KMB Hemoroid Isi
KMB Hemoroid Isi
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK IV
MUSLIKHA
RAFIDA
ANISA
LAILIS M SYAFIQ
HAIRIANA
IFNI
IBRAHIM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHSURABAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangatumum terjadi.
Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena yan terkena.
Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil.Tekanan intra abdomen yang meningkat oleh karena
pertumbuhan janin dan juga karenaadanya perubahan hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis.
Pada kebanyakanwanita, hemoroid yang disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer
yang berarti akan hilang beberapa waktu setelah melahirkan. Hemoroid diklasifiksasikanmenjadi dua tipe.
Hemoroid internal yaitu hemorod yang terjadi diatas stingfer analsedangkan yang muncul di luar stingfer anal
disebut hemorod eksternal. (brunner &suddarth, 1996)
Hemorrhoid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemorroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik. Hemorrhoid merupakan pembengkakan submukosa pada
lubang anus yang mengandung pleksus vena, arteri kecil, dan jaringan areola yang melebar.
Hemoroid merupakan salah satu gangguan dalam sistem pencernaan manusia yang prevalensinya
cukup tinggi. Biasanya banyak terjadi pada usia 25 tahun sekitar 15%. Insiden terjadi pada usia 20 50 tahun.
Hal ini berhubungan berbagai faktor yang menunjang terjadinya haemoroid salah satunya adalah pola
aktivitas yang tidak teratur atau berlebihan yang dapat meningkatkan tekanan intraabdomen. Karena tingkat
kejadiannya cukup tinggi maka perawat harus dapat memahami konsep haemoroid dan asuhan keperawatan
yang dapat diberikan kepada pasien yang dengan haemoroid.
Hemorrhoid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemorroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik. Hemorrhoid merupakan pembengkakan submukosa pada
lubang anus yang mengandung pleksus vena, arteri kecil, dan jaringan areola yang melebar.
Hemorrhoid, ambein, atau wasir dapat dialami oleh siapapun. Namun seringkali penderita
merasa malu atau dianggap tidak penting maka kurang memperhatikan gangguan kesehatan
3
ini. Secara anatomi ambeien bukanlah penyakit, melainkan perubahan fisiologis yang terjadi
pada bantalan pembuluh darah di dubur, berupa pelebaran dan pembengkakan pembuluh
darah dan jaringan sekitarnya. Fungsi bantalan ini sebagai klep/katup yang membantu otototot dubur menahan feses. Bila terjadi gangguan (bendungan) aliran darah, maka pembuluh
darah
akan
melebar
dan
membengkak,
keadaan
ini
disebut
ambeien.
Secara umum, ambeien dibagi dua yaitu Ambeien Internal dan Ambeien eksternal.
1. Ambeien Internal, pembengkakan terjadi dalam rektum sehingga tidak bisa dilihat
atau diraba. Pembengkakan jenis ini tidak menimbulkan rasa sakit karena hanya ada
sedikit syaraf di daerah rektum. Tanda yang dapat diketahui adalah pendarahan saat
buang air besar. Masalahnya jadi tidak sederhana lagi, bila ambeien internal ini
membesar dan keluar ke bibir anus yang menyebabkan kesakitan. Ambeien yang
terlihat berwarna pink ini setelah sembuh dapat masuk sendiri, tetapi bisa juga
didorong masuk.
2. Ambeien Eksternal, menyerang anus sehingga menimbulkan rasa sakit, perih, dan
gatal. Jika terdorong keluar oleh feses, ambeien ini dapat mengakibatkan
penggumpalan (trombosis), yang menjadikan ambeien berwarna biru-ungu.
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk. Hemoroid
bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan meningkat sejalan dengan
usia dan mencapai puncak pada usia 45-65tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat
menyebabkan perasaanyang sangat tidak nyaman. Berdasarkan hal ini kelompok tertarik untuk
membahas penyakit hemoroid.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan hemoroid ?
2. Apa penyebab penyakit hemoroid?
3. Bagaimana cara mengkaji Asuhan keperawatan penyakit hemoroid ?
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep asuhan keperawatan pada klien hemoroid
1.3.2
Tujuan Khusus
- Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi, etiologi, klasifikasi, mnifestasi klinis,
-
Mahasiswa dapat menambah wawasan baru mengenai angka kejadian penyakit hemoroid
BAB II
TINJAUAN TEORI
Mengabsorbsi hasil pencernaan dalam bentuk molekul kecil ke dalam aliran darah.
