) terdiri dari sekum, kolon
asendens, kolon transversum, kolon desendens dan kolon sigmoid, rektum dan anus.
1.

Mulut
Mulut adalah jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ aksesori yang

berfungsi dalam proses awal pencenaan. Rongga vestibulum terletak diantara gigi dan bibir,
dan pipi sebagai batas luarnya. Rongga oral utama dibatasi gigi dan gusi dibagian depan,
palatum lunak dan keras di bagian atas, lidah dibagian bawah, dan orofaring dibagian
belakang.

a.

Bibir
5

Tersusun dari otot rangka (orbikularis mulut) dan jaringan ikat. Organ ini berfungsi
b.

untuk menerima makanan dan produksi wicara.


Lidah
Lidah dilekatkan pada dasar mulut oleh frenulun lingua. Lidah berfungsi untuk
menggerakkan makanan saat di kunyah atau ditelan, untuk pengecapan, dan dalam

c.

produksi wicara.
Palatum
Palatum terbagi atas 2 bagian, yaitu: palatum durum (palatum keras) yang tersusun
atas tajuk-tajuk palatum dan sebelah depan tulang maksilaris dan lebih ke belakang
terdiri dari 2 tulang palatum dan palatum mole (palatum lunak), terletak di belakang
yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan

d.

fibrosa dan selaput lendir.


Gigi
Gigi tersusun dalam kantong-kantong (alveoli) pada mandibula dan maksila, setiap
lengkung barisan gigi pada rahang membentuk lengkung gigi. Lengkung bagian
atas lebih besar dari bagian bawah sehingga gigi atas secara normal menutup gigi
bawah. Manusia mempunyai dua susunan gigi yaitu gigi primer dan gigi sekunder.
gigi berfungsi dalam proses mastikasi atau pengunyahan. Makanan yang masuk ke
dalam mulut dipotong menjadi bagian-bagian kecil dan bercampur dengan saliva

e.

untuk membentuk bolus makanan yang dapat ditelan.


Kelenjar ludah
Kelenjar saliva mensekresi saliva ke dalam rongga oral. Saliva terdiri dari cairan
encer yang mengandung enzim dan cairan kental yang mengandung mukus.
Fungsi saliva yaitu melarutkan makanan secara kimia, untuk pengecapan rasa,
melembabkan dan melumasi makanan sehingga dapat ditelan, mengurai zat tepung
menjadi polisakarida dan maltosa, mengeksresi zat buangan seperti asam urat dan
urea, serta berbagai zat lain, sebagai zat anti bakteri dan antibodi

2.

Faring
Faring adalah tabung muscular berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian dasar
tulang tengkorak sampai sampai esofagus. Faring terbagi menjadi nasofaring, orofaring dan
laringofaring

3.

Esofagus
Esofagus adalah tuba muscular, panjangnya sekitar 9-10 inci (25 cm) dan berdiameter
1 inci ( 2,54 cm). Esofagus berawal dari area laringofaring, melewati diafragma dan hiatus
esofagus (lubang) pada area sekitar vertebra torak ke sepuluh dan membuka kearah
6

lambung. Fungsi esofagus menggerakkan makanan dari faring ke lambung melalui gerak
peristalsis.
4.

Lambung
Lambung adalah organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga
abdomen dibawah diafragma. Regia-regia lambung terdiri dari bagian jantung, fundus, badan
organ, dan bagian pilorus. Fungsi lambung yaitu sebagai penyimpanan makanan, produksi
kimus, digesti protein, produksi mukus, produksi faktor intrinsik dan absorbsi.

5.

Usus halus
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal, yang jumlah
panjang kira-kira 2/3 dari panjang total saluran.
Keseluruhan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari sfingter pilorus sampai ke
katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus besar
Usus halus dibagi menjadi duodenum, yeyenum dan ileum. Pembagian ini agak tidak tepat
dan didasarkan pada sedikit perubahan struktur dan yang relatif lebih penting berdasarkan
fungsi.
a. Duodenum :
Disebut juga usus dua belas jari, panjangnya 25 cm mulai dari pilorus sampai
yeyenum. Berbentuk seperti sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini
terdapat pankreas, bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang membukit disebut
papila vateri. Pada papila vateri bermuara saluran empedu dan saluran pankreas. Dinding
duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar Brunner,
berfungsi memproduksi getah intestinum. Pemisahan duodenum dan yeyenum ditandai
oleh Ligamentum Treitz.
b. Yeyenum
Mempunyai panjang 2-3 meter atau 2/5 bagian atas. Yeyenum terletak di regio
abdominalis media sebelah kiri.
c. Ileum
Mempunyai panjang 4-5 meter atau 3/5 bagian terminal. Ileum cenderung terletak di
regio abdominalis bawah kanan.
Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan
perantaraan lipatan peritonium dan berbentuk kipas dikenal sebagai mesentrium.
Fungsi usus halus yaitu :

a. Mengakhiri proses pencernaan makanan yang dimulai di mulut dan di lambung.


