Referat
Diajukan Sebagai Prasyarat Menyelesaikan Pendidikan Bedah Dasar
Program Pendidikan Dokter Spesialis-1
Bagian Ilmu Bedah
Oleh:
Adhitya Rahadi Yudhadi
NPM: 130321130502
Pembimbing:
dr. Nurhayat Usman, SpB-KBD
PENDAHULUAN
Nutrisi memiliki peran yang penting dan tidak dapat dipisahkan dengan persiapan pra
operasi dan pasca operasi pada pasien yang menjalani prosedur utama bedah umum dan tindakan
suportif pada pasien yang luka parah. Secara umum, ketika dokter memutuskan kepada
pasiennya untuk menjalani prosedur operasi besar, nutrisi suportif telah menunjukkan
pengurangan komplikasi luka utama seperti luka terbuka dan kebocoran anastomosis luka.
Pasien yang menjalani operasi menghadapi tantangan secara metabolik dan fisiologi yang
dapat membahayakan status gizi. Gejala pascaoperasi seperti mual, muntah, nyeri, dan anoreksia
dapat terjadi pada pasien, hal ini juga bahkan dapat terjadi pada pasien yang menjalani operasi
kecil, padahal katabolisme, infeksi, dan proses penyembuhan luka menjadi faktor peyulit pada
pasien setelah operasi besar. Hal-hal ini menjadi masalah yang jauh lebih besar pada pasien
operasi dengan gizi yang kurang.
Dukungan nutrisi bagi pasien yang sedang dirawat mutlak diperlukan . Dengan dukungan
nutrisi yang cukup diharapkan penyembuhan berjalan lancar. Akan tetapi dari hasil berbagai
penelitian ditemukan data-data yang cukup memprihatinkan pada pasien-pasien yang sedang
dirawat dirumah sakit. Dari berbagai penelitian antropometri di Amerika Serikat Tahun 1996
40%-50% pasien beresiko malnutrisi atau sudah malnutrisi dan 12% diantaranya malnutrisi berat
Hal tersebut dapat disebabkan karena pasien tidak mampu makan per oral, sulit mengunyah atau
menelan makanan padat dan atau pasien tidak mampu menghabiskan seluruh makanan yang
disajikan. Oleh karena itu dibentuklah suatu metode terapi nutrisi suportif yang terdiri dari Oral
feeding, Nutrisi Enteral, dan Nutrisi Parenteral.
Dasar dari nutrisi suportif merupakan pemberian nutrisi pada pasien yang tidak dapat
melakukan intake secara per oral. Nutrisi suportif diberikan baik secara intravena menggunakan
kateter vena dengan infus formula yang mengandung makronutrisi dan mikronutrisi maupun
secara enteral menggunakan tube yang ditempatkan pada perut atau usus halus seperti pada
pascaoperasi bypass atonia gaster atau ileus usus halus dalam periode praoperatif maupun
postoperatif. Meskipun tekhnik pemberian makanan intragastik telah diketahui selama ratusan
tahun, namun nutrisi parenteral terbilang relatif baru, memiliki dasar tekhnik yang tinggi, dan
maju pesat sejak tahun 1970-an. Tujuan dari nutrisi suportif ialah untuk mencegah perburukan
status nutrisi, untuk memperbaiki keadaan klinis, dan sebagai terapi adjuntive, yang mungkin
terjadi pada pasien malnutrisi.
Seperti yang telah dibahas diatas, sebagai salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan
rendahnya intake makanan pada pasien tersebut salah satu jawabannya adalah pemberian Nutrisi
Enteral. Nutrisi enteral adalah metode yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan nutrisi jika
saluran gastrointestinal klien berfungsi dengan baik serta lingkungan menyediakan dukungan
psikologi, keamanan, dan nutrisi yang ekonomis. Pada klien yang mengalami kesulitan makan,
maka dapat diberikan nutrisi enteral dengan selang nasogastrik, jejunum, atau lambung. Hal ini
termasuk makanan keseluruhan, campuran semua makanan, suplemen oral, dan formula selang
pemberian makan.
Nutrisi enteral dan infuse dengan mudah diberikan dalam lingkungan perawatan rumah
oleh perawat atau keluarga. Penelitian telah menunjukkan efek yang menguntungkan dari
pemberian nutrisi enteral bila dibandingkan dengan nutrisi parenteral, yang mengandung zat gizi
pada mukosa gastrointestinal. Pemberian makan dengan rute enteral dapat mengurangi sepsis,
menumpulkan respons hipermetabolik pada trauma,dan memelihara struktur dari fungsi intestinal
(Mainous, Block, dan Dietch,1994) EN telah digunakan dengan berhasil selama 24 hingga 48
jam setelah operasi atau trauma untuk menyediakan cairan, elektrolit, dan nutrisi. Gastricileus
dapat mencegah pemberian makan nasogastrik dalam kasus selang nasointestinal atau jejunum
memungkinkan pemberian makan postpilorik yang berhasil.
Underlying disease
Prognosis klinis
Perkiraan durasi pemakaian alat
Patensi dan motilitas dari saluran cerna
Resiko terjadinya aspirasi dari isi lambung
Pengalaman dan skill
Terdapat beberapa teknik yang tersedia untuk akses enteral. Saat ini digunakan metode
Komentar
Nasogastric Tube
Nasoduodenal/nasojejunal
menyangkut.
Penggunaan jangka pendek; risiko aspirasi rendah pada jejunum; adanya
Gastrostomi fluoroskopi
PEG-jejunal tube
menggunakan fluoroskopi
Ditempatkan pada jejunum dengan endoskopi biasa yang tergantung pada
keahlian operator; jejunum sering tersangkut retrograde; prosedur dua
tahap dengan penempatan PEG, diikuti dengan konversi fluoroskopi
Fluoroscopic jejunostomy
b.
c.