Mengeliminasi makanan yang tidak tercerna dan terabsorbsi dan produk sisa lain dari
tubuh
Susunan saluran pencernaan terdiri dari: oris (mulut), faring (tekak), esofagus
(kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus) terdiri dari duodenum
(usus 12 jari), yeyenum dan ileum, intestinum mayor (usus besar) terdiri dari sekum, kolon
asendens, kolon transversum, kolon desendens dan kolon sigmoid, rektum dan anus.
1.
Mulut
Mulut adalah jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ aksesori yang
berfungsi dalam proses awal pencenaan. Rongga vestibulum terletak diantara gigi dan bibir,
dan pipi sebagai batas luarnya. Rongga oral utama dibatasi gigi dan gusi dibagian depan,
palatum lunak dan keras di bagian atas, lidah dibagian bawah, dan orofaring dibagian
belakang.
a.
Bibir
5
Tersusun dari otot rangka (orbikularis mulut) dan jaringan ikat. Organ ini berfungsi
b.
c.
produksi wicara.
Palatum
Palatum terbagi atas 2 bagian, yaitu: palatum durum (palatum keras) yang tersusun
atas tajuk-tajuk palatum dan sebelah depan tulang maksilaris dan lebih ke belakang
terdiri dari 2 tulang palatum dan palatum mole (palatum lunak), terletak di belakang
yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan
d.
e.
2.
Faring
Faring adalah tabung muscular berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian dasar
tulang tengkorak sampai sampai esofagus. Faring terbagi menjadi nasofaring, orofaring dan
laringofaring
3.
Esofagus
Esofagus adalah tuba muscular, panjangnya sekitar 9-10 inci (25 cm) dan berdiameter
1 inci ( 2,54 cm). Esofagus berawal dari area laringofaring, melewati diafragma dan hiatus
esofagus (lubang) pada area sekitar vertebra torak ke sepuluh dan membuka kearah
6
lambung. Fungsi esofagus menggerakkan makanan dari faring ke lambung melalui gerak
peristalsis.
4.
Lambung
Lambung adalah organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga
abdomen dibawah diafragma. Regia-regia lambung terdiri dari bagian jantung, fundus, badan
organ, dan bagian pilorus. Fungsi lambung yaitu sebagai penyimpanan makanan, produksi
kimus, digesti protein, produksi mukus, produksi faktor intrinsik dan absorbsi.
5.
Usus halus
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal, yang jumlah
panjang kira-kira 2/3 dari panjang total saluran.
Keseluruhan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari sfingter pilorus sampai ke
katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus besar
Usus halus dibagi menjadi duodenum, yeyenum dan ileum. Pembagian ini agak tidak tepat
dan didasarkan pada sedikit perubahan struktur dan yang relatif lebih penting berdasarkan
fungsi.
a. Duodenum :
Disebut juga usus dua belas jari, panjangnya 25 cm mulai dari pilorus sampai
yeyenum. Berbentuk seperti sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini
terdapat pankreas, bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang membukit disebut
papila vateri. Pada papila vateri bermuara saluran empedu dan saluran pankreas. Dinding
duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar Brunner,
berfungsi memproduksi getah intestinum. Pemisahan duodenum dan yeyenum ditandai
oleh Ligamentum Treitz.
b. Yeyenum
Mempunyai panjang 2-3 meter atau 2/5 bagian atas. Yeyenum terletak di regio
abdominalis media sebelah kiri.
c. Ileum
Mempunyai panjang 4-5 meter atau 3/5 bagian terminal. Ileum cenderung terletak di
regio abdominalis bawah kanan.
Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan
perantaraan lipatan peritonium dan berbentuk kipas dikenal sebagai mesentrium.
Fungsi usus halus yaitu :
Usus besar
Usus besar atau kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 1,5 m
yang terbentang dari sekum sehingga kanalis ani dengan diameter sekitar 6,5 cm.
Usus besar tidak memiliki vili, tidak memiliki lipatan-lipatan sirkular, dan diameternya lebih
lebar, panjangnya lebih pendek, dan daya regangnya lebih besar dibanding usus halus.