Proses ini diselesaikan oleh enzim usus dan enzim pankreas serta dibantu empedu dan
hati.
b. Usus halus secara selektif mengabsorbsi produk digesti.
(Sloane, 2004 ; 290)
2.

Usus besar
Usus besar atau kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 1,5 m
yang terbentang dari sekum sehingga kanalis ani dengan diameter sekitar 6,5 cm.
Usus besar tidak memiliki vili, tidak memiliki lipatan-lipatan sirkular, dan diameternya lebih
lebar, panjangnya lebih pendek, dan daya regangnya lebih besar dibanding usus halus.
Fungsi usus besar adalah :
a. Mengabsorbsi 80 % - 90 % air dan elektrolit dari kimus yang tersisa dan mengubah
kimus dari cairan menjadi massa semi padat.
b. Usus besar hanya memproduksi mukus. Sekresinya tidak mengandung enzim atau
hormon pencernaan.
c. Sejumlah bakteri dalam kolon mampu mencerna sejumlah kecil selulosa dan
memproduksi sedikit kalori nutrient bagi tubuh dalam setiap hari.
d. Usus besar mengekskresi zat sisa dalam bentuk feses.
(Sloane, 2004 ; 295)
Bagian-bagian dari usus besar adalah sebagai berikut :
a. Sekum
Pada sekum terdapat katub ileoseikal dan apendiks yang melekat pada ujung
sekum. Sekum menempati sekitar 2-3 inci pertama dari usus besar. Katub ileoseikal
mengendalikan aliran kimus dan ileum ke sekum dan mencegah terjadinya aliran balik
bahan fekal dari usus besar ke dalam usus halus. (Price, 2006 ; 456)
b. Kolon
Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon memiliki 3 divisi :
1)

2)

3)

Kolon Asenden
Kolon asenden merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati disebelah kanan
dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.
Kolon Tranversum
Kolon tranversum merentang menyilang abdomen di bawah hati dan lambung
sampai ketepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar kebawah pada fleksura splenik.
Kolon Desenden.
8

Merentang kebawah pada sisi kiri abdomen.


(Sloane, 2004 ; 294)
4)

Kolon Sigmoid
Kolon sigmoid mulai setinggi Krista iliaka dan membentuk lekukan berbentuk S.
lekukan bagian bawah membelok ke kiri sewaktu kolon sigmoid bersatu dengan

rektum.
c. Rektum
Membentang dari kolon sigmoid hingga anus (muara ke bagian luar tubuh). 1 inci terakhir
dari rektum disebut sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh otot spingter ani eksternus dan
internus. Panjang rektum dan kanalis ani adalah sekitar 15 cm.
d. Anus
Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan dunia
luar. Terletak di dasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh dua sfingter :
1) Sfingter ani interna, dikendalikan oleh saraf otonom
2) Sfingter ani eksterna, dikendalikan oleh sistem saraf volunter
Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna. Reflek defekasi
terintegrasi pada medula spinalis segmen sakral kedua dan keempat. Otot sfingter
eksterna dan interna berelaksasi pada waktu anus tertarik keatas melebihi massa feses.
Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi voluntar otot sfingter eksterna dan levator ani.
Bila defekasi tidak sempurna, rektum menjadi relaks dan keinginan defekasi
menghilang. Air tetap terus diabsorbsi dari massa feses, sehingga feses menjadi keras
dan menyebabkan lebih sukarnya defekasi. Tekanan pada feses yang berlebihan
menyebabkan timbulnya kongesti vena hemoroidalis interna dan eksterna sehingga
terjadi hemoroid (vena varikosa rektum)
2.2 Konsep dasar Hemoroid
2.2.1. Pengertian
Hemoroid adalah pelebaran varices satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidalis (Mansjoer, 2000). Hemoroid atau wasir (ambeien) merupakan vena
varikosa pada kanalis ani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan
oleh gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Hemoroid sering dijumpai dan
terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini
tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan yang sangat tidak
nyaman Penyakit hemoroid sering menyerang usia diatas 50 tahun. Hemoroid
seringkali dihubungkan dengan konstipasi kronis dan kehamilan. Terkadang
dihubungkan dengan diare, sering mengejan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan
tumor rectum. Komplikasi dapat menyebabkan nyeri hebat, gatal dan perdarahan
9

rectal).Hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang


benar-benar berlebihan untuk penderita yang mengalami keluhan menaun dan pada
penderita hemoroid derajat III dan IV
2.2.2 Anatomi Fisiologi
1. Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan rectum dan terbentang dari colon
sigmoid sampai anus, colon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk
lekukan huruf S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu colon sigmoid
bersatu dengan rectum. Satu inci dari rectum dinamakan kanalis ani dan dilindungi
oleh sfingter eksternus dan internus. Panjang rectum dan kanalis ani sekitar 15 cm.

2. Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri sesuai
dengan suplai darah yang diterimanya. Arteri mesentrika superior memperdarahi
belahan bagian kanan yaitu sekum, colon asendens dan dua pertiga proksimal colon
tranversum, dan arteria mesentrika inferior memperdarahi belahan kiri yaitu
sepertiga distal colon transversum, colon desendens, sigmoid dan bagian proksimal
rectum. Suplai darah tambahan untuk rectum adalah melalui arteria sakralis media
dan arteria hemoroidalis inferior dan media yang dicabangkan dari arteria iliaka
interna dan aorta abdominalis.

gambar 1.2 : arteri - arteri pada rectum


3. Alir balik vena dari colon dan rectum superior melalui vena mesentrika superior dan
inferior dan vena hemoroidalis superior, yaitu bagian dari sistem portal yang
mengalirkan darah ke hati. Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah
10

ke vena iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi sistematik. Terdapat anastomosis
antara vena hemoroidalis superior, media dan inferior, sehingga peningkatan tekanan
portal dapat mengakibatkan aliran darah balik ke dalam vena-vena ini.

gambar 1.3 : vena-vena pada rectum


4. Terdapat dua jenis peristaltik propulsif:
(1)kontraksi lamban dan tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke
depan, menyumbat beberapa haustra;
(2) peristaltik massa, merupakan kontraksi yang melibatkan segmen colon. Gerakan
peristaltik ini menggerakkan massa feces ke depan, akhirnya merangsang
defekasi. Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh
reflek gastrokolik setelah makan pertama masuk pada hari itu.
Propulasi feces ke rectum mengakibatkan distensi dinding rectum dan merangsang
reflek defekasi. Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna. Sfingter
interna dikendalikan oleh sistem saraf otonom, dan sfingter eksterna berada di bawah
kontrol volunter. Reflek defekasi terintegrasi pada segmen sakralis kedua dan
keempat dari medula spinalis. Serabut-serabut parasimpatis mencapai rectum melalui
saraf splangnikus panggul dan bertanggung jawab atas kontraksi rectum dan relaksasi
sfingter interna. Pada waktu rectum yang mengalami distensi berkontraksi, otot
levator ani berelaksasi, sehingga menyebabkan sudut dan anulus anorektal
menghilang. Otot-otot sfingter interna dan eksterna berelaksasi pada waktu anus
tertarik atas melebihi tinggi massa feces. Defekasi dipercepat dengan adanya
peningkatan tekanan intra-abdomen yang terjadi akibat kontraksi volunter. Otot-otot
dada dengan glotis ditutup, dan kontraksi secara terus menerus dari otot-otot abdomen
(manuver atau peregangan valsava). Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi volunter
otot-otot sfingter eksterna dan levator ani. Dinding rectum secara bertahap akan
relaks, dan keinginan untuk berdefekasi menghilang.
2.2.3.

Etiologi

11

a. Faktor predisposisi adalah herediter, anatomi, makanan, psikis dan sanitasi, sedangkan
sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan
peningkatan tekanan intra abdominal), fisiologis dan radang umumnya faktor etiologi
tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan. Menurut Tambayong (2000) faktor
predisposisi dapat diakibatkan dari kondisi hemoroid. Hemoroid berdarah mungkin
akibat dari hipertensi portal kantong-kantong vena yang melebar menonjol ke dalam
saluran anus dan rectum terjadi trombosis, ulserasi, dan perdarahan, sehingga nyeri
mengganggu. Darah segar sering tampak sewaktu defekasi atau mengejan. Menurut
Smeltzer dan Bare (2002) hemoroid sangat umum terjadi pada usia 50-an, 50%
individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan vena yang melebar,
mengawali

atau

memperberat

adanya

hemoroid.

b. Faktor penyebab terjadinya hemoroid adalah sebagai berikut:


1) Mengejan pada waktu defekasi.
2)

Konstipasi yang menahun yang tanpa pengobatan.

3)

Pembesaran prostat.

4)

Keturunan atau hereditas.

5)

Kelemahan dinding structural dari dinding pembuluh darah.