Pasien malnutrisi yang diperkirakan tidak akan dapat makan dalam waktu lebih dari 5 7
hari ke depan
Pasien dengan status gizi normal yang diperkirakan tidak akan dapat makan dalam waktu
Pasien malnutrisi yang diperkirakan akan dapat makan dalam waktu lebih dari 5 7 hari
ke depan
Pasien dengan status gizi normal yang diperkirakan akan dapat makan dalam waktu lebih
dari 7-9 hari ke depan
KEBUTUHAN NUTRISI
Ketika merencanakan kompoisis makan, pasien harus diukur berat badan dan dinilai kebutuhan
energi dan protein harian. Kebutuhan harian tergantung keadaan pasien.
Energi Kebutuhan energi total pada pasien stabil sekitar 20-30 kkal/kBB per hari.
Karbohidrat Jumlah glukosa yang dapat dioksidasi per harinya sekita 4 mg/kgBB.
Glukosa yang tidak dioksidasi diubah menjadi lemak.
Lemak Terdiri dari trigliserida dan asam lemah rantai panjang. Emulsi lemak nontoxic yang berdasarkan trigliserida rantai panjang telah dijual sejak 30an tahun. Emulsi
ini mengandung kalori 9 kkal/gr dan sekarang secara ruti digunakan untuk suplemen
kalori non-protein selama parenteral nutrisi.
Protein Kebutuhan dasar nitrogen pada pasien tanpa keadaan malnutrisi sebelumnya
adalah 0,1-0,15 g/kgBB per hari.Pada kondisi hipermetabolik meningkat menjadi 0,20,25 g/kgBB hari.
Vitamin, Mineral dan Trace elements Vitamin B dan C berperan sebagai koemzim
dalam pembentukan kolagen dan penyembuhan luka.Vitamin C dibutuhkan sekitar 60-80
mg per hari pasca operasi. Suplementasi vitain B12 diperlukan untuk pasien ppasca
reseksi usus atau gaster atau pada pasien dengan riwayat alkohol.Penyerapan viyamin
A,D,E,K erkurang ketika steatorrhea dan ketiadaan empedu. Kadar Na dan K selalu
diamati setiap hari. Trace element juga berperan sebagai kofaktor.Mg, Zn dan fe menurun
ketika inflamasi dan memerlukan suplementasi.
Pemberian formula enteral di waktu-waktu yang spesifik, dengan volume yang lebih
besar dari bolus feedings namun lebih kecil dari continous feedings, dalam kurun waktu
30 hingga 60 menit, dengan frekuensi pemberian 3-4x/hari, menggunakan gravitasi atau
syringe pump
Indikasi
Untuk mempersiapkan pasien-pasien yang akan melakukan rehabilitasi atau pulang dari
rumah sakit
Bolus feedings kurang dapat ditoleransi (terjadi muntah / diare)
4. Cyclic Feedings
Definisi
Pemberian formula enteral pada waktu malam hari, dalam kurun waktu 8 hingga 12 jam,
dengan frekuensi pemberian 1x/hari, menggunakan syringe pump
Indikasi
Pada masa transisi pemberian nutrisi enteral menjadi nutrisi oral
JENIS FORMULA MAKANAN PADA NUTRISI ENTERAL
a. Makanan / nutrisi enteral formula rumah sakit (blenderized) : Makanan ini dibuat dari
beberapa bahan makanan yang diracik dan dibuat sendiri dengan menggunakan blender.
Konsistensi larutan, kandungan zat gizi, dan osmolaritas dapat berubah pada setiap kali
pembuatan dandapat terkontaminasi. Formula ini dapat diberikan melalui pipa sondeyang
agak besar, harganya relatif murah.
Contoh :
1) Makanan cair tinggi energi dan tinggi protein (susu full cream, susurendah laktosa, telur,
glukosa, gula pasir, tepung beras, sari buah).
2) Makanan cair rendah laktosa (susu rendah laktosa, telur, gula pasir,maizena)
3) Makanan cair tanpa susu (telur, kacang hijau, wortel, jeruk)
4) Makanan khusus (rendah protein untuk penyakit ginjal, rendahpurin untuk penyakit
b.
2)
Pradigesti : diet dibuat dengan formula khusus dalam bentuk susuelementar yang
mengandung asam amino dan lemak yang langsungdiserap usus untuk pasien dengan gangguan
3)
tambahan dari luar lebih awal akan dapat memenuhi kebutuhan akibat peningkatan
kebutuhanmetabolik yang dapat mencegah atau memperlambatmalnutrisi protein akut dan
menjamin outcome pasien. Nutrisi enteral total (TEN/Total Enteral Nutrition) lebih dipilih
dari pada total Perenteral Nutrition (TPN) karena alasan keamanan, murah,fisiologis dan tidak
membuat
hiperglisemia.
Intoleransi.
gastrik.
Pemberian
TPN
secara
dini
tidak
DAFTAR PUSTAKA
1) Leonard R. Enteral and parenteral nutrition. In:Bersten AD, editor. Ohs Intensive Care
Manual. 5thed. New York: Elsevier; 2008.p.903-12.
2) Moore MC. Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi. Hipokrates, Jakarta. 1997
3) http://www.espen.org/education/espen-guidelines
4) http://www.dietitian.org/d_cvd/docs/kc_enteral_feeding.pdf
5) http://www.bsg.org.uk/pdf_word_docs/enteral.pdf