Fungsi usus besar adalah :
a. Mengabsorbsi 80 % - 90 % air dan elektrolit dari kimus yang tersisa dan mengubah
kimus dari cairan menjadi massa semi padat.
b. Usus besar hanya memproduksi mukus. Sekresinya tidak mengandung enzim atau
hormon pencernaan.
c. Sejumlah bakteri dalam kolon mampu mencerna sejumlah kecil selulosa dan
memproduksi sedikit kalori nutrient bagi tubuh dalam setiap hari.
d. Usus besar mengekskresi zat sisa dalam bentuk feses.
(Sloane, 2004 ; 295)
Bagian-bagian dari usus besar adalah sebagai berikut :
a. Sekum
Pada sekum terdapat katub ileoseikal dan apendiks yang melekat pada ujung
sekum. Sekum menempati sekitar 2-3 inci pertama dari usus besar. Katub ileoseikal
mengendalikan aliran kimus dan ileum ke sekum dan mencegah terjadinya aliran balik
bahan fekal dari usus besar ke dalam usus halus. (Price, 2006 ; 456)
b. Kolon
Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon memiliki 3 divisi :
1)
2)
3)
Kolon Asenden
Kolon asenden merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati disebelah kanan
dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.
Kolon Tranversum
Kolon tranversum merentang menyilang abdomen di bawah hati dan lambung
sampai ketepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar kebawah pada fleksura splenik.
Kolon Desenden.
8
Kolon Sigmoid
Kolon sigmoid mulai setinggi Krista iliaka dan membentuk lekukan berbentuk S.
lekukan bagian bawah membelok ke kiri sewaktu kolon sigmoid bersatu dengan
rektum.
c. Rektum
Membentang dari kolon sigmoid hingga anus (muara ke bagian luar tubuh). 1 inci terakhir
dari rektum disebut sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh otot spingter ani eksternus dan
internus. Panjang rektum dan kanalis ani adalah sekitar 15 cm.
d. Anus
Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan dunia
luar. Terletak di dasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh dua sfingter :
1) Sfingter ani interna, dikendalikan oleh saraf otonom
2) Sfingter ani eksterna, dikendalikan oleh sistem saraf volunter
Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna. Reflek defekasi
terintegrasi pada medula spinalis segmen sakral kedua dan keempat. Otot sfingter
eksterna dan interna berelaksasi pada waktu anus tertarik keatas melebihi massa feses.
Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi voluntar otot sfingter eksterna dan levator ani.
Bila defekasi tidak sempurna, rektum menjadi relaks dan keinginan defekasi
menghilang. Air tetap terus diabsorbsi dari massa feses, sehingga feses menjadi keras
dan menyebabkan lebih sukarnya defekasi. Tekanan pada feses yang berlebihan
menyebabkan timbulnya kongesti vena hemoroidalis interna dan eksterna sehingga
terjadi hemoroid (vena varikosa rektum)
2.2 Konsep dasar Hemoroid
2.2.1. Pengertian
Hemoroid adalah pelebaran varices satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidalis (Mansjoer, 2000). Hemoroid atau wasir (ambeien) merupakan vena
varikosa pada kanalis ani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan
oleh gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Hemoroid sering dijumpai dan
terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini
tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan yang sangat tidak
nyaman Penyakit hemoroid sering menyerang usia diatas 50 tahun. Hemoroid
seringkali dihubungkan dengan konstipasi kronis dan kehamilan. Terkadang
dihubungkan dengan diare, sering mengejan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan
tumor rectum. Komplikasi dapat menyebabkan nyeri hebat, gatal dan perdarahan
9
2. Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri sesuai
dengan suplai darah yang diterimanya. Arteri mesentrika superior memperdarahi
belahan bagian kanan yaitu sekum, colon asendens dan dua pertiga proksimal colon
tranversum, dan arteria mesentrika inferior memperdarahi belahan kiri yaitu
sepertiga distal colon transversum, colon desendens, sigmoid dan bagian proksimal
rectum. Suplai darah tambahan untuk rectum adalah melalui arteria sakralis media
dan arteria hemoroidalis inferior dan media yang dicabangkan dari arteria iliaka
interna dan aorta abdominalis.
ke vena iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi sistematik. Terdapat anastomosis
antara vena hemoroidalis superior, media dan inferior, sehingga peningkatan tekanan
portal dapat mengakibatkan aliran darah balik ke dalam vena-vena ini.