6)

Peningkatan tekanan intra abdomen (seperti: Kehamilan, berdiri dan duduk


terlalu lama dan konstipasi).

2.2.4.
a.

Klasifikasi

Hemoroid internal
Adalah pelebaran plexus hemoroidalis superior. Diatas garis mukokutan dan ditutupi
oleh mukosa diatas sfingter ani. Hemoroid internal dikelompokkan dalam 4 derajat :
1)

Derajat I

Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa rasa nyeri sewaktu defekasi.
Tidak terdapat prolap dan pada pemeriksaan terlihat menonjol dalam lumen.
2) Derajat II
Hemoroid menonjol melalui kanal analis pada saat mengejan ringan tetapi dapat
masuk kembali secara spontan.
3)

Derajat III
Hemoroid akan menonjol saat mengejan dan harus didorong kembali sesudah
defekasi.

4) Derajat IV
12

Hemoroid menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong masuk
kembali.
b. Hemoroid Eksterna
Adalah hemoroid yang menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong
masuk.

Hemoroid

eksternal

dikelompokkan

dalam

kategori

yaitu:

1) Akut
Bentuk hemoroid akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada
pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun disebut sebagai
hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal
karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
2)

Kronik
Bentuk hemoroid eksterna kronik adalah satu atau lebih lipatan kulit
anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

gambar 1.4 : formation of hemorroidh


2.2.5. Tanda dan Gejala
a.

Tanda
1) Perdarahan
Umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna trauma oleh feces yang keras.
Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan feces.
Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya
akan zat asam, jumlahnya bervariasi.
2) Nyeri
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya
timbul

pada

hemoroid

eksterna

yang

13

mengalami

trombosis

dan

radang.

b. Gejala
1) Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
2) Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat tereduksi spontan.
Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri setelah defekasi dan akhirnya sampai
pada suatu keadaan dimana tidak dapat dimasukkan.
3)

Keluarnya mucus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam merupakan ciri

hemoroid yang mengalami prolap menetap.


4)
2.2.6.

Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus rangsangan mucus.
Pathofisiologi
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis mengalir

dengan lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran darah balik
yang melalui vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain dapat disebabkan
oleh peningkatan tekanan intra abdominal. Vena porta dan vena sistematik, bila aliran
darah vena balik terus terganggu maka dapat menimbulkan pembesaran vena (varices)
yang dimulai pada bagian struktur normal di regio anal, dengan pembesaran yang
melebihi katup vena dimana sfingter anal membantu pembatasan pembesaran tersebut.
Hal ini yang menyebabkan pasien merasa nyeri dan feces berdarah pada hemoroid interna
karena varices terjepit oleh sfingter anal.
Peningkatan tekanan intra abdominal menyebabkan peningkatan vena portal dan
vena sistemik dimana tekanan ini disalurkan ke vena anorektal. Arteriola regio anorektal
menyalurkan darah dan peningkatan tekanan langsung ke pembesaran (varices) vena
anorektal. Dengan berulangnya peningkatan tekanan dari peningkatan tekanan intra
abdominal dan aliran darah dari arteriola, pembesaran vena (varices) akhirnya terpisah
dari otot halus yang mengelilinginya ini menghasilkan prolap pembuluh darah
hemoroidalis. Hemoroid interna terjadi pada bagian dalam sfingter anal, dapat berupa
terjepitnya pembuluh darah dan nyeri, ini biasanya sering menyebabkan pendarahan
dalam feces, jumlah darah yang hilang sedikit tetapi bila dalam waktu yang lama bisa
menyebabkan anemia defisiensi besi.
Hemoroid eksterna terjadi di bagian luar sfingter anal tampak merah kebiruan,
jarang menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena ruptur. Jika ada darah beku
(trombus) dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan peradangan dan nyeri hebat.
2.2.7 pathways

14

konstipasi,kehamilan,tumor,

penyakit hati kronik


hipertensi

rektum,pembesaran prostart
hemoradialis superior

vena
mengalirkan darah

kedalm
system portal
gangguan venus rectum
aliran balik
distensi terus menerus
abdominal

tekanan intra

gangguan vena sfingter


sistemik meningkat

tekanan vena portal dan vena

kongesti vena
prolap

vena

hemoroid
perdarahan
prolap

thrombosis

strangulasi

suplai darah
terhalang
Haemoroidektomi
Perubahan keseimbangan cairan
anus

luka bedah di

Kekurangan volum cairan


resti ketidak seimbangn
kerusakan integritas kulit
Invasi bakteri

spasme otot

sfingter
Resiko infeksi
perubahan pola
15

nyeri anal

Kelemahan fisik
Isirahat tidur

Takut bab(perubahan pola


eliminasi)

2.2.8.

Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan disesuaikan dengan klasifikasi hemoroid yaitu untuk derajat I

dapat dicoba dengan menghilangkan faktor-faktor penyebab, misalnya saat konstipasi


dengan menghindari mengejan berlebihan saat BAB. Memberi nasehat untuk diit tinggi
serat, banyak makan sayur, buah dan minum air putih paling sedikit 2.000 cc/hari dan
olahraga ringan secara teratur, serta kurangi makan makanan yang merangsang dan daging,
menjaga hygiene daerah anorektal dengan baik, jika ada infeksi beri antibiotika peroral. Bila
terdapat nyeri yang terus-menerus dapat diberikan suppositoria, untuk melancarkan defekasi,
dapat diberikan cairan parafin atau larutan magnesium sulfat 10%. Bila dengan pengobatan di
atas tidak ada perbaikan, diberikan terapi skleroting (sodium moruat) 5% atau fenol.
Penyuntikan dilakukan antara mukosa dan varices, dengan harapan timbul fibrosis dan
hemoroid mengecil. Kontraindikasi pengobatan ini adalah hemoroid eksterna, radang dan
adanya fibrosis hebat di sekitar hemoroid interna.
Pada hemoroid derajat II dapat dicoba dengan terapi sklerosing secara bertahap.
Apabila

terapi

sklerosing

tidak

berhasil

dapat

dilakukan

tindakan

operasi.

Pada derajat III dapat dicoba dengan rendaman duduk. Cara lain yang dapat dilakukan adalah
operasi, bila ada peradangan diobati dahulu. Teknik operasi pada hemoroid antara lain :
a.

Prosedur ligasi pita-karet


Prosedur ligasi pita-karet dengan cara melihat hemoroid melalui anoscop dan bagian

proksimal diatas garis mukokutan di pegang dengan alat. Kemudian pita karet kecil
diselipkan diatas hemoroid yang dapat mengakibatkan bagian distal jaringan pada pita karet
menjadi nekrotik setelah beberapa hari dan lepas. Tindakan ini memuaskan pada beberapa
pasien, namun pasien yang lain merasakan tindakan ini menyebabkan nyeri dan
menyebabkan hemoroid sekunder dan infeksi perianal.

16

b.

Hemoroidektomi kriosirurgi
Metode ini dengan cara mengangkat hemoroid dengan jalan membekukan jaringan

hemoroid selama beberapa waktu tertentu sampai waktu tertentu. Tindakan ini sangat kecil
sekali menimbulkan nyeri. Prosedur ini tidak terpakai luas karena menyebakan keluarnya
rabas yang berbau sangat menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuh.

c.

Laser Nd: YAG


Metode ini telah digunakan saat ini dalam mengeksisi hemoroid, terutama hemoroid

eksternal. Tindakan ini cepat menimbulkan nyeri. Hemoragi dan abses jarang menjadi
komplikasi pada periode pasca operatif.
d.

Hemoroidektomi
Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk mengangkat semua

jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Setelah prosedur operatif selesai, selang kecil
dimasukkan

melaui

sfingter

untuk

memungkinkan

keluarnya

flatus

dan

darah.

Untuk Terapi setelah operasi dapat dilakukan dengan cara suppositoria yang mengandung
anestesi, antibiotika, analgetik dan astrigent. Tiga hari post operasi diberikan diit rendah sisa
untuk menahan BAB. Jika sebelum tiga hari ingin BAB, tampon dibuka dan berikan
rendaman PK hangat (37oC) dengan perbandingan 1:4000 selama 15-20 menit. Setelah BAB,
lalu dipasang lagi tampon baru. Jika setelah tiga hari post operasi pasien belum BAB diberi
laxantia. Berikan rendaman duduk dengan larutan PK hangat (37oC), perbandingan 1:4000
selama

15-20

menit

sampai

dengan

1-2

minggu

post

operasi.

Pada penatalaksanaan hemoroid tingkat IV dapat dilakukan dengan istirahat baring dan juga
operasi. Bila ada peradangan diobati dahulu.
2.2.9.
a.

Pemeriksaan Penunjang

Inspeksi

1) Hemoroid eksterna mudah terlihat terutama bila sudah mengandung thrombus.


2) Hemoroid interna yang prolap dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa.
3) Untuk membuat prolap dengan menyuruh pasien mengejan.

17

b.

Rectal touch

1) Hemoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, dapat teraba bila sudah ada
fibrosis.
2) Rectal

touch diperlukan untuk

menyingkirkan kemungkinan karsinoma recti.

3) Anoscopi
Pemeriksaan anoscopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolap.
Anoscopi dimasukkan dan dilakukan sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam
lubang.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1

Identitas pasien

Keluhan utama(Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB.
Ada benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi.)

Riwayat penyakit

18

1. Riwayat penyakit sekarang:Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada


benjolan yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar
menetes.
2

Riwayat

penyakit

dahulu:Apakah

pernah

menderita

penyakit

hemoroid

sebelumnya, sembuh / terulang kembali. Pada pasien dengan hemoroid bila tidak di
lakukan pembedahan akan kembali RPD, bisa juga di hubungkan dengan penyakit
lain seperti sirosis hepatis.
3

Riwayat penyakit keluarga:Apakah ada anggota keluaga yang menderita penyakit


tersebut

Riwayat sosial:Perlu ditanya penyakit yang bersangkutan.


4. Pemeriksaan Fisik
Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardi, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap aktivitas)
Sirkulasi
Gejala : kelemahan/nadi periver lemah
Tanda : Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
Membran kulit
Eliminasi
Gejala : perubahan pola defekasi
Perubahan Karakteristik
Tanda : nyeri tekan abdomen , distensi
Karakteristik feses : darah bewarna merah terang (darah segar)
Akonstipasi dapat terjadi
Nutrisi :
Gejala : Penurunan berat badan
Anoreksia
Tanda : konjungtiva pucat, wajah pucat, terlihat lemah
Pola tidur
Gejala : Perubahan pola tidur
Terasa nyeri pada anus saat tidur
19

Tanda : muka terlihat lelah, kantung mata terlihat gelap


Mobilisasi
Gejala : membatasi dalam beraktifitas
Tanda : wajah terlihat gelisah , banyak berganti posisi duduk dan berbaring
B. Diagnosa Keperawatan
Pre Operatif
1

Resiko kekurangan nutrisi (defisiensi zat ) berhubungan dengan pecahnya vena plexus
hemmoroidalis ditandai dengan perdarahan yang terus - menerus waktu BAB.

Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya massa anal atau anus, yang
ditandai benjolan didaerah anus, terasa nyeri dan gatal pada daerah anus.

Personal hygene pada anus kurang berhubungan dengan massa yang keluar pada
daerah eksternal.

Postoperasi
1

Gangguan rasa nyaman (Nyeri) pada luka operasi berhubungan dengan adanya jahitan
pada luka operasi dan terpasangnya cerobong angin.

Resikol terjadinya infeksi pada luka berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat

Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan


dirumah.

Intervensi

Preoperatif
No.

Diagnosa

Tujuan

dan

keperawatan

kriteria hasil

Intervenasi

20

Rasional

1.

Resiko

Setelah

1.

kekurangan

dilakukan

tanda-tanda

nutrisi

tindakan

anemis

berhubungan

keperawatan

2. Diet rendah

dengan

selama 3 x 24

sisa atau serat

pecahnya vena

jam,

selama

plexus

kekurangan

terjadinya

hemmoroidalis

nutrisi

perdarahan

ditandai dengan

terpenuhi.

3.Berikan

resiko

perdarahan
yang

terus

Observasi
1Tanda tanda anemis diduga
adanya kekurangan zat besi

KH:

anus sehingga tidak terjadi


perdarahan.
3Pendidikan tentang diet,

tentang

membantu keikut sertaan

menerus waktu

1.

BAB.

terdapat

kesembuhan

anemis,

penyakitnya.

2. perdarahan

4. Beri kompres

terhenti

es pada daerah

3.BB
turun.

Tidak

tidak

2Dapat mengurangi
perangsangan pada daerah

penjelasan
-

(Hb turun)

pentingnya

diet

terjadinya

pasien dalam meningkatkan


keadaan penyakitnya.

4Pasien dengan pecahnya vena


plexus hemoriodalis perlu

perdarahan

obat yang dapat membantu


pencegahan terhadap
perdarahan yang

5. Beri obat atau


terapi

sesuai

dengan pesanan
dokter

mememrlukan penilaian
terhadap respon secara
periodik.
5Pasien dengan pecahnya vena
flexus hemmoroidalis perlu
obat yang dapat membantu
pencegahan terhadap
perdarahan yang
memerlukan penilayan
terhadap respon obat
tersebut secara periodik.

21

2.