Etiologi
11
a. Faktor predisposisi adalah herediter, anatomi, makanan, psikis dan sanitasi, sedangkan
sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan
peningkatan tekanan intra abdominal), fisiologis dan radang umumnya faktor etiologi
tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan. Menurut Tambayong (2000) faktor
predisposisi dapat diakibatkan dari kondisi hemoroid. Hemoroid berdarah mungkin
akibat dari hipertensi portal kantong-kantong vena yang melebar menonjol ke dalam
saluran anus dan rectum terjadi trombosis, ulserasi, dan perdarahan, sehingga nyeri
mengganggu. Darah segar sering tampak sewaktu defekasi atau mengejan. Menurut
Smeltzer dan Bare (2002) hemoroid sangat umum terjadi pada usia 50-an, 50%
individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan vena yang melebar,
mengawali
atau
memperberat
adanya
hemoroid.
3)
Pembesaran prostat.
4)
5)
6)
2.2.4.
a.
Klasifikasi
Hemoroid internal
Adalah pelebaran plexus hemoroidalis superior. Diatas garis mukokutan dan ditutupi
oleh mukosa diatas sfingter ani. Hemoroid internal dikelompokkan dalam 4 derajat :
1)
Derajat I
Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa rasa nyeri sewaktu defekasi.
Tidak terdapat prolap dan pada pemeriksaan terlihat menonjol dalam lumen.
2) Derajat II
Hemoroid menonjol melalui kanal analis pada saat mengejan ringan tetapi dapat
masuk kembali secara spontan.
3)
Derajat III
Hemoroid akan menonjol saat mengejan dan harus didorong kembali sesudah
defekasi.
4) Derajat IV
12
Hemoroid menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong masuk
kembali.
b. Hemoroid Eksterna
Adalah hemoroid yang menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong
masuk.
Hemoroid
eksternal
dikelompokkan
dalam
kategori
yaitu:
1) Akut
Bentuk hemoroid akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada
pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun disebut sebagai
hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal
karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
2)
Kronik
Bentuk hemoroid eksterna kronik adalah satu atau lebih lipatan kulit
anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
Tanda
1) Perdarahan
Umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna trauma oleh feces yang keras.
Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan feces.
Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya
akan zat asam, jumlahnya bervariasi.
2) Nyeri
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya
timbul
pada
hemoroid
eksterna
yang
13
mengalami
trombosis
dan
radang.
b. Gejala
1) Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
2) Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat tereduksi spontan.
Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri setelah defekasi dan akhirnya sampai
pada suatu keadaan dimana tidak dapat dimasukkan.
3)
Keluarnya mucus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam merupakan ciri
Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus rangsangan mucus.
Pathofisiologi
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis mengalir
dengan lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran darah balik
yang melalui vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain dapat disebabkan
oleh peningkatan tekanan intra abdominal. Vena porta dan vena sistematik, bila aliran
darah vena balik terus terganggu maka dapat menimbulkan pembesaran vena (varices)
yang dimulai pada bagian struktur normal di regio anal, dengan pembesaran yang
melebihi katup vena dimana sfingter anal membantu pembatasan pembesaran tersebut.
Hal ini yang menyebabkan pasien merasa nyeri dan feces berdarah pada hemoroid interna
karena varices terjepit oleh sfingter anal.
Peningkatan tekanan intra abdominal menyebabkan peningkatan vena portal dan
vena sistemik dimana tekanan ini disalurkan ke vena anorektal. Arteriola regio anorektal
menyalurkan darah dan peningkatan tekanan langsung ke pembesaran (varices) vena
anorektal. Dengan berulangnya peningkatan tekanan dari peningkatan tekanan intra
abdominal dan aliran darah dari arteriola, pembesaran vena (varices) akhirnya terpisah
dari otot halus yang mengelilinginya ini menghasilkan prolap pembuluh darah
hemoroidalis. Hemoroid interna terjadi pada bagian dalam sfingter anal, dapat berupa
terjepitnya pembuluh darah dan nyeri, ini biasanya sering menyebabkan pendarahan
dalam feces, jumlah darah yang hilang sedikit tetapi bila dalam waktu yang lama bisa
menyebabkan anemia defisiensi besi.