Gangguan rasa

Setelah

1. Berikan

nyaman

dilakukan

randam duduk

berhubungan

tindakan

dengan adanya

keperawatan

massa anal atau

selama 2 x 24

anus,

jam,gangguan

2. Berikan

ditandai

rasa

pelicin pada saat

benjolan

terratasi.

mau BAB

KH:

3. Beri diet

yang

ketidaknyamanan lokal,

nyaman

menurunkan edema dan


meningkatkan

didaerah anus,
terasa nyeri dan
gatal

penyembuhan.
2 Membantu dalam
melancarkan defikasi
sehingga tidak perlu

pada 1.Nyeri

daerah anus

1 Menurunkan

berkurang
2.Rasa

mengedan.

randah sisa
3 Mengurangi rangsangan
gatal

4. Anjurkan

anus dan melemahkan

berkurang

pasien agar

feses.

3.Massa

jangan bannyak

mengecil.

berdiri atau
duduk ( harus
dalam keadaan
seimbang).
5. Observasi
keluhan pasien

4 Gaya gravitasi akan


mempengaruhi timbulnya
hemoroid dan duduk dapat
meningkatkan tekanan intra
abdomen.
5 Membantu mengevaluasi
derajat ketidak nyamanan

6. Berikan
penjelasan
tentang
timbulnya rasa

dan ketidak efektifan


tindakan atau menyatakan
terjadinya komplikasi.
6 Pendidikan tentang hal

nyeri dan

tersebut membantu dalam

jelaskan dengan

keikut sertaan pasien untuk

singkat

mencegah / mengurangi

7. Beri pasien

rasa nyeri.

suppositoria

22

7 melunakan feces dan dapat


mengurangi pasien agar
tidak mengejan saat
defekasi
3.

Defisit personal

Setelah

1. Berikan sit

hygene

dilakukan

bath dengan

anus

tindakan

larutan permagan

berhubungan

keperawatan

1/1000% pada

pada

1 Meningkatkan
dan

memudahkan

terjadinya

penyembuhan

prolaps.

dengan

massa selama 2 x 24

pagi dan sore

yang

keluar

jam,

hari. Lakukan

pada

daerah

terjaganya

digital(masukan

kebersihan

prolaps dalam

anus.

tempat semula

KH:

setelah di

1. tidak ada

bersihkan)

tanda-tanda

2.Obserpasi

infeksi.

keluhan dan

menandakan adanya suatu

2. tidak terasa

adanya tanda-

infeksi pada anuS

gatal-gatal

tanda perdarahan

pada daerah

anus

anus.

3. Beri

3. rasa gatal

penjelasan cara

pada anus

membersihkan

berkurang

anus dan

eksternal.

2 Peradangan

membersihkan
membantu

dan

keperawatan

kriteria hasil

Intervenasi

23

anus
keikutsertaan

kesembuhanya.

Postoperatif
Tujuan

anus

pasien dalam mempercepat

kebersihanya

Diagnosa

pada

3 Pengetahuan tentang cara

menjaga

No.

kebersihan

Rasional

1.

Gangguan

Setelah

1. Beri posisi

dilakukan

tidur yang

pada luka operasi

tindakan

menyenangkan

berhubungan

keperawatan

pasien.

dengan

adanya

selama 2 x 24

2. Ganti balutan

jahitan pada luka

jam, gangguan

setiap pagi sesuai

operasi

rasa

tehnik aseptik

nyaman

rasa
(Nyeri)

dan

terpasangnya

nyaman

terpenuhi.

1Dapat menurunkan
tegangan abdomen dan
meningkatkan rasa
kontrol.
2Melindungi pasien dari
kontaminasi silang
selama penggantian

cerobong angin.

balutan. Balutan basah


bertindak sebagai
KH:

penyerap kontaminasi

1.Tidak

eksternal dan

terdapat

rasa

menimbulkan rasa tidak

nyeri pada luka

3. Latihan jalan

operasi,

sedini mungkin

pasien

2.
dapat

nyaman.
3menurunkan masalah yang

melakukan

4. Observasi

aktivitas

daerah rektal

ringan.

apakah ada

3. skala nyeri

perdarahan

terjadi karena imobilisasi.


4Perdarahan pada jaringan,
imflamasi lokal atau
terjadinya infeksi dapat

0-1.
4. klien tampak

5. Cerobong anus

rileks.

dilepaskan sesuai
advice dokter
(pesanan)
6. Berikan
penjelasan
tentang tujuan
pemasangan

meningkatkan rasa nyeri.


5Meningkatkan fungsi
fisiologis anus dan
memberikan rasa nyaman
pada daerah anus pasien
karena tidak ada
sumbatan.
6Pengetahuan tentang

cerobong anus

manfaat cerobong anus

(guna cerobong

dapat membuat pasien

anus untuk

paham guna cerobong

24

mengalirkan sisasisa perdarahan


yang terjadi

anus untuk kesembuhan


lukanya.

didalam agar bisa


keluar).
2.