Hemoroid eksterna terjadi di bagian luar sfingter anal tampak merah kebiruan,
jarang menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena ruptur. Jika ada darah beku
(trombus) dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan peradangan dan nyeri hebat.
2.2.7 pathways
14
konstipasi,kehamilan,tumor,
rektum,pembesaran prostart
hemoradialis superior
vena
mengalirkan darah
kedalm
system portal
gangguan venus rectum
aliran balik
distensi terus menerus
abdominal
tekanan intra
kongesti vena
prolap
vena
hemoroid
perdarahan
prolap
thrombosis
strangulasi
suplai darah
terhalang
Haemoroidektomi
Perubahan keseimbangan cairan
anus
luka bedah di
spasme otot
sfingter
Resiko infeksi
perubahan pola
15
nyeri anal
Kelemahan fisik
Isirahat tidur
2.2.8.
Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan disesuaikan dengan klasifikasi hemoroid yaitu untuk derajat I
terapi
sklerosing
tidak
berhasil
dapat
dilakukan
tindakan
operasi.
Pada derajat III dapat dicoba dengan rendaman duduk. Cara lain yang dapat dilakukan adalah
operasi, bila ada peradangan diobati dahulu. Teknik operasi pada hemoroid antara lain :
a.
proksimal diatas garis mukokutan di pegang dengan alat. Kemudian pita karet kecil
diselipkan diatas hemoroid yang dapat mengakibatkan bagian distal jaringan pada pita karet
menjadi nekrotik setelah beberapa hari dan lepas. Tindakan ini memuaskan pada beberapa
pasien, namun pasien yang lain merasakan tindakan ini menyebabkan nyeri dan
menyebabkan hemoroid sekunder dan infeksi perianal.
16
b.
Hemoroidektomi kriosirurgi
Metode ini dengan cara mengangkat hemoroid dengan jalan membekukan jaringan
hemoroid selama beberapa waktu tertentu sampai waktu tertentu. Tindakan ini sangat kecil
sekali menimbulkan nyeri. Prosedur ini tidak terpakai luas karena menyebakan keluarnya
rabas yang berbau sangat menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuh.
c.
eksternal. Tindakan ini cepat menimbulkan nyeri. Hemoragi dan abses jarang menjadi
komplikasi pada periode pasca operatif.
d.
Hemoroidektomi
Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk mengangkat semua
jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Setelah prosedur operatif selesai, selang kecil
dimasukkan
melaui
sfingter
untuk
memungkinkan
keluarnya
flatus
dan
darah.
Untuk Terapi setelah operasi dapat dilakukan dengan cara suppositoria yang mengandung
anestesi, antibiotika, analgetik dan astrigent. Tiga hari post operasi diberikan diit rendah sisa
untuk menahan BAB. Jika sebelum tiga hari ingin BAB, tampon dibuka dan berikan
rendaman PK hangat (37oC) dengan perbandingan 1:4000 selama 15-20 menit. Setelah BAB,
lalu dipasang lagi tampon baru. Jika setelah tiga hari post operasi pasien belum BAB diberi
laxantia. Berikan rendaman duduk dengan larutan PK hangat (37oC), perbandingan 1:4000
selama
15-20
menit
sampai
dengan
1-2
minggu
post
operasi.
Pada penatalaksanaan hemoroid tingkat IV dapat dilakukan dengan istirahat baring dan juga
operasi. Bila ada peradangan diobati dahulu.
2.2.9.
a.
Pemeriksaan Penunjang
Inspeksi
17
b.
Rectal touch
1) Hemoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, dapat teraba bila sudah ada
fibrosis.
2) Rectal
3) Anoscopi
Pemeriksaan anoscopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolap.
Anoscopi dimasukkan dan dilakukan sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam
lubang.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1
Identitas pasien
Keluhan utama(Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB.
Ada benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi.)
Riwayat penyakit
18
Riwayat
penyakit
dahulu:Apakah
pernah
menderita
penyakit
hemoroid
sebelumnya, sembuh / terulang kembali. Pada pasien dengan hemoroid bila tidak di
lakukan pembedahan akan kembali RPD, bisa juga di hubungkan dengan penyakit
lain seperti sirosis hepatis.
3
Resiko kekurangan nutrisi (defisiensi zat ) berhubungan dengan pecahnya vena plexus
hemmoroidalis ditandai dengan perdarahan yang terus - menerus waktu BAB.
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya massa anal atau anus, yang
ditandai benjolan didaerah anus, terasa nyeri dan gatal pada daerah anus.
Personal hygene pada anus kurang berhubungan dengan massa yang keluar pada
daerah eksternal.
Postoperasi
1
Gangguan rasa nyaman (Nyeri) pada luka operasi berhubungan dengan adanya jahitan
pada luka operasi dan terpasangnya cerobong angin.
Resikol terjadinya infeksi pada luka berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat
Intervensi
Preoperatif
No.
Diagnosa
Tujuan
dan
keperawatan
kriteria hasil
Intervenasi
20
Rasional
1.
Resiko
Setelah
1.
kekurangan
dilakukan
tanda-tanda
nutrisi
tindakan
anemis
berhubungan
keperawatan
2. Diet rendah
dengan
selama 3 x 24
pecahnya vena
jam,
selama
plexus
kekurangan
terjadinya
hemmoroidalis
nutrisi
perdarahan
ditandai dengan
terpenuhi.
3.Berikan
resiko
perdarahan
yang
terus
Observasi
1Tanda tanda anemis diduga
adanya kekurangan zat besi
KH:
tentang
menerus waktu
1.
BAB.
terdapat
kesembuhan
anemis,
penyakitnya.
2. perdarahan
4. Beri kompres
terhenti
es pada daerah
3.BB
turun.
Tidak
tidak
2Dapat mengurangi
perangsangan pada daerah
penjelasan
-
(Hb turun)
pentingnya
diet
terjadinya
perdarahan
sesuai
dengan pesanan
dokter
mememrlukan penilaian
terhadap respon secara
periodik.
5Pasien dengan pecahnya vena
flexus hemmoroidalis perlu
obat yang dapat membantu
pencegahan terhadap
perdarahan yang
memerlukan penilayan
terhadap respon obat
tersebut secara periodik.
21
2.
Gangguan rasa
Setelah
1. Berikan
nyaman
dilakukan
randam duduk
berhubungan
tindakan
dengan adanya
keperawatan
selama 2 x 24
anus,
jam,gangguan
2. Berikan
ditandai
rasa
benjolan
terratasi.
mau BAB
KH:
3. Beri diet
yang
ketidaknyamanan lokal,
nyaman
didaerah anus,
terasa nyeri dan
gatal
penyembuhan.
2 Membantu dalam
melancarkan defikasi
sehingga tidak perlu
pada 1.Nyeri
daerah anus
1 Menurunkan
berkurang
2.Rasa
mengedan.
randah sisa
3 Mengurangi rangsangan
gatal
4. Anjurkan
berkurang
pasien agar
feses.
3.Massa
jangan bannyak
mengecil.
berdiri atau
duduk ( harus
dalam keadaan
seimbang).
5. Observasi
keluhan pasien
6. Berikan
penjelasan
tentang
timbulnya rasa
nyeri dan
jelaskan dengan
singkat
mencegah / mengurangi
7. Beri pasien
rasa nyeri.
suppositoria
22
Defisit personal
Setelah
1. Berikan sit
hygene
dilakukan
bath dengan
anus
tindakan
larutan permagan
berhubungan
keperawatan
1/1000% pada
pada
1 Meningkatkan
dan
memudahkan
terjadinya
penyembuhan
prolaps.
dengan
massa selama 2 x 24
yang
keluar
jam,
hari. Lakukan
pada
daerah
terjaganya
digital(masukan
kebersihan
prolaps dalam
anus.
tempat semula
KH:
setelah di
1. tidak ada
bersihkan)
tanda-tanda
2.Obserpasi
infeksi.
keluhan dan
2. tidak terasa
adanya tanda-
gatal-gatal
tanda perdarahan
pada daerah
anus
anus.
3. Beri
3. rasa gatal
penjelasan cara
pada anus
membersihkan
berkurang
anus dan
eksternal.
2 Peradangan
membersihkan
membantu
dan
keperawatan
kriteria hasil
Intervenasi
23
anus
keikutsertaan
kesembuhanya.
Postoperatif
Tujuan
anus
kebersihanya
Diagnosa
pada
menjaga
No.
kebersihan
Rasional
1.