Resiko terjadinya

Setelah

1. Observasi

infeksi pada luka

dilakukan

tanda vital tiap 4

berhubungan

tindakan

jam

dengan

keperawatan

pertahanan

selama 2 x 24

primer
adekuat

tidak

keluhan / penghilang
nyeri . Abnormalitas
tanda vital perlu di

infeksi teratasi.
KH:

2. Obserpasi
tidak

balutan setiap 2

terdapat tanda-

4 jam, periksa

tanda

terhadap

infeksi

(dolor,
rubor,

TD, respirasi, nadi yang


berhubungan denagan

jam,resiko

1.

1Respon autonomik meliputi

kalor, perdarahan dan


tumor, bau.

fungsiolesa).

3. Ganti balutan

2. radang luka

dengan teknik

mengering.

aseptik

3. hasil LAB :

observasi secara lanjut.


2Deteksi dini terjadinya
proses infeksi dan /
pengawasan
penyembuhan luka oprasi
yang ada sebelumnya.
3Mencegah meluas dan
membatasi penyebaran
luas infeksi atau

- leukosit

4. Bersihkan area

- trombosit

perianal setelah
setiap depfikasi
5. Berikan diet
rendah serat/ sisa
dan minum yang
cukup

kontaminasi silang.
4mengurangi / mencegah
kontaminasi daerah luka
5mengurangi ransangan pada
anus dan mencegah
mengedan pada waktu
defikasi.

25

3.

Kurang

Setelah

1. Diskusikan

pengetahuan

dilakukan

pentingnya

yang

tindakan

penatalaksanaan

berhubungan

keperawatan

diet rendah sisa.

dengan

selama 3 x 24

kurang

informasi tentang

jam,kurangnya

perawatan

pengetahuan

dirumah.

teratas.

1 Rasionalisasi:
Pengetahuan tentang
diet berguna untuk
melibatkan pasien
dalam merencanakan
diet dirumah yang
sesuai dengan yang

2. Demontrasikan
KH:

perawatan area

1. klien tidak

anal dan minta

banyak

pasien

bertanya

menguilanginya

tentang

dianjurkan oleh ahli


gizi.
2 Pemahaman akan
meningkatkan kerja
sama pasien dalam
program terapi,

penyakitnya.

meningkatkan

2. pasien dapat

3. Berikan

menyatakan

rendam duduk

atau

sesuai pesanan

mengerti

penyembuhan dan
proses perbaikan
terhadap penyakitnya.

tentang
perawatan

4. Bersihakan

dirumah.

area anus dengan

kebersihan dan

3.

baik dan

kenyaman pada daerah

klien

keluarga

paham keringkan

tentang proses

seluruhnya

penyakit.

setelah defekasi.

4.

klien

5. Berikan

menunjukkan

balutan

wajah tenang

6. Diskusikan
gejala infeksi
luka untuk

3 Meningkatkan

anus (luka atau polaps).


4 Melindungi area anus
terhadap kontaminasi
kuman-kuman yang
berasal dari sisa
defekasi agar tidak
terjadi infeksi.

dilaporkan
kedokter.
5 Melindungi daerah luka
26

7. Diskusikan
mempertahankan
difekasi lunak
dengan
menggunakan
pelunak feces dan
makanan laksatif

dari kontaminasi luar.


6 Pengenalan dini dari
gejala infeksi dan
intervensi segera dapat
mencegah progresi
situasi serius.

alami.
8. Jelaskan

7 Mencegah mengejan saat

pentingnya

difekasi dan

menghindari

melunakkan feces

mengangkat
benda berat dan
mengejan.

8 Menurunkan tekanan
intra abdominal yang
tidak perlu dan
tegangan otot.

BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN

27

Hemoroid adalah pelebaran varices satu segmen atau lebih vena-vena


hemoroidalis (Mansjoer, 2000). Hemoroid atau wasir (ambeien) merupakan vena
varikosa pada kanalis ani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan
oleh gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Hemoroid sering dijumpai dan
terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini
tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan yang sangat tidak
nyaman

DAFTAR PUSTAKA

Ariyoni, D. 2011. Asuhan keperawatan hemoroid. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari
website http://desiariyoni.wordpress.com/2013/04/2/.
Carpenito, L. J. 2001. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Doenges, M. E. 2000. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Guyton, A. C. Hall, S. E. 1997. Fisiologi Kedokteran. Irawati Setiawan. Edisi 9.
Jakarta: EGC.
28

Mansjoer, A. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Media


Aeskulapius.
Nanda. 2011. Pedoman diagnosa keperawatan, Alih Bahasa Budi Sentosa. Jakarta:
Arima Medika.

29

Anda mungkin juga menyukai