Gangguan
Setelah
1. Beri posisi
dilakukan
tidur yang
tindakan
menyenangkan
berhubungan
keperawatan
pasien.
dengan
adanya
selama 2 x 24
2. Ganti balutan
jam, gangguan
operasi
rasa
tehnik aseptik
nyaman
rasa
(Nyeri)
dan
terpasangnya
nyaman
terpenuhi.
1Dapat menurunkan
tegangan abdomen dan
meningkatkan rasa
kontrol.
2Melindungi pasien dari
kontaminasi silang
selama penggantian
cerobong angin.
penyerap kontaminasi
1.Tidak
eksternal dan
terdapat
rasa
3. Latihan jalan
operasi,
sedini mungkin
pasien
2.
dapat
nyaman.
3menurunkan masalah yang
melakukan
4. Observasi
aktivitas
daerah rektal
ringan.
apakah ada
3. skala nyeri
perdarahan
0-1.
4. klien tampak
5. Cerobong anus
rileks.
dilepaskan sesuai
advice dokter
(pesanan)
6. Berikan
penjelasan
tentang tujuan
pemasangan
cerobong anus
(guna cerobong
anus untuk
24
Resiko terjadinya
Setelah
1. Observasi
dilakukan
berhubungan
tindakan
jam
dengan
keperawatan
pertahanan
selama 2 x 24
primer
adekuat
tidak
keluhan / penghilang
nyeri . Abnormalitas
tanda vital perlu di
infeksi teratasi.
KH:
2. Obserpasi
tidak
balutan setiap 2
terdapat tanda-
4 jam, periksa
tanda
terhadap
infeksi
(dolor,
rubor,
jam,resiko
1.
fungsiolesa).
3. Ganti balutan
2. radang luka
dengan teknik
mengering.
aseptik
3. hasil LAB :
- leukosit
4. Bersihkan area
- trombosit
perianal setelah
setiap depfikasi
5. Berikan diet
rendah serat/ sisa
dan minum yang
cukup
kontaminasi silang.
4mengurangi / mencegah
kontaminasi daerah luka
5mengurangi ransangan pada
anus dan mencegah
mengedan pada waktu
defikasi.
25
3.
Kurang
Setelah
1. Diskusikan
pengetahuan
dilakukan
pentingnya
yang
tindakan
penatalaksanaan
berhubungan
keperawatan
dengan
selama 3 x 24
kurang
informasi tentang
jam,kurangnya
perawatan
pengetahuan
dirumah.
teratas.
1 Rasionalisasi:
Pengetahuan tentang
diet berguna untuk
melibatkan pasien
dalam merencanakan
diet dirumah yang
sesuai dengan yang
2. Demontrasikan
KH:
perawatan area
1. klien tidak
banyak
pasien
bertanya
menguilanginya
tentang
penyakitnya.
meningkatkan
2. pasien dapat
3. Berikan
menyatakan
rendam duduk
atau
sesuai pesanan
mengerti
penyembuhan dan
proses perbaikan
terhadap penyakitnya.
tentang
perawatan
4. Bersihakan
dirumah.
kebersihan dan
3.
baik dan
klien
keluarga
paham keringkan
tentang proses
seluruhnya
penyakit.
setelah defekasi.
4.
klien
5. Berikan
menunjukkan
balutan
wajah tenang
6. Diskusikan
gejala infeksi
luka untuk
3 Meningkatkan
dilaporkan
kedokter.
5 Melindungi daerah luka
26
7. Diskusikan
mempertahankan
difekasi lunak
dengan
menggunakan
pelunak feces dan
makanan laksatif
alami.
8. Jelaskan
pentingnya
difekasi dan
menghindari
melunakkan feces
mengangkat
benda berat dan
mengejan.
8 Menurunkan tekanan
intra abdominal yang
tidak perlu dan
tegangan otot.
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
27
DAFTAR PUSTAKA
Ariyoni, D. 2011. Asuhan keperawatan hemoroid. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari
website http://desiariyoni.wordpress.com/2013/04/2/.
Carpenito, L. J. 2001. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Doenges, M. E. 2000. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Guyton, A. C. Hall, S. E. 1997. Fisiologi Kedokteran. Irawati Setiawan. Edisi 9.
Jakarta: EGC.
28